Anda di halaman 1dari 5

Achmad Rizki Azhari NIM.

25010113140258

Demam Tifoid
A. Definisi Operasional
1
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, bakteri gram negatif.
Sebuah penyakit yang sangat mirip tetapi tingkat keparahan penyakitnya
rendah seperti yang disebabkan oleh Salmonella serotipe paratyphi A.
Sebagian besar negara di mana penyakit ini telah dipelajari, rasio penyakit
yang disebabkan oleh S. typhi dengan yang disebabkan oleh S. paratyphi
adalah sekitar 10: 1.1
Manusia adalah satu-satunya host dan reservoir alami. Infeksi demam
tifoid ditularkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi faecal. 1
Insiden tertinggi demam tifoid terjadi di mana pasokan air yang melayani
populasi besar penduduk yang terkontaminasi faecal. 1 Masa inkubasi biasanya
8-14 hari, tapi bisa berkisar dari 3 hari sampai 2 bulan. 1 Sekitar 2-5% orang
yang terinfeksi menjadi karir kronik yang menyimpan S. typhi di dalam
kandung empedu. 1
Orang yang terinfeksi dengan tifoid mungkin mengalami gejala ringan
atau berat. Gejala tifoid dapat mencakup: 1
Demam, sakit kepala, rasa tidak nyaman umum, kurang nafsu makan, dan
batuk kering
detak jantung melambat dan limpa membesar
Beberapa orang mendapatkan ruam berwarna merah pada batang tubuh
Dapat terjadi sembelit atau diare
Gejala mulai 1 sampai 3 minggu setelah infeksi
Beberapa orang tidak memiliki gejala apapun.
Karir demam tifoid merupakan kejadian tidak jarang.1 Tahap
pembawa/karir bervariasi dari beberapa hari hingga tahun. Hanya sekitar 3
persen kasus terus menjadi karir seumur hidup dan ini cenderung terjadi lebih
sering pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak. 1

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro


Achmad Rizki Azhari NIM. 25010113140258

B. Faktor Risiko
Berikut ini adalah cara penularan demam tifoid:
Transmisi oral, melalui makanan atau minuman ditangani/diolah oleh
individu pembawa kronis yang sering tanpa gejala dan dapat memindahkan
bakteri melalui tinja atau, lebih jarang, urine.
Transmisi tangan-ke-mulut setelah menggunakan toilet terkontaminasi dan
mengabaikan kebersihan tangan.
Transmisi oral melalui air limbah yang terkontaminasi atau kerang
(terutama di negara berkembang).
Faktor risiko untuk demam tifoid ymirip dengan kolera dan epidemi
penyakit diare lainnya dan terutama berkaitan dengan akses air bersih, fungsi
sistem sanitasi serta keamanan pangan.1 Pasien yang terinfeksi HIV dapat
meningkatkan risiko yang signifikan dari penyakit berat karena S. typhi dan S.
paratyphi.1

C. Analisis Kasus
a) Gambaran Kasus
Seorang wanita bernama Mary Mallon (1869-1938) adalah sosok
penting dalam dunia kedokteran di Amerika Serikat. Pasalnya, Mallon
adalah orang pertama di AS yang diidentifikasi sebagai pembawa sehat
(healthy carrier) kuman tifoid. Mary Mallon dilahirkan dengan kuman
tifoid karena ibunya menderita demam tifoid ketika mengandung dirinya.3
Berikut kronologi masalah terkait Mary Mallon: 3
1. Tahun 1900-1907, Mallon bekerja sebagai juru masak di New York.
Selama dia bekerja menjadi juru masak, 53 orang tertular penyakit
tifoid dan tiga di antaranya meninggal dunia.
2. Tahun 1900, Mallon bekerja menjadi juru masak di Mamaroneck New
York dan kurang dari dua minggu penghuni rumah yang dilayani
langsung sakit tifoid.
3. Tahun 1901, Mallon bekerja di Manhattan dalam sebuah keluarga dan
anggota keluarga tersebut menderita demam dan diare. Kemudian dia

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro


Achmad Rizki Azhari NIM. 25010113140258

bekerja pada seorang pengacara dan tujuh dari delapan anggota


keluarga pengacara tersebut menderita tifoid.
4. Tahun 1906, Mallon bekerja di Long Island dan dalam dua minggu
enam dari sebelas anggota keluarga yang dilayaninya masuk rumah
sakit karena tifoid. Dia terus pindah kerja lagi dan menulari tifoid pada
lebih dari tiga keluarga baru.
5. Kasus tifoid Mallon menjadi terkenal karena Mallon menolak disebut
sebagai penular penyakit tifoid. Dia menolak berhenti bekerja sebagai
juru masak.
6. Pada akhirnya pejabat kesehatan memaksa Mallon dikarantina dan dia
meninggal di dalam karantina.

b) Analisis Kasus
Pada kasus yang telah dipaparkan di atas, Mary Mallon merupakan
healthy carrier penyakit demam tifoid dan berperan sebagai food handler.
Healthy carrier dari penyakit demam tifoid atau dapat disebut karir tifoid
merupakan orang tanpa gejala yang menebar bakteri tifoid dari tinja atau
urin, kadang-kadang dari luka, jaringan, dan organ.4 Food handler atau
penjamah makanan adalah setiap orang yang terlibat dalam bisnis
makanan yang menangani makanan dalam proses pekerjaan mereka, atau
sebagai bagian dari tugas mereka, sampai batas tertentu baik makanan
tersebut terbuka atau sebelum dibungkus.5
Karir tifoid terdapat dua jenis yaitu karir konvalens dan karir kronik.
Perbedaan kedua karir tersebut dapat dipahami melalui table berikut ini:4
Karir Konvalens Karir Kronik

Menyebarkan basil tifoid selama


lebih dari 12 bulan setelah onset
Menyebarkan basil tifoid selama 3
penyakit akut; atau
bulan atau lebih setelah onset dari
penyakit akut. Tidak memiliki riwayat demam
tifoid atau memiliki penyakit lebih
dari 1 tahun sebelumnya, namun

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro


Achmad Rizki Azhari NIM. 25010113140258

memiliki dua kultur kotoran atau


urin positif S. typhi dipisahkan
selama 48 jam.

Mary Mallon tergolong karir kronik oleh karena dia tidak memiliki
riwayat demam tifoid tetapi terdapat S. typhi dalam tubuhnya dan dapat
menyebarkan bakteri tersebut kepada oranglain.
Menurut Paulsun (dalam NDSC) asal-usul kontaminan mikroba dalam
makanan termasuk makanan itu sendiri atau sumbernya, lingkungan,
merupakan kontaminasi silang dari penjamah makanan yang terinfeksi.
Kontaminasi dari mikroorganisme dapat bertanggung jawab untuk wabah
penyakit menular diteruskan dari pekerja makanan kepada konsumen
melalui makanan.5 Sehingga Mary Mallon dapat dikatakan sebagai
sumber penularan demam tifoid melalui perilakunya sebagai food handler
yang setiap harinya mengolah makanan untuk banyak orang. Semestinya
Mary Mallon berhenti sebagai juru masak setelah mengetahui dirinya
adalah karir kronik demam tifoid.
Tidak ada orang yang menderita, atau menjadi pembawa penyakit yang
mungkin menularkan melalui makanan, misalnya, dengan luka yang
terinfeksi, infeksi kulit, luka biasa ataupun diare yang akan diizinkan
untuk menangani makanan atau memasukkan daerah penanganan
makanan di setiap kapasitas karena ada kemungkinan kontaminasi
mikroba secara langsung ataupun tidak langsung.6

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro


Achmad Rizki Azhari NIM. 25010113140258

Referensi:
1. WHO. 2011. Guidelines for the Management of Typhoid Fever, July 2011.
http://apps.who.int/medicinedocs/documents/s20994en/s20994en.pdf.
Diakses pada 05 Maret 2016.
2. Brusch, John L. 2016. Typhoid Fever.
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview#showall. Diakses
pada 05 Maret 2016.
3. Dhorothea. 2014. Kisah Tentang Mallon, Si Pembawa Kuman Tifus.
http://health.kompas.com/read/2014/08/21/081248723/Kisah.Tentang.Mallon.
Si.Pembawa.Kuman.Tifus. Diakses pada 05 Maret 2016.
4. County of Los Angeles Public Health. 2016. Acute Communicable Disease
Control Manual (B-73), Part IV: Acute Communicable Diseases Typhoid
Fever, Carrier.
http://publichealth.lacounty.gov/acd/procs/b73/DiseaseChapters/B73Typhoidf
evercarrier.pdf. Diakses pada 05 Maret 2016.
5. National Disease Surveillance Centre (NDSC). 2004. Preventing Foodborne
Disease: A Focus on the Infected Food Handler. ISBN 0-9540177-5-7.
6. Food Standards Agency. 2008. Regulatory Guidance and Best Practice Advice
For Food Business Operators. http://www.reading.ac.uk/foodlaw/pdf/uk-
08033-fitness-to-work-draft.pdf. Diakses pada 05 Maret 2016.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai