TINJAUAN PUSTAKA
lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi
dan mekanisme kulit tidak saja harus menghilangkan pengaruh panas matahari,
tetapi juga harus dapat mengatasi pengaruh bagian sinar matahari (Rostamailis,
2005).
maupun yang merugikan, tergantung dari frekwensi dan lamanya sinar matahari
mengenai kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas seseorang (Ditjen POM,
1985).
menimbulkan rasa nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran darah, serta
terdapat pada epidermis dan diaktifkan menjadi vitamin D3 (Diten POM, 1985).
tuberculosis kelenjar dan tulang, dapat juga untuk mengobati penyakit kulit,
misalnya psoriasis. Berpengaruh baik pada system saraf otonom dan mengurangi
berbagai infeksi. Pembentukan melanin akan bertambah, dan kulit menjadi lebih
menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada kasus yang lebih
Eritema timbul bersamaan dengan warna coklat kulit. Pada panjang gelombang
antara 334,2 – 366,3 nm efektif dalam pembentukan warna coklat dengan sedikit
eritema. Pada panjang gelombang 295 – 315 nm tidak segera terlihat efeknya,
tetapi setelah beberapa jam akan timbul eritema. Setelah beberapa hari eritema
gelombang 250 – 270 nm, akan timbul eritema yang sangat ringan, yang
POM, 1985).
1. Ultraviolet A (UV A) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 400 – 315
nm dengan efektivitas tetinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat
pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan dalam bentuk leuko yang terdapat
2. Ultraviolet B (UV B) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 315 – 280
nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh
organ di bawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membentuk
sinar matahari. Jika kulit terpapar sinar matahari, misalnya ketika seseorang
noda hitam pada kulit dapat terjadi. Ada dua cara perlindungan kulit, yaitu :
1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan
kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya Titan
dari sel epidermis yang menyebabkan penebalan stratum korneum dalam waktu 4
POM, 1985).
terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran ultraviolet B akan berpindah ke
A. jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan
Nyeri akan timbul pada kulit yang tidak terlindung setelah penyinaran
matahari. Pigmentasi maksimum dapat tercapai lebih kurang 100 jam penyinaran
penghambatan fisik (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3,
yaitu turunan salisilat, turunan para amoni benzoic acid (PABA) misalnya oktil
kombinasi antar tabir surya fisik dan tabir surya kimia, bahkan ada yang
(Wasitaatmadja, 1997).
faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu perbandingan antara dosis
oleh tabir surya dengan yang tidak. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan fisik.
(Wasitaatmadja, 1997)
tabir surya harus mencantumkan nilai SPF-nya, untuk memberikan arahan pada
konsumen mengenai kekuatan relatif dari produk tersebut (Shaat, 1990). Jika
suatu body lotion mengandung SPF 15 berarti krim tersebut akan meneruskan
sinar matahari seperlima belas saja. Krim dengan SPF 60 hanya meneruskan
seperenam puluh sinar matahari ke kulit. Oleh karena itu, makin besar nilai SPF
maka makin efektif fungsinya sebagai tabir surya. Krim tabir surya dapat
dioleskan di seluruh bagian tubuh yang terbuka, terutama wajah, tetapi jangan
sampai terkena bagian mata. Krim inipun dapat digunakan setiap hari sebagai alas
produk ini tanpa menimbulkan eritema. Dengan perkataan lain, SPF 8 akan
untuk bertahan 160 menit terhadap sinar matahari (Landow K., 1984).
bentuk larutan air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan
menimbulkan iritasi.
1. Preparat anhydrous
(Tranggono, 2007)
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air,
dan dikenal sebagai “Krim”. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini
(Lachman, 1994). Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-
bekas, memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim, air
menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Ansel, 1989).
vanishing cream dan emulsi m/a untuk mengurangi penguapan air dari
natrium, kalium, dan ammonium dari asam stearat serta trietanolamin stearat.
Untuk membuatnya digunakan komponen alkali dan asam stearat dalam suatu
penambahan gliserol (10%) sebagai bahan pembuat lunak, dinilai kilau mutiara
sediaan ini menjadi cemerlang. Krim stearat bereaksi alkali lemak (pH 7,2 sampai
8,4). Akan tetapi reaksi alkalinya tidak boleh berlebihan. Sebab alkalisasi kulit
kulit akan tercapai kembali atau bahkan lebih rendah lagi (Voigt, 1995).
Hilangnya krim ini dari kulit atau pakaian dipermudah oleh emulsi
minyak di dalam air yang terkandung di dalamnya. Krim dapat digunakan pada
kulit dengan luka yang basah, karena bahan pembawa minyak di dalam air
cenderung untung menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut. Basis yang
dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis semipermiabel,
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika : (a) fase
dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat
dari bulatan-bulatan, (b) jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke
permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan mebentuk suatu lapisan pekat
dari fase dalam, dan (c) jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak
teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau
dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel, 1989).
Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu
membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya terpisah
digunakan. Kosmetik ini dapat melindungi konsumen yang sensitif terhadap sinar
matahari terutama sinar ultraviolet (Anonim, 2002). AHA umumnya terdapat pada
mengandung asam. Sejauh ini dikenal lima jenis AHA, yaitu glycolic (asam
glikolat), lactic (asam laktat), citric (asam sitrat) serta malic dan tartaric
(Anonim, 2001).
kulit mati tanpa digosok, mengurangi keriput, dan membuat kulit lebih segar. Zat
lapisan paling luar pada kulit yang terdiri dari tumpukan sel-sel kulit mati. Hal ini
dikenal dengan istilah proses eksfoliasi. Efek dari proses ini adalah terlihat lebih
segar dan kenyal. Selain itu, hilangnya tumpukkan sel kulit mati ini
kulit lainnya. Manfaat lain adalah meningkatkan tampilan tekstur kulit sehingga
kulit tampak lebih haluys (yang disebabkan karena bahan AHA ini mempercepat
terjadinya peluruhan sel kulit mati yang terjadi secara alami). Juga penggunaan
produk AHA membuat kulit wajah tampak lebih cerah (Anonim, 2001).
Jika kulit banyak terkena sinar matahari, maka penggunaan AHA dapat
tersebut, sehingga yang terlihat adalah warna kulit lebih rata karena menipisnya
efek samping penggunaan AHA. Hanya pada beberapa orang, timbul efek seperti
pada umumnya orang yang memang peka atau alergi terhadap bahan AHA
(Anonim, 2001).
Kulit yang tidak terlindungi oleh lapisan asam (acid barrier) cenderung
menjadi besar, karena permukaan lapisan tanduk menjadi tidak rata. Tidak adanya
Sehingga kemungkinan terjadinya infeksi melalui kulit menjadi lebih besar. Hal
ini disebabkan karena penguapan melalui lapisan tanduk tanpa lapisan asam
menjadi lebih mudah, maka terjadi dehidrasi dengan akibat bahwa sifat lembut
dan sifat kenyal lapisan tanduk dan bagian epidermis lebih dalam berkurang.
(Rostamailis, 2005).