4. Media
a. LCD
b. Laptop
c. Leaflet
5. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
6. Evaluasi
a. Apakah yang dimaksud dengan perdarahan antepartum?
b. Apa sajakah macam-macam penyebab perdarahan antepartum?
c. Bagaimanakah mengetahui ciri-ciri penyebab perdarahan antepartum?
7. Pustaka
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Edisi 2, Cetakan I. EGC: Jakarta
Tangerang, 12 April 2016
Mengetahui
Pelaksana kegiatan
MATERI PENYULUHAN
1.1. Latar Belakang
Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk
menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang
efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada
alograft dan akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi
kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu
proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau
disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4% - 0,6% dari keseluruhan persalinan atau 1
diantara 200 persalinan (Saifuddin dkk, 2006). Pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah angka kajadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan di
negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1% (Prawirohardjo, 2008).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas
tinggi dan usia di atas 35 tahun (Prawirohardjo, 2008). Jika kasus plasenta previa ini tidak
terdiagnosa secara dini dan tidak mendapat penanganan yang cepat dapat menimbulkan
syok dan kematian. Oleh karena itu keadaan ini perlu diantisipasi sejak awal sebelum
perdarahan sampai ketahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Pada ibu yang
mengalami plasenta previa persalinan prematur sulit untuk dihindari.
1.2. Definisi
1.3 Klasifikasi
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).
1.4. Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain :
1. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena
endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering
terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang
kurang subur (Prawirohardjo, 2008).
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu
yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan
(Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di rumah sakit dr. Hasan
Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 – Desember 2002, kehamilan
multipara mempunyai risiko 1,28 kali untuk terjadinya plasenta previa, demikian
juga dengan grandemultipara.
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
2. Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua
atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,
dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).
1.6. Komplikasi
Pembukaan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta berulang
dan semakin banyak perdarahan – anemia – shock.
Segmen bawah rahim tipis maka jaringan trofoblas mudah menerobos myometrium
dan jika plasenta yang terlepas akan menimbulkan pendarahan kala III.
Serviks dan segmen bawah rahim rapuh dan kaya pembuluh darah mempunyai
potensial untuk robek jadi harus berhati-hati pada tindakan manual di daerah ini.Bila
terjadi pendarahan yang tidak terkendali dengan cara sederhana maka dilakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini merupakan komplikasi tidak
langsung dari plasenta previa.
Kejadian infeksi akibat daripada pendarahan yang banyak.
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan:
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless),
tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar:
Inspeksi (penglihatan)
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijumpai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya
kepala masih goyang di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen
bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.
- Pemeriksaan inspekulo
- Penentuan letak plasenta tidak langsung
- Pemeriksaan USG
- Perabaan fornices
- Pemeriksaan melalui kanalis sevikalis
1.8. Penatalaksanaan
Oleh karena itu penatalaksanaan plasenta previa dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
a. Terapi Aktif ( Kehamilan yang segera diakhiri )
Terapi ini dilakukan kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup di
dunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan
kalau keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Dulu
anggapan kita ialah bahwa kehamilan dengan placenta previa harus segera diakhiri
untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Tapi sekarang terapi dapat dilakukan
dengan alasan :
1. Perdarahan pertama pada placenta previa jarang fatal
2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas
Syarat :
- Kehamilam preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
- Belum ada tanda inpartu,keadan umum ibu cukup baik (Hb dalam batas
normal)
- Janin masih hidup
- Rawat inap,tirah baring dan berikan AB Profilaksis
- Pemeriksaan USG
- Perbaiki anemia dengan Sulfat Ferosus atau Ferosus Fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan
- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama pasien dapat rawat jalan dengan pengawasan
- Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi
kehamilan
Tindakan yang kita pilih untuk pengobatan placenta previa dan kapan
melaksanakannya tergantung pada factor-faktor tersebut di bawah ini :
- Perdarahan banyak atau sedikt
- Keadaan Ibu dan anak
- Besarnya pembukaan
- Tingkat placenta previa
- Paritas
Robekan mudah terjadi, karena cervix dan segmen bawah rahim pada placenta
praevia banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. SC dilakukan pada
placenta praevia totalis dan pada placenta praevia lainnya jika terjadi perdarahan
hebat.
DAFTAR PUSTAKA