Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Perdarahan Antepartum


Sub Pokok Bahasan :1.Ibu hamil dapat memahami pengertian perdarahan
antepartum
2.Ibu hamil dapat memahami macam-macam penyebab
perdarahan antepartum
Penyuluh : Revi Agusvina S.kep
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 April 2016
Waktu : 15 menit
Sasaran :1. Sasaran umum: semua ibu hamil
2. Sasaran khusus: ibu hamil usia kehamilan > 20 minggu
Tempat : Ruang Rawat Aster RSUD Tangerang

1. Tujuan instruksional umum


Para ibu hamil, ibu dalam masa postpartum dapat memahami konsep tentang tanda
bahaya kehamilan yaitu perdarahan antepartum
2. Tujuan instruksional khusus
a. Para ibu hamil dapat memahami pengertian perdarahan antepartum.
b. Para ibu hamil dapat mendeteksi dini adanya perdarahan antepartum.
c. Para ibu hamil dapat memahami macam-macam penyebab perdarahan
antepartum.
3. Kegiatan
No. Tahap Kegiatan penyuluh Kegiatan tersuluh
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam dan a. Menjawab salam
terima kasih atas kedatangan b. Mendengarkan
para peserta. dengan seksama
b. Memperkenalkan diri
c. Apersepsi.
d. Menyampaikan tujuan
penyuluhan
e. Menyampaikan materi tentang
perdarahan antepartum
2. Pelaksanaan a. Menyampaikan dan menggali a. Berdiskusi untuk
pengertian perdarahan mengemukakan
antepartum pendapat.
b. Menyampaikan materi tentang b. Mendengarkan dan
macam-macam penyebab memperhatikan
perdarahan antepartum
c. Menyampaikan materi tentang c. Mendengarkan dan
ciri-ciri penyebab perdarahan memperhatikan
antepartum
d. Memberikan kesempatan pada d. Peserta mengajukan
peserta untuk bertanya jika pertanyaan
terdapat hal-hal yang belum
jelas
3. Penutup a. Menyimpulkan hasil a. Peserta
penyuluhan memperhatikan
b. Refleksi materi penyuluhan b. Menjawab
c. Mengevaluasi hasil kegiatan pertanyaan
d. Mengucapkan terima kasih c. Menjawab salam
atas perhatian dan
mengucapkan salam penutup

4. Media
a. LCD
b. Laptop
c. Leaflet

5. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

6. Evaluasi
a. Apakah yang dimaksud dengan perdarahan antepartum?
b. Apa sajakah macam-macam penyebab perdarahan antepartum?
c. Bagaimanakah mengetahui ciri-ciri penyebab perdarahan antepartum?
7. Pustaka
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Edisi 2, Cetakan I. EGC: Jakarta
Tangerang, 12 April 2016

Mengetahui

Pelaksana kegiatan
MATERI PENYULUHAN
1.1. Latar Belakang

Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk
menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang
efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada
alograft dan akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi
kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu
proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau
disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4% - 0,6% dari keseluruhan persalinan atau 1
diantara 200 persalinan (Saifuddin dkk, 2006). Pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah angka kajadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan di
negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1% (Prawirohardjo, 2008).
Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas
tinggi dan usia di atas 35 tahun (Prawirohardjo, 2008). Jika kasus plasenta previa ini tidak
terdiagnosa secara dini dan tidak mendapat penanganan yang cepat dapat menimbulkan
syok dan kematian. Oleh karena itu keadaan ini perlu diantisipasi sejak awal sebelum
perdarahan sampai ketahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Pada ibu yang
mengalami plasenta previa persalinan prematur sulit untuk dihindari.

1.2. Definisi

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk


bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500
gram. Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus,
agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian
atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
Plasenta previa adalah suatu keadaan dimana plasenta terletak pada segmen
bawah uterus. Karena uterus berkontraksi dan berdilatasi pada minggu-minggu
terakhir masa kehamilan, vili plasenta robek dari dinding uterus, membuka sinus-
sinus uterus dan menyebabkan perdarahan. Plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah
sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan
kelainan janin dalam rahim.

1.3 Klasifikasi

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :


1. Plasenta previa totalis

Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.


2. Plasenta previa parsialis

Apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.


3. Plasenta previa marginalis

Plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri internum.

4. Plasenta previa letak rendah

Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri internum, pada
pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).

1.4. Etiologi

Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain :

1. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa karena
endometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta previa juga sering
terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang
kurang subur (Prawirohardjo, 2008).
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)

Menurut Wardana (2007) plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu
yang sudah beberapa kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan
(Primipara), sedangkan hasil penelitian Santoso (2008) di rumah sakit dr. Hasan
Sadikin Bandung dalam kurun waktu Januari 1998 – Desember 2002, kehamilan
multipara mempunyai risiko 1,28 kali untuk terjadinya plasenta previa, demikian
juga dengan grandemultipara.
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).

Ciri-ciri plasenta previa :

1. Perdarahan tanpa nyeri


2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
11. Presentasi mungkin abnormal
1.5. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam

Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
2. Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua
atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan
yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,
dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005).

1.6. Komplikasi

Komplikasi pada janin Komplikasi pada ibu


BBLR Perdarahan masif
KJDR Anemia
Malformasi Perdarahan pasca persalinan
Partus prematurus Komplikasi tindakan SC
Pertumbuhan janin terhambat Prolaps tali pusat
Anemia fetus Prolaps placenta
Placenta acreta
Robekan jalan lahir

 Pembukaan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta berulang
dan semakin banyak perdarahan – anemia – shock.
 Segmen bawah rahim tipis maka jaringan trofoblas mudah menerobos myometrium
dan jika plasenta yang terlepas akan menimbulkan pendarahan kala III.
 Serviks dan segmen bawah rahim rapuh dan kaya pembuluh darah mempunyai
potensial untuk robek jadi harus berhati-hati pada tindakan manual di daerah ini.Bila
terjadi pendarahan yang tidak terkendali dengan cara sederhana maka dilakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tindakan ini merupakan komplikasi tidak
langsung dari plasenta previa.
 Kejadian infeksi akibat daripada pendarahan yang banyak.

1.7. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan:
1. Anamnesis

Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless),
tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent).

2. Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan luar:

Inspeksi (penglihatan)

- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau


sedikit, darah beku dan sebagainya
- Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)

Palpasi

- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijumpai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya
kepala masih goyang di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen
bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.

Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali


fasilitas operasi segera tersedia.
 Pemeriksaan dengan Alat:

- Pemeriksaan inspekulo
- Penentuan letak plasenta tidak langsung

- Pemeriksaan USG
- Perabaan fornices
- Pemeriksaan melalui kanalis sevikalis

1.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan plasenta previa ditentukan oleh beberapa faktor :


1. Usia kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru-paru

2. Banyaknya perdarahan yang terjadi

3. Gradasi darri plasenta previa sendiri

Oleh karena itu penatalaksanaan plasenta previa dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
a. Terapi Aktif ( Kehamilan yang segera diakhiri )

1. Rencanakan terminasi kehamilan jika:


- Janin matur
- Janin mati/menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya
2. Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat
sedikit,persalinan pervaginam masih mungkin,jika tidak dilakukan SC
3. Jika persalinan dengan SC dan trjadi perdarahan dari tempat plasenta:
- Jahit tempat perdarahan dengan benang
- Pasang infuse oksitosin 10 unit NaCl atau RL dengan kecepatan 60 tetes
4. Jika perdarahan terjadi pasca persalinan,segera lakuakn penanganan yang
sesuai (ligasi arteri atau histerektomi)

b. Terapi Konservatif ( Mempertahankan kehamilan sampai waktu tertentu )

Terapi ini dilakukan kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup di
dunia luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan
kalau keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Dulu
anggapan kita ialah bahwa kehamilan dengan placenta previa harus segera diakhiri
untuk menghindarkan perdarahan yang fatal. Tapi sekarang terapi dapat dilakukan
dengan alasan :
1. Perdarahan pertama pada placenta previa jarang fatal
2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas

Syarat :
- Kehamilam preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
- Belum ada tanda inpartu,keadan umum ibu cukup baik (Hb dalam batas
normal)
- Janin masih hidup
- Rawat inap,tirah baring dan berikan AB Profilaksis
- Pemeriksaan USG
- Perbaiki anemia dengan Sulfat Ferosus atau Ferosus Fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan
- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama pasien dapat rawat jalan dengan pengawasan
- Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi
kehamilan
Tindakan yang kita pilih untuk pengobatan placenta previa dan kapan
melaksanakannya tergantung pada factor-faktor tersebut di bawah ini :
- Perdarahan banyak atau sedikt
- Keadaan Ibu dan anak
- Besarnya pembukaan
- Tingkat placenta previa
- Paritas

Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil nullipara dan tingkat placenta


praevia yang berat mendorong kita melakukan SC dan sebaliknya perdarahan yang
sedang, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat placenta praevia
yang ringan dan anak yang mati mengarahkan pada usaha pemecahan ketuban.
Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil dipertimbangkan
terapi ekspektatif. Perlu dikemukakan cara manapun yang diikuti, persediaan darah
yang cukup sangat menentukan.
1. Cara-cara vaginal terdiri dari :
- Pemecahan ketuban
- Versi Braxton Hicks
- Cunam Willet
2. Pemecahan Ketuban
3. Versi Braxton Hicks
4. Traksi dengan Cunam Willet
5. Sectio Caesarea

Robekan mudah terjadi, karena cervix dan segmen bawah rahim pada placenta
praevia banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. SC dilakukan pada
placenta praevia totalis dan pada placenta praevia lainnya jika terjadi perdarahan
hebat.

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar keperawatan maternitas edisi 6. Jakarta:


EGC
achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta:
EGC
Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
Leveno, Kenneth J at al . 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Ed 21.
Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Howard, Gloria. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). USA : Elsevier
Marion, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Elsevier
Stright, Barbara R. 2004. Panduan Belajar : Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Ed.
3. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ide Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Leveno, Kennrth J.2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkas. Ed. 21. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai