Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. SKENARIO
seorang pria berumur 39 tahun, dirawat di ruang infeksi RSCM. Klien bekerja di
pertambanganyang jauh dari perkotaan, saat muda sering ke komplek prostitusi.
Sudah 2 tahun ini mulai terasa lelah baik saat bekerja maupun saat istirahat, sakit
kepala hilang timbul tanpa sebab, batuk kering tak produktif, demam. Mengalami
diare encer ± 2 bulan ini, mual, keram abdomen. Pada bagian mulut terlihat stomatitis.
Hasil lab yang dilakukan di IGD menunjukan hasil CD4 150. Hasil thorax
memperlihatkan pneumonia pneumoysitis carinii, pemeriksaan jamur sekresi mulut
terdapat candida albicans, laboratorium fese ditemukan enteritis crytosporidum. Ners
Alita melakukan Asuhan Keperawatan pada klien tersebut.

B. ANALISIS KASUS
1. Langkah 1 (Klarifikasi/Identifikasi Istilah)
a) Apa yang dimaksud dengan CD4 ?
Jawab : CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah
bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang
di sebut sebagai sel-T.
b) Apa yang dimaksud dengan pneumonia pneumoysitis carinii ?
Jawab : adalah infeksi oportunistik yang terjadi pada populasi imunosupresi,
terutama pada pasien HIV.
c) Apa yang dimaksud dengan candida albicans ?
Jawab : candida albicans adalah salah satu jamur yang terdapat pada mukosa
mulut.
d) Apa yang dimaksud dengan enteritis crytosporidum ?
Jawab : enteritis crytosporidum ialah suatu bakteri yang menyerang sistem
gastrointestinal yang dapat mengakibatkan diare.
e) Apa yang dimaksud dengan prostitusi ?
Jawab : prostitusi atau pelacuran adalah penjualan jasa seksual seperti hubungan
seks.

1
2. Langkah 2 (Membuat Daftar Masalah)
1. Bagaimana patofisiologi pada kasus tersebut?
2. Apa saja faktor resiko dari penyakit pada kasus tersebut ?
3. Apa diagnosa medis pada kasus tersebut ?
4. Apa saja penyebab dari penyakit pada kasus ?
5. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi pada kasus
?
6. Bagaimana prognosis penyakit pada kasus ?
7. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit pada kasus ?
8. Apa saja faktor predisposisi dari penyakit pada kasus ?
9. Apa saja komplikasi dari penyakit pada kasus ?
10. Apa saja klasifikasi penyakit pada kasus ?
11. Bagaimana penanganan psikologis yang dialami pasien dengan penyakit
yang ada pada kasus ?
12. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pria dalam skenario
tersebut ?
13. Bagaimana aspek legal etik pada skenario ?
14. Apa saja penanggulangan yang dapat dilakukan di masyarakat ?
15. Berapakah nilai normal CD4 ?
16. Bagaimana pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis
penyakit pada kasus ?
17. Bagaimana epidemiologi penyakit pada kasus ?
18. Apa saja faktor presipitasi dari penyakit pada kasus ?
19. Bagaimana cara pencegahan agar tidak terkena penyakit seperti pada
kasus?
20. Bagaimana peran perawat untuk menangani penyakit pada kasus ?
21. Bagaimana peran keluarga untuk membantu dalam kesembuhan pasien
yang mengalami penyakit seperti pada kasus ?
22. Apakah ada diagnosa banding untuk penyakit pada kasus ?

3. Langkah 3 (Menganalisis Masalah)


1. SB
2. Faktor resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya AIDS yaitu :
1) Homo seksual atau lesbian/LGBT

2
2) Transfusi darah
3) Hubungan seksual
4) Jarum suntik yang dipakai bergantian/tidak steril
5) janin dalam kandungan ibu hamil dengan HIV positif
6) Pengguna narkoba
3. Diagnosa medis pada kasus adalah Acquired Immune Deficiency Syndrom
(AIDS) yang yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Di mana pada kasus disebutkan bahwa pada masa mudanya pasien
ini sering ke kompleks prostitusi. Data yang menguatkan bahwa pada
kasus ini HIV/AIDS ialah adanya tanda dan gejala yang ditimbulkan
seperti diare ± 2 bulan, mual, keram abdomen, dimana tanda dan gejala
tersebut menunjukan tanda dan gejala dari HIV/AIDS.
4. Penyakit ini disebabkan oleh ada nya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan
melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.
5. SB
6. SB
7. Manifestasi klinis dari penyakit ini berdasarkan stadium yaitu ada 4 :
1) Stadium 1
Sejak HIV masuk kedalam tubuh akan menimbulkan gejala yang
sangat sulit dilihat karena menyerupai gejala influenza, kemudian
demam, rasa letih, nyeri otot & sendi, nyeri telan. Lama periodenya
antara 3-8 minggu bahkan ada yang berlangsugn 6 bulan.
2) Stadium 2
Asimptomatik berarti bahwa di dalamorgan tubuh terdapat HIV, tetapi
tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Penderita tampak sehat tetapi
jika diperiksa darahnya akan menunjukan sero positif, ini berbahaya
karena dapat menularkan HIV ke orang lain. Keadaan ini berlangsung
antara 8-10 bahkan 5-10 tahun.
3) Stadium 3
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya
muncul hanya pada satu tempat saja dan berlangsung lebih dari 1 bulan
biasanya disertai demam, diare, berkeringat pada malam hari, lesu dan

3
berat badan menurun. Pada stadium ini sering disertai infeksi jamur
candida disekitar mulut.

4) Stadium 4
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit infeksi
sekunder.
8. SB
9. SB
10. SB
11. SB
12. SB
13. SB
14. SB
15. SB
16. SB
17. Epidemiologi HIV/AIDS pada tahun 2013 infeksi HIV di dunia mencapai
2,3 juta. Sedangkan di Indonesia sendiri, HIV tersebar di 368 dari 497
kabupaten/kota diseluruh provinsi di Indonesia. Bali adalah provinsi
pertama tempat ditemukanya infeksi HIV/AIDS. Setiap 25 menit di
Indonesia, satu orang akan terinfeksi HIV. Satu dari lima orang yang
terinfeksi berusia di bawah 25 tahun. Proyeksi Kementrian Kesehatan
Indonesia memperlihatkan, tanpa adanya percepatan program pencegahan
HIV, lebih dari 500.000 orang Indonesia akan positif terinfeksi HIV pada
tahun 2014. Papua, Jakarta dan Bali yang berada paling depan dalam
tingkat penyebaran kasus HIV baru per 100.000 orang. Jakarta memiliki
angka terbesar untuk kasus beru pada tahun 2011 yaitu sebesar 4.012
kasus.
18. SB
19. Pencegahan dari penyakit HIV/AIDS yaitu :
1) Abstinence :puasa seks, terutama bagi yang belum menikah
2) Be faithful : setia, jangan berganti-ganti pasangan
3) Use Condom : apabila berhubungan seks dengan seseorang yang
positif HIV hendaknya menggunakan kondom
4) Drugs : jangan menggunakan narkoba, terutama yang melalui injeksi

4
5) Sterelizations of equipment : gunakan alat suntik yang steril.
20. SB
21. Peran keluarga yang dapat dilakukan yaitu :
1) Keluarga adapat memberikan dukungan kepada pasien
2) Keluarga tidak memberikan stigma yang buruk terhadap pasien yang
mengalami HIV/AIDS
3) Memberikan pikiran yangpositif
4) Keluarga harus mengetahui bagaimana mencegah dan mengetahui cara
penularan dari penyakit ini
22. SB

POHON MASALAH

ASKEP

Peran Perawat Peran Keluarga

Konsep Dasar

AIDS

HIV

5
4. Langkah 5 (Menerapkan Sasaran Belajar)
1. Patofisiologi diskenario ?
Jawab:
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus
yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya
dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat
(DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap dan dibungkus oleh
selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru
terpancung dimana p24 merupakan komponen struktural yang utama.
Tombol yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang
terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan
sel-sel CD4-posisitf (CD4+) adalah gp120 dari HIV. Sel-sel CD4-positif
(CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper (yang
dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV); limfosit T4
helper ini merupakan sel yang paling banyak di antara ketiga sel di atas.
Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan
dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan
menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan
melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan
disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian
terjadi infeksi yang permanen. Menurut Smeltzer siklus replikasi HIV
dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi
sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF
alfa atau interleukin l) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus
(CMV; cytomegalovirus), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan
hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan,
replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan
dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam
plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya. Infeksi HIV pada
monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten dan tidak
mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel itu menjadi
reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem
imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem itu untuk menginfeksi

6
berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan itu dapat mengandung
molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya.
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial,
kurang-lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV pula.
Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV;
tempat primernya adalah jaringan limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi.
replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma
darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya pada sel-sel CD4+ yang
lain. Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa sistem imun pada
infeksi HIV lebih aktif daripada yang diperkirakan sebelumnya
sebagaimana dibuktikan oleh produksi sebanyak dua milyar limfosit CD4+
per hari. Keseluruhan populasi sel-sel CD4+ perifer akan mengalami
"pergantian (turn over)" setiap 15 hari sekali. Kecepatan produksi HIV
diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit
infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan
infeksi yang lain; reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun,
reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang
menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan
ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian
penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin
bebas dari gejala selama berpuluh tahun; kendati demikian, sebagian besar
orang yang terinfeksi HIV (sampai 65%) tetap menderita penyakit HIV
atau AIDS yang simtomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut
terinfeksi. Dalam respons imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan
yang penting, yaitu: mengenali antigen yang asing, mengaktifkan Limfosit
B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksik,
memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi
parasit. Kalau fungsi limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk
menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi
yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi
oportunistik.
Sumber : Buku keperawatan medikal bedah

7
2. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi pada kasus?
Jawab:
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah:
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:

8
a) Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi
HIV.
b) Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh
yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
c) Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
d) Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan
relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
a) Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
b) Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang
terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia,
perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan
menelan.
c) Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
d) Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama
jaringan otot).
e) Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang
adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang
diberikan.
3. Bagaimana prognosis penyakit pada kasus ?
Jawab:
Hingga saat ini penyakit HIV/AIDS memang belum dapat disembuhkan,
namun dengan diagnosis dini, pengelolaan yang baik, disiplin minum obat
dan pemantauan, selain terjadi penurunan angka kesakitan dan kematian,
penderita dapat hidup dengan kondisi yang prima, tetap dapat berkarya
sebagaimana orang sehat lainnya.
Sumber : artikel dr. Sutopo Widjaja, MS
4. Faktor predisposisi dikasus ?
Jawab:
a. Malnutrisi
b. Genetik
Sumber :
5. Komplikasi yang ada diskenario ?

9
Jawab:
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
b. Neurologik
a. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek
: sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek ,batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
e. Dermatologik

10
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
a) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
Sumber : Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical
Series
6. Apa saja klasifikasi penyakit pada kasus ?
Jawab:
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan
berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem
tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui
pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi
oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

a) Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai


AIDS
b) Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang
c) Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan
selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
d) Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus,
trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua
penyakit ini adalah indikator AIDS.

7. Bagaimana penanganan psikologis yang dialami pasien dengan penyakit


yang ada pada kasus ?
Jawab:

Aspek Psikologis, meliputi :


a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya

11
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka

3. Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk
dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi
3 hal:
a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
c. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang
dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)
Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau
kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan
sumber dukungan sosial yang paling penting. House (2006)
membedakan empat jenis dimensi dukungan social :
a. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien
dengan HIV AIDS yang bersangkutan
b. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain
itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain
c. Dukungan Instrumental
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang,
kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk pengobatannya
d. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana
Sumber : Nursalam dan Ninuk D.2007. Asuhan Keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AIDS.Salemba Medika.Jakarta
8. Asuhan keperawatan diskenario tersebut ?
Jawab:
ASUHAN KEPERAWATAN

12
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama : Ny rita
Usia : 46 tahun
b. Diagnosa Medis
Diare
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaki bengkak, jantung berdebar- debar, mata melotot
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
d. Pengkajian per system/ head to toe/ pola Gordon
Pola fungsi kesehatan Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
Tidak ada
2) Pola Nutrisi – Metabolik
Diare
3) Pola Eliminasi
Tidak ada

4) Pola Aktivitas – Latihan


Tidak ada
5) Pola Istirahat dan Tidur
Tidak ada
6) Pola Kognitif – Persepsi
Tidak ada
7) Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Tidak ada.
8) Pola Seksualitas – Reproduksi
Tidak ada.
9) Pola Koping – Toleransi Stres

13
Adanya benjolan pada leher.
10) Pola Peran – Hubungan
Tidak ada
11) Pola Nilai – Kepercayaan
Tidak ada.

2. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. DS:
 Mengeluh kaki bengkak
DO: Gangguan citra tubuh berhubungan
 Terdapat benjolan pada leher dengan penyakit

2. DS :

DO : Diare berhubungan dengan


 Diare malabsorbsi

3. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan citra tubuh


2) Diare

4. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa
Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Keperawatan
1. Diare 1. Fluid Balance 1. Diare Management
2. Hydration a. Evaluasi efek samping
Setelah dilakukan tindakan pengobatan terhadap

14
keperawatan selama jam 3x8 jam gastrointestinal
diare berhubungan dengan b. Ajrkan pasien untuk
malabsorbsi teratasi mengobati anti diare
c. Instruksikan pasien
Kriteria hasil: dan keluarga untuk
a. Frekuensi BAB kembali secara mencatat warna,
normal jumlah, frek, dan
konsitensi feses
d. Identifikasi faktor
diare
e. Instruksikan makan
rendah serat
2. Fluid Monitoring
a. Monitor status hidrasi :
turgor, membran mukosa
b. Pantau intake dan output
secara adekuat
c. Timbang berat badan anak
setiap hari
d. Monitor nadi, TD
e. cairan parenteral sesuai
umur
2. Gangguan citra a. Body image Body image enchanment
tubuh b. Self esteem a. Jelaskan tentang
berhubungan Setelah dilakukan tindakan pengobatan, perawatan,
dengan keperawatan selama jam 3x24 kemajuan dan prognosis
penyakit jam diare berhubungan dengan penyakit
gangguan citra tubuh teratasi b. Dorong klien untuk
Kriteria Hasil : mengungkapkan
a. Body image positif perasaanya
b. Mampu menidentifikasi c. Fasilitasi kontak dengan
kekuatan personal individu lain
c. Mempertahankan interaksi

15
sosial

9. Bagaimana aspek legal etik pada skenario ?


Jawab:
a) Asas Menghormati Otonomi Klien
Klien mempunyai kebabsan untuk mengetahui dan memutuskan apa
yang akan dilakukan terhadapnya, untuk ini perlu diberikan informasi
yang cukup.
b) Asas Kejujuran
Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa
yang terjadi, apa yang akan dilakukan serta resiko yang dapat terjadi.
c) Asas Tidak Merugikan
Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan yang tidak perlu dan
mengutamakan tindakan yang tidak merugikan klien serta
mengupayakan resiko yang paling minimal atas tindakan yang
dilakukan.
d) Asas Manfaat
Semua tindakan yang dilakukan terhadap klien harus bermanfaat bagi
klien untuk mengurangi penderitaan atau memperpanjang hidupnya.
e) Asas Kerahasiaan
Kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien telah
meninggal.
f) Asas Keadilan
Tenaga kesehatan harus adil tidak membedakan kedudukan sosial
ekonomi, pendidikan, jender, agama, dan lain sebagainya.
Sumber : E. Doenges Marilynn.2005.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi : 3, Penerbit Buku
Kedokteran : EGC.

10. Apa saja penanggulangan yang dapat dilakukan di masyarakat ?


Jawab:
Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan
pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dan pemerintah

16
berkewajiban untuk mengarahkan membimbing, serta menciptakan
suasana yang menunjang.
1. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama
dan budaya yang ada di Indonesia.
2. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan meniperkukuh
ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial
yang mengakar dalam masyarakat.
3. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan
penyuluhan untuk memantapkan perilaku yang tidak memberikan
kesempatan penularan dan merubah perilaku yang beresiko tinggi.
4. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk
melindung diri dan orang lain terhadap infeksi HIV/AIDS.
5. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap
menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV/penderita
AIDS dan keluarganya.
6. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului
dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang
bersangkutan (informed consent). Sebelum dan sesudahnya harus
diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib
dirahasiakan.
7. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan
selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua
tingkat.
8. Setiap pemberi layanan berkewajiban memberikan layanan tanpa
diskriminasi kepada pengidap HIV/penderita AIDS.

Sumber : Menteri koordinator Bidang Kesejahteran Rakyat Selaku Ketua Komisi


Penanggulan AIDS.Azwar Anas

11. Berapa CD4 normal ?


Jawab:
Nilai normal untuk kebanyakan laboratorium adalah rata-rata 800-1050 (
sel/mm3 ) dengan kisaran mewakili 2 strandard kurang lebih 500-1400
jumlah CD4 dihitung berdasarkan 3 variebal : jumlah sel darah putih,

17
prsentase limfosit dan presentasi sel CD4 ( sel yang membawa reseptor
CD4 )

Sumber : 200-2006.Medical Management of HIV infection.John G Bartlett dan Joel E


Gallant.Johns Hopkins University school of Medicine hal.19-23

12. Pemeriksaan diagnostik yang ada dikasus ?


Jawab:
Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA (positif; hasiltes yang positifdipastikandengan western blot)
b) Western blot (positif), , dilakukanuntukmendeteksi antibodi HIV
pada serum, plasma, cairanmulut, darahkering, atauurin pasien
c) P24 antigen test (positifuntuk protein virus yang bebas)
d) Kultur HIV(positif; kalaudua kali uji-kadarsecaraberturut-
turutmendeteksienzim reverse transcriptase atau antigen p24
dengankadar yang meningkat)
e) Serologi
Sumber : E. Doenges Marilynn.2005.Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi : 3, Penerbit Buku
Kedokteran : EGC.
13. Apa saja faktor presipitasi dari penyakit pada kasus ?
Jawab:

a) Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual


dengan lebih dari satu pasangan
b) Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual
dengan orang dengan HIV positif
c) Memiliki penyakit menular seksual lain seperti syphilis, herpes,
chlamydia, gonorrhea atau bacterial vaginosis.
d) Bergantian dalam memakai jarum suntik
e) Mendapatkan transfusi darah yang terinfeksi virus HIV
f) Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan
infeksi HIV
g) Ibu yang memiliki HIV

Sumber :Gejala HIV/AIDS, Penyebab, Faktor Resiko, Pencegahan. Dr. Dadan Harjana

18
14. Bagaimana peran perawat untuk menangani penyakit pada kasus ?
Jawab:
Peran Perawat
Peran perawat adalah tingka laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan mempunyai
kedudukan dalam suatu system pelayanan kesehatan (Pusdiknakes,1989),
menurut Doheney (1992) peran perawat terdiri dari:
1. Care giver/pemberi pelayanan
a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu
kebutuhan klien
b) Perawat menggunakan nursing proses untuk
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai dari
masalah fisik (fisiologis) sampai masalah psikologis
c) Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
sesuai diagnose keperawatan yang terjadi mulai dari
masalah yang bersifat sederhana sampai dengan komplek.
2. Clien advocate/pembela pasien
Perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasi informasi dari berbagai
pemberi pelayanan dan memberikan informasi lain yang
diperlukan untuk mengambil prsetujuan (inform consent) atas
tidakan keperawatan yang diberikan.
3. Consellor/konseling
a) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola
interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya
b) Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam
merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan
adaptasinya
c) Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
masa lalu
d) Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah
perilaku hidup sehat (prubahan pola interaksi)

19
e) Educator /pendidik
a. Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan
lain baik secara spontan (saat interaksi) maupun secara
disiapkan
b. Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k.
pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan,
gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang
spesifik
c. Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam
Nursing care Planning
4. Coordinator/koordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan,
mengorganisasikan pelayanan dari semua tim kesehatan.
Karena klien menerima banyak pelayanan dari banyak
profesional misalnya nutrisi maka aspek yang harus
diperhatikan adalah jenis, jumlah, komposisi, persiapan,
pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi
dan sebagainya
5. Collaborator/kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim
kesehatan lainnya berupaya mengidentifikasi pelayanan
kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap
pelayanan yang diperlukan klien, memberi dukungan, paduan
keahlian dan ketrampilan dari berbagai profesional pemberi
pelayanan kesehatan.
6. Consultan/konsultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan
klien dan informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan.
Dengan peran ini dapat dikatakan keperawatan adalah sumber
informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien
7. Change agent/perubah
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dalam hubungan dengan klien dan cara pemberian
keperawatan kepada klien.

20
Sumber : Doheney (1992) dan (Pusdiknakes,1989)
15. Apakah ada diagnosa banding untuk penyakit pada kasus ?
Jawab :
a. Massa intrakranial
b. TBC
Sesuai dengan kepustakaan yang menulis bahwa di Amerika Serikat,
meningitis tuberkulosis ditemukan pada 32% kasus meningitis. Di
Indonesia hampir 50% kasus dalam stadium AIDS menderita
tuberkulosis paru, karena itu meningitis tuberkulosis selalu ada dalam
diferensial diagnosis pasien AIDS.
a. Polineuropati karena penyebab lain
b. Demensia karena penyebab lain
Sumber : Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

21
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi HIV/AIDS
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala
penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya
dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS
mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus
tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali
menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya
menyerang otak. Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family
lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan
DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selam periode
inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh
dengan periode imkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya
menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam
prose itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit. Secara structural
morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi
pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat
untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional
dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti group
antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope
(Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen
pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env
mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen
lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu,
dan vpr.
B. Siklus Hidup HIV
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal
ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk
mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan
pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan

22
kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan
membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer
selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
a) Masuk dan mengikat
b) Reverse transkripstase
c) Replikasi
d) Budding
e) Maturasi
C. Tipe HIV
Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1
bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype
dari HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan
kelompok spesifik resiko tinggi Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang
berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:
a) Sub tipe A: Afrika tengah
b) Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand
c) Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan
d) Sub tipe D: Afrika tengah
e) Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
f) Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
g) Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
h) Sub tipe H: Zaire,gabon
i) Sub tipe O: Kamerun,gabon
j) Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi
HIV baru di seluruh dunia
D. Etiologi
HIV ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus (LAV)
atau human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga di sebut human
T-cell lymphotrophic virus (retrovirus) LAV di temukan oleh montagnier dkk.
Pada tahun 1983 di prancis, sedangkan HTLV-111 di temukan oleh Gallo di
amerika serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak di
temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau
afrika,70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan

23
penyakit. Nama lain virus tersebut ialah HIV. Hiv TERDIRI ATAS hiv-1
DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri atas dua untaian RNA dalam inti
protein yang di lindungi envelop lipid asal sel hospes. Virus AIDS bersifat
limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk merusak sel darah putih
spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit pembawa factor T4
(CD4). Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah limposit T-helper
secara progresif dan menimbulkan imunodefisiensi serta untuk selanjut terjadi
infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur, virus dan parasit serta
neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus tersebut
akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita akan
mengadakan reaksi terhapat invasi virus AIDS dengan jalan membentuk
antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang agaknya tidak dapat menetralisasi
virus tersebut dengan cara-cara yang biasa sehingga penderita tetap akan
merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat
menularkan virusnya pada orang lain di sekelilingnya. Kebanyakan orang
yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit yang menderita sakit atau sama
sekali tidak sakit, akan tetapi pada beberapa orang perjalanan sakit dapat
berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-blown.
E. Patofisiologi Virus HIV/AIDS
1. Mekanisme system imun yang normal
Sistem imun melindungi tubuh dengan cara mengenali bakteri
atau virus yang masuk ke dalam tubuh, dan bereaksi
terhadapnya. Ketika system imun melemah atau rusak oleh
virus seperti virus HIV, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi
oportunistik. System imun terdiri atas organ dan jaringan
limfoid, termasuk di dalamnya sumsum tulang, thymus, nodus
limfa, limfa, tonsil, adenoid, appendix, darah, dan limfa.
1. Sel B
Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral.
Masing-masing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan
mempunyai kemampuan untuk mensekresi antibodi spesifik.
Antibody bekerja dengan cara membungkus antigen, membuat
antigen lebih mudah untuk difagositosis (proses penelanan dan
pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag. Atau dengan

24
membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang
berhubungan dengan respon inflamasi).
2. Limfosit T
Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu :
a. Regulasi sitem imun
b. Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus.
Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+,
CD8+, dan CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+
adalah sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan
makrofag saat terdapat antigen target khusus. Sel CD8+ membunuh
sel yang terinfeksi oleh virus atau bakteri seperti sel kanker.
3. Fagosit
4. Komplemen
Penjelasan dan komponen utama dari siklus hidup virus HIV
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat
untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen funsional dan structural.
Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag berarti group antigen, pol mewakili
polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope (Hoffmann, Rockhstroh,
Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase,
protease, integrase. Gen env mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan
glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif,
vpu, dan vpr.
Siklus Hidup HIV
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini
berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu beru untuk mereplikasi diri.
Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap
oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel
yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh
darah perifer selama 5 hari setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
a. Masuk dan mengikat
b. Reverse transkripstase
c. Replikasi

25
d. Budding
e. Maturasi
Tipe dan sub-tipe dari virus HIV.
Ada 2 tipe HIV yang menyebabk
an AIDS: HIV-1 yang HIV-2. HIV-1 bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat.
Berbagai macam subtype dari HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik
dan kelompok spesifik resiko tinggi. Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda.
Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:
a) Sub tipe A: Afrika tengah
b) Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand
c) Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan
d) Sub tipe D: Afrika tengah
e) Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
f) Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
g) Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
h) Sub tipe H: Zaire,gabon
i) Sub tipe O: Kamerun,gabon
j) Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru d
seluruh dunia.
Efek dari virus HIV terhadap system imun
Infeksi Primer atau Sindrom Retroviral Akut (Kategori Klinis A) Infeksi primer
berkaitan dengan periode waktu di mana HIV pertama kali masuk ke dalam tubuh. Pada
waktu terjadi infeksi primer, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, ini
berarti banyak virus lain di dalam darah.
Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta. Orang dewasa
yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala dari
sindrom retrovirol akut ini meliputi : panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare,
berkeringat di malam hari, kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala
tersebut biasanya muncul dan terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau
menurun setelah beberapa hari dan sering salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi
mononucleosis.
Selama imfeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan cepat.
Target virus ini adalah limfosit CD4+ yang ada di nodus limfa dan thymus. Keadaan tersebut
membuat individu yang terinfeksi HIV rentan terkena infeksi oportunistik dan membatasi

26
kemampuan thymus untuk memproduksi limfosit T. Tes antibody HIV dengan menggunakan
enzyme linked imunoabsorbent assay (EIA) akan menunjukkan hasil positif.
Cara penularan HIV/AIDS
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung,
air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lender vagina,
penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut
masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa
terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi
jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%.
Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi
terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah
jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan
juga terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau
kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain
yang darah,cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di
gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan
HIV.(PELKESI,1995).
5. Alat-alat untuk menoleh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat
tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat
tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian

27
Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan
oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat berpotensi
menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara
bersama-sama juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas
pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV tidak
menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu tangan,toilet yang di
pakai secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat tangan,hidup serumah
dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan hubungan social yang lain.
F. Manifestasi Klinis
Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang
menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa
penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat
malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah
membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
1. Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan
memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza
atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
2. Persisten Generalized Limfadenopati
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal,
keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa
penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut.
3. AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan
sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya
dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita
menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-
kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang
sudah timbul pada fase kedua.
4. Full Blown AIDS.
Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita
sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal
sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik,

28
sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman
opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga
penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan
lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.
G. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
b. Neurologik
1. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek
: sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan
dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi

29
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek ,batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1.Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2.Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan uji antibody terhadap antigen
virus structural. Hasil positif palsu dan negative palsu jarang terjadi.
2. Untuk transmisi vertical (antibody HIV positif) dan serokonversi
(antibody HIV negative), serologi tidak berguna dan RNA HIV harus
diperiksa. Diagnosis berdasarkan pada amflikasi asam nukleat.
3. Untuk memantau progresi penyakit, viral load (VL) dan hitung DC4
diperiksa secara teratur (setiap8=12 minggu). Pemeriksaan VL sebelum
pengobatan menentukan kecepatan penurunan CD4, dan pemeriksaan
pascapengobatan (didefinisikan sebagai VL <50 kopi/mL). menghitung
CD4 menetukan kemungkinan komplikasi, dan menghitung CD4 >200
sel/mm3 menggambarkan resiko yang terbatas. Adapun pemeriksaan
penunjang dasar yang diindikasikan adalah sebagai berikut :
Semua pasien CD4 <200 sel/mm3
Antigen permukaan HBV* Rontgen toraks
Antibody inti HBV+ RNA HCV
Antibody HCV Antigen kriptokukus
Antibody IgG HAV OCP tinja
Antibody Toxoplasma
Antibody IgG sitomegalovirus CD4 <100 sel/mm3
Serologi Treponema PCR sitomegalovirus
Rontgen toraks Funduskopi dilatasi
Skrining GUM EKG

30
Sitologi serviks (wanita) Kultur darah mikrobakterium
a. HAV, hepatitis A, HBV, hepatitis B, HCV, hepatitis C
b. Antigen/antibody e HBV dan DNA HBV bila positif.
c. + Antibodi permukaan HBV bila negative dan riwayat imunisasi
d. Bila terdapat kontak/riwayat tuberculosis sebelumnya, pengguna obat
suntik dan pasien dari daerah endemic tuberculosis.
4. ELISA (Enzyme-Linked ImmunoSorbent Assay) adalah metode
yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan
sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya
tes ini memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
5. WESTERN blot adalah metode yang digunakan menegakkan
diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi yaitu sebesar
99,6-100%. Pemeriksaanya cukup sulit, mahal, dan
membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
6. PCR (polymerase Chain Reaction), digunakan untuk :
1) Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang
dapat menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yan
menderita HIV akan membentuk zat kekebalan untuk melawan
penyakit tersebut. Zat kekbalan itulah yang diturunkan pada bayi
melalui plasenta yang akan mengaburkan hasil pemeriksaan, seolah-
olah sudah ada infeksi pada bayi tersebut. (catatan : HIV sering
merupakan deteksi dari zat anti-HIV bukan HIV-nya sendiri).
2) Menetapakan status infeksi individu yang seronegatif pada kelompok
berisiko tinggi.
3) Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum terjadi serokonversi.
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai sensitivitas
rendah untuk HIV-2.
5) Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok berisiko,
dilaksanakan 2 kali pengujian dengan reagen yang berbeda.
6) Pemeriksaan dengan rapid test (dipstick).
I. Tata Laksana HIV
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :

31
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan
seks terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang
tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :

a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik


b. Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
c. Terapi AZT (Azidotimidin)
d. Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien
AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
e. Terapi Antiviral Baru
f. Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut
g. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.

32
a. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun.
b. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

33
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah bahwa kita harus waspada terhadap virus HIV/AIDS. Makalah di
atas juga menjelaskan pengertian, sejarah, cara penularan , gejala-gejal dan
pencegahannya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah
ini adalah:
a. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala
menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
b. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita
hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan
tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
c. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.
B. SARAN
Sebaiknya perawat mendalami mengenai penyakit HIV/AIDS agar nantinya perawat
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan benar dan tidak terjadi kesalahpahaman
antara perawat dan pasien.

34

Anda mungkin juga menyukai