Anda di halaman 1dari 22

Makalah

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

DISUSUN OLEH :
BEBY TALISA SALAFI G99162038

KEPANITERAAN KLINIK/PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2017
A. Anatomi Mata
1. Anatomi Kelopak Mata
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi
bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya membentuk film air
mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar,
dan pengeringan bola mata.1

Gambar 1. Asesori Mata (Sumber: Pearson Education , 2015)


Kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian
depan, sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan
mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadinya
keratitis et lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
a. Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau
kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan
kelenjar Meibom pada tarsus.
b. Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar
di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah
kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M.
Orbicularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
Nervus Fasial M. Levator palpebra, yang berorigo pada
annulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas
dengan sebagian menembus M. Orbicularis okuli menuju
kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.
levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra.
Otot ini depersarafi oleh n.III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata.
c. Didalam mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat
dengan kelenjar didalamnya atau kelenjar Meibom yang
bermuara pada margo palpebra.
d. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal
dari rima orbita merupakan batas isi orbita dengan kelopak
depan.
e. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima
orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita.
Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
f. Persarafan sensorik kelopak mata atas di dapatkan dari
rumus frontal n.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II
saraf ke V. Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang
kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi
kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup
bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa
yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.1
2. Anatomi Sistem Lakrimal
Gambar 2 : Sistem Lakrimasi

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah


temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus
inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
a. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal
terletak di temporo antero superior rongga orbita.
b. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus
nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan
rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir
ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior.1

Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata
akan masuk kedalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila
pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan
keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan
terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar
lakrimal.1

Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal,


maka sebaiknya di lakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila
terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan
berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.1

3. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan
kelopak bagian belakang. Bermaca-macam obat mata dapat diserap
melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin
yang di hasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata
terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a. Konjungtiva tarsal yang menututpi tarsus, konjungtiva
tarsal sukar digerakkan dari tasus.
b. Konjungtiva bulbi menututpi sklera dan mudah di
gerakkan dari sklera di bawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang
merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks
berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di
bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak. 1
4. Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm.
Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang
lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang
berbeda.
Gamber 3. Struktur bola mata potongan sagittal. (Sumber:
https://www.studyblue.com/notes/note/n/lecture-7-the-special-
senses/deck/17385832)

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :


a. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan
memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar
yang melindungi bola mata.Bagian terdepan sklera disebeut
kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar
masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih
besar dibanding sklera.
b. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera
dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah
dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa
yang disebut perdarahan suprakoroid. Badan siliar yang
terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuous humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum
yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling
dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis
yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan
diteruskan ke otak. Badan kaca mengisi rongga di dalam
bola mata dan bersifat gelatin dan hanya menempel papil
saraf optik, makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan
ikat didalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina,
maka akan robek dan terjadi ablasi retina. 1

Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang di daerah


ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata
mempunyai peran dan akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar
dapat difokuskan di daerah makula lutea. 1

Terdapat 6 otot pergerakkan bola mata, dan terdapat kelenjar


lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

5. Anatomi Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening
mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari atas
lapis :
a. Epitel
Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal,
sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel. Sel basal menghasilkan membran basal yang
melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm
permukaan.
b. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini
tidak mempunyai daya regenerasi.
c. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat
kolagen ini bercabang.
d. Membran descement
Merupakan membran aseluler dan merupakan batas
belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik
dan berkembang seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.
e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk
heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel melekat pada
membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris
terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar,
saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk
kedalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepaskan selubung Schwannya. 1

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan


menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat
dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan
sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. 1
6. Anatomi Uvea

Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan
siliar dan koroid. Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang
terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan
foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior yaitu :

Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang


mengandung serabut sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.

Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal


dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi
pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.

Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis


untuk mengecilkan pupil.

Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan


sinaps. Iris terdiri dari atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, badan
siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara korneosklera dengan
badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di dalam
badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar dan
sirkular. 1

Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis


masuknya sinar ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga
indikator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis)
pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai
sistem ekskresi di belakang limbus. 1

Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya


pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata
merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan intraocular.
1

Otot longitudinal badan siliar yang berinsersi di daerah baji


sklera bila berkonstraksi akan membuka anyaman trabekula dan
mempercepat pengaliran cairan mata melalui sudut bilik mata. 1

Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi


akan mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi
pencembungan lensa. 1

Kedua otot ini dipersarafi oleh saraf parasimpatik dan bereaksi


baik terhadap obat parasimpatomimetik.

7. Anatomi Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya
saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan pada
orang tua, pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh
lensa yang sklerosis. 1
Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,
simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat
dari :
a. Berkurangnya rangsangan simpatis
b. Kurangnya rangsangan hambatan miosis

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di


waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi
midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi
kerja subkorteks yang sempurna yang akan meningkatakan miosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto
yang diafragmanya di kecilkan. 1

8. Anatomi Sudut Bilik Mata Depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan
pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik
mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan
terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga
tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut
ini di dapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris. 1

9. Anatomi Lensa Mata


Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk
lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata
terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya
akomodasi. 1
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting
dalam akomodasi untuk menjadi cembung.
b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media
penglihatan.
c. Terletak di tempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

a. Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan


presbiopia,
b. Keruh atau apa yang disebut katarak,
c. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
10. Anatomi Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang
terletak antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam
bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi
menyerap air. 1
11. Anatomi Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang
1
mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina
berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri
atas lapisan :
a. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
b. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
c. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut
dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat
metabolisme dari kapiler koroid.
d. apis fleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan
tempat asinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel
horizontal.
e. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal
dan sel muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina
sentral.
f. Lapis fleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan
tempat sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
g. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada
neuron kedua.
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju
saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
i. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina
dan badan kaca.

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri


oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik
yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. 1

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat


nutrisi dan koroid. Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan
pemeriksaan subyektif retina seperti : tajam penglihatan, penglihatan
warna, dan lapangan pandang. Pemeriksaan obyektif adalah
elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked
respons (VER). 1

12. Anatomi Saraf Optik

Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata


membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu : saraf penglihat dan serabut
pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang
diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik
ataupun perbuatan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran
aliran listrik. 1

13. Anatomi Sklera

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea


merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan
dari papil saraf optik sampai kornea.

14. Rongga Orbita

Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan


terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal,
etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas
tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.1

Rongga orbita yang berbentuk pyramid ini terletak pada kedua


sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuki sudut 45
derajat dengan dindingmedialnya.

Dinding orbita terdiri atas tulang :

a. Atap atau superior : os.frontal


b. Lateral : os.frontal, os. zigomatik, ala magna os sfenoid
c. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. Palatin
d. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. Etmoid

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh


saraf optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus
karotid. Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh
saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf
okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena
oftalmik.

Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita


dilalui oleh saraf infra-orbita, zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa
lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar
lakrimal.

15. Anatomi Otot Penggerak Mata


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan
sewaktu aksi otot. 1

Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :

a. Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang


lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari
kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja
untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
1

b. Otot Oblik Superior


Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva
tulang sfenoid di atas foramen optik, berjalan menuju
troklea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan di atas
otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera
dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior
dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari
bagian dorsal susunan saraf pusat. 1
c. Otot Rektus Inferior
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn,
berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan
insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan
dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood.
Rektus inferior dipersarafi oleh n. III. 1
d. Otot Rektus Lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas
dan di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh
N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama
abduksi. 1
e. Otot Rektus Medius
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan
pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan dan
rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat retrobulbar,
dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius
merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon
terpendek. menggerakkan mata untuk aduksi (gerakan
primer) 1
f. Otot Rektus Superior
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat
fisura orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang
akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata
bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm
di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III. 1
B. Fisiologi Mata
1. Proses Visual Mata
Gambar 4. Proses Visual Mata (Sumber: Pearson Education, 2008)

Proses visual mata dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus


pada retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik.
Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali
lebih banyak dibandingkan ketika sedang kontraksi maksimal. Diameter
pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary
constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang
terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel
tersebut dikenal juga sebagai myoephitelial cells.2 Jika sistem saraf
simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil
sehingga lebih banyak cahaya yang dapat memasuki mata. Kontraksi dan
dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan
ketika memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat
atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata,
pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi
mata. 2
Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous
humor (n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih
banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan
bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan
jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai
retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya
menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses
perubahan ini terjadi pada retina. 2
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan
sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi
pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid
membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan
mengurangi penyebaran cahaya dan mengisoloasi fotoreseptor-
fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu
lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron
ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan
bersatu. Lapisan pleksiformis luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan
sel bipolar dan ganglionic. 3

Gambar 5. Lapisan fotoreseptor pada retina. (Sumber: Pearson


Education, 2008)

Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal


yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic
tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi dan korteks
serebri. 3
Penglihatan manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Central Vision
Central vision adalah penglihatan yang timbul pada saat cahaya
jatuh pada area makula lutea retina dan memberikan stimulus
pada fotoreseptor yang berada pada area tersebut. 4
b. Peripheral Vision
Peripheral vision adalah penglihatan yang timbul pada saat
cahaya jatuh pada area diluar macula lutea retina dan
memberikan stimulus pada fotoreseptor yang berada pada area
tersebut. Penglihatan perifer dapat ditinjau secara cepat dengan
menggunakan confrontation testing. Pada pemeriksaan ini, mata
yang tidak diperiksa ditutup dengan menggunakan telapak
tangan dan pemeriksa duduk sejajar dengan pasien. Jika mata
kanan pasien diperiksa, maka mata kiri pasien ditutup dan mata
kanan pemeriksa ditutup. Pasien diminta untuk melihat lurus
sejajar dengan mata kiri pemeriksa. Untuk mendeteksi adanya
gangguan, pemeriksa menunjukan angka tertentu dengan
menggunakan jari tangan yang diletakkan diantara pasien dan
pemeriksa pada keempat kuadran penglihatan. Pasien diminta
untuk mengidentifikasi angka yang ditunjukkan. 4
2. Foto Transduksi
Fototransduksi merupakan proses perubahan stimulus cahaya menjadi
sinyal listrik yang akan diteruskan kepada sistem saraf pusat.
Fototransduksi terjadi melalui aktivasi fotopigmen yang terdapat pada
fotoreseptor oleh cahaya. Rangsangan ini akan mengakibatkan perubahan
kimiawi yang menyebabkan terjadinya potensial aksi pada sel ganglion.
Keunikan dari potensial aksi pada mata adalah bahwa potensial aksi ini
muncul akibat adanya hiperpolarisasi, bukan depolarisasi.7
Proses fototransduksi adalah sebagai berikut. Mula-mula, pada
keadaan gelap, retinal yang berada dalam konformasi 11-cis-retinal
berikatan dengan opsin. Pada saat ini pula, kanal natrium 3 yang berupa
chemically-gated Na channel berikatan dengan siklik GMP (cGMP) di
dalam sel sehingga kanal tersebut terbuka. Tidak adanya cahaya
mengakibatkan jumlah cGMP meningkat. Akibat pembukaan kanal,
banyak ion natrium masuk, menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi ini
diteruskan sehingga mengakibatkan pembukaan kanal kalsium di sinaps
terminal. Efek ahirnya adalah pelepasan glutamat yang merupakan
neurotransmitter penginhibisi.7,8
Apabila terdapat cahaya, konformasi retinal akan berubah menjadi 11-
trans-retinal. Akibatnya, retinal tidak lagi menempel dengan opsin
sehingga mengubah konformasi opsin. Reaksi ini mengakibatkan aktivasi
enzim, degradasi cGMP, dan akhirnya penutupan kanal natrium.
Penutupan kanal natrium menyebabkan hiperpolarisasi dan penurunan
pelepasan glutamat. 1 Pelepasan retinal dari opsin menyebabkan opsin
menjadi tidak berwarna, sehingga proses ini disebut juga bleaching
(pemutihan). Akan tetapi, trans-retinal kemudian akan dikonversi kembali
menjadi cis-retinal oleh enzim retinal isomerase. Retinal selanjutnya
mengalami regenerasi dengan berikatan dengan opsin. Proses regenerasi
dipengaruhi oleh stok vitamin A yang terdapat pada lapisan pigmen yang
dekat dengan fotoreseptor. Apabila terjadi pelepasan retina (retinal
detachment), prose regenerasi akan terganggu.8
Kecepatan regenerasi sel batang dan sel kerucut berbeda. Setelah
bleaching, egenerasi setenagh jumlah rodopsin yang terdapat pada sel
batang memakan waktu 5 menit sedangkan untuk fotopigmen sel kerucut
90 detik. Diperlukan waktu 30 sampai 40 menit agar rhodopsin bisa
beregenerasi sepenuhnya dari bleaching. 8
Dalam keadaan cahaya redup, potensial aksi kecil dan hanya sebentar
sehingga penurunan pelepasan glutamate terjadi secara parsial. Peniadaan
pelepasan glutamat lebih sempurna terjadi pada pemberian cahaya yang
terang.
Gambar 6. Proses bleaching dan regenerasi fotopigmen8

Sel fotoreseptor berhubungan dengan dua sel bipolar yang berbeda,


yakni sel on-center dan off-center. Glutamat dapat memberikan efek
hiperpolarisasi maupun depolarisasi, bergantung pada daerah reseptif
mana yang dirangsang di sel on-center maupun off-center. Keduanya
memiliki efek yang saling berlawanan. Pemberian cahaya menyebabkan
hiperpolarisasi sel off-center dan depolarisasi on-center sedangkan
keadaan gelap menyebabkan hiperpolarisasi sel on-center dan depolarisasi
sel off-center. Dampak yang muncul pada persepsi digambarkan pada
diagram berikut. 7
Perbedaan ini timbul karena daerah reseptif yang ada memiliki reseptor
yang berbeda. 7,9
Cahaya akan mengakibatkan depolarisasi pada fotoreseptor apabila
berikatan dengan reseptor metabotropik sedangkan hiperpolarisasi terjadi
pada reseptor ionotropik. Resultan dari efek kedua tipe neuron bipolar ini
menyebabkan mata dapat membedakan kontur suatu objek, dengan
mengorbankan informasi tentang keterangan objek yang absolut.
3. Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan
untuk membedakan berbagai bentuk 5. Penglihatan yang optimal hanya
dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, struktur mata
4
yang sehat serta kemampuaan fokus mata yang tepat. Perkembangan
kemampuan melihat sangat bergantung pada perkembangan sampai pada
kemampuan menilai pengertian melihat. Walaupun perkembangan bola
mata sudah lengkap waktu lahir, mielinisasi berjalan terus sesudah lahir.
Tajam penglihatan bayi sangat kurang dibandingkan dengan penglihatan
anak. Perkembangan penglihatan berkembang cepat sampai usia dua tahun
dan secara kuantitatif pada usia lima tahun1
Tajam penglihatan bayi berkembang sebagai berikut :
a. Baru Lahir : Menggerakkan kepala ke sumber cahaya besar
b. 6 minggu : Mulai melakukan fiksasi; Gerakan mata tidak teratur ke
arah sinar
c. 3 bulan : Dapat menggerakkan mata kearah benda yang bergerak
d. 4-6 bulan : Koordinasi penglihatan dengan gerakan mata; dapat
melihat dan mengambil objek
e. 9 bulan : Tajam Penglihatan 20/200
f. 1 tahun : Tajam Penglihatan 20/100
g. 2 tahun : Tajam Penglihatan 20/40
h. 3 tahun : Tajam Penglihatan 20/30
i. 5 tahun : Tajam Penglihatan 20/20 1

Secara klinis, derajat ketajaman anak-anak mencapai nilai yang


mendekati 6/6 saat mencapai usia 5 tahun. Hal ini dikarenakan
pemeriksaan visus pada anak-anak secara subjektif maupun objektif tidak
dapat menghasilkan data yang valid. Ketajaman penglihatan dapat di bagi
lagi menjadi recognition acuity dan resolution acuity. Recognition acuity
adalah ketajaman penglihatan yang berhubungan dengan detail dari huruf
terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution
acuity adalah kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda
yang mempunyai jarak sebagai dua objek yang terpisah.6
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 2010
2. Saladin, K.S., Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. 3rd ed.
New York: McGraw-Hill. 2003
3. Seeley, R.R., Stephens, T.D., Tate, P. Anatomy and Physiology. 7th ed. New York:
McGraw-Hill. 2006.
4. Riordan-Eva, P., Whitcher, J.P. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Ed. 17.
Jakarta: EGC, 28-32. 2009.
5. Anderson, D.M. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31st ed. Philadephia:
Saunders. 2007.
6. Leat, S.J., Yadav, N.K., Irving, E.L. Development of Visual Acuity and Contrast
Sensitivity in Children. J Optom 2: 19-26.2009.
7. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to System, Seventh Edition.
Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning; 2010.
8. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, 11th Edition.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.; 2007.
9. Costanzo LS. Physiology, Fifth Edition. Philadelphia: Saunders; 2014.

Anda mungkin juga menyukai