FISTULA ENTERKUTAN
I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi penyakit fistula enterkutan
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga
internal atau antara organ internal dengan tubuh bagian luar. (Smeltzer dan Bare,
2001). Entero-enteral atau enterocutaneous adalah petikan yang abnormal
kebocoran isi perut atau usus (usus besar atau kecil) ke organ lain, biasanya bagian
dari usus (entero-enteral) atau kulit (enterocutaneous). (Lee, 2006).
I.2 Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Fistula secara umum sering ditemukan pada penderita :
I.2.1 Penyakit Crohn
I.2.2 Tuberkulosis
I.2.3 Divertikulitis
I.2.4 Kanker
I.2.5 Cedera anus maupun rektum.
Fistula enterokutaneus biasanya diakibatkan :
I.2.6 Spontaneous (15% sampai 25%)
I.2.7 Radang usus buntu
I.2.8 Lubang duodenal ulcers
I.2.9 Radiasi
I.2.10 Penyakit diverticular
I.2.11 Ischemic usus
I.2.12 Malignancies.
I.2.13 Postoperative (75% hingga 85%)
I.2.14 Kegagalan anastomotic
I.2.15 Penutupan abdominal.
I.2.16 Operasi kanker
I.2.17 Lysis yang adhesions
I.3 Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara
konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari
vagina atau kandung kemih, tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak
teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala yang berhubungan.
I.4 Klasifikasi
Penyebab dari terbentuknya fistula pasca pembedahan sangat bervariasi tergantung
pada lokasi organ, faktor predisposisi, faktor resiko pasien dan tehnik atau prosedur
pembedahan. Kompleksitas dari fistula enterokutaneus tergantung dari jumlah
pengeluaran.
I.4.1 Rendah: 200 ml/24 jam
I.4.2 Moderat: 200-500 ml/24 jam
I.4.3 Tinggi: 500 ml/24 jam
Jumlah output juga dapat digunakan untuk memprediksi kematian seperti tercantum
dalam seri klasik oleh Edmunds dkk. pasien yang tinggi dengan output fistulas
memiliki mortality 54%, pasien dengan moderat output meninggal dalam 30% kasus
sedanglan rendah output fistulas meninggal dalam 16% kasus. Dalam seri yang lebih
baru, Levy dkk. melaporkan kematian dari 50%, 24% dan 26% di tinggi, moderat
dan rendah output fistulas, masing-masing. Kira-kira 30% semua tipe fistula akan
menutup secara spontan dalam waktu 6-7 minggu.
I.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah anus, dimana
ditemukan satu atau lebih pembukaan fistula atau teraba adanya fistula di bawah
permukaan. Sebuah alat penguji bisa dimasukan untuk menentukan kedalaman dan
arahnya. Ujung dalamnya bisa ditentukan lokasinya dengan melihat melalui
anoskop yang dimasukkan ke dalam rectum.
I.6 Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan.
Fistulektomi (eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah
dievakuasi secara seksama dengan enema yang diprogramkan. Selama pembedahan,
saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau dengan
menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau
dibiarkan terbuka, dan insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi
tampon dengan kasa. Sebuah studi menelan kontras, di mana radio-kekusaman dye
adalah ditelan oleh pasien dan diambil foto sinar-x dan CT scan, sering
menunjukkan anatomi dari hiliran. Jika hiliran melibatkan titik dua, yang kontras
enema (kontras dye diberikan melalui dubur) dapat bermanfaat. Parcel merupakan
sistem kantong yang digunakan pada bentuk dan ukuran luka lebih luas dengan
menggabungkan hidrokoloid sheet dan double tape. Wound drain merupakan
tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mengalirkan cairan yang cenderung
terakumulasi pada lokasi yang dilakukan pembedahan. Penggunaan wound drain
dapat menggunakan kantong ostomi.
Parcel dressing dipakai pada luka bertujuan untuk menampung eksudat, melindungi
jaringan, mencegah infeksi silang, memonitor volume pengeluaran, meningkatkan
rasa nyaman dan mengurangi kecemasan pasien, meningkatkan mobilitas pasien.
Sedangkan penggunaan wound drain untuk mempertahankan keamanan drain,
menampung pengeluaran, mencegah infeksi silang, memonitor keefektifitasan drain
dan volume pengeluaran, melindungi sekitar jaringan, meningkatkan kenyamanan
pasien dan mengontrol bau, meningkatkan mobilitas pasien dan biaya lebih efektif.
Kedua tehnik ini digunakan jika cairan yang keluar melalui luka dan fistula terlalu
banyak biasanya lebih dari 500 ml/24 jam. (Haryanto, 2009).
I.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fisula adalah :
I.7.1 Infeksi
I.7.2 Gangguan fungsi reproduksi
I.7.3 Gangguan dalam berkemih
I.7.4 Gangguan dalam defekasi
I.7.5 Ruptur/ perforasi organ yang terkait
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan fistel enterokutaneus :
I.7.6 Kekurangan gizi
I.7.7 Dehidrasi
I.7.8 Masalah kulit
I.7.9 keracunan
II. Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan
untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya,
melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu
klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin.
Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling
berkaitan dan dinamis.
II.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
II.1.1 Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD (efek pembesaran ginjal)
II.1.2 Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan /dorongan aliran urin, tetesan
Tanda : Feses keluar melalui fistula
II.1.3 Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual dan muntah
Tanda : Penurunan Berat Badan
II.1.4 Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubik, daerah fistula dan nyeri punggung bawah
II.1.5 Keamanan
Gejala : Demam
II.1.6 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Rencana pembedahan
Rencana Pemulangan :Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi.
II.2.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari fistula,
absorbsi tidak adekuat.
II.2.5 Gangguan pemenuhan perawatan diri b/d keterbatasan gerak akibat nyeri
II.2.6 Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
II.2.7 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan
interpretasi.
II.2.8 Gangguan kebutuhan istirahat tidur b/d nyeri
II.3 Perencanaan
II.3.1 Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, proses inflamasi
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.
Rasional: Membantu mengevaluasi derajat
ketidaknyamanan.meningkatnya nyeri secara bertahap pasca
operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.
2. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala nyeri
3. Ajarkan teknik nafas dalam
Rasional: Meningkatkan relaksasi,mening kenyamanan dan menurunkan
nyeri.
4. Berikan tindakan kenyamanan misalnya masase
Rasional: Menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang
5. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Rasional: Memblok lmpuls nyeri ke otak sehingga nyeri tidak
dipersepsikan
II.3.2 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan
tubuh, proses pembedahan
Tujuan : Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
Rasional: Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi
hari adalah karakteristik infeksi
2. Obeservasi penyatuan luka, adanya inflamasi
Rasional: Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
3. Pantau pernapasan, bunyi napas. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi
35-45 derajat, bantu pasien untuk membalik, batuk, dan napas dalam.
Rasional: Infeksi pulmonal dapat terjadi karena depresi pernapasan,
ketidakefektifan batuk, dan distensi abdomen.
4. Observasi terhadap tanda/ gejala peritonitis, mis, demam, peningkatan
nyeri, distensi abdomen.
Rasional: Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan,
peritonitis dapat terjadi bila usus terganggu, mis, ruptur praoperasi,
kebocoran anastomosis.
5. Pertahankan perawatan luka aspetik. Pertahankan balutan kering.
Rasional: Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian
balutan.
6. Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.
Rasional: Balutan basah bertindak sebagai retrograd, menyerap
kontaminan eksternal. Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi
infeksi.
II.3.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pengeluaran sari-sari makanan dari
fistula, absorbsi tidak adekuat.
Tujuan : menunjukkan berat badan stabil atau penigkatakan berat badan
sesuai sasaran dengan nilai normal
Intervensi :
1. Timbang berat badan tiap hari
Rasional: Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/ keefektifan
terapi.
2. Dorong tirah baring atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan
kalori dan simpanan energi
3. Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan
kalori dan simpanan energi
4. Berikan kebersihan oral
Rasional: Mulut yang bersih dapat menambah nafsu makan
5. Catat masukan dan sintomatologi
Rasional: Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan unutk
memilih makanan yang diingikan, dapat meningkatkan masukan.
6. Dorong pasien untuk mengatakan perasaan masalah mulai makan diet
Rasional: Keragu-raguan untuk makan mungkin dikibatkan oleh takut
makan akan menyebabkan eksaserasi gejala.
7. Kolaborasi obat anti kolinergik sesuai indikasi
Rasional: Anti kolinergik diberikan 15 sampai 30 menit sebelum makan
memberikan penghilangan keram dan deare.
8. Kolaborasi vitamin B12 dan asam folat
Rasional: Malabsorbsi B12 akibat kehilangan fungsi ileum
penggantiannya mengatasi depresi sum-sum tulang karena proses
inflamasi lama, kekurangan asam folat umumnya terjadi sehubungan
dengan penurunan masukan atau absorbsi
Silbernagl, Stefan. Atlas Berwarna & Teks Fisiologi. 2000. Hipokrates, Jakarta.