Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Dapat menghitung :
-Total Hardnes
-Kapasitas exchange
-Efisiensi exchange
1.2 Dasar Teori

1.2.1 Ion Exchange


Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang
(crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion yang
dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai karakteristik yang
berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung (swelling),
kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya dalam analisis
kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar
konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air,
memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion.
Pada saat operasi dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam
air akan teresap ke resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam
kesetaraan ekivalen, dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat mengatur
jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar
ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Resin itu harus cukup terangkai-silang, sehingga keterlarutannya yang dapat


diabaikannya.
2. Resin itu harus cukup hidrofolik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui
strukturnya dengan laju yang terukur (finite) dan berguna.
3. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai
dan harus stabil kimiawi.
4. Resin yang sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air.
(Harjadi, 1993).

Sebagai media penukar ion, resin mempunyai sifat-sifat penting sebagai


berikut:
 Kapasitas Penukaran ion
Sifat ini menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat
dipertukarkan dan dinyatakan dalam mek (milliekivalen) per gram resin
kering dalam bentuk hydrogen atau kloridanya atau dinyatakan dalam
milliekivalen tiap milliliter resin (meq/ml).
 Selektivitas
Sifat ini merupakan suatu sifat resin penukar ion yang menunjukan aktifitas
pilihan atas ion tertentu . Faktor yang yang menentukan selektivitas terutama
adalah gugus ionogenik dan derajat ikat silang. Selektivitas resin penukar ion
akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion dipisahkan dalam suatu
larutan apabila dalam larutan tersebat terdapat ion-ion bertanda muatan sama,
demikian juga dapat atau tidaknya ion yang telah terikat tersebut dilepaskan
 Derajat ikat silang (crosslinking)
Sifat ini menunjukan konsentrasi jembatan yang ada di dalam polimer. Derajat
ikat silang tidak hanya mempengaruhi kelarutan tetapi juga kapasitas
pertukaran, perilaku mekaran, perubahan volume, seletivitas, ketahanan kimia
dan oksidasi.
 Porositas
Nilai porositas menunjukan ukuran pori-pori saluran-saluran kapiler. Ukuran
saluran-saluran ini biasanya tidak seragam. Porositas berbanding langsung
derajat ikat silang, walaupun ukuran saluran-saluran kapilernya tidak seragam.
Jalinan resin penukar mengandung rongga-rongga, tempat air terserap masuk.
Porositas mempengaruhi kapasitas dan keselektifan. Bila tanpa pori, hanya
gugus ionogenik di permukaan saja yang aktif.
 Kestabilan resin
Kestabilan fisik dan mekanik terutama menyangkut kekuatandan ketahanan
gesekan. Ketahanan terhadap pengaruh osmotik, baik saat pembebanan
maupun regenerasi, juga terkait jenis monomernya.

Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin dibedakan jadi 2, yaitu :


 Resin penukar kation :
Melepaskan ion positif pada resin ( misalnya H + atau Na+ ) untuk ditukar
dengan kandungan unsur kation pada air . Resin kation mempunyai
immobile berupa SO3 _ atau COO−
 Resin penukar anion :
Melepaskan ion negative (misal OH − atau Cl− ) untuk di tukar dengan
kandunganunsur anion pada air. Resin anion mempunyai immobile NH2 + .

1.2.2 Kesadahan
Kasadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkomsumsi
sejumlah sabun secara berlebihan. Umumnnya mineral di air didominasi oleh
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Pada
prinsipnya kesadahan terbagi menjadi 2 jenis yaitu kesadahan karbonat dan
non karbonat. Kesadahan karbonat disebabkan adanya ion-ion HCO3- dan
CO3 2− , sementara kesadahan non karbonat oleh ion-ion Cl2 − dan SO4 −
(utama). Berikut beberapa kation dan anion yang terdapat pada air

Tabel 1. Beberapa kation dan anionpada air


Kation Anion

Ca2+ HCO3-
Mg2+ Cl-
Na+ SO42-
K+ NO3-
NH4+ F-
Fe2+ PO43-
Sumber: Berne F dan Cordornier J
Kesetimbangan antara kedua kesadahan tersebut adalah
penting didalam pelunakan air (water softener). Ion HCO3- akan
berdisosiasi pada suhu tinggi dan membentuk kerak berupa endapan
CaCO3.
Ca2++2 HCO3-========
CaCO3+CO2+H2O

Kesadahan total merupakan jumlah konsentrasi Ca2+ dan Mg2+,


sedangkan kesadahan karbonat merupakan penjumlahan dari
konsentrasi ion karbonat dan bikarbonat yaitu ½ HC03 − + HC03 2− .
Dengan mengurangkan kesadahan total dan kesadahan karbonat,
diperoleh kesadahan nonkarbonat.
Kesadahan non karbonat = {[Ca2+]+[Mg2+]} –{ [1/2 HCO3-]+[CO3]}
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan :
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Gelas Kimia 250 ml
3. Buret dan statif
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Batang Pengaduk
7. pH meter
8. Conductivity meter
2.1.2 Bahan yang digunakan :
1. EDTA
2. EBT
3. Aquades
4. Ammonia
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Pengoperaian Ion Exchange
- Persiapan katup katup dan tangki
- Pengisian tangki C dengan campuran air dan kapur (CaCO3) 0,1
ppm dalam 10 liter
- Mengatur valve pada alat ion exchange agar aliran air dapat
melalui resin kation
- Memastikan alat ion exchange telah terhubung dengan arus
listrik.
- Menyalakan alat ion exchange dan mengatur flowrate air intake
- Mengambil sampel air keluaran ion exchange setiap 10 menit
- Mengukur kondutivitas sampel menggunakan alat konduktivity
meter.
- Menghitung total dissolve solid pada sampel.
- Mengukur turbidity sampel menggunakan alat turbidity meter.
- Mengukur pH meter sampel menggunakan alat pH meter.
- Menganalisa kadar total hardness pada sampel tersebut.
- Menghitung kapasitas exchange
- Menghitung effisiensi exchange
2.2.2 Analisa Total Hardness
- Memipet 50 ml sampel air lalu memasukannya ke dalam Erlenmeyer 250
ml dan mengencerkannya dengan aquadest samapai 100 ml.
- Menambahkan 5 ml larutan buffer pH 10 dan 5 tetes indicator EBT ke
dalam larutan tersebut.
- Menitrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna merah
menjadi biru.
- Menghitung total hardness yang ada pada sample air
𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 100 × 1000
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 =
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
BAB III

DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

3.1.1 Tabel Data Pengamatan Air Intake

T(Menit) Turbidity Total Konduktivitas pH Volume TDS


(NTU) Hardness (𝝁𝒔/𝒎) EDTA (ppm)
(ppm) (ml)
0 1,37 4 305 5,16 0,5-0,3 185,14

3.1.2 Tabel Data Pengamatan Sampel Air Selama Pengolahan

T (Menit) Turbidity Konduktivitas pH Total TDS (ppm)


(NTU) (𝝁𝒔/𝒎) Hardness
(ppm)
10 271 1058 6,68 TREACE 642,206
20 789 1220 5,36 TREACE 740,54
30 249 1003 5,77 TREACE 608,821
40 283 944 5,27 TREACE 573,008
50 283 934 6,37 TREACE 566,938
60 309 909 5,16 TREACE 551,763
70 288 864 5,06 TREACE 524,448
80 229 829 5,02 TREACE 503,203
90 222 787 5,00 TREACE 477,709

3.2 Pembahasan

Dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui total hardness, kapasitas


exchange dan effisiensi exchange.

Praktikum ini dilakukan dengan menganalisa sampel keluaran air dari unit
ion exchanger setiap 10 menit sekali. Dari unit ion exchanger yang digunakan
dalam praktikum ini hanya kolom resin kation (H + ). Dalam praktikum ini
dilakukan analisa terhadap turbidity, pH, konduktivitas dan total hardness. Analisa
turbidity dilakukan untuk mengetahui tingkat kekeruhan air, yang menunjukkan
banyaknya partikel suspendid solid yang ada dalam air. Analisa pH dilakukan
untuk mengetahui pH air dari keluaran proses unit ion exchanger apakah sesuai
dengan standar yang biasa digunakan untuk air umpan boiler sebesar 8,8-9,3 .
Dari analisa konduktivitas kita dapat mengetahui total disolve solid (TDS) berupa
senyawa bermuatan (+) dan (-) dari air yang telah mengalami proses pada unit ion
exchanger. Analisa total hardness dilakukan untuk mengetahui kandungan Ca dan
Mg dalam air, dimana dalam praktikum digunakan EDTA untuk menunjukka
kandungan hardness dalam air. Apabila setelah ditetesi EBT dan dititrasi dengan
EDTA warna air berubah dari biru menjadi merah, hal ini menunjukkan adanya
kandungan hardness dalam air. Tetapi apabila warna air tidak ada perubahan dari
biru tetep menjadi biru, maka kandungan hardness dalam air dinyatakan treace
atau tidak ada kandungan hardness dalam air.

Hasil dari analisa air pada ion exchange dapat dilihat pada tabel 3.1.1 dan
3.1.2, dimana menunjukkan turbidity pada sebelum proses sampai pada akhir
proses mengalami perbedaan yang sangat jauh. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh
keadaan tangki air yang kurang bersih, masih terdapat endapan dari kapur sisa
praktikum sebelumnya, sehingga mempengaruhi meningkatnya konsentrasi dan
turbidity air. Sebagaimana dalam praktikum ini hanya menggunakan konsentrasi
larutan CaCO3 sebesar 0,1 ppm/10 liter air dan dari data analisa menunjukkan
turbidity awal sebelum proses sebesar 1,37 Ntu dan turbidity akhir proses sebesar
222 Ntu. Sedangkan turbidity pada10 menit pertama sampai 90 menit terakhir
mengalami ketidakstabilan. Konduktivitas pada analisa air keluaran ion exchanger
menunjukkan banyaknya kandungan ion ion yang bermuatan negatif ( OH − )
yang terlewatkan pada resin kation ( H + ) karena resin anion ( OH − ) tidak
bekerja. Dari hasil analisa terlihat dari sebelum proses sampai akhir proses nilai
kondutivitas air meningkat, yaitu dari 305 μs/m menjadi 787 μs/m. Sedangkan
untuk 10 menit pertama sampai 90 menit terakhir nilai konduktivitas cenderung
tidak stabil. Dari analisa konduktivitas maka dapat diketahui kandungan TDS
berupa senyawa bermuatan (-) didalam air, yang mana menujukkan peningkatan
dari sebelum proses sampai pada akhir proses yaitu sebesar 185,14 ppm,
sedangkan pada 10 menit pertama sampai 90 menit terakhir kandungan TDS tidak
stabil. Pada analisa total hardness pada saat sebelum proses menunjukkan nilai
sebesar 4 ppm. Hal ini menunjukkan masih adanya kandungan total hardnes
berupa Ca dan Mg didalam air. Kemudian setelah proses berjalan 10 menit
pertama sampai 90 menit terakhir nilai total hardness menunjukkan treace atau
tidak adanya kandungan hardness didalam air. Ini disebabkan resin yang
digunakan adalah resin kation ( H + ) sehingga dapat menangkap partikel disolve
solid berupa Ca dan Mg didalam air. Pada analisa pH menunjukkan kisaran
sebesar 5 dari 10 menit pertama sampai 90 menit terakhir, kondisi ini belum
memenuhi capain. Hal ini bisa disebabkan kosentrasi dari CaCO3 yang kecil.
Untuk menaikkan pH bisa dilakukakan dengan penambahan kosentrasi larutan
CaCO3 . Pada praktikum ion exchanger selain dapat menganalisa partikel disolve
solid dan suspendid solid yang terkandung dalam air, dapat juga mengetahui
kapasitas dan effisiensi exchange. Berdasarkan dari hasil praktikum maka didapat
nilai kapasitas exchange sebesar 0,03 gram dan effisiensi exchange sebesar 9,99%.

Dari beberapa variabel yang dianalisa seperti turbdity, konduktivitas dan total
hardness menunjukkan hasil yang bagus, hal ini menunjukkan bawha unit alat ion
exchanger bekerja dengan baik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Nilai total hardness yang didapat dari analisa adalah TREACE,


menunjukkan tidak adanya kandungan hardness dalam air.

2. kapasitas ion exchange yang diketahui dari hasil analisa air adalah
sebesar 0,03 gram

3. Effisiensi alat dari unit ion exchange adalah sebsar 99,9%


DAFTAR PUSTAKA

Tim Laboratorium Operasi Teknik Kimia. 2015. Penuntun Praktikum Pengolahan


Limbah dan Utilitas.Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.

Sirajuddin. 2005. Modul Ajar Utilitas Jurusan Teknik Kimia 2012-2013.


Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

 Perhitungan Air Intake


a. Kadar Total Hardness
Diketahui :
M EDTA = 0,01 M
V EDTA = 0,2 ml
BM CaCO3 = 100 g/gmol
V sampel = 50 ml
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 ×𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 × 𝐵𝑀 𝐶𝑎𝐶𝑂3 ×1000
Kadar total hardness = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑔
0,01 𝑀 ×0,2 ×100 ×1000
𝑔𝑚𝑜𝑙
=
50 𝑚𝑙

= 4 𝑝𝑝𝑚
b. Kadar TDS (Total Dissolved Solid)
Diketahui :
Konduktivitas = 305 µs/cm
Kadar TDS = 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 0,607
= 305 × 0,607
= 185,135 𝑝𝑝𝑚
 Perhitungan Sampel Air
a. Kadar TDS (Total Dissolved Solid)
Diketahui :
Konduktivitas = 1058 µs/cm
Kadar TDS = 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 0,607
= 1058 × 0,607
= 642,206 𝑝𝑝𝑚
Melakukan cara yang sama untuk perhitungan kadar TDS data selanjutnya
pada variasi waktu tertentu.
(𝜋.15.10)𝑥𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
b. Volume resin basah = 4
471 𝑥 31,2 𝑐𝑚
= 4
= 3673,8 𝑐𝑚3 = 3,6738 𝑑𝑚3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 (𝐶𝑎𝐶𝑂3)
Kapasitas exchange = 𝑉𝑜𝑙.𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
0,0001 𝑔/𝑑𝑚3
= 3,6738 𝑑𝑚3
= 2,73𝑥10−5 gram

c. Kapasitas exchange akhir = mol 𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑥 𝐵𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴


= 0,0001g/100 gmol x 292,24 gmol
= 0,03 gram

𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠.𝑒𝑥𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠.𝑒𝑥𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙


Effisiensi exchange = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠.𝑒𝑥𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

(0,03 – 2,73𝑥10−5 )𝑔𝑟𝑎𝑚


= x 100%
0,03

= 99,9 %
Grafik Waktu Vs Konduktivitas
1400

1200
y = 0.4018x + 867.22
1000 R² = 0.0026
Konduktivitas (µs/m)

800

600
Konduktivitas
400

200

0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)

Grafik Waktu Vs Turbidity


900
800
700
Turbidity (NTU)

600
500 Turbidity
y = -0.3838x + 309.71
400 R² = 0.0035 Linear
(Turbidity)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Grafik Waktu Vs pH
8
y = -0.0093x + 5.902
7
R² = 0.2215
6
5
pH
4
pH

Linear (pH)
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)

Grafik Waktu Vs TDS


800
700 y = 0.2439x + 526.4
R² = 0.0026
600
500 TDS
400
TDS (ppm)

Linear (TDS)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)

Anda mungkin juga menyukai