Lap Ion Excahnge
Lap Ion Excahnge
PENDAHULUAN
1.2.2 Kesadahan
Kasadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkomsumsi
sejumlah sabun secara berlebihan. Umumnnya mineral di air didominasi oleh
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Pada
prinsipnya kesadahan terbagi menjadi 2 jenis yaitu kesadahan karbonat dan
non karbonat. Kesadahan karbonat disebabkan adanya ion-ion HCO3- dan
CO3 2− , sementara kesadahan non karbonat oleh ion-ion Cl2 − dan SO4 −
(utama). Berikut beberapa kation dan anion yang terdapat pada air
Ca2+ HCO3-
Mg2+ Cl-
Na+ SO42-
K+ NO3-
NH4+ F-
Fe2+ PO43-
Sumber: Berne F dan Cordornier J
Kesetimbangan antara kedua kesadahan tersebut adalah
penting didalam pelunakan air (water softener). Ion HCO3- akan
berdisosiasi pada suhu tinggi dan membentuk kerak berupa endapan
CaCO3.
Ca2++2 HCO3-========
CaCO3+CO2+H2O
3.2 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dengan menganalisa sampel keluaran air dari unit
ion exchanger setiap 10 menit sekali. Dari unit ion exchanger yang digunakan
dalam praktikum ini hanya kolom resin kation (H + ). Dalam praktikum ini
dilakukan analisa terhadap turbidity, pH, konduktivitas dan total hardness. Analisa
turbidity dilakukan untuk mengetahui tingkat kekeruhan air, yang menunjukkan
banyaknya partikel suspendid solid yang ada dalam air. Analisa pH dilakukan
untuk mengetahui pH air dari keluaran proses unit ion exchanger apakah sesuai
dengan standar yang biasa digunakan untuk air umpan boiler sebesar 8,8-9,3 .
Dari analisa konduktivitas kita dapat mengetahui total disolve solid (TDS) berupa
senyawa bermuatan (+) dan (-) dari air yang telah mengalami proses pada unit ion
exchanger. Analisa total hardness dilakukan untuk mengetahui kandungan Ca dan
Mg dalam air, dimana dalam praktikum digunakan EDTA untuk menunjukka
kandungan hardness dalam air. Apabila setelah ditetesi EBT dan dititrasi dengan
EDTA warna air berubah dari biru menjadi merah, hal ini menunjukkan adanya
kandungan hardness dalam air. Tetapi apabila warna air tidak ada perubahan dari
biru tetep menjadi biru, maka kandungan hardness dalam air dinyatakan treace
atau tidak ada kandungan hardness dalam air.
Hasil dari analisa air pada ion exchange dapat dilihat pada tabel 3.1.1 dan
3.1.2, dimana menunjukkan turbidity pada sebelum proses sampai pada akhir
proses mengalami perbedaan yang sangat jauh. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh
keadaan tangki air yang kurang bersih, masih terdapat endapan dari kapur sisa
praktikum sebelumnya, sehingga mempengaruhi meningkatnya konsentrasi dan
turbidity air. Sebagaimana dalam praktikum ini hanya menggunakan konsentrasi
larutan CaCO3 sebesar 0,1 ppm/10 liter air dan dari data analisa menunjukkan
turbidity awal sebelum proses sebesar 1,37 Ntu dan turbidity akhir proses sebesar
222 Ntu. Sedangkan turbidity pada10 menit pertama sampai 90 menit terakhir
mengalami ketidakstabilan. Konduktivitas pada analisa air keluaran ion exchanger
menunjukkan banyaknya kandungan ion ion yang bermuatan negatif ( OH − )
yang terlewatkan pada resin kation ( H + ) karena resin anion ( OH − ) tidak
bekerja. Dari hasil analisa terlihat dari sebelum proses sampai akhir proses nilai
kondutivitas air meningkat, yaitu dari 305 μs/m menjadi 787 μs/m. Sedangkan
untuk 10 menit pertama sampai 90 menit terakhir nilai konduktivitas cenderung
tidak stabil. Dari analisa konduktivitas maka dapat diketahui kandungan TDS
berupa senyawa bermuatan (-) didalam air, yang mana menujukkan peningkatan
dari sebelum proses sampai pada akhir proses yaitu sebesar 185,14 ppm,
sedangkan pada 10 menit pertama sampai 90 menit terakhir kandungan TDS tidak
stabil. Pada analisa total hardness pada saat sebelum proses menunjukkan nilai
sebesar 4 ppm. Hal ini menunjukkan masih adanya kandungan total hardnes
berupa Ca dan Mg didalam air. Kemudian setelah proses berjalan 10 menit
pertama sampai 90 menit terakhir nilai total hardness menunjukkan treace atau
tidak adanya kandungan hardness didalam air. Ini disebabkan resin yang
digunakan adalah resin kation ( H + ) sehingga dapat menangkap partikel disolve
solid berupa Ca dan Mg didalam air. Pada analisa pH menunjukkan kisaran
sebesar 5 dari 10 menit pertama sampai 90 menit terakhir, kondisi ini belum
memenuhi capain. Hal ini bisa disebabkan kosentrasi dari CaCO3 yang kecil.
Untuk menaikkan pH bisa dilakukakan dengan penambahan kosentrasi larutan
CaCO3 . Pada praktikum ion exchanger selain dapat menganalisa partikel disolve
solid dan suspendid solid yang terkandung dalam air, dapat juga mengetahui
kapasitas dan effisiensi exchange. Berdasarkan dari hasil praktikum maka didapat
nilai kapasitas exchange sebesar 0,03 gram dan effisiensi exchange sebesar 9,99%.
Dari beberapa variabel yang dianalisa seperti turbdity, konduktivitas dan total
hardness menunjukkan hasil yang bagus, hal ini menunjukkan bawha unit alat ion
exchanger bekerja dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
2. kapasitas ion exchange yang diketahui dari hasil analisa air adalah
sebesar 0,03 gram
= 4 𝑝𝑝𝑚
b. Kadar TDS (Total Dissolved Solid)
Diketahui :
Konduktivitas = 305 µs/cm
Kadar TDS = 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 0,607
= 305 × 0,607
= 185,135 𝑝𝑝𝑚
Perhitungan Sampel Air
a. Kadar TDS (Total Dissolved Solid)
Diketahui :
Konduktivitas = 1058 µs/cm
Kadar TDS = 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 0,607
= 1058 × 0,607
= 642,206 𝑝𝑝𝑚
Melakukan cara yang sama untuk perhitungan kadar TDS data selanjutnya
pada variasi waktu tertentu.
(𝜋.15.10)𝑥𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
b. Volume resin basah = 4
471 𝑥 31,2 𝑐𝑚
= 4
= 3673,8 𝑐𝑚3 = 3,6738 𝑑𝑚3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 (𝐶𝑎𝐶𝑂3)
Kapasitas exchange = 𝑉𝑜𝑙.𝑙𝑎𝑝𝑖𝑠𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
0,0001 𝑔/𝑑𝑚3
= 3,6738 𝑑𝑚3
= 2,73𝑥10−5 gram
= 99,9 %
Grafik Waktu Vs Konduktivitas
1400
1200
y = 0.4018x + 867.22
1000 R² = 0.0026
Konduktivitas (µs/m)
800
600
Konduktivitas
400
200
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
600
500 Turbidity
y = -0.3838x + 309.71
400 R² = 0.0035 Linear
(Turbidity)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Grafik Waktu Vs pH
8
y = -0.0093x + 5.902
7
R² = 0.2215
6
5
pH
4
pH
Linear (pH)
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Linear (TDS)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)