ALTERASI HIDROTERMAL
70
epitermal terbentuk pada suhu dan tekanan rendah dengan kisaran suhu 150oC –
300oC dengan kedalaman 1-2 km (Hayba dkk., 1985 op. cit. Corbett dan Leach,
1997).
71
Berdasarkan hubungan antara temperatur dan pH larutan, Corbett dan
Leach (1997) telah membuat zona alterasi yang ditunjukkan oleh himpunan
mineral tertentu dan tipe mineralisasinya (Gambar 4.1).
Gambar 4.1 Himpunan mineral alterasi dalam sistem porfiri hingga ephithermal (Corbett dan
Leach, 1997)
72
4.2. Metode dan Pendekatan
73
4.3. Asosiasi Mineral Alterasi
4.3.1. Kuarsa-serisit-piropilit
Asosiasi mineral alterasi yang hadir dalam zona ini adalah kuarsa dan
piropilit. Berdasarkan pengamatan petrografis, kuarsa sekunder hadir sebagai
mikrokristalin kuarsa yang mengisi urat, rongga antar mineral dan menggantikan
mineral sebagian atau keseluruhan. Kuarsa sekunder hadir dengan persentasi 2-
8% dari keseluruhan material penyusun batuan. Serisit hadir sebagai mineral
ubahan berukuran halus yang mengisi rekahan, rongga antar mineral dan
mengubah bagian tepi dari mineral. Mineral ini umumnya hadir mengubah massa
dasar pada batuan beku dan matriks pada batuan sedimen. Mineral ini juga
mengubah mineral primer seperti plagioklas dan k-feldspar. Kelimpahan mineral
ini sangat bervariasi berkisar antara 2 – 10% dari keseluruhan material penyusun
batuan. Piropilit dominan hadir sebagai mineral ubahan pada matriks dan sebagian
kecil hadir mengubah mineral primer. Piropilit hadir dengan persentasi sekitar 5%
dari keseluruhan material penyusun batuan.
74
Foto 4.1 Sampel batuan yang mengalami alterasi kuarsa-serisit-piropilit (HC_05).. (foto kiri) sampel arkosic arenite yang telah mengalami alterasi. Warna kehijauan
merupakan mineral klorit yang hadir meng-overprint kuarsa-piropilit. Umumnya ubahan ini telah di-overprint oleh kuarsa-klorit-serisit. Pirit hadir diseminasi dengan
jumlah yang melimpah. (foto kanan atas) sayatan tipis nikol sejajar. (foto kanan bawah) sayatan tipis nikol bersilang. Piropilit (D4) terlihat dikelilingi oleh mineral
klorit-kuarsa dan dipotong oleh mineral opak/pirit (E4) (lampiran A3).
75
Tabel 4.2 Perajahan temperatur untuk zona kuarsa-serisit±piropilit. Tabel ini menunjukkan bahwa
asosiasi mineral ini terbentuk pada suhu 280o – 340o C.
Zona ini umumnya hadir di Satuan Breksi Polimik. Namun seluruh alterasi
ini telah di-overprint oleh kuarsa-klorit-serisit (Lampiran E. Peta Alterasi).
4.3.2. Kuarsa-serisit-klorit
Asosiasi mineral alterasi yang hadir adalah kuarsa, serisit dan klorit.
Berdasarkan pengamatan petrografis, serisit hadir sebagai mineral ubahan
berukuran halus yang mengisi rekahan, rongga antar mineral dan mengubah
bagian tepi dari mineral. Mineral ini umumnya hadir mengubah massa dasar pada
batuan beku dan matriks pada batuan sedimen. Mineral ini juga mengubah
mineral primer seperti plagioklas dan k-feldspar. Kelimpahan mineral ini sangat
bervariasi berkisar antara 2 – 28% dari keseluruhan material penyusun batuan.
Kuarsa sekunder hadir sebagai mikrokristalin kuarsa yang mengisi urat, rongga
antar mineral dan menggantikan mineral sebagian atau keseluruhan. Kuarsa
sekunder hadir dengan persentasi 2-8% dari keseluruhan material penyusun
batuan.
76
Foto 4.2 Sampel batuan yang mengalami alterasi kuarsa-klorit-serisit (HF_02). (Foto kiri) Sampel batuan granodiorit yang teralterasi. Batuan ini mengalami alterasi
dengan intensitas sedang-lemah. (Foto kanan atas) Sayatan tipis nikol sejajar. (foto kanan bawah) Sayatan tipis nikol bersilang. Sayatan ini menunjukkan asosiasi
mineral kuarsa-serisit-pirit (E2-E5 hingga G3-G5) yang mengisi rongga antar mineral (Lampiran A6).
77
Tabel 4.3 Perajahan temperatur untuk kuarsa-serisit-klorit. Tabel ini menunjukkan bahwa asosiasi
mineral ini terbentuk pada suhu 280o – 320o C.
4.3.3. Kuarsa-biotit-plagioklas
Asosiasi mineral alterasi yang umum hadir dalam zona ini adalah biotit
dan kuarsa. Berdasarkan pengamatan petrografis, Secara umum biotit hadir
mengubah hornblenda dan piroksen. Kehadiran asosiasi mineral ini tidak tampak
jelas teramati karena hampir seluruhnya mengalami overprint oleh klorit-epidot.
Namum tanda-tanda kehadiran mineral ini masih bisa teramati. Asosiasi mineral
ini umumnya ditemukan di batuan Andesit (Lampiran E. Peta Alterasi).
Tabel 4.4 Perajahan temperatur untuk kuarsa-biotit-plagioklas. Tabel ini menunjukkan bahwa
asosiasi mineral ini terbentuk pada suhu 300o – 360o C.
78
Foto 4.2 Sampel batuan yang mengalami alterasi biotit-plagioklas-kuarsa (HH_13). Plagioklas
sekunder (G4) hadir mengubah hornblende.
79
4.3.4. Kuarsa-klorit-epidot±kalsit±aktinolit
Asosiasi mineral alterasi yang umum hadir dalam zona ini adalah kuarsa,
klorit dan epidot. Kalsit dan aktinolit hanya muncul pada beberapa tempat secara
lokal. Berdasarkan pengamatan petrografis, klorit hadir mengisi rongga antar
mineral, urat dan mengubah mineral sebagian atau keseluruhan dari mineral k-
feldspar, plagioklas, hornblenda dan piroksen. Klorit hadir dengan persentasi
berkisar antara 2-9% dari keseluruhan material penyusun batuan. Epidot dominan
hadir mengisi urat pada batuan, sebagian hadir diseminasi dengan ukuran mineral
0,02 – 1,5 mm, merupakan mineral ubahan dari plagioklas. Epidot hadir dengan
persentasi berkisar antara 1 – 10%. Kuarsa sekunder hadir sebagai mikrokristalin
kuarsa yang mengisi urat, rongga antar mineral dan menggantikan mineral
sebagian atau keseluruhan. Kuarsa sekunder hadir dengan persentasi 2-8% dari
keseluruhan material penyusun batuan. Kalsit dominan hadir mengisi urat,
sebagian kecil hadir mengisi rongga antar butiran dengan ukuran 0,037 – 0,1 mm.
Kalsit hadir dengan persentasi berkisar antara 2 – 21%. Aktinolit hadir mengisi
urat dengan bentuk menyerupai jarun dan ukuran yang sangat halus. Mineral
ubahan ini hanya muncul pada singkapan Andesit di sekitar Sungai Sontang.
Aktinolit hadir dengan persentasi 3%.
80
Foto 4.4 Sampel batuan yang mengalami alterasi klorit-epidot-kalsit (HH_13). a) Sampel batuan andesit yang teralterasi. Warna hijau pada batuan ditafsirkan sebagai
klorit, sementara urat-urat halus dengan warna hujau muda diperkirakan merupakan epidot b) Sayatan tipis nikol sejajar. c) Sayatan tipis nikol bersilang. Sayatan ini
menunjukkan mineral hornblende yang terubah menjadi klorit (F5-G5). Klorit berasosiasi dengan epidot, yang kemudian dipotong oleh urat epidot.
81
Foto 4.5 Sampel batuan yang mengalami alterasi klorit-epidot-aktinolit (HM_08). a) Sampel batupasir sangat halus pada satuan meta-batupasir. Batuan ini diterobos
oleh urat epidot (hijau terang) dan kalsit (hijau gelap) b) Sayatan tipis nikol sejajar. c) Sayatan tipis nikol bersilang. Sayatan ini menunjukkan suatu urat yang terdiri
dari asosiasi mineral epidot (E2, berwarna gelap/nikol sejajar), kuarsa (F6), klorit (F4) dan aktinolit (G1) (Lampiran A7).
82
Tabel 4.5 Perajahan temperatur untuk zona kuarsa-klorit-epidot-kalsit±aktinolit. Tabel ini
menunjukkan bahwa asosiasi mineral ini terbentuk pada suhu 300o – 320o C.
Gambar 4.2 Tahapan Alterasi Daerah Penelitian. Urut-urutan alterasi pada daerah penelitian
adalah Kuarsa-Klorit-Serisit (warna merah transparan), kemudian Kuarsa-Klorit-Epidot±aktinolit
(warna hijau transparan) dan yang terakhir adalah Kuarsa-Klori-Epidot±aktinolit (warna biru
transparan).
84