Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD)


PROVINSI SULAWESI TENGGARA

NAMA PEKERJAAN : KAJIAN ANCAMAN GEMPA BUMI


TERHADAP POTENSI TSUNAMI DAN LIQUIFAKSI
DI KABUPATEN KONAWE UTARA

APBD
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN ANGGARAN 2019
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KAJIAN ANCAMAN GEMPA BUMI TERHADAP POTENSI TSUNAMI DAN
LIQUIFAKSI DI KABUPATEN KONAWE UTARA

A. Latar Belakang
Belajar dari pengalaman kejadian bencana gempa bumi 7,4 MMI, yang
mengakibatkan tsunami dan liquifaksi di Provinsi Sulawesi Tengah khususnya
di beberapa tempat seperti Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten
Donggala yang berdampak pada daerah sekitar di Pulau Sulawesi dan Pulau
Kalimantan. Kejadian tersebut terjadi di penghujung tahun 2018 membuat cara
pandang tentang kondisi kejadian bencana di Indonesia dipandang perlu
diadakan kajian lebih dalam khususnya dihubungkan dengan status rangkaian
sesar Palu - Koro yang membentang di Pulau Sulawesi.
Pengaruh tumbukkan lempeng pasifik, Benua Asia dan Australia
terhadap Pulau Sulawesi adalah bersatunya bagian barat dan bagian Timur
Sulawesi yang berbentuk K, terbentuknya jalur gunung api dalam Geologi
Sulawesi Barat serta terjadinya sesar Palu-Koro yang berarah barat laut –
tenggara. Pulau Sulawesi terletak pada pertemuan 3 lempeng besar yaitu
Euresia, Pasifik, dan Indoaustralia serta sejumlah lempeng kecil (Lempeng
Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
Sulawesi Tenggara merupakan bagian dari Pulau Sulawesi. Kemiripan
bentuk Pulau Sulawesi dengan huruf K, memposisikan Sulawesi Tenggara
berada di lengan tenggara Pulau Sulawesi. Menurut Surono (1194) kepingan
benua di lengan tenggara Sulawesi dinamai Mintakat Benua Sulawesi
Tenggara (Southeast Sulawesi Continental Terrane) dan Mintakat Matarombeo.
Ini didasari oleh keberadaan kedua kepingan ini yang cukup besar di daerah
Sulawesi Tenggara.
Rumit dan kompleksnya proses tektonik pembentukkan Pulau Sulawesi
ini yang akhirnya memnyebabkan terbentuknya sesar yang merobek dan
melintang-lintang di Pulau Sulawesi. Terdapat enam jalur sesar utama aktif
yang membentang di provinsi Sulawesi Tenggara yaitu : Sesar Matano, Sesar
Lawanopo, Sesar Kolaka, Sesar Naik-Tolo, Sesar Hamilton dan sesar Kendari.
Aktivasi sesar Palu Koro yang memanjang ke arah Sulawesi Tenggara
membentuk dua sistem yaitu sesar matano dan sesar lawanopo. Pergerakkan
rangkaian sesar yang terdapat diwilayah Sulawesi Tenggara inilah yang
menjadi salah satu pemicu terjadinya gempa bumi.
1
Salah satu dampak yang disebabkan oleh gempa bumi adalah terjadinya
tsunami dan liquifaksi yaitu fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat
getaran gempa. Tsunami adalah gelombang besar yang terbentuk akibat
gempa bumi, longsor, letusan gunung berapi, atau peristiwa lainnya di
laut/samudra. Liquifaksi adalah suatu kejadian di mana suatu massa
mengalami kehilangan daya dukungnya pada jenis tanah yang non-kohesif
(kepadatan sedang sampai lepas) saat kondisi tanah yang jenuh air, yang
disebabkan oleh kenaikan nilai tegangan air pori pada saat mengalami beban
siklik akibat gempa bumi, dimana tanah tersebut mengalami perubahan sifat
dari solid ke liquid. Fenomena liquifaksi terjadi ketika lapisan pasir berubah
menjadi seperti cairan, sehingga tak mampu menopang beban bangunan di
dalam atau di atasnya. Sebagai contoh, saat gempa bumi yang memicu
terjadinya liquifaksi dan menimbulkan korban jiwa, yaitu di Niigata (Jepang)
1964, Alaska (USA) 1964, Flores 1992, Maumere 1 Desember 1992, Kobe
1995, Biak 1996, Taiwan 1999, Bengkulu 2000, India 2001, Turki 2002, Aceh
dan Nias 26 Desember 2004, Yogyakarta 27 Mei 2006. Mengingat dampak dari
fenomena ini, maka perlu dilakukan kegiatan yang lebih terperinci pada daerah-
daerah yang memungkinkan untuk terjadinya tsunami dan liquifaksi. Fenomena
liquifaksi terjadi ketika lapisan pasir berubah menjadi seperti cairan sehingga
tak mampu menopang beban bangunan di dalam atau di atasnya.
Salah satu sesar utama di lengan tenggara Pulau Sulawesi adalah sesar
Lawanopo, sesar ini berarah barat laut tenggara dimulai dari Teluk Bone
melewati Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe, Kota Kendari dan
berakhir di Laut Banda. Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu
wilayah yang paling banyak bidang sesarnya dilewati oleh Sesar Lawanopo
sehingga daerah ini sering terjadi gempa akibat dari pergerakansesar tersebut.
Beberapa kejadian bencana gempa bumi yang pernah terjadi
mengakibatkan tsunami dan likufaksi. Kejadian bencana ini tidak hanya
mengakibatkan begitu korban jiwa melainkan merusak sejumlah infrastruktur.
Mengingat Kabupaten Konawe Utara yang juga dilalui oleh sesar Lawanopo
yang menghasilkan gempa yang tinggi, maka perlu dilakukan kajian ancaman
gempa bumi terhadap potensi tsunami dan likuifaksi di Kabupaten Konawe
Utara.

2
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Penyusunan dokumen kajian ancaman gempa bumi terhadap potensi
tsunami dan liquifaksi di Kabupaten Konawe Utara bermaksud untuk
memberikan gambaran mengenai ancaman gempa bumi terhadap
potensi terjadinya tsunami dan liquifaksi di Kabupaten Konawe Utara.
2. Tujuan
Tujuan kajian ancaman gempa bumi terhadap potensi tsunami dan
liquifaksi di Kabupaten Konawe Utarayaitu:
a) Mengetahui hubungan kondisi geologi terhadap penyebaran potensi
liquifaksi dan tsunami yang dapat diketahui dari litologi (besar butir,
pemilahan butir, dan kesarangan butir), kondisi geomorfologi, posisi
kedalaman muka air tanah, struktur geologi, dan jenis tanah;
b) Menganalisis potensi keruntuhan struktur tanah pasir (potensi
liquifaksi) dan tsunami akibat guncangan yang ditimbulkan oleh
gempa bumi;
c) Mengetahui nilai parameter dan jenis tanah;
d) Membuat peta potensi liquifaksi dan tsunami pada daerah kegiatan;
dan
e) Sebagai masukan untuk pengelolaan penataan ruang serta sebagai
alat untuk mengambil kebijakan di Kabupaten KonaweUtara.

C. Sasaran
Sasarandaripelaksanaankajian ancaman gempa bumi terhadap potensi
tsunami dan liquifaksi di Kabupaten Konawe Utaraadalahsebagaiberikut:
1) Tersedianya data kondisi geologi Kabupaten KonaweUtara;
2) Tersedianya informasi dasar tentang kebencanaan, khususnya potensi
tsunami dan liquifaksi; dan
3) Tersedianya peta identifikasi potensi rawan bencana tsunami dan
liquifaksi di Kabupaten Konawe Utara.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pelaksanaankajian ancaman gempa bumi terhadap
potensi tsunami dan liquifaksi di Kabupaten Konawe Utara adalah sebagai
berikut:
1) Mengumpulkan riwayat kejadian bencana gempa bumi;

3
2) Melakukan analisa topograpi, kemiringan lahan, penggunaan lahan, dan
curah hujan;
3) Melakukan analisa litologi, struktur, dan kondisi tanah;
4) Melakukan analisa rawan tsunami;
5) Melakukan analisa rawan Liquifaksi; dan
6) Melakukan pemetaan muka air tanah.

E. Landasan Hukum
Landasan hukum dari pelaksanaan kajian ancaman gempa bumi
terhadap potensi tsunami dan liquifaksi di Kabupaten KonaweUtaraadalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4247);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 32, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
4
2004 Nomor 66, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4723);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4739);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 69, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4851);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 11, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5028);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1996 tentang
Pelaksanan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
5
Indonesia Tahun 1996 Nomor 96, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3660);
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 45, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4385);
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 147, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4453);
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 83, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4532);
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4814);
21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 82, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4858);
23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
6
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 109, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5154);
26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217);
27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 140, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5325);
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5393);
29. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air;
30. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 128);
31. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5334);
32. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN);
33. Peraturan Menteri Pekerjaan UmumRepublik Indonesia Nomor:
21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);
34. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan

7
Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang;
35. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air pada Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota,
dan Wilayah Sungai;
36. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten;
37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
2/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Jaringan
Jalan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 136);
38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
19/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah;
39. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian
Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota;
40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
02/PRT/M/2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air;
41. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor:
03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga;
42. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007;
43. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana;
44. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Dan Kabupaten/Kota;

8
45. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik
Indonesia Nomor: 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam
Pedoman Bidang Penataan Ruang;
46. Peraturan Kepala BNPB Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;
47. Peraturan Kepala BNPB Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011
tentang Standarisasi Data Kebencanaan;
48. Peraturan Kepala BNPB Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011
tentang Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pascabencana;
49. Peraturan Kepala BNPB Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana;
50. Peraturan Kepala BNPB Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia;
dan
51. Peraturan Kepala BNPB Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kajian ancaman gempa bumi terhadap potensi
tsunami dan liquifaksidiKabupaten KonaweUtara adalah sebagai berikut:
1. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan ini memaparkan seluruh hasil pengkajian ancaman gempa
bumi terhadap potensi tsunami dan liquifaksi pada lokasi kegiatan.Selain
itu, ringkasan ini juga memberikan gambaran umum berbagai
rekomendasi kebijakan yang perlu diambil oleh suatu daerah untuk
menekan ancamangempa bumi terhadap potensi tsunami dan liquifaksi
di daerah tersebut.
2. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan kajian ancaman
gempa bumi terhadap potensi tsunami dan liquifaksi, sasaran, ruang
lingkup, landasan hukum, pengertian, dan sistematika penulisan.
3. Bab II Tinjauan Umum Kajian Rawan Bencana
Bab ini memberikan penjelasan terkait tinjauan umum dan teoritis
tentang kajian ancaman gempa bumi terhadap potensi tsunami dan
liquifaksi di Kabupaten KonaweUtara.
4. Bab III Metodologi

9
Bab ini berisi tentang metodologi yang akan digunakan dalam kajian
ancaman gempa bumi terhadap potensi tsunami dan liquifaksi di
Kabupaten KonaweUtara.
5. Bab IV Kondisi Geologi Daerah
Bab ini berisi tentang informasi kondisi topografi, kondisi geomorfologi,
kondisi tanah, kondisi stratigrafi, dan kondisi struktur geologi.
6. Bab V Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil analisis data-data kajian ancaman gempa
bumi terhadap potensi tsunami dan liquifaksidiKabupaten KonaweUtara..
7. Bab VI Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.
8. Lampiran

G. Nama Organisasi Pengadaan Pekerjaan


Instansi : Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi Sulawesi Tenggara

H. Lokasi Kegiatan
Kegiatan kajian ancaman gempa bumi terhadap potensi tsunami dan
liquifaksi ini akan dilaksanakan di Kabupaten Konawe Utara.

I. Tenaga Ahli
Untuk melaksanakan pekerjaan ini dibutuhkan fasilitas dan/atau
pendampingan tenaga ahli yang berpengalaman dibidang masing-masing dan
dibantu beberapa tenaga penunjang.
1. Tenaga Ahli
a) Ketua Tim/Team Leader
Ketua tim dipersyaratkan Magister (S2) dari disiplin Ilmu Geografi.
Team leader akan melaksanakan pekerjaan yang bersifat substantif
dengan persyaratan keahlian sebagai berikut:
1) Lulusan perguruan tinggi dari disiplin Ilmu Geografi dengan durasi
pengalaman 3 tahun.
2) Mampu memimpin tim kerja secara efektif.
3) Memiliki kemampuan komunikasi dan daya analisis yang baik
terhadap situasi yang berkembang dan familiar terhadap
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan.
10
4) Mampu memformulasikan gagasan-gagasan berdasarkan input-
input yang ada, merumuskan kebijakan yang efektif dalam
penanganan kegiatan ini.
5) Mempersiapkan dokumen rencana kegiatan.
6) Mempersiapkan instrumen penelitian.
7) Menyiapkan rancangan pengolahan data dan menganalisis hasil-
hasil kegiatan.
8) Menyusun laporan kegiatan.
9) Memaparkan hasil kegiatan dalam seminar.
b) Ahli Fisika
Seorang tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan minimal
Magister (S2) Ilmu Fisika.
Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli Ilmu Fisikaadalah:
1) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan dokumen rencana
kegiatan.
2) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan instrumen penelitian.
3) Bersama ketua tim dan tenaga ahli yang lain menyiapkan
rancangan pengolahan data dan menganalisis hasil-hasil kegiatan.
4) Bersama-sama ketua tim menyusun laporan kegiatan.
5) Bersama-sama ketua tim memaparkan hasil kegiatan dalam
seminar.
c) Ahli Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Seorang tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan minimal
Magister (S2) Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli IlmuPengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkunganadalah:
1) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan dokumen rencana
kegiatan.
2) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan instrumen penelitian.
3) Bersama ketua tim dan tenaga ahli yang lain menyiapkan
rancangan pengolahan data dan menganalisis hasil-hasil kegiatan.
4) Bersama-sama ketua tim menyusun laporan kegiatan.
5) Bersama-sama ketua tim memaparkan hasil kegiatan dalam
seminar
d) Ahli Komunikasi
Seorang tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan minimal
Magister (S2) Ilmu Komunikasi.
11
Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli IlmuKomunikasiadalah:
1) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan dokumen rencana
kegiatan.
2) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan instrumen penelitian.
3) Bersama ketua tim dan tenaga ahli yang lain menyiapkan
rancangan pengolahan data dan menganalisis hasil-hasil kegiatan.
4) Bersama-sama ketua tim menyusun laporan kegiatan.
5) Bersama-sama ketua tim memaparkan hasil kegiatan dalam
seminar.
e) Ahli Kajian Budaya
Seorang tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan minimal
Magister (S2) Ilmu Kajian Budaya.
Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli IlmuKajian Budayaadalah:
1) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan dokumen rencana
kegiatan.
2) Bersama-sama ketua tim mempersiapkan instrumen penelitian.
3) Bersama ketua tim dan tenaga ahli yang lain menyiapkan
rancangan pengolahan data dan menganalisis hasil-hasil kegiatan.
4) Bersama-sama ketua tim menyusun laporan kegiatan.
5) Bersama-sama ketua tim memaparkan hasil kegiatan dalam
seminar.
2. Tenaga Penunjang
Tenaga penunjang diperlukan untuk membantu tenaga ahli dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan
kebutuhannya maka tenaga penunjang yang diperlukan adalah:
a. Pembantu Peneliti, bertugas membantu tim pelaksana dalam
penyiapan kegiatan, pelaksanaan survei, dan pengolahan data.
b. Sekretariat Peneliti mempunyai tugas membantu tim pelaksana
dalam pelayanan teknis dan administrasi.
c. Operator komputer mempunyai tugas dan tanggung jawab
membantu tenaga ahli dalam pengetikan laporan.
d. Pembantu lapangan mempunyai tugas dan tanggung jawab
membantu tenaga ahli dalam melakukan survei lapangan dan
fasilitas kemasyarakatan.

12
J. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan kajian ancaman gempa bumi terhadap potensi
tsunami dan liquifaksidi Kabupaten Konawe Utara berasal dari Dokumen
Pelaksana Anggaran (DPA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi Sulawesi Tenggara T.A. 2019.

K. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan


Jangka waktu pelaksanaan kegiatankajian ancaman gempa bumi
terhadap potensi tsunami dan liquifaksi diKabupaten Konawe Utara selama7
(tujuh) bulan, terhitung sejak penandatanganan perjanjian kerja (kontrak)
termasuk waktu yang diperlukan untuk menyerahkan pekerjaan hasil kegiatan.

L. Produk yang Dihasilkan


Produk dokumen yang dihasilkan dalam kegiatan ini terdiri dari
10(sepuluh) eksamplar buku laporan, 10 (sepuluh) keping digital report, 5 (lima)
album peta, dan 5(lima) keping digital map.

M. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dibuat. Kerangka Acuan Kerja
(KAK) ini menjadi pedoman secara umum bagi pelaksana kegiatan dalam
melaksanakan pekerjaan.

Kendari, 3 Januari 2019

Kepala Pelaksana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Provinsi Sulawesi Tenggara
selaku Pengguna Anggaran (PA)

Ir. H. Boy Ihwansyah, M.T.


Pembina Utama Muda Gol. IV/c
NIP 19630513 198411 1 001

13

Anda mungkin juga menyukai