Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Klien yang mengalami gangguan kesehatan akut maupun kronis menyembuhkan dan
mempertahankan kesehatan mereka dengan berbagai strategi. Obat adalah substansi yang
digunakan dalam diagnosis, pengobatan, penyembuhan, perbaikan, maupun pencegahan
terhadap gangguan kesehatan. Obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan
penyembuhan penyakit.
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam
diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia, hewan
dan tumbuhan. Obat adalah unsur bahan aktif secara fisiologis, zat kimia, atau racun.
Menurut Permenkes RI No.242/1990, obat adalah bahan atau panduan bahan yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, dan
peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis.
Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang dengan cepat dan
luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan terampil dan
tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas perawat tidak sekedar memberikan pil untuk
diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek
samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan
mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat
membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat antagonis?
2. Apa yang dimaksud dengan vitamin dan mineral?
3. Apa yang dimaksud dengan vaksin?

1
4. Apa yang dimaksud dengan NAPZA?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang obat antagonis.
2. Untuk mengetahui tentang vitamin dan mineral.
3. Untuk mengetahui tentang vaksin.
4. Untuk mengetahui tentang NAPZA.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Antagonis
Defenisi obat ialah suatu zat yang digunakan untuk diagnose, pengobatan,
melunakkan,penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan.
Meskipun obat dapat menyambuhkan tapi toh banyak kejadian bahwa seseorang telah
menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat
sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebgai obat apabila
tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi
bila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan keliwat dosis akan menimbulkan
keracunanan. Bila dosisnya lebih kecil kita tidak memperoleh penyembuhan.
Obat-obat yang tergolong midriatik bekerja melebarkan pupil mata sedangkan obat
golongan miotik mengecilkan pupil mata. Ada obat yang digunakan untuk mencegah
perdarahan yaitu golongan hemostatik atau golongan koagulansia yang menjadikan darah
menjendal, tetapi adapula obat justru mencegah supaya darah jangan jadi menjendal, hal ini
diperlukan untuk transfuse darah atau pada waktu operasi jantung dicegah darah jangan
menjendal (trombosis). Parasimpatomimetik Obat yang digunakan untuk merangsang organ-
organ yang dilayani saraf parasipatik juga disebut Cholinergik. Efek yang penting terhadap
kelenjar, otot polos dan jantung ialah :
1. menaikkan sekresi kelenjar-kelenjar bronchus, keringat, air mata, dan ludah.
2. menimbulkan miosis, daya akomodasi berkurang.
3. kontraksi otot bronchus
4. pelebaran dari kebanyakar pembuluh umum
5. bradycardia
6. kontraksi otot kerangka
7. stimulasi lalu depresi dari susunan saraf sentral
8. menaikkan tonus dan motilitas dari saluran usus lambung
9. Pilocarpin Hydrochloridum (miotik)
- Carbacholum (bekerja pada tonus saluran kemih)
- Neostigmini Bromidum (miotik, bekerja pada atonus usus dan myasthenia gravis.

3
Antagonis adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah sama sekali efek agonis
dibedakan jenis-jenis berikut :

1. Antagonis Kompetitif

Antagonis Kompetitif, seperti halnya agonis, berkaitan dengan reseptor tertentu.


Senyawa ini memiliki afinitas terhadap reseptor. Akan tetapi berbeda dengan agonis,
senyawa ini tidak mampu menimbulkan efek : senyawa ini tidak menunjukkan aktivitas
intrinsik. Karena agonis dan antagonis kompetitif bersaing pada reseptor yang sama(
yang disebut bersaing pada tempat kerja ), maka menurut hukum kerja massa, masing-
masing dapat mengusir yang lain dari reseptor akibat kenaikan konsentrasi dari salah satu
senyawa.

Antagonis kompetitif ialah obat yang jika berinteraksi dengan reseptor spesifik
membentuk kompleks ikatan antagonis reseptor secara reversible tetapi tidak
menyebabkan timbulnya respon. Oleh karena itu aktivitas intrinsik suatu antagonis
kompetitif kuat sama dengan nol.

Ikatan antara antagonis irreversible dengan reseptor sanagat erat sehingga tingkat
disosiasi dari kompleks antagonis-reseptor sangat rendah, mendekati nol. Oleh karena itu
dengan menaikkan konsentrasi agonis tidak dapt mengurangi efek antagonis, karena efek
antagonis terus meningkat seiring waktu dan kadar antagonis itu sendiri. Dengan
demikian populasi reseptor yang tersisa untuk agonis berbanding terbalik dengan kadar
antagonis, dan efek maksimal agonis menurun.

2. Antagonis tak Kompetitif

Antagonis tak kompetitif mampu melemahkan kerja agonis dengan cara yang
berbeda. Contohnya suatu obat tidak mencapai daerah reseptor yang sebenarnya, tetapi
bekerja pada tempat lain pada protein reseptor , yaitu alosterik.

Pada antagonis tak kompetitif, aksi penghalangan adalah reversible, mereka


membpunyai afinitas tinggi terhada reseptor atau membentuk perubahan kimiawi yang
irreversible dalam reseptor. Pada perubahan agonis berikutnya tidak menyimpan lagi efek
secara penuh.penghalangan ini dapat memblokir hanya sebagian suatu fraksi reseptor

4
atau dapat keseluruhan. Sebagai contoh : Norepinefrin dan Fenoksinbenzamin yang pada
setiap kadar antagonis, efek Norepinefrin yang penuh tidak pernah tercapai dan pada
kadar Fenoksibenzamin cukup tinggi efek Norepinefrin secara komplit ditiadakan.

Kerja penghambatan ini terjadi akibat senyawa ini menyebabkan perubahan


konformasi makromolekul dan karena itu kondisi untuk agonis pada tempat reseptornya
berubah. Kemungkinan lain dari penghambatan tak kompetitif adalah bahwa proses yang
sedang berlangsung dipengaruhi setelah pembentukan kompleks obat reseptor

3. Antagonis Fungsional

Dalam antagonism fisiologis atau fungsional obat-obat saling antagonis dengan


bereaksi pada reseptor yang berlainan dan menghasilkan efek yang berlawanan. Sebagai
contoh :

- Histamine menimbulkan kontraksi otot Bronkhial, sedang Epinefrin menimbulkan


relaksasi otot Bronkhial.
- Norepinefrin suau neurotransmitter simpatis dan Asetilkolin suatu neurotransmitter
parasimpatis efeknya pada ukuran pupil. Disini tidak hanya reseptornya yang
berlainan tapi juga ototnya berbeda. Efek pada otot umumnya adalah kontraksi tapi
pada otot susunan anatomisnya berbeda, terjadi kontriksi (sphincter pupillae)
sedangkan yang lain (radial dilator) terjadi dilatasi.
4. Antagonis Kimiawi

Antagonisme yang terjadi pada dua senyawa mengalami reaksi kimia pada suatu
larutan atau media sehingga mengakibatkan efek obat berkurang. Sebagai contoh :
Tetrasiklin mengikat secara lekat logam-logam bervalensi 2 dan 3 ( Ca, Mg, Al) efek obat
berkurang.

Kalsium Antagonis

Kalsium Antagonis dalah kelas obat heterogen dan golongan obat penurun tekanan darah
atau anti hipertensi yang bekerja dengan cara menghambat pemasukan ion kalsium ke dalam sel
otot vaskular perifer sehingga menimbulkan vasodilatasi, sedangkan pada sistem konduksi

5
jantung, kalsium antagonis memperpanjang masa konduksi dan masa refrakter AV node serta
menekan otomatisitas SA node.

Klasifikasi
Kalsium antagonis di bagi menjadi 2 golongan yaitu Antagonis kalsium Dihidropiridin dan
Non Dihidropiridin.
1. Dihidropiridin :
Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi
sebagai obat antihipertensi.
Contohnya : Nifedipine, Amlodipine, felodipin, isradipin, nikardipin, dan nisoldipin
a. Nifedipin : merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi arteri koroner dan
perifer. Obat ini lebih berpengaruh pada pembuluh darah dan kurang berpengaruh pada
miokardium dari pada verapamil. Tidak seperti verapamil, nifedipin tidak mempunyai
aktivitas antiaritmia. Nifedipin jarang menimbulkan gagal jantung, karena efek inotropik
negatifnya diimbangi oleh pengurangan kerja ventrikel kiri. Sediaan nifedipin kerja
pendek tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi, karena
menimbulkan variasi tekanan darah yang besar dan refleks takikardia.
b. Amlodipin dan felodipin : menunjukkan efek yang serupa dengan nifedipin dan
nikardipin, tidak mengurangi kontraktilitas miokard dan tidak menyebabkan perburukan
pada gagal jantung. Obat ini mempunyai masa kerja yang lebih panjang, dan dapat
diberikan sekali sehari. Nifedipin, nikardipin, amlodipin, dan felodipin digunakan untuk
pengobatan angina atau hipertensi. Semuanya bermanfaat pada angina yang disertai
dengan vasospasme koroner. Efek samping akibat efek vasodilatasinya adalah muka
merah dan sakit kepala, dan edema pergelangan kaki (yang hanya memberikan respons
parsial terhadap diuretika).
2. Non – dihidropinin :
Golongan non dihidropinin ini mempengaruhi sistem konduksi jantung dan
cenderung melambatkan denyut jantung. Efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan
penurunan resistensi perifer. Contohnya : Veramil dan Diltiazem
a. Verapamil digunakan untuk pengobatan angina, hipertensi, dan aritmia. Obat ini
merupakan antagonis kalsium dengan kerja inotropik negatif yang poten, mengurangi

6
curah jantung, memperlambat denyut jantung, dan mengganggu konduksi AV. Dengan
demikian verapamil dapat mencetuskan gagal jantung, memperburuk gangguan konduksi,
dan menyebabkan hipotensi pada dosis tinggi. Karena itu obat ini tidak boleh digunakan
bersama dengan beta-bloker. Efek samping utamanya berupa konstipasi.
b. Diltiazem efektif untuk sebagian besar angina. Selain itu, sediaan kerja panjangnya juga
digunakan untuk terapi hipertensi. Senyawa ini dapat digunakan untuk pasien yang
karena sesuatu sebab tidak dapat diberikan beta-bloker. Efek inotropik negatifnya lebih
ringan dibanding verapamil dan jarang terjadi depresi miokardium yang bermakna.
Meskipun demikian, karena risiko bradikardinya, tetap diperlukan kehati-hatian bila
digunakan bersama beta-bloker.

B. Vitamin dan Mineral


1. Vitamin
Vitamin adalah senyawa kimia organic yang diperlukan untuk fungsi metabolisme
normal dan untuk penyembuhan dan penyembuhan jaringan. (Kee & Hayes, 1996).
Vitamin disebut mikronutrien karena dibutuhkan pada manusia hanya dalam jumlah
miligram atau mikrogram per hari. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan
makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan oleh manusia
dalam jumlah besar, yaitu sekitar lusinan gram per hari. Makronutrien dibutuhkan dalam
jumlah besar untuk menyediakan energi, menghasilkan prekursor organik berbagai
komponen tubuh dan untuk memberikan asam amino bagi sintesa protein tubuh.
Sebaliknya, vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit karena vitamin bekerja
sebagai katalisator yang memungkinkan transformasi kimia makornutrien yang biasanya
disebut metabolisme. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya terdapat pada
konsentrasi yang rendah di dalam jaringan.
a. Klasifikasi Vitamin
Vitamin dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelas, yaitu vitamin yang dapat larut
di dalam air dan vitamin yang dapat larut di dalam lemak. Vitamin yang bersifat sangat
polar sehingga dapat larut di dalam air. Ada 9 vitamin yang dapat larut dalam air yang
telah diidentifikasi. Beberapa vitamin tersebut ada yang diberi nama dengan nama, huruf,

7
dan beberapa lainnya diberi nama dengan huruf dan angka (Seager, 2005: 349). Vitamin
apa saja yang dapat larut dalam air dan dapat larut dalam lemak dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1. Vitamin dan peranannya pada fungsi enzim


Bentuk Koenzim (Bentuk Jenis Reaksi Yang
Vitamin
Aktif) Dilangsungkan
A. larut dalam air
Tiamin Dekarboksilasi asam α-
Tiamin pirofosfat
keto
Flavin mononukleotida,
Riboflavin Rekasi oksidasi-reduksi
flavin adenin dinukleotida
Nikotinamida adenin
dinukleotida, nikotin amida
Asam nikotinat Reaksi oksidasi-reduksi
adenin dinukleotida fosfat

Asam
Koenzim A Transfer gugus asil
pantotenat
Piridoksin Piridoksal fosfat Transfer gugus amino
Biotin Biositin Transfer CO2
Transfer gugus 1-
Asam folat Asam tetrahidrofolat
karbon
Pemindahan 1,2-
Vitamin B12 Deoksi adenosil kobalamin
hidrogen
Kofaktor pada reaksi
Asam askorbat Unknown
hidroksilasi
B. Larut Dalam
Lemak
Vitamin A Retinal Siklus penglihatan
Regulasi metabolisme
Vitamin D 1,25-dihidroksikolekalsiferol
CO2+

8
Perlindungan lipida
Vitamin E Unknown membran

Kofaktor pada reaksi


Vitamin K Unknown
karboksilasi

2. Mineral
Selain memerlukan vitamin pada makanan, manusia dan hewan juga memerlukan
sejumlah unsur kimiawi dalam bentuk anorganik untuk pertumbuhannya yang normal.
Mineral umumnya dipakai untuk mendeskripsikan unsur anorganik, yang biasanya
terdapat dalam bentuk unsurnya
Klasifikasi

Di dalam tubuh, unsur mineral tidak pernah digunakan dalam bentuk unsurnya,
tetapi dalam bentuk ion atau senyawanya. Berdasarkan banyaknya jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh, mineral dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelas, yaitu: unsur
makro dan unsur mikro.
Unsur makro mencakup kalsium, magnesium, sodium, potassium (kalium), fosfor,
sulfur, dan klor diperlukan dalam jumlah yang relatif banyak, yaitu beberapa gram per
hari.Sedangkan mineral yang termasuk dalam kelas unsur mikro yaitu: arsen, kobalt,
copper, krom, flor, iodin, besi, mangan, molibdenum, nikel, selenium, silikon, timah,
vanadium, dan seng (Kee & Hayes, 1996). ( Perhatikan tabel dibawah ini untuk
menjelaskan unsur makro dan mikro, sumber, dan fungsi, serta akibat kekurangan
mineral tersebut.
Kondisi Jika
Mineral Sumber Fungsi
Kekurangan
A. Mineral
Makro
Kalsium Sayuran hijau, olahan Pembentukan tulang dan Tidak tumbuh,
susu gigi, transmisi impuls lemah dan tulang
pada saraf rapuh

9
Klor Garam dapur, Penyeimbang pH asam- Otot keram
makanan laut, daging basa
Magnesium Daging, kacang- Enzim aktivasi, sintesis Pertumbuhan tidak
kacangan, susu, sereal protein normal, lemah,
kejang
Fosfor Susu, keju, ikan, Komponen pada enzim, Lemah, kehilangan
daging, kacang- penyangga asam-basa, kalsium, tulang
kacangan, sereal pembentukan tulang dan lemah
gigi
Potasium Daging, susu, buah- Penyangga asam-basa Otot lemah, lumpuh
buahan, sereal dan air, fungsi saraf
Sodium Semua makanan Penyangga asam-basa Keram otot, lesu
kecuali buah-buahan dan air, fungsi saraf
Sulfur Makanan berprotein Komponen penyusun Jarang terjadi
protein
B. Mineral
mikro
Arsen Makanan Pertumbuhan dan Sulit tumbuh dan
reproduksi bereproduksi
Kobalt Daging, hati, olahan Komponen penyusun Anemia (gejala
susu vitamin B12 kekurangan vitamin)
Tembaga Air minum, hati, Komponen enzim, Anemia, lemahnya
kacang-kacangan, pembentukan arteri
sereal hemoglobin
Krom Lemak, minyak sayur, Mengaktifkan kerja Mengurangi
daging, sereal insulin kemampuan
metabolisme glukosa
Flor Air minum, makanan Memelihara tulang dan Banyaknya gigi yang
laut, bayam, bawang gigi busuk
putih

10
C. Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh
organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah
dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin dapat juga berupa organisme mati
atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan
patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem
kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).Pemberian vaksin diberikan untuk
merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat
melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.Ada beberapa
jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan
tanpa menimbulkan penyakit. Ketika seorang individu divaksinasi terhadap penyakit atau
infeksi, mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap untuk melawan infeksi.Setelah
divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang menyebabkan tubuh persneling untuk melawan
infeksi. Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk
menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang
itu.Setelah divaksinasi tubuh "mengingat" bagaimana melindungi diri dari mikroba yang
dialami sebelumnya.
a. Bahan –bahan Pembuatan Vaksin

Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :


1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan
pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk konsumsi
manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.

11
4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena dipakai
sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai bahan
pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan kondisi
lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam
perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada sebagian orang
dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
padaVaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
b. Jenis – jenis Vaksin
1. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi
disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif selamasatu tahun.Contoh :Vaksin
Difteri dan Tetanus
2. Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus
Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
3. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut
sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin

12
ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran
terhadap reseptor pre sel B.

4. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.
Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi
DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari
virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam
genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini
menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B)
memerlukan-epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut
melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi
dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba
diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi
gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan
menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel
(kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor
plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan
menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang
mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan
penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa
vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup
kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.
6. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat

13
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian
serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.

7. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di
bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat
menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran
pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin.Kini terdapat lebih
dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa
menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri yang
muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius
dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh
yang berbeda, diantaranya adalah:
 Meningitis (Radang selaput otak)
 Bakteremia (infeksi dalam darah)
 Pneumonia (infeksi Paru-paru)
 Otitis Media (infeksi Telinga)
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,
ketulian, dan kematian.

D. NAPZA

Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA). Narkotika,


Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) adalah zat-zat kimiawi (obat-obat
berbahaya) yang mampu merubah fungsi mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan
kedalam tubuh manusia, baik melalui mulut, dihirup maupun disuntikkan. Dalam istilah
sederhana NAPZA berarti zat apapun juga apabila dimasukkan ke dalam tubuh manusia,
dapat mengubah fungsi fisik dan/atau psikologis. NAPZA psikotropika berpengaruh terhadap
sistem pusat saraf (otak dan tulang belakang) yang dapat mempengaruhi perasaan, persepsi
dan kesadaran seseorang.

14
Perbedaan NAPZA dan NARKOBA yaitu Narkoba merupakan kepanjangan dari
narkotika dan obat-obatan berbahaya. NAPZA sendiri merupakan kepanjangan dari
narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. NARKOBA merupakan istilah yang
biasa dipakai oleh orang awam dan hanya mencakup luas yang sempit, sementara NAPZA
adalah istilah medis atau kedokteran yang mencakup jangkauan lebih luas, tidak hanya
narkotika sebatas obat-obatan melainkan semua zat yang mengakibatkan ketergantungan
seperti alkohol, rokok, bahkan kafein.
Secara umum pengertian Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya
(NAPZA) masing-masing adalah :
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran dan dapat menyebabkan hilangnya rasa atau mengurangi nyeri dan dapat
menimbulkan rasa ketergantungan.
2. Alkohol
Alkohol adalah cairan yang dihasilkan dari fermentasi atau peragian dan
mengandung etanol. Cairan yang mengandung etanol yang tinggi disebut minuman keras
dan bila diminum memabukkan dan merusak tubuh.
3. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat.
4. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah zat atau obat yang berpotensi menimbulkan rasa
ketergantungan.
a. Jenis-jenisNAPZA
Jenis-jenis NAPZA dapat dikelompokkan menjadi 4:
- Berdasarkan bahan (natural dan sintesis)
- Berdasarkan efek kerja (merangsang, menekan dan mengacaukan sistem saraf
pusat)
- Berdasarkan cara penggunaan (oral, injeksi, melalui luka, menghirup dan insersi
anal)

15
- Berdasarkan bentuk (cairan, pasta, pil/kapsul, kristal/block, bubuk, gas dan
lapisankertas)
Secara umum, NAPZA dibedakan dari efek yang dihasilkannya, yaitu:
- Stimulan (Perangsang).
Obat jenis ini meningkatkan aktifitas dalam sistem syaraf pusat dan otonom. Obat
perangsang bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi waktu
makan dan menghasilkan insomnia, mempercepat detak jantung, tekanan darah
dan pemapasan, serta mengerutkan urat nadi, membesarkan biji mata. Obat
perangsang yang paling banyak dipakai adalah: nikotin (dari nikotin tembakau),
kafein (terdapat dalam kopi, teh, coklat, minuman ringan), amfetanium, kokain
(dari erythroxylum pohon koka), dan crack (kristalisasi bentuk dasar kokain).
- Anti Depresan.
Yaitu sejenis obat yang mempunyai kemampuan untuk memperIambat fungsi
sistem syaraf pusat dan otonom. Depresi merupakan gangguan psikiatri yang
paling banyak ditemukan. Ditiap waktu tertentu, kira-kira 5-6% populasi dalam
keadaan depresi (prefalensi sewaktu) dan diperkirakan 10% pernah depresi selama
kehidupannya (prefalensi sepanjang umur. Sebelum ditemukan obat antidepresan,
pasien depresi sikriatif diobati hanya dengan terapi elektrokonvulsi (Katzung,
1997). Obat anti depresan memberikan perasaan melambung tinggi, memberikan
rasa bahagia semu, pengaruh anastesia (kehilangan indera perasa), pengaruh
analgesia (mengurangi rasa sakit), penghilang rasa tegang dan kepanikan,
memperlambat detak jantung dan pernafasan serta dapat berfungsi sebagai obat
penenang dan obat tidur. Obat anti depresan yang sering dipakai meliputi: obat
penenang hipnotis, alkohol, benzodiazepines, obat tidur (dengan nama dagang
seperti Valium dan Rohypnol), analgesik narkotika (opium, morfin, heroin,
kodein), analgesik non-narkotika (aspirin, parasetamol), serta anastesia umum
seperti ether, oksida nitrus.
- Halusinogen.
Sejenis obat yang memiliki kemampuan untuk memproduksi spektrum pengubah
rangsangan indera yang jelas dan pengubah perasaan serta pikiran. Akibat yang
disebabkan oleh halusinogen dan reaksi subyektif terhadap pengaruh-pengaruh

16
tersebut bisa bebeda jauh antara satu pemakai dengan pemakai yang ragamnya
mulai dari perasaan gembira yang luar biasa sampai perasaan ngeri yang luar
biasa. Contohnya: LSD, psilocybin, jamur (juga dikenal sebagai jamur sakti), dan
DMD atau detura yang berasal dari bunga terompet.
- Klasifikasi NAPZA yang lain.
Jenis-jenis obat yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap sistem syaraf
pusat dan otonom, namun jenis-jenis obat tersebut berpengaruh langsung terhadap
bahan-bahan kimia otak yang spesifik (neurotransmitter). Ketika sedang aktif,
neurotransmitter itu diyakini mempengaruhi emosi, rasa sakit, daya ingat dan
keterampilan motorik.

17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Antagonis adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah sama sekali efek agonis.
Kalsium Antagonis dalah kelas obat heterogen dan golongan obat penurun tekanan darah
atau anti hipertensi yang bekerja dengan cara menghambat pemasukan ion kalsium ke
dalam sel otot vaskular perifer sehingga menimbulkan vasodilatasi, sedangkan pada sistem
konduksi jantung, kalsium antagonis memperpanjang masa konduksi dan masa refrakter AV
node serta menekan otomatisitas SA node.
Vitamin disebut mikronutrien karena dibutuhkan pada manusia hanya dalam jumlah
miligram atau mikrogram per hari. Selain memerlukan vitamin pada makanan, manusia dan
hewan juga memerlukan sejumlah unsur kimiawi dalam bentuk anorganik untuk
pertumbuhannya yang normal. Mineral umumnya dipakai untuk mendeskripsikan unsur
anorganik, yang biasanya terdapat dalam bentuk unsurnya.
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh
organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah
dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.
NAPZA adalah zat-zat kimiawi (obat-obat berbahaya) yang mampu merubah fungsi
mental dan perilaku seseorang, yang dimasukkan kedalam tubuh manusia, baik melalui
mulut, dihirup maupun disuntikkan.

B. Saran
Saran kami kepada pembaca agar dapat lebih mengerti dan mampu meberikan kami saran
dan kritik yang membangun untuk kami kedepannya agar dapat menulis makalah yang lebih
baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA
Aini SR, et al. 2010. Bahan Belajar Keterampilan Medik Farmasi Kedokteran. Laboratoriu
Keterampilan Medik FK UNRAM: Mataram.
Katzung, G. Bertram. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC
Kee, L. Joyce dan Hayes, R. Evelyn. 1996. Farmakologi : Proses Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
Katzung, G. Bertram dan Trevor, J. Anthony. 1994. Buku Bantu Farmakologi. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. 2002. Farmakologi Untuk Keperawatan. Widya Medika: Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai