Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Geologi Teknik Untuk Perencanaan Bangunan Sipil dan Bangunan Air
Dalam geologi teknik banyak menguasai persoalan seperti penelitian batu
dan tanah sehubungan dengan proyek bangunan terutama bidang pengairan.
Penyelidikan Sebagian besar proyek teknik sipil melibatkan penggalian tanah dan
bebatuan, atau melibatkan pemuatan Bumi dengan membangun di atasnya. Dalam
beberapa kasus, batuan yang digali dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dan
di tempat lain, batuan dapat membentuk bagian utama dari produk jadi, seperti
pemotongan jalan tol atau tempat f atau reservoir. Kelayakan, perencanaan dan
perancangan, konstruksi dan biaya, dan keamanan suatu proyek mungkin sangat
bergantung pada kondisi geologi dimana konstruksi akan berlangsung. Hal ini
terutama terjadi di lokasi 'greenfield' yang diperluas, di mana area yang terkena
dampak proyek membentang sejauh kilometer, melintasi lahan yang relatif tidak
berkembang. Contohnya termasuk proyek Terowongan Channel dan pembangunan
jalan raya. Di bagian jalan raya M9 yang menghubungkan Edinburgh dan Stirling
yang melintasi usaha serpih minyak yang ditinggalkan, penataan kembali jalan, atas
saran ahli geologi pemerintah, menghasilkan penghematan yang besar. Dalam
proyek sederhana, atau yang melibatkan pembangunan kembali lokasi terbatas,
tuntutan akan pengetahuan geologi insinyur atau kebutuhan akan saran geologi akan
kurang, namun tidak dapat diabaikan. Penyelidikan lokasi dengan membosankan
dan dengan menguji sampel mungkin merupakan awal yang memadai untuk
konstruksi dalam kasus tersebut.

Dalam perencanaan suatu proyek bangunan pengairan, Geologi memberikan


sumbangan dalam hal penelitian batu dan tanah sehubungan dengan bangunan yang
direncanakan, penyelidikan geomorfologi dan keairan, mengetahui struktur geologi
dan informasi tentang bahan bangunan yang ada di suatu daerah. Geologi
sebenarnya mulai dipakai pada pertengahan abad ke-18, seperti pembuatan
terowongan ELIFFOTON di Inggris. Pada awalnya dalam pembangunan bangunan-
bangunan sipil maupun pengairan pada waktu itu sama sekali tidak memperhatikan
faktor tanah sebagai dasar bangunan. Sampai pada peristiwa jebolnya bendungan di
St. Francis (California), barulah disadari bahwa faktor tanah ternyata sangat
menentukan.
Pada saat ini, Geologi banyak memberikan sumbangan yang berarti dalam
pekerjaan perencanaan bangunan air. Banyak informasi-informasi Geologi yang
dijadikan acuan dalam merencanakan suatu bangunan air. Seperti peta geologi, hasil
foto udara, foto satelit, hasil survey darat, ataupun Sistem Informasi Geografi.
Dalam pelaksanaan penelitian lapangan, biasanya digunakan berbagai
teknik dan cara seperti:
1. pemetaan geologis dan geologi teknik
2. pengungkapan batuan
3. pemboran inti dan pengungkapan inti pemboran
4. pengukuran geofisis
5. pengambilan contoh untuk penelitian di laboratorium
6. percobaan di lapangan
7. galian-galian percobaan (sumur-sumur dan terowongan)
Semua ini ditujukan untuk memperoleh suatu penjelasan yang cermat
mengenai kondisi tanah bawah. Data yang dikumpulkan mengenai tanah bawah
misalnya sifat-sifat seperti berat janis, porositas, permeabelitas, elastisitas, dan gaya
tekan.
Pada bangunan air terjadi reaksi dari tekanan hidrostatis air sehingga terjadi
perubahan permukaan air dalam masa tanah. Perkolasi air tanah dapat melarutkan
mineral-mineral tertentu dan dapat menimbulkan rongga-rongga besar di dalam
tanah. Apabila rongga-rongga ini bertambah besar, maka tanah akan menjadi tidak
stabil dan akhirnya ambruk.

2.2. Mineral
Mineral terbentuk secara alamiah, terdiri dari beberapa komposisi tertentu
dan pada umumnya terdiri dari anorganik, susbstan kristalin padat. Kebanyakan dari
mineral yang telah berada dalam keadaan mengkristal dan hanya sejumlah kecil
dalam keadaan amorphous (tidak berbentuk). Beda antara keadaan mengkristal dan
keadaan tidak berbentuk ialah bila unsur-unsur berada dalam bentuk kristal,
molekul-molekul, atom-atom, dan ion-ion dari tiap-tiap unsure tersebut tersusun
dalam susunan yang teratur dan membentuk suatu spatial lattice.
Sifat fisik yang perlu diperhatikan untuk membedakan mineral-mineral
yang satu dengan yang lain ialah warna, kilap, belahan, pecahan dan bentuk (yang
dapat diamati dengan bantuan kaca pembesar dengan pembesaran 10 kali), cerat,
kekasaran dan berat jenisnya.
a. Warna mineral
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, tetapi
tidak dapat diandalakan didalam pemberian mineral, karena satu macam mineral
dapat berwarna lebih dari satu, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotorannya. Sebagai contoh kwarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
kehitaman atau tidak berwarna. Walaupun demikian ada beberapa mineral yang
berwarna khas, seperti olivine berwarna hijau pucat, galena berwarna abu-abu,
azurite berwarna biru dan malasit berwarna hijau.
b. Kilap
Kilap ialah kenampakan permukaan mineral yang segar didalam
memantulkan cahaya. Secara garis besar kilap mineral dibedakan menjadi dua,
yaitu
1) Kilap logam, nampak seperti permukaan logam yang telah digosok.
2) Kilap bukan logam yang dibedakan menjadi beberapa:
a) Kilap tanah (permukaan suram seperti tanah)
b) Kilap minyak (permukaan seperti minyak)
c) Kilap kaca (permukaan seperti kaca)
d) Kilap intan (permukaan sangat mengkilap)
e) Kilap sutera
c. Belahan
Kekuatan ikatan atom didalam struktur kristal tidak seragam kesegala arah,
apabila mineral dikenai gaya (pukulan) maka mineral akan pecah sesuai dengan
arah ikatan atom yang lemah. Ikatan atom yang lemah biasanya membentuk suatu
bidang, sehingga balahan selalu membentuk bidang yang rata. Karena keteraturan
sifat dalam mineral, mak abelahna akan nampak berjajajr teratur dan mempunyai
arah tertentu.
Arah bidang belah bisa 1 arah (mika), 2 arah (feldspar, pirksen, amfibla), 3 arah
(galena, kalsit, dolomite), 4 arah (fluorit) dan 6 arah (spalerit).
d. Pecahan
Beberapa mineral mempunyai tenaga pengikat atom di dalam struktur
kristal sangat kuat, sehingga bidang belah tidak tampak dan mineral tersebut akan
cenderung pecah menuruti pola yang tidak teratur. Pecahan yang tidak teratur ini
disebut pecahan.
Perbedaan pecahan dan belahan dapat dilihat dari sifat permukaanya dalam
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dapat
memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan
sinar kesegala arah.
Jenis pecahan yang banyak dijumpai adalah:
1) Pecahan kerang (conchoida): pada permukaan pecahan nampak
bergelombang memusat, seperti kenampakan kulit kerang atau botol ynag
pecah sebagai permukaannya.
2) Pecahan berserat/berserabut (splinteri/fibrous) : bila pada permukaan pecah
nampak gejala serabut seperti batang bamboo atau kayu yang patah.
3) Pecahan rata (even) : bila permukaan pecahan nampak rata. Pecahan rata ini
biasanya merupakan bidang belahannya.
4) Pecahan tidak rata (uneven/irregular) : bila permukaan pecahan nampak
tidak rata, seperti permukaan bata yang pecah.
Satu jenis mineral tertentu dapat mempunyai belahan dan pecahan, mineral
lain hanya mempunyai : belahan saja dan yang lain hanya mempunyai pecahan saja.
e. Bentuk
Secara garis besar dapat dibedakan bentuk teratur (kristalin) dan bentuk
tidak teratur (amorf). Bentuk teratur dikendalikan oleh system kristalnya.
System kristal tersebut antara lain :
1) Kubik/regular
2) Hexagonal
3) Trigonal
4) Tetragonal
5) Ortorombik
6) Monoklin
7) Triklin
Bentuk tidak teratur ialah bentuk-bentuk yang tidak nampak didalam pola
yang teratur. Bentuk tak teratur bisa disebabkan oleh : muka kristal pada mineral
tidak berkembang dengan baik, mineral tersusun oleh kristal-kristal yang sangat
halus (cryptocrystalline) contoh kalsedon, atom penyusun mineral tidak tersusun
didalam pola yang teratur (amorf) contoh opal.
Walaupun mineral berbentuk teratur, keraturannya tidak selalu dikendalikan
oleh system kristalnya, tetapi terkendali oleh antara lain pembelahanya, sebagai
contoh adalah kelompok mika yang bersistem monoklin. Bila terdapat hal-hal
seperti itu dan hal tersebut sangat membantu pemerian mineral, maka kenampakan
yang menyolok tersebut dapat dimasukkan sebagai bentuk mineral. Bentuk tersebut
: lembaran (mika), berserat (serpentin, asbes).
f. Cerat
Yang dimaksut dengan cerat adalah warna serbuk halus suatu mineral. Cerat
dapat dipakai sebagai penciri suatu mineral, karena walaupun warna mineral
beraneka ragam maka ceratnya selalu tetap. Untuk mendapatkan cerat, mineral
digoreskan pada permukaan perselin yang tidak diberi lapisan pengkilat (unglazed)
atau disebut keeping cerat (streak plate). Perlu diperhatikan bahwa cerat yang
dilihat terutama untuk mineral-mineral yang kekerasan kurang dari 6 skala Mohs.
g. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan suatu mineral terhadap goresan. Sifat ini sangat
berhubungna erat dengan struktur kristal dan ikatan atomnya. Untuk mengukur
kekerasan nisbi, dua mineral digoreskan, maka mineral yang lebih keras akan
menggores mineral yang lebih lunak. Guna kepentingan pemerian mineral, tolak
ukur kekerasan telah dibuat, oleh Friedrich Mohs dari Jerman yang dikenal dengan
Skala Mohs yang terdiri dari 10 kekerasan tidak seragam. Sebagai contoh bila
diambil nilai mutlaknya maka kekerasan intan akan 42 kali kekerasan talkum.
Kekerasan itu sendiri dipengaruhi oleh keanekaragaman komposisi (kimia) mineral,
sehingga mengakibatkan mineral yang sama kadang-kadang lebih keras atau lebih
lunak dari pada kekerasan normalnya. Dianjurkan didalam melakukan pengukuran
kekerasan dilakukan pada permukaan yang segar/tidak lapuk.

Mineral Pokok Skala Benda sehari-hari


Intan 10 -
Korundum 9 -
Topas 8 -
Kwarsa 7 -
Ortoklas 6 Pisau baja (6)
Apatit 5 Pecahan kaca (5.5)
Fiourit 4 Uang logam (3.5)
Kalsit 3 Kuku jari (2.5)
Gypsum 2 -
Talkum 1 -
SKALA MOHS

h. Berat Jenis (specific gravity)


Berat jenis mineral adalah perbandingan berat mineral terhadap berat air
pada hitungan air yang sama. Untuk pemerian mineral secara sambil lalu dapat
diperkirakan dengan cara menimang-nimangnya ditangan. Mineral-mineral yang
berat jenis besar antara lain : galena 7,5, pirit 5, sedangkan mineral-mineral
pembentuk batuan yang umum seperti kwarsa, feldspar, kalsit mempunyai berat
jenis sekitar 2.6 – 2.8 (gram).
Lebih kurang 3000 jenis mineral telah diketahui pada saat ini, tetapi hanya
sejumlah kecil dari padanya terdapat hampir dimana-mana di lapisan kerak bumi,
sisanya sangat jarang ada.
Semua mineral yang telah diketahui, berdasarkan komposisi kimiawi dan
bentuk jaringan kristalnya, terbagi atas beberapa kelas yang terpenting antaranya
adalah:
1. Native elements (unsur-unsur murni/mulia)
unsur-unsur mulia jarang terdapat di alam ini mereka bukan golongan rock-
forming. Asal mulanya terwujudnya unsure-unsur mulia boleh jadi berkaitan
dengan pengerasan atau pembekuan magma dengan reaksi-reaksi kimia yang
sekunder atau dengan reaksi yang bertemperatur dan bertekanan tinggi. Yang
termasuk unsur-unsur murni/mulia antara lain:
a) Graphite (C), jarang sekali dijumpai dalam bentuk butiran-butiran kristal
yang kecil-kecil dari system hexagonal. Mempunyai warna gelap, dari abu-
abu baja sampai hitam. Sinarnya sub-metalik. Jenis kerapuhannya “perfect”
pada satu bidang. Flakes-nya (lempengan) tebal dan mudah kering. Bobot
kekasarannya 1. Berat jenisnya 2.09 sampai 2.23. Di atas kertas
meninggalkan berkas hitam dan kalau disentuh dengan tangan terasa agak
berminyak dan mengotori tangan. Asal mula terwujudnya graphite berkaitan
dengan proses-proses metamorfik dan magmatik. Banyak dipergunakan
dalam pabrik-pabrik pensil dan peralatan dapur seperti piring, mangkuk,
teko yang tahan api, sebagai bahan pelumas jika minyak tidak dapat
dipergunakan karena suhu tinggi.
b) Intan (diamonds), sejenis kristal karbon murni. Sangat transparan, sangat
keras (bobot kekerasan = 10), sinarnya kemilau dan sangat jarang terdapat.
Digunakan sebagai perhiasan dan sebagai ujung tombak alat –alat
penyebaran atau penggoresan permukaan-permukaan yang keras dalam
dunia engineering.
c) Sulphur (S). kadang terbentuk dalam bentuk kristal-kristal dengan system
orthorhombic, berbidang permukaan baik dan membentuk druse dalam
bentuk sinter, tapi lebih sering kedapatan dalam massa yang menyerupai
tepung tanah. Warnanya kuning dalam berbagai variasi, fracturenya
berminyak dan tidak mengkilap. Sulphur bersifat translucent. Sifat
kerapuhannya imperfect. Bentuk patahan (fracture)nya conchoidal. Bobot
kekerasan 1-2. berat jenis 2.05-2.08. sulfur menghasilkan arus listrik bila
terjadi penggesekan (friction), mudah menyala dengan nyala api warna biru,
mengeluarkan gas belerang yang bau.

gambar 2.1. Endapan sulfur yang berasap, Kilauea, Hawaii


d) Belerang murni (native sulphur) terwujud selama proses penguraian sulfat
dan mineral yang mengandung sulfur, dan sebagai akibat sublimasi dari uap
air dan gas yang dikeluarkan oleh kawah gunung berapi.
e) Emas (Au), yaitu logam mulia dan kedapatan dalam bentuk kristal-kristal,
butiran-butiran, lamellae, dan bongkahan-bongkahan. Emas mengkristal
dalam system kubus. Warnanya kuning dan kadar berat jenis tinggi (15.6-
19.3). Mudah dibentuk, bobot kekerasan = 2.5-3. baik di primer maupun di
placers deposit, emas terdapat dalam bentuk butiran serbuk, tetapi sering
juga dalam bentuk bongkahan puluhan kg.
f) Platinum (Pt), seperti emas. Terdapat dalam bentuk butiran halusseperti
serbuk tepung (grains) dan flakes (lempengan) dalam berbagai ukuran,
jarang dalam bentuk bongkahan. Berwarna putih keperak-perakan. Bobot
kekerasan 4-5. berat jenis 14-19. berasal dari primer dan dan placers
deposit. Sifatnya infusible, stabil dalam aksi-aksi kimia dan menghantar
listrik dengan baik, sehingga banyak digunakan dalam industri kimia dan
elektronik.
2. Sulfide
kelompok sulfide menduduki posisi kedua setelah silicate dalam hal
banyaknya jumlah anggota mineral (lebih dari 250 anggota) yang dimilikinya.
Tetapi kalau ditinjau dari banyak sedikitnya massa yang terdapat di lapisan
kerak bumi, sulfide menduduki salah satu posisi terakhir seperti unsur-unsur
mulia, dan bukan rock-forming.
a) Pyrite (FeS2), jenis mineral terbanyak dari sulfide.berbentuk kristal dengan
system kubus yang baik. Juga terdapat bentuk seperti butiran-butiran serbuk
tepung, atau compact cluster, dan dalam bentuk bundaran-bundaran yang
keras dengan struktur radial. Berwarna kuning muda atau kuning emas.
Berkasnya hitam atau hitam kehijau-hijauan. Berkilap metalik cerah. Pyrite
tidak transparan. Kerapuhannya imperfect. Patahan atau retakan pyrite
adalah conchoidal dan kadang-kadang juga tidak teratur. Patahan pyrite
yang kedapatan dalam bentuk cluster adalah seperti butir-butiran serbuk
tepung. Bobot kekerasan dari 6 sampai 6.5. berat jenis = 4.9-5.2.

Gambar 2.2. Pyrite


b) Chalcopyrite (CuFeS2) mengkristal dalam system tetragonal. Kadang-
kadang terdapat dalam bentuk massa padat. Kristalnya langka. Warnanay
berbeda dengan pyrite, yaitu berwarna kuning kemilau. Bobot kekerasannya
3-4. berat jenis 4.1-4.3. terdapat hampir di mana-mana dalam rupa biji
tembaga.
c) Galena (PbS); mengkristal dengan system kubik. Bentuknya butiran-
butiran zat tepung, jarang sekali dalam bentuk zat padat yang compact.
Kristalnya berbentuk kubus dan jarang sekali dalam bentuk kubus
octahedrons. Berwarna abu-abu timah hitam. Berkasnya hitam kehijau-
hijauan dan bersinar. Tidak transparan, berkilap metalik. Kerapuhannya
sempurna pada tiga bidang perekat yang sejajar dengan bidang-bidang
permukaan kubus. Bobot kekerasan 3-4. berat jenis (specific gravity) 3.5-
4.2. sphalerite adalah bijih seng yang utama.

Gambar 2.3. Galena (PbS)


3. Halide
kelompok halide mencakup sejumlah besar mineral yang merupakan garam-
garam dari asam haloid yang mengendap dari larutan zat cair. Hanya beberapa saja
dari kelompok Halida ini, terutama khlorida, yang tergolong mineral rock-forming.
a) Halite (NaCl); mineral dari halide yang banayak terdapat. Mengkristal
dengan system kubus. Halite murni tidak berwarna atau putih bening. Tetapi
kadang terdapat warna yang berbeda-beda. Halite mempengaruhi warna.
Berkilap seperti kaca. Halite bersifat transparan dan translucent.
Kerapuhannya sempurna pada tiga bidang kerapuhan yang sejajar dengan
bidang permukaan kubus. Bobot kekerasan 2, berat jenis 2.1-2.2. melarut
cepat dalam air dengan cepat dalam air dan mempunyai rasa asin yang khas.
Lapisan dan jaringan Halite terdapat juga dalam lapisan yang bertingkat-
tingkat dan saling tumpang tindih dengan lapisan batu-batuan. Halite
digunakan sebagai garam dapur dan juga dalam industri-industri kimia.
Gambar 2.4. Halite
b) Sylvite (KC1); terbentuk dalam kondisi yang sama dengan Halite, hanya
terdapat lebih jarang. Terdapat dalam bentuk butiran-butiran tepung
diantara butiran-butiran tepung halite. Sifat fisiknya sama dengan sifat fisik
halite. Cirri khas yang membedakan Sylvite dan Halite adalah rasa asin yang
tajam dan warnanya yang merah cerah dan biru gelap.
c) Fluorite (CaF2); mengkristal dengan system kubus, berbentuk gumpalan
serbuk tepung (grapular clusters); kedapatan dalam bentuk kristal-kristal
kubus yang terpisah-pisah dan jarangditemukan sebagai kristal
octahedrons. Warnanya bervariasi : kuning, hijau, biru, violet, merah
jambu, dan bahkan tidak berwarna. Mineral ini mempunyai kilap seperti
kaca (vitreous lustre); translucent;varietas murninya transparan (optical
fluorite). Kerapuhannya sempurna pada empat bidang yang parallel dengan
bidang-bidang octahedron. Bobot kekerasan = 4. berat jenis = 3.1-3.2. Jika
dipanaskan, fluorite akan berpijar di ruang gelap. Fluorite larut dalam asam
belerang dan melepaskan fluoric acid (HF) yang dapat membuat kaca
menjadi berkarat. Asal mula terwujudnya fluorite bertumpu kepada larutan-
larutan panas. Kadan-kadang fluorite terbentuk dari endapan-endapan dari
air-air dingin. Fluorite penting artinya bagi bidang metalurgi (industri
logam).
Gambar 2.5. Fluorite
4. Oksida dan Hidroksida
Oksida dan hidroksida adalah kelompok-kelompok yang beranggotakan
mineral-mineral yang paling banyak jumlahnya. 17% dari mineral-mineral yang
terkandung didalam lapisan lithosphere termasuk grup oksida dan hidroksida.
Dalam kelompok ini terdapat minera-mineral yang merupakan kombinasi dari
berbagai jenis unsur seperti dengan oksigen dan dengan Hidroksil OH.
a) Quartz (SiO2); adalah salah satu daripada mineral-mineral yang paling
lazim terdapat di lapisan kerak bumi. Komponen paling penting bagi
pembentukan lapisan batu-batuan, di dalam dan di permukaan lapisan kulit
bumi; berperan serta dalam pembentukan batu-batu magmatik, batu-batu
endapan, dan batu-batu metamorfik. Terdapat dalam bentuk gumpalan-
gumpalan butiran tepung yang tidak beraturan; kadangkala Quartz terbentuk
dalamrekahan lapisan batu sebagai kristal yang berpotongan baik, atau
sebagai gumpalan kristal. Kristal Quartz memiliki bentuk prisma
hexahedral yang berujung pada satu atau dua titik dalam rhombohedrons.
Bidang-bidang permukaan prisma selalu dihiasi strip-strip transversal yang
indah. Quartz yang transparan disebut juga batu-batu kristal. Kristal Quartz
selalu memantulkan warna tinta, meskipun kristal Quartz tidak berwarna,
atau kalau yang murni berwarna putih. Bidang permukaan kristal Quartz
mempunyai kilap yang jernih dan patahan/retakannya agak berninyak.
Quartz mempunyai sifat kerapuhan untuk tidak sempurna. Bentuk patahan
atau retakan choncoidal. Bobot kekerasan = 7; berat jenis yang rendah, yaitu
2.5-2.8. Hanya larut dalam hydrofluoric acid. Proses pembentukan Quartz
terjadi selama pengerasan atau pembentukan magma (magma solidification)
di mana Quartz memisahkan diri dari larutan-larutan panas dan juga selama
metamorphose batu.
b) Chalcedony (S1O2); adalah varietas cryptocrystalline dari Quartz yang
terdapat dalam bentuk zat padat, cluster sinter dan cluster reuniform atau
punnodule-nodule ( benda yang berbentuk nodular). Tercampur dengan
unsure-unsur lain yang membuatnya tidak murni, misalnya tercampur
dengan semacam partikel tanah liat disebut silicon. Warnanya variasi
warna-warni, umumnya abu-abu. Jenis ini yang berwarna cerah dan
tersusun dalam bentuk lingkaran yang konsentris disebut agate. Transparan
pada lapisan permukaannya agak berminyak dan kilapnya buram. Bentuk
patahan/retakan conchoidal. Bobot kekerasan 6-7. berat jenis = 2.4-2.5.
c) Opal (SiO2.nH2O); adalah mineral amorphous. Mempunyai kandungan 1-
5%, tetapi kandungan airnya airnya kadangkala mencapai 34%. Biasanya
terdapat dalam bentuk massa sinter yang padat, tidak berwarna, tetapi Opal
yang tidak murni berwarna. opal bersifat semitransparan atau translucent
pada bagian permukaannya. Tidak begitu mengkilap. Bentuk patahan atau
retakan conchoidal. Bobot kekerasan 5-5.5, kadang sampai 6. berat jenis
2.2-2.5. pada umumnya Opal terbentuk pada lapisan permukaan Bumi
sebagai akibat pelapukan silikatdan pengendapan yang terjadi di lembah-
lembah berair (water basin). Beberapa jenis protozoa dan tumbuh-tumbuhan
bersel satu diketahui mempunyai kerangka opal. Opal tidak tahan larutan
panas. Digunakan dalam manufaktur benda-benda seni.
d) Hematite (Fe2O3); mengkristal dalam system trigonal. Biasanya berbentuk
mikro kristal yang padat, bersisik atau konsentrasi-konsentrasi dari
lamelliform (iron glance, specular iron), bentuk nodule-nodule dengan
struktur conchoidal ataupun radiated dan juga dalam bentuk massa
cryptocrystalline.warna dari hematite kristal adalah hitam dan yang
cryptocristal merah. Kilap kristal bervariasi. Bobot kekerasan 5.5-6. berat
jenis 5-5.3, yang merupakan ciri khas dari berat jenisnya mineral-mineral
yang mengandung besi. Hematite mengurai di larutan yang bersifat panas
dan juga selama metamorphose. Ia merupakan unsure bijih besi yang
penting.
e) Magnetite (FeO,Fe2O3), mengkristal dengan system kubik. Berbentuk
kepingan-kepingan yang terbuat dari serbuk tepung yang padat, dan kristal-
kristal octahedron. Sifat fisiknya menyerupai hematite kristaal, bedanya
terletak pada berkas yang ditinggalkan, dimana magnetite meninggalkan
berkas hitam, dan juga pada sifat kemagnitannya. proses pembentukannya
terjadi selama pembekuan magma dan mengurai dari larutan-larutan yang
bersifat panas, serta selama proses metamorphose.
f) Limonite (F2O3nH2O); hidroksida dari besi. Kandungan air dlam mineral ini
bervariasi. , yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna. warna
limonite tidak padat kuning muda, sedangkan Warna limonite padat adalah
coklat, coklat kemerah-merahan atau hitam. Bobot kekerasan 1-5. berat
jenis 3.3-4. limonite adalah suatu mineral yang asli yang terdapat
dipermukaan dan terbentuk selama pelapukan dari mineral-mineral yang
mengandung zat-zat bijih besi lainnya berkat aktivitas-aktivitas
mikroorganisme. Juga terdapat mengendap pada permukaan lembah-
lembah aliran sungai. Limonite adalah bijih besi.
g) Corundum (Al2O3) mengkristal dengan system trigonal dan merupakan
kristal-kristal yang berbentuk bulat panjang, pyramid dan lamellar.
Berwarna biru gelap, merah, hijau dan coklat, tapi pecahan-pecahan yang
terpisah dari kristal yang sama bisa berbeda warna. Bobot kekerasan 9. berat
jenis 3.9-4. Corundum tidak larut dalam larutan asam. Corundum adalah
mineral yang aslinya berasal dari magma.
5. Karbonat
Mineral yang termasuk dalam kelompok ini adalah garam-garam asam
karbon (carbonic acid salts). Beberapa diantaranya adalah merupakan mineral-
mineral rock-forming yang berasal dari endapan dan metamorphose dari lapisan
tanah dan batu. Ciri khas dari carbonat adalah bereaksi dengan HCl.
a) Calcite (CaCO3). Mengkristal dengan system trigonal dan kristalnya
berbentuk kristal druse atau seperate. Sering membentuk sinter-sinter
seperti stalagtite dan stalagmite. Berwarna putih atau tidak berwarna.
mempunyai kilap yang bening seperti kaca,mutiara asli, transparan atau
translucent. Mempunyai tiga bidang kerapuhan, yang parallel dengan
bidang-bidang permukaan rombohedron. Bobot kekerasan 3. berat jenis 2.6-
2.8. dengan HCl calcite bereaksi cepat sekali. Jenis calcite yang tidak
berwarna dan transparan disebut Iceland spar. Bersifat refraksi ganda dan
digunakan dalam industri alat-alat optic.

Gambar 2.6. Calcite (CaCO3)


b) Aragonite (CaCO3)mengkristal dengan system orthorhombic. Selalu dalam
bentuk kepalan-kepalan sinter yang padat. Oolite, asikular.bobot kekerasan
3.5-4; aragonite mengendap dari sumber-sumber air mineral.
c) Magnesite (Mg CO3); bobot kekerasan dan berat jenisnya lebihtinggi
daripada calcite atau aragonite. Digunakan untuk memproduksi semen dan
batu bata anti api.
d) Dolomite (MgCO3CaCO3); terdapat hampir dimana-mana. Tidak berwarna
atau putih, karena polusi, jadi berwarna gelap keabu-abuan. Terbentuk
dalam lapisan yang cukup tebal. Bobot kekerasan 3.5-4. berat jenis 1.8-2.4.
Hanya Dolomite yang berbentuk tepung yang bereaksi dengan HCl.
e) Siderite (FeCO3); mineral berwarna coklat atau kuning kecoklat-coklatan,
bening seperti kaca. Bobot kekerasan 3.5-4.5, dan berat jenis 3.7-3.9. Dalam
keadaan bebas siderite merupakan campuran bijih besi yang sempurna.
f) Malachite (CuCO3.Cu(OH)2); merupakan mineral yang banyak terdapat
yang mengandung 57.4% kandungan tembaga. Mengkristal dalam system
monoklinik. Warna hijau kebiru-biruan sampai hijau gelap. Kilapnya seperti
sutra. Bobot kekerasan 3.5-4.5, dan berat jenis 3.9-4.1.
g) Azurite (2CuCO3.Cu(CH2); mengkristal dengan system monoclinic.
Berbentuk kristal, serbuk tepung, dan kepalan-kepalan tanah, kerak, dan
lain-lain. Warna azurite kristal adalah biru gelap. Yang berbentuk kepalan-
kepalan tanah berwana biru cerah. Kristal azurite pada umunya kilap bening
seperti kaca. Bobot kekerasan 3.5-4, berat jenis 3.7-3.9. Kerapuhan medium
pada satu bidang. Azurite dengan gampang mengurai bila dioksidasikan,
dan mengeluarkan gas asam carbon.
6. Sulfat
Mayoritas mineral sulfat adalah mineral rock-forming yang terbentuk dari
batu endapan. Proses pembentukannya adalah sebagai akibat dari
mengendapnya garam-garam asam belerang dari permukaan air ataupun
merupakan proses oksidasi sulfide.
a) Gypsum (CaSO4.2H2O) adalah mineral utama dari rock forming yang
terbentuk dari batu endapan. Kadang-kadang ditemukan dalam bentuk
kristal yang berpotongan bagus dengan system monoklinik. Kadang
berbentuk bulat panjang atau petak-petak.kerapuhan sempurna. Bobot
kekerasan 2. dapat digores dengan mudah oleh kuku jari. Berat jenis 2.3.

Gambar 2.7. Kristal kembar gypsum yang menyerupai ekor burung camar

7. Fosfat
Apatite (Ca3(PO4).(CaF2) (CaCl2)); adalah mineral yang paling banyak
dijumpai diantara mineral-mineral yang tergolong fosfat. Mengkristal dengan
system hexagonal, biasanya ditemukan ditemukan dalam bentuk gumpalan-
gumpalan serbuk tepung. Warna bervariasi : hijau pucat atau biru kehijau-
hijauan, kuning, ungu, merah, atau coklat. Pada bidang permukaannya ia
berkilap bening seperti kaca. Pecahannya tidak sempurna. Bobot kekerasan 5.
berat jenis 3.2.
8. Silikat
Hampir sepertiga dari semua mineral termasuk kelompok silikat; 75% dari
berat lapisan kerak Bumi sama dengan berat keseluruhan massa silikat yang
terdapat padanya. Silikat merupakan komponen dari batu yang terbentuk selama
proses pembekuan magma (magmatic rock), juga endapan batu dan batu
metamorfik (metamorphic rock), yang mengalami metamorphose karena
pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi. Pada umumnya silikat mempunyai
susunan unsure-unsur kimia yang kompleks. Salah satu dari cirri khas silikat
ialah terdapatnya grup SiO4 tetravallent ionic dengan ion-ion oksigen pada
apex-apexnya dan satu ion silicon pada titik pusatnya.

Si 0

Gambar 2.8
Diagram yang menunjukkan susunan ion-ion dalam silico-oxygeneous
tetrahedron
a) Olivine (Mg, Fe)2 SiO4) adalah silikat dengan kandungan silicon oksida
yang rendah. Struktur tergantung pada tertrahedron silico-oxygeneous yang
terisolasi. Olivine mengkristal dalam system orthorhombic. Kristalnya
mempunyai bentuk bulat sering terdapat dalam bentuk gumpalan-gumpalan
serbuk tepung. Warnanya bervariasi, dari warna achromatic sampai hitam.
Mempunyai kilap yang bening seperti kaca dan juga berminyak. Kerapuhan
sedang dan tidak sempurna. Bentuk pecahan atau patahan tidak teratur.
Olivine yang terdapat dalam gumpalan-gumpalanserbuk tepung mempunyai
pecahan yang granular. Bobot kekerasan 6.5-7. berat jenis 3.3-3.5. Olivine
adalah mineral rock-forming dari batu-batuan ultra basic dan batu-batu
basic silica yang rendah. Jenis olivine yang transparan disebut Chrysolite,
merupakan batu semi-mulia.
b) Augite (Ca,Na) (Mg, Fe, Al) (Si, Al)2O6); mengkristal dengan system
monoclinic, dan kristalnya mempunyai bentuk bilah octahedral yang
pendek. Warnanya hitam dan hitam kehijau-hijauan. Mempunyai kilap yang
seperti kaca. Pembelahannya sedang atau tidak sempurna dengan dua
bidang belahan yang membentuk sudut 90o. Augite adalah mineral rock-
forming (berbentuk batu) dari jenis batu-batu magmatik dan metamorfik.
Bobot kekerasan = 5 – 6. berat jenis 3.3-3.6.
c) Hornblende ((Ca,Na)2(Mg,Fe2+)4(al,Fe3+)(AlSi3O11)2(OH2); mengkristal
dengan system monoklinik. Seperti Augite, hornblende juga merupakan
mineral rock-forming dari batu-batu magmatikdan metamorfik. Bentuk
kristalnya prisma yang panjang atau berbentuk bulat panjang hexagonal
ataupun berbentuk serat-serat panjang yang asikular. Kerapuhan sempurna,
dengan dua bidang belahan yang membentuk sudut 120o atau 60o. berat jenis
lebih rendah daripada augite (3.1-3.3)
d) Muscovite (KAl2(OH)2(AlSi3O10)); mempunyai kristal yang biasanya tidak
berwarna, tetapi sering bertinta hijau atau kuning pucat. Mempunyai kilap
karang mutiara yang bening seperti kaca. Berkat sifat transparannya, dulu ia
digunakan sebagai kaca jendela. Kerapuhannya eminen pada satu bidang;
lembaran-lembarannya elastis. Bobot kekerasan 2-3. berat jenis 2.7-3.
Muscovite digunakan dalam industri-industri elektronik sebagai bahan
isolator. Sumber-sumber muscovite yang komersil berdekatan dengan
pegmatite.
e) Biotite (K(Mg,Fe)3(OH)2(AlSi3O10)); mineral ini berbeda dengan muscovite
dalam hal warna; coklat atau hitam; transculent dan mempunyai berat jenis
yang sedikit lebih tinggi (3-3.10). Bila biotite (mika hitam) melapuk, ia
menjadi bertinta warna perungggu.
f) Talc (Mg3(OH)2(Si4O10)). Berbentuk gumpalan-gumpalan padat yang
bercanai tipis seperti daun atau bersisik. Kristal-kristalnya jarang yang
terpisah. Berwarna putih, hijau pucat, hijau kebiru-biruan dan perak.
Mempunya kilap karang mutiara. Mempunyai kerapuhan yang eminen pada
satu bidang belahan. Pelat-pelat tipis talc yagn terbentuk akibat perekahan
pada bidang kerapuhannya adalah fleksibel dan non-resilient. Talc agak
berminyak pada bidang permukaannya. Bobot kekerasannya 1, berat jenis
0.7-2.8. Talc terbentuk sebagai akibat metamorphose dari silikat-silikat
yang banyak mengandung magnesium, terutama dari Olivine, pyroxene, dan
amphiboles. Talc digunakan sebagai bahan pelumas.
g) Serpentine (Mg6(OH)8(Si4O10); biasanya ditemukan dalam bentuk massa-
massa padat, hanya kadang-kadang dalam bentuk gumpalan-gumpalan
sinter. Warnanya bervariasi, mulai dari hijau keputih-putihan sampai hijau
kehitam-hitaman. Mempunyai kilap kuning seperti kaca yang beminyak.
Hanya jenis antigorite yang memiliki kerapuhan. Bobot kekerasan 2.5 atau
4. berat jenis 2.5-2.6. Serpentine terbentuk selama proses metamorphose
dari batu-batu dasar.
h) Kaolinite (Al4 (OH)8 (Si4O10)); ditemukan dalam bentuk kepalan-kepalan
tanah yang padat. Kristalnya amat sangat kecil, yang hanya bisa diteliti
dengan menggunakan mikroskop.berwarna putih, dalam bentuk kristal tidak
berwarna. kilapnya buram. Bobot kekerasan =1, berat jenis=2.6. berminyak
pada permukaan. Dalam keadaan kering mudah menyerap kelembaban dan
menjadi lentuk (plastis). Kaolin terbentuk pada permukaan bumi selama
proses alumusilicate, terutama mika dan feldspar.
i) Chlorite. Diramu dalam bentuk kepalan-kepalan yang padatatau dalam
bentuk kepalan berwarna hijau gelap yang bersisik. Mereka memiliki kilap
karang mutiaradan bening seperti kaca. Bobot kekerasannya 2-2.5.
kerapuhannya eminen pada satu bidang belahan. Chlorite pecah menjadi
skala-skala tapi tidak elastis. Berat jenis 2.6-2.8. proses pembentukan
chlorite semata-mata berkaitan dengan metamorphose.
j) Glauconite; komposisinya mirip dengan ferrosgeneous mica (lepidomeline),
bedanya : Glauconite mempunyai kandungan K2O yang lebih kecil, dan
kandungan besi dan air yang lebih tinggi. Struktur kristalnya hanya sedikit
yang telah ditelaah. Kristalnya ditemukan dalam bentuk serbuk-serbuk
tepung bulat atau hampir bulat pada lapisan batu-batuendapan yang berasal
dari laut. Bobot kekerasan 2-3, berat jenis 2.2-2.8. Digunakan sebagai pupuk
potassik, bahan pembuat cat hijau, atau untuk lebih mencairkan zat-zat cair.
k) Feldspar; mengkristal dengan system triklinik atau monoklinik. Berwarna
cerah. Bobot kekerasan 6-6.5. mempunyai kilap yang bening seperti kaca.
Mempunyai pembelahan yang membentuk sudut hampir 90o dan berat jenis
2.5-2.7.

Berdasakan komposisi kimianya, feldspar dibagi atas 2 subkelompok:


1) Soda potash feldspar atau anorthoclases
Merupakan mineral yang paling banyak terdapat pada soda potash.
Mengkristal dengan system monoklinik. Warna bervariasi. Mempunyai
dua bidang belahan yang membentuk sudut 90o. pada belahan yang satu,
belahannya sempurna, sedang pada bidang yang alin, belahannya
medium. Bobot kekerasan = 6. berat jenis = 2.5
2) Lime-soda feldspar atau plagioclases
Terdiri dari mineral-mineral yang merupakan larutan keras dari dua
molekul : Na (AlSi3O8) dan Ca (Al2Si2O8) yang tercampurdalam segala
macam perbandingan sehingga membentuk satu seri dari persenyawaan
dengan sifat dan komposisi yang senantiasa berubah-ubah.

2.3. Batuan
Batuan merupakan bahan dari kerak bumi yang selalu dapat kita lihat
dimana-mana. Batuan dapat didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun
kerak bumi, yang merupakan agregat dari mineral-mineral yang telah mengeras.
Tanah dan bahan-bahan lepas lainnya merupakan hasil dari proses pelapukan dan
erosi. Jadi, segala sesuatu yang menjadi bahan kerak bumi disebut sebagai batuan.
Batuan dalam pengertian sehari-hari sangat berbeda dengan pengertiannya
dalam ilmu Geologi. Dalam pengertian Geologi, yang disebut batuan adalah massa
materi mineral baik yang tampak keras maupun yang tidak, yang membentuk
bagian kerak bumi dimana terbentuknya melalui proses alamiah.
Batuan bisa berasal dari satu macam mineral (monomineralistik), tetapi
pada umumnya berasal dari satu kumpulan (agrogate) dari berbagai macam
mineral. Mineral itu sendiri didefinisikan sebagai bahan alam yang dibuat oleh
tenaga atom yang bersifat homogen dan tersusun dari senyawa-senyawa organik
yang sifat fisik dan kimianya tertentu serta mempunyai struktur atom yang konstan.
Dari hasil penelitian kimia, unsur-unsur penyusun batuan yang paling penting
adalah O2, Si, Al, K, Mg. Kesatuan unsur tersebut membentuk sebagian dari
bermacam-macam silikat, karbon oksida serta membentuk sebagian mineral utama.
Batuan dibagi ke dalam berbagai macam dan jenis berdasarkan cara
terbentuknya batuan tersebut atau berdasarkan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.

Berdasarkan pada sifat-sifat khusus yang dimilikinya batuan dibagi atas:


1. Tekstur
Tekstur adalah sifat yang menyangkut hubungan antar butir penyusun batuan
yang ditentukan oleh ukuran, bentuk dan susunan mineral dalam batuan.
Sifat butiran tersebut ditentukan oleh beberapa hal:
a. Derajat kristalisasi
1. Hablur atau kristalin
2. Amorf atau gelas
3. Klasik atau fragmental
b. Granularity
1. Besar butiran: kasar, sedang, halus
2. Warna butiran: hijau, merah, kuning, dsb.
c. Fabrise
1. Semuanya hablur
2. Segmentasi
3. Kuat, kompak
2. Mineralogis
Mineralogis adalah susunan mineral yang menyusun batuan yang memiliki ciri
khas yaitu: kilap, warna, belahan, pecahan, cerat, kekerasan, berat jenis dan
bentuk.
Sedangkan berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan menjadi
3 macam yang tergambar dalam siklus batuan berikut ini:
pelapukan, pengangkutan
Batuan beku Batuan sedimen
penyerapan, pembatuan

pelapukan
peleburan, pengendapan
pembekuan pengangkutan
pembatuan
Batuan Metamorf
Gambar 2.9

2.3.1. Batuan Beku


2.3.1.1. Teori Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi karena pembekuan larutan silika
cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan batuan beku
sudah banyak dilakukan dari dulu hingga sekarang. Berbagai cara telah dilakukan,
seperti penggabungan dari jenis-jenis yang sama dalam satu golongan, dan
pemisahan dari jenis-jenis yang tidak menunjukkan persamaan. Karena tidak
adanya kesepakatan di antara para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuan
beku, mengakibatkan sebagian dari klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda.
Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada
berbagai lapangan pekerjaan. Bila kita dapat memilih salah satu klasifikasi dengan
tepat, maka kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Penggolongan batuan
beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik
batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung, dan berdasarkan susunan
mineraloginya.

2.3.1.2. Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya,


kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama
batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.

Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan


beku dibagi menjadi:

• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.


• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T.
Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive
disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:

• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya
adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:

• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.


• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan
indeks warnanya sebagai berikut:

• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

Kasifikasi batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dapat dibagi tiga,
yaitu :
a) Batuan Intrusi
Batuan intrusi atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh
di dalam bumi (15–50 Km). Karena tempat pembentukannya dekat dengan
astenosfer, maka pendinginan berjalan sangat lambat. Karena itu bentuk
batuannya besar – besar dan mempunyai kristal yang sempurna dengan bentuk
tekstur holokristalin (semua komposisi disusun oleh kristal sempurna), karena
pembentukan kristalnya sangat sempurna mengingat waktu penghablurannya
sangat lama. (Munir, 1995). Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,
diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah) dan lain-lain.

Gambar 2.2 Gabro


b) Batuan Ekstrusi

Magma yang bergerak dari dalam ke permukaan bumi, sebagian besar


membeku di dalam sebagai batuan plutonis, hanya kurang dari 1/10 nya yang
membeku di permukaan bumi dan dikenal sebagai Batuan Vulkanis atau
vulkanik. Suatu aktivitas vulkanisme akan mengeluarkan materi – materi berupa
gas, cair dan padat. Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang
dikeluarkan ke permukaaan bumi baik di daratan ataupun di bawah permukaan
laut.

Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu atau
suatu larutan kental dan panas, cairan ini disebut lava. Ada dua tipe magma
intrusi, yang pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan vikositasnya
rendah. Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan
silika yang tinggi dan vikositas relatif tinggi. (Graha, 1987)

Contoh batuan beku vulkanik adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan
pondasi rumah), dan dacite.

Gambar 2.3 Basalt

c) Batuan Gang

Batuan gang antara batuan dalam dan batuan leleran terdapat gejala antara
batuan yang terbentuk dalam celah – celah serta rekahan – rekahan dalam kerak
bumi. Batuan yang terbentuk adalah batuan gang atau batuan korok disebut juga
batuan hypo-abisik.
Gang disini adalah suatu badan yang bentuknya seperti sebuah kitab
besar. Magma yang membeku dalam gang adalah magma yang sedang menuju
ke permukaan bumi atau membeku dalam celah – celah di kerak bumi. Misalnya
magma yang mempunyai susunan granit itu membeku dalam sebuah gang,
maka batuan yang terbentuk disebut porfiri granit yang berarti batuan granit
bertekstur porfiri. (Munir, 1995)

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Kimiawi ( CJ. Hughes, 1962 )

1. Batuan Beku Asam jika mengandung SiO2 lebih dari 66%. Contohnya Granit
, Rhyolit

Gambar 2.4 Granit

2. Batuan beku Menengah/ intermediate jika mengandung SiO2 52-66% .


Contohnya Diorit, andesit.

Gambar 2.5 Diorit

3. Batuan Beku basa jika mengandung SiO2 45-52%. Contohnya Gabro , Basalt.
Gambar 2.6 Gabro Gambar 2.7
Basalt

4. Batuan Beku ultra basa jika mengandung SiO2 kurang dari 52%. Contohnya
Peridotit, dunit.

Gambar 2.8 peridotit

2.3.1.3. Proses Pembentukan Batuan Beku


Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan
bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga
dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai
permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan
beku ekstrusif.
A. Batuan Beku Dalam
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi, pendinginannya sangat
lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal
yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh
batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada
kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di
sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya
disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang
volkanik.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga
terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya.
Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan
beku fanerik.
B. Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau
lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku
menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan
disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang viskositasnya
rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan lava basalt yang
disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang kepundan gunung api
dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava
atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat
dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda komposisi magmanya dan tempat
terbentuknya.
Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah lava bantal
(pillow lava), dinamakan demikian karena pembentukannya di bawah tekanan air.
Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok
batuan beku afanitik.

2.3.1.4. Komposisi dan Sifat-Sifat Batuan Beku


Tekstur batuan memiliki hubungan antara penyusun batuan. Tekstur batuan
sangat ditentukan oleh ukuran, bentuk dan susunan butir mineral di dalam batuan.
Tekstur batuan beku berkembang tergantung kecepatan pendinginan magma dan
komposisinya. Magma yang terletak jauh di dalam kulit bumi akan mengalami
pendinginan dengan lambat, sehingga suatu kristal mendapat kesemptan tumbuh
dengan baik dan berukuran lebih kurang seragam, mencapai beberapa sentimeter,
sebaliknya pendinginan yang sangat cepat tidak akan memberikan kesempatan,
kristal tumbuh sehingga ukuran kecil-kecil dan batuannya pun kadang-kadang
nampak pasif dan tanpa struktur. Bila sejarah pendinginan magma cukup komplek,
akan terjadi pendinginan lambat yang diikuti pendinginan cepat, yang
memungkinkan terjadinya kristal yang berbeda ukuran.
Ukuran kristal yang dipengaruhi oleh kekentalan magmanya. Dari magma
kental berkembang kristal kecil-kecil sedang dari magma yang lebih cair akan
menghasilkan kristal dengan ukuran lebih besar. Kekentalan magma sangat
tergantung dari komposisi dan kandungan gasnya. Magma yang banyak
mengandung silika akan lebih kental dibanding magma yang sedikit mengandung
silika, demikian pula magma yang mengandung unsur gas akan lebih cair.
Tekstur batuan beku dapat dibedakan menjadi lima macam :
Kelompok dari Granit, yaitu:

a) Phaneritik
1. Terdiri dari batuan pluton yang biasa disebut batolit, dimana kenampakan di
permukaan bumi sangat besar, sedangkan kedalaman dari batuan ini tidak
diketahui dasarnya.
2. Berbutir sangat kasar, dengan kombinasi warna antara abu-
abu dan putih.
3. Tekstur batuan ini pada dasarnya adalah holokristalin, hipidiomorfik, dan
equigranular, kadang-kadang juga memiliki tekstur porpiri.
4. Xenolit juga terdapat dalam granit dengan jumlah yang
sangat kecil sekali.
5. Struktur batuan ini biasanya adalah struktur join, yang terbagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
a). Struktur blok yang berbentuk kubus.
b). Struktur blok yang diakibatkan oleh proses konsolidasi.
c). Struktur blok yang diakibatkan oleh proses pelapukan. Disamping itu, di
dalamnya juga terdapat struktur miarolitik, orbikular, dan rapakivi.
d) Variasi senyawa kimia pada batuan granit didominasi oleh silika.
b) Aphanitik
1. Terdiri dari batuan ekstrusi yang berupa lava dan batuan intrusi yang berupa
dike.
2. Tekstur batuan ini adalah bertekstur porfirik, yaitu percampuran antara yang
kasar (penokris) seperti dari kuarsa, feldspar, dan hornblende dengan masa
dasar yang berbentuk halus dari mikrokristalin sampai kacaan.
3. Komposisi mineralogi dari penyusun utama terdiri dari kuarsa, potasium
feldspar dari jenis ortoklas dan sanidin, plagioklas dari jenis oligoklas,
sedangkan mineral feromagnesia dari biotit dan hornblende. Mineral
pengiringnya terdiri dari magnetit dan apatit. Sedangkan mineral sekundernya
terdiri dari hasil aliterasi dari mineral feldspar dan mineral feromagnesia.
Kelompok dari Syenit, yaitu:
a) Phaneritik
1. Terdapat sebagai stok dan boss, tidak pernah ditemukan sebagai bentuk besar
seperti batolit dan granit.
2. Terbentuknya syenit biasa berasosiasi dengan granit sebagai fasies tipis.
3. Tekstur yang biasa ditemukan adalah equigranular, holokristalin, phaneritik
dan batuan plutonik.
4. Butiran kristal cukup besar dan terlihat sebagai pegmatik.
5. Mineral utama terdiri dari potasium feldspar dari jenis ortoklas dan mikrolin,
plagioklas dari jenis albit-oligoklas, sebagian besar mineral feromagnesia dari
hornblende, serta sedikit dari biotit dan piroksen. Mineral pengiring terdiri dari
sphen, oksida besi dan apatit. Sedangkan mineral sekunder merupakan hasil
aliterasi dari feldspar, yang kemudian membentuk variasi dari mineral
lempung.
6. Kandungan alkali (Na2O dan K2O) sangat tinggi, hal ini disebabkan kandungan
mineral potasium feldspar.
b) Aphanitik
1. Terjadi sebagai aliran lava yang meliputi daerah yang luas.
2. Terdapat sebagai korok vulkanik yang bertekstur porfirik.
3. Tekstur lain yang biasa terdapat pada batuan ini adalah tekstur aliran.
4. Struktur join banyak terdapat di batuan ini.
5. Komposisi mineral dari mineral utama terdiri dari potasium feldspar dari jenis
sanidin, ortoklas dan mikrolin, plagioklas, biotit, hornblende, dan augit.
6. Kandungan mineral terdiri atas plagioklas dari jenis albit, hornblende, biotit,
K- feldspar dari jenis ortoklas dan mikrolin, nefelin, dan mineral bijihnya
magnetit.
7. Ukuran kristal berukuran kasar (phaneritik/holokristalin).
Kelompok dari Diorit, yaitu:
a) Phaneritik
1. Berada di tengah, yaitu antara kelompok batuan asam dan kelompok batuan
basa.
2. Terdapat sebagai stok, dike ataupun sill.
3. Tekstur dari batuan ini adalah holokristalin, equigranular, porpirik dengan
penokris berbentuk euhedral dan phaneritik.
4. Komposisi mineralogi, dimana penyusun mineral utama adalah plagioklas dari
jenis oligoklas-andesit dan hornblende. Mineral pengiring berupa kuarsa,
sphen, apatit dan magnetit.
b) Aphanitik
1. Terjadi sebagai intrusi sekunder, seperti sebagai dike.
2. Tekstur biasanya adalah porpirik, dengan penokris berbentuk euhedral.
3. Komposisi mineralogi dan kimianya sama dengan kelompok batuan diorit.
4. Terdiri dari hornblende andesit, yang mempunyai ukuran kristal yang halus
dan tidak sama besar.
5. Mineral yang berukuran kasar (penokris) terdiri dari plagioklas dari jenis
andesit dan hornblende.
Kelompok Gabro, yaitu:
a) Phaneritik
1. Terbentuk sebagai lakolit, stok, dike, sill, dan biasanya sebagai batuan plutonik.
2. Tekstur yang biasanya terdapat adalah equigranular, holokristalin, phaneritik
dan pegmatik.
3. Butiran kristal berukuran kasar.
4. Struktur yang berkembang pada umumnya struktur masif dan sistem join.
5. Komposisi mineralogi dan kimia dari gabro adalah batuan basa, dimana
prosentase silika, sodium, dan potasium relatif rendah sedangkan prosentase
besi dan magnesium relatif tinggi.
6. Mineral plagioklas dan feromagnesia banyak mengandung kalsium.
7. Kandungan mineralogi yang terbanyak adalah dari jenis labradorit.
8. Mineral pengiring terdiri atas magnetit, ilmenit, apatit, biotit, kromit, dan spinel
dengan jumlah yang kecil.
b) Aphanitik
1. Terdapat berupa lembaran di permukaan bumi dan mendominasi dari batuan
beku yang berhubungan dengan sabuk orogenik (orogenic belt).
2. Teksturnya adalah holokristalin, kacaan, porfirik dan equigranular.
3. Komposisi mineralogi dan kimia sama dengan batuan gabro yang terdiri atas
plagioklas, piroksin, dan olivin.
4. Mineral pengiring terdiri dari magnetit, ilmenit dan apatit.
Kelompok dari Ultra Basa, yaitu:
- Tekstur holokristalin dan phaneritik dari batuan plutonik.
- Kandungan mineral mafiknya sangat tinggi dan indeks warnanya di atas 70
dengan berat jenis (BJ) sangat tinggi.
- Tipe batuan pada ultra mafiknya ditandai dengan monomineral (seperti
piroksen, olivin dan hornblende).
- Mineral pengiring sedikit sekali (seperti oksida besi, spinel, biotit dan kromit).

2.3.1.5 .Kekuatan Batuan Beku(Rock Strength)


Batuan beku merupakan batuan yang memiliki kekutan tinggi. Hal ini
dikarenakan teksturnya yang umumnya keras kecuali yang sudah mulai lapuk.

Anda mungkin juga menyukai