LANDASAN TEORI
2.1. Geologi Teknik Untuk Perencanaan Bangunan Sipil dan Bangunan Air
Dalam geologi teknik banyak menguasai persoalan seperti penelitian batu
dan tanah sehubungan dengan proyek bangunan terutama bidang pengairan.
Penyelidikan Sebagian besar proyek teknik sipil melibatkan penggalian tanah dan
bebatuan, atau melibatkan pemuatan Bumi dengan membangun di atasnya. Dalam
beberapa kasus, batuan yang digali dapat digunakan sebagai bahan bangunan, dan
di tempat lain, batuan dapat membentuk bagian utama dari produk jadi, seperti
pemotongan jalan tol atau tempat f atau reservoir. Kelayakan, perencanaan dan
perancangan, konstruksi dan biaya, dan keamanan suatu proyek mungkin sangat
bergantung pada kondisi geologi dimana konstruksi akan berlangsung. Hal ini
terutama terjadi di lokasi 'greenfield' yang diperluas, di mana area yang terkena
dampak proyek membentang sejauh kilometer, melintasi lahan yang relatif tidak
berkembang. Contohnya termasuk proyek Terowongan Channel dan pembangunan
jalan raya. Di bagian jalan raya M9 yang menghubungkan Edinburgh dan Stirling
yang melintasi usaha serpih minyak yang ditinggalkan, penataan kembali jalan, atas
saran ahli geologi pemerintah, menghasilkan penghematan yang besar. Dalam
proyek sederhana, atau yang melibatkan pembangunan kembali lokasi terbatas,
tuntutan akan pengetahuan geologi insinyur atau kebutuhan akan saran geologi akan
kurang, namun tidak dapat diabaikan. Penyelidikan lokasi dengan membosankan
dan dengan menguji sampel mungkin merupakan awal yang memadai untuk
konstruksi dalam kasus tersebut.
2.2. Mineral
Mineral terbentuk secara alamiah, terdiri dari beberapa komposisi tertentu
dan pada umumnya terdiri dari anorganik, susbstan kristalin padat. Kebanyakan dari
mineral yang telah berada dalam keadaan mengkristal dan hanya sejumlah kecil
dalam keadaan amorphous (tidak berbentuk). Beda antara keadaan mengkristal dan
keadaan tidak berbentuk ialah bila unsur-unsur berada dalam bentuk kristal,
molekul-molekul, atom-atom, dan ion-ion dari tiap-tiap unsure tersebut tersusun
dalam susunan yang teratur dan membentuk suatu spatial lattice.
Sifat fisik yang perlu diperhatikan untuk membedakan mineral-mineral
yang satu dengan yang lain ialah warna, kilap, belahan, pecahan dan bentuk (yang
dapat diamati dengan bantuan kaca pembesar dengan pembesaran 10 kali), cerat,
kekasaran dan berat jenisnya.
a. Warna mineral
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, tetapi
tidak dapat diandalakan didalam pemberian mineral, karena satu macam mineral
dapat berwarna lebih dari satu, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotorannya. Sebagai contoh kwarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
kehitaman atau tidak berwarna. Walaupun demikian ada beberapa mineral yang
berwarna khas, seperti olivine berwarna hijau pucat, galena berwarna abu-abu,
azurite berwarna biru dan malasit berwarna hijau.
b. Kilap
Kilap ialah kenampakan permukaan mineral yang segar didalam
memantulkan cahaya. Secara garis besar kilap mineral dibedakan menjadi dua,
yaitu
1) Kilap logam, nampak seperti permukaan logam yang telah digosok.
2) Kilap bukan logam yang dibedakan menjadi beberapa:
a) Kilap tanah (permukaan suram seperti tanah)
b) Kilap minyak (permukaan seperti minyak)
c) Kilap kaca (permukaan seperti kaca)
d) Kilap intan (permukaan sangat mengkilap)
e) Kilap sutera
c. Belahan
Kekuatan ikatan atom didalam struktur kristal tidak seragam kesegala arah,
apabila mineral dikenai gaya (pukulan) maka mineral akan pecah sesuai dengan
arah ikatan atom yang lemah. Ikatan atom yang lemah biasanya membentuk suatu
bidang, sehingga balahan selalu membentuk bidang yang rata. Karena keteraturan
sifat dalam mineral, mak abelahna akan nampak berjajajr teratur dan mempunyai
arah tertentu.
Arah bidang belah bisa 1 arah (mika), 2 arah (feldspar, pirksen, amfibla), 3 arah
(galena, kalsit, dolomite), 4 arah (fluorit) dan 6 arah (spalerit).
d. Pecahan
Beberapa mineral mempunyai tenaga pengikat atom di dalam struktur
kristal sangat kuat, sehingga bidang belah tidak tampak dan mineral tersebut akan
cenderung pecah menuruti pola yang tidak teratur. Pecahan yang tidak teratur ini
disebut pecahan.
Perbedaan pecahan dan belahan dapat dilihat dari sifat permukaanya dalam
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dapat
memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan
sinar kesegala arah.
Jenis pecahan yang banyak dijumpai adalah:
1) Pecahan kerang (conchoida): pada permukaan pecahan nampak
bergelombang memusat, seperti kenampakan kulit kerang atau botol ynag
pecah sebagai permukaannya.
2) Pecahan berserat/berserabut (splinteri/fibrous) : bila pada permukaan pecah
nampak gejala serabut seperti batang bamboo atau kayu yang patah.
3) Pecahan rata (even) : bila permukaan pecahan nampak rata. Pecahan rata ini
biasanya merupakan bidang belahannya.
4) Pecahan tidak rata (uneven/irregular) : bila permukaan pecahan nampak
tidak rata, seperti permukaan bata yang pecah.
Satu jenis mineral tertentu dapat mempunyai belahan dan pecahan, mineral
lain hanya mempunyai : belahan saja dan yang lain hanya mempunyai pecahan saja.
e. Bentuk
Secara garis besar dapat dibedakan bentuk teratur (kristalin) dan bentuk
tidak teratur (amorf). Bentuk teratur dikendalikan oleh system kristalnya.
System kristal tersebut antara lain :
1) Kubik/regular
2) Hexagonal
3) Trigonal
4) Tetragonal
5) Ortorombik
6) Monoklin
7) Triklin
Bentuk tidak teratur ialah bentuk-bentuk yang tidak nampak didalam pola
yang teratur. Bentuk tak teratur bisa disebabkan oleh : muka kristal pada mineral
tidak berkembang dengan baik, mineral tersusun oleh kristal-kristal yang sangat
halus (cryptocrystalline) contoh kalsedon, atom penyusun mineral tidak tersusun
didalam pola yang teratur (amorf) contoh opal.
Walaupun mineral berbentuk teratur, keraturannya tidak selalu dikendalikan
oleh system kristalnya, tetapi terkendali oleh antara lain pembelahanya, sebagai
contoh adalah kelompok mika yang bersistem monoklin. Bila terdapat hal-hal
seperti itu dan hal tersebut sangat membantu pemerian mineral, maka kenampakan
yang menyolok tersebut dapat dimasukkan sebagai bentuk mineral. Bentuk tersebut
: lembaran (mika), berserat (serpentin, asbes).
f. Cerat
Yang dimaksut dengan cerat adalah warna serbuk halus suatu mineral. Cerat
dapat dipakai sebagai penciri suatu mineral, karena walaupun warna mineral
beraneka ragam maka ceratnya selalu tetap. Untuk mendapatkan cerat, mineral
digoreskan pada permukaan perselin yang tidak diberi lapisan pengkilat (unglazed)
atau disebut keeping cerat (streak plate). Perlu diperhatikan bahwa cerat yang
dilihat terutama untuk mineral-mineral yang kekerasan kurang dari 6 skala Mohs.
g. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan suatu mineral terhadap goresan. Sifat ini sangat
berhubungna erat dengan struktur kristal dan ikatan atomnya. Untuk mengukur
kekerasan nisbi, dua mineral digoreskan, maka mineral yang lebih keras akan
menggores mineral yang lebih lunak. Guna kepentingan pemerian mineral, tolak
ukur kekerasan telah dibuat, oleh Friedrich Mohs dari Jerman yang dikenal dengan
Skala Mohs yang terdiri dari 10 kekerasan tidak seragam. Sebagai contoh bila
diambil nilai mutlaknya maka kekerasan intan akan 42 kali kekerasan talkum.
Kekerasan itu sendiri dipengaruhi oleh keanekaragaman komposisi (kimia) mineral,
sehingga mengakibatkan mineral yang sama kadang-kadang lebih keras atau lebih
lunak dari pada kekerasan normalnya. Dianjurkan didalam melakukan pengukuran
kekerasan dilakukan pada permukaan yang segar/tidak lapuk.
Gambar 2.7. Kristal kembar gypsum yang menyerupai ekor burung camar
7. Fosfat
Apatite (Ca3(PO4).(CaF2) (CaCl2)); adalah mineral yang paling banyak
dijumpai diantara mineral-mineral yang tergolong fosfat. Mengkristal dengan
system hexagonal, biasanya ditemukan ditemukan dalam bentuk gumpalan-
gumpalan serbuk tepung. Warna bervariasi : hijau pucat atau biru kehijau-
hijauan, kuning, ungu, merah, atau coklat. Pada bidang permukaannya ia
berkilap bening seperti kaca. Pecahannya tidak sempurna. Bobot kekerasan 5.
berat jenis 3.2.
8. Silikat
Hampir sepertiga dari semua mineral termasuk kelompok silikat; 75% dari
berat lapisan kerak Bumi sama dengan berat keseluruhan massa silikat yang
terdapat padanya. Silikat merupakan komponen dari batu yang terbentuk selama
proses pembekuan magma (magmatic rock), juga endapan batu dan batu
metamorfik (metamorphic rock), yang mengalami metamorphose karena
pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi. Pada umumnya silikat mempunyai
susunan unsure-unsur kimia yang kompleks. Salah satu dari cirri khas silikat
ialah terdapatnya grup SiO4 tetravallent ionic dengan ion-ion oksigen pada
apex-apexnya dan satu ion silicon pada titik pusatnya.
Si 0
Gambar 2.8
Diagram yang menunjukkan susunan ion-ion dalam silico-oxygeneous
tetrahedron
a) Olivine (Mg, Fe)2 SiO4) adalah silikat dengan kandungan silicon oksida
yang rendah. Struktur tergantung pada tertrahedron silico-oxygeneous yang
terisolasi. Olivine mengkristal dalam system orthorhombic. Kristalnya
mempunyai bentuk bulat sering terdapat dalam bentuk gumpalan-gumpalan
serbuk tepung. Warnanya bervariasi, dari warna achromatic sampai hitam.
Mempunyai kilap yang bening seperti kaca dan juga berminyak. Kerapuhan
sedang dan tidak sempurna. Bentuk pecahan atau patahan tidak teratur.
Olivine yang terdapat dalam gumpalan-gumpalanserbuk tepung mempunyai
pecahan yang granular. Bobot kekerasan 6.5-7. berat jenis 3.3-3.5. Olivine
adalah mineral rock-forming dari batu-batuan ultra basic dan batu-batu
basic silica yang rendah. Jenis olivine yang transparan disebut Chrysolite,
merupakan batu semi-mulia.
b) Augite (Ca,Na) (Mg, Fe, Al) (Si, Al)2O6); mengkristal dengan system
monoclinic, dan kristalnya mempunyai bentuk bilah octahedral yang
pendek. Warnanya hitam dan hitam kehijau-hijauan. Mempunyai kilap yang
seperti kaca. Pembelahannya sedang atau tidak sempurna dengan dua
bidang belahan yang membentuk sudut 90o. Augite adalah mineral rock-
forming (berbentuk batu) dari jenis batu-batu magmatik dan metamorfik.
Bobot kekerasan = 5 – 6. berat jenis 3.3-3.6.
c) Hornblende ((Ca,Na)2(Mg,Fe2+)4(al,Fe3+)(AlSi3O11)2(OH2); mengkristal
dengan system monoklinik. Seperti Augite, hornblende juga merupakan
mineral rock-forming dari batu-batu magmatikdan metamorfik. Bentuk
kristalnya prisma yang panjang atau berbentuk bulat panjang hexagonal
ataupun berbentuk serat-serat panjang yang asikular. Kerapuhan sempurna,
dengan dua bidang belahan yang membentuk sudut 120o atau 60o. berat jenis
lebih rendah daripada augite (3.1-3.3)
d) Muscovite (KAl2(OH)2(AlSi3O10)); mempunyai kristal yang biasanya tidak
berwarna, tetapi sering bertinta hijau atau kuning pucat. Mempunyai kilap
karang mutiara yang bening seperti kaca. Berkat sifat transparannya, dulu ia
digunakan sebagai kaca jendela. Kerapuhannya eminen pada satu bidang;
lembaran-lembarannya elastis. Bobot kekerasan 2-3. berat jenis 2.7-3.
Muscovite digunakan dalam industri-industri elektronik sebagai bahan
isolator. Sumber-sumber muscovite yang komersil berdekatan dengan
pegmatite.
e) Biotite (K(Mg,Fe)3(OH)2(AlSi3O10)); mineral ini berbeda dengan muscovite
dalam hal warna; coklat atau hitam; transculent dan mempunyai berat jenis
yang sedikit lebih tinggi (3-3.10). Bila biotite (mika hitam) melapuk, ia
menjadi bertinta warna perungggu.
f) Talc (Mg3(OH)2(Si4O10)). Berbentuk gumpalan-gumpalan padat yang
bercanai tipis seperti daun atau bersisik. Kristal-kristalnya jarang yang
terpisah. Berwarna putih, hijau pucat, hijau kebiru-biruan dan perak.
Mempunya kilap karang mutiara. Mempunyai kerapuhan yang eminen pada
satu bidang belahan. Pelat-pelat tipis talc yagn terbentuk akibat perekahan
pada bidang kerapuhannya adalah fleksibel dan non-resilient. Talc agak
berminyak pada bidang permukaannya. Bobot kekerasannya 1, berat jenis
0.7-2.8. Talc terbentuk sebagai akibat metamorphose dari silikat-silikat
yang banyak mengandung magnesium, terutama dari Olivine, pyroxene, dan
amphiboles. Talc digunakan sebagai bahan pelumas.
g) Serpentine (Mg6(OH)8(Si4O10); biasanya ditemukan dalam bentuk massa-
massa padat, hanya kadang-kadang dalam bentuk gumpalan-gumpalan
sinter. Warnanya bervariasi, mulai dari hijau keputih-putihan sampai hijau
kehitam-hitaman. Mempunyai kilap kuning seperti kaca yang beminyak.
Hanya jenis antigorite yang memiliki kerapuhan. Bobot kekerasan 2.5 atau
4. berat jenis 2.5-2.6. Serpentine terbentuk selama proses metamorphose
dari batu-batu dasar.
h) Kaolinite (Al4 (OH)8 (Si4O10)); ditemukan dalam bentuk kepalan-kepalan
tanah yang padat. Kristalnya amat sangat kecil, yang hanya bisa diteliti
dengan menggunakan mikroskop.berwarna putih, dalam bentuk kristal tidak
berwarna. kilapnya buram. Bobot kekerasan =1, berat jenis=2.6. berminyak
pada permukaan. Dalam keadaan kering mudah menyerap kelembaban dan
menjadi lentuk (plastis). Kaolin terbentuk pada permukaan bumi selama
proses alumusilicate, terutama mika dan feldspar.
i) Chlorite. Diramu dalam bentuk kepalan-kepalan yang padatatau dalam
bentuk kepalan berwarna hijau gelap yang bersisik. Mereka memiliki kilap
karang mutiaradan bening seperti kaca. Bobot kekerasannya 2-2.5.
kerapuhannya eminen pada satu bidang belahan. Chlorite pecah menjadi
skala-skala tapi tidak elastis. Berat jenis 2.6-2.8. proses pembentukan
chlorite semata-mata berkaitan dengan metamorphose.
j) Glauconite; komposisinya mirip dengan ferrosgeneous mica (lepidomeline),
bedanya : Glauconite mempunyai kandungan K2O yang lebih kecil, dan
kandungan besi dan air yang lebih tinggi. Struktur kristalnya hanya sedikit
yang telah ditelaah. Kristalnya ditemukan dalam bentuk serbuk-serbuk
tepung bulat atau hampir bulat pada lapisan batu-batuendapan yang berasal
dari laut. Bobot kekerasan 2-3, berat jenis 2.2-2.8. Digunakan sebagai pupuk
potassik, bahan pembuat cat hijau, atau untuk lebih mencairkan zat-zat cair.
k) Feldspar; mengkristal dengan system triklinik atau monoklinik. Berwarna
cerah. Bobot kekerasan 6-6.5. mempunyai kilap yang bening seperti kaca.
Mempunyai pembelahan yang membentuk sudut hampir 90o dan berat jenis
2.5-2.7.
2.3. Batuan
Batuan merupakan bahan dari kerak bumi yang selalu dapat kita lihat
dimana-mana. Batuan dapat didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun
kerak bumi, yang merupakan agregat dari mineral-mineral yang telah mengeras.
Tanah dan bahan-bahan lepas lainnya merupakan hasil dari proses pelapukan dan
erosi. Jadi, segala sesuatu yang menjadi bahan kerak bumi disebut sebagai batuan.
Batuan dalam pengertian sehari-hari sangat berbeda dengan pengertiannya
dalam ilmu Geologi. Dalam pengertian Geologi, yang disebut batuan adalah massa
materi mineral baik yang tampak keras maupun yang tidak, yang membentuk
bagian kerak bumi dimana terbentuknya melalui proses alamiah.
Batuan bisa berasal dari satu macam mineral (monomineralistik), tetapi
pada umumnya berasal dari satu kumpulan (agrogate) dari berbagai macam
mineral. Mineral itu sendiri didefinisikan sebagai bahan alam yang dibuat oleh
tenaga atom yang bersifat homogen dan tersusun dari senyawa-senyawa organik
yang sifat fisik dan kimianya tertentu serta mempunyai struktur atom yang konstan.
Dari hasil penelitian kimia, unsur-unsur penyusun batuan yang paling penting
adalah O2, Si, Al, K, Mg. Kesatuan unsur tersebut membentuk sebagian dari
bermacam-macam silikat, karbon oksida serta membentuk sebagian mineral utama.
Batuan dibagi ke dalam berbagai macam dan jenis berdasarkan cara
terbentuknya batuan tersebut atau berdasarkan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.
pelapukan
peleburan, pengendapan
pembekuan pengangkutan
pembatuan
Batuan Metamorf
Gambar 2.9
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya
adalah riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%.
Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya
adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%.
Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan
indeks warnanya sebagai berikut:
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Kasifikasi batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dapat dibagi tiga,
yaitu :
a) Batuan Intrusi
Batuan intrusi atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh
di dalam bumi (15–50 Km). Karena tempat pembentukannya dekat dengan
astenosfer, maka pendinginan berjalan sangat lambat. Karena itu bentuk
batuannya besar – besar dan mempunyai kristal yang sempurna dengan bentuk
tekstur holokristalin (semua komposisi disusun oleh kristal sempurna), karena
pembentukan kristalnya sangat sempurna mengingat waktu penghablurannya
sangat lama. (Munir, 1995). Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,
diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah) dan lain-lain.
Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu atau
suatu larutan kental dan panas, cairan ini disebut lava. Ada dua tipe magma
intrusi, yang pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan vikositasnya
rendah. Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan
silika yang tinggi dan vikositas relatif tinggi. (Graha, 1987)
Contoh batuan beku vulkanik adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan
pondasi rumah), dan dacite.
c) Batuan Gang
Batuan gang antara batuan dalam dan batuan leleran terdapat gejala antara
batuan yang terbentuk dalam celah – celah serta rekahan – rekahan dalam kerak
bumi. Batuan yang terbentuk adalah batuan gang atau batuan korok disebut juga
batuan hypo-abisik.
Gang disini adalah suatu badan yang bentuknya seperti sebuah kitab
besar. Magma yang membeku dalam gang adalah magma yang sedang menuju
ke permukaan bumi atau membeku dalam celah – celah di kerak bumi. Misalnya
magma yang mempunyai susunan granit itu membeku dalam sebuah gang,
maka batuan yang terbentuk disebut porfiri granit yang berarti batuan granit
bertekstur porfiri. (Munir, 1995)
1. Batuan Beku Asam jika mengandung SiO2 lebih dari 66%. Contohnya Granit
, Rhyolit
3. Batuan Beku basa jika mengandung SiO2 45-52%. Contohnya Gabro , Basalt.
Gambar 2.6 Gabro Gambar 2.7
Basalt
4. Batuan Beku ultra basa jika mengandung SiO2 kurang dari 52%. Contohnya
Peridotit, dunit.
a) Phaneritik
1. Terdiri dari batuan pluton yang biasa disebut batolit, dimana kenampakan di
permukaan bumi sangat besar, sedangkan kedalaman dari batuan ini tidak
diketahui dasarnya.
2. Berbutir sangat kasar, dengan kombinasi warna antara abu-
abu dan putih.
3. Tekstur batuan ini pada dasarnya adalah holokristalin, hipidiomorfik, dan
equigranular, kadang-kadang juga memiliki tekstur porpiri.
4. Xenolit juga terdapat dalam granit dengan jumlah yang
sangat kecil sekali.
5. Struktur batuan ini biasanya adalah struktur join, yang terbagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
a). Struktur blok yang berbentuk kubus.
b). Struktur blok yang diakibatkan oleh proses konsolidasi.
c). Struktur blok yang diakibatkan oleh proses pelapukan. Disamping itu, di
dalamnya juga terdapat struktur miarolitik, orbikular, dan rapakivi.
d) Variasi senyawa kimia pada batuan granit didominasi oleh silika.
b) Aphanitik
1. Terdiri dari batuan ekstrusi yang berupa lava dan batuan intrusi yang berupa
dike.
2. Tekstur batuan ini adalah bertekstur porfirik, yaitu percampuran antara yang
kasar (penokris) seperti dari kuarsa, feldspar, dan hornblende dengan masa
dasar yang berbentuk halus dari mikrokristalin sampai kacaan.
3. Komposisi mineralogi dari penyusun utama terdiri dari kuarsa, potasium
feldspar dari jenis ortoklas dan sanidin, plagioklas dari jenis oligoklas,
sedangkan mineral feromagnesia dari biotit dan hornblende. Mineral
pengiringnya terdiri dari magnetit dan apatit. Sedangkan mineral sekundernya
terdiri dari hasil aliterasi dari mineral feldspar dan mineral feromagnesia.
Kelompok dari Syenit, yaitu:
a) Phaneritik
1. Terdapat sebagai stok dan boss, tidak pernah ditemukan sebagai bentuk besar
seperti batolit dan granit.
2. Terbentuknya syenit biasa berasosiasi dengan granit sebagai fasies tipis.
3. Tekstur yang biasa ditemukan adalah equigranular, holokristalin, phaneritik
dan batuan plutonik.
4. Butiran kristal cukup besar dan terlihat sebagai pegmatik.
5. Mineral utama terdiri dari potasium feldspar dari jenis ortoklas dan mikrolin,
plagioklas dari jenis albit-oligoklas, sebagian besar mineral feromagnesia dari
hornblende, serta sedikit dari biotit dan piroksen. Mineral pengiring terdiri dari
sphen, oksida besi dan apatit. Sedangkan mineral sekunder merupakan hasil
aliterasi dari feldspar, yang kemudian membentuk variasi dari mineral
lempung.
6. Kandungan alkali (Na2O dan K2O) sangat tinggi, hal ini disebabkan kandungan
mineral potasium feldspar.
b) Aphanitik
1. Terjadi sebagai aliran lava yang meliputi daerah yang luas.
2. Terdapat sebagai korok vulkanik yang bertekstur porfirik.
3. Tekstur lain yang biasa terdapat pada batuan ini adalah tekstur aliran.
4. Struktur join banyak terdapat di batuan ini.
5. Komposisi mineral dari mineral utama terdiri dari potasium feldspar dari jenis
sanidin, ortoklas dan mikrolin, plagioklas, biotit, hornblende, dan augit.
6. Kandungan mineral terdiri atas plagioklas dari jenis albit, hornblende, biotit,
K- feldspar dari jenis ortoklas dan mikrolin, nefelin, dan mineral bijihnya
magnetit.
7. Ukuran kristal berukuran kasar (phaneritik/holokristalin).
Kelompok dari Diorit, yaitu:
a) Phaneritik
1. Berada di tengah, yaitu antara kelompok batuan asam dan kelompok batuan
basa.
2. Terdapat sebagai stok, dike ataupun sill.
3. Tekstur dari batuan ini adalah holokristalin, equigranular, porpirik dengan
penokris berbentuk euhedral dan phaneritik.
4. Komposisi mineralogi, dimana penyusun mineral utama adalah plagioklas dari
jenis oligoklas-andesit dan hornblende. Mineral pengiring berupa kuarsa,
sphen, apatit dan magnetit.
b) Aphanitik
1. Terjadi sebagai intrusi sekunder, seperti sebagai dike.
2. Tekstur biasanya adalah porpirik, dengan penokris berbentuk euhedral.
3. Komposisi mineralogi dan kimianya sama dengan kelompok batuan diorit.
4. Terdiri dari hornblende andesit, yang mempunyai ukuran kristal yang halus
dan tidak sama besar.
5. Mineral yang berukuran kasar (penokris) terdiri dari plagioklas dari jenis
andesit dan hornblende.
Kelompok Gabro, yaitu:
a) Phaneritik
1. Terbentuk sebagai lakolit, stok, dike, sill, dan biasanya sebagai batuan plutonik.
2. Tekstur yang biasanya terdapat adalah equigranular, holokristalin, phaneritik
dan pegmatik.
3. Butiran kristal berukuran kasar.
4. Struktur yang berkembang pada umumnya struktur masif dan sistem join.
5. Komposisi mineralogi dan kimia dari gabro adalah batuan basa, dimana
prosentase silika, sodium, dan potasium relatif rendah sedangkan prosentase
besi dan magnesium relatif tinggi.
6. Mineral plagioklas dan feromagnesia banyak mengandung kalsium.
7. Kandungan mineralogi yang terbanyak adalah dari jenis labradorit.
8. Mineral pengiring terdiri atas magnetit, ilmenit, apatit, biotit, kromit, dan spinel
dengan jumlah yang kecil.
b) Aphanitik
1. Terdapat berupa lembaran di permukaan bumi dan mendominasi dari batuan
beku yang berhubungan dengan sabuk orogenik (orogenic belt).
2. Teksturnya adalah holokristalin, kacaan, porfirik dan equigranular.
3. Komposisi mineralogi dan kimia sama dengan batuan gabro yang terdiri atas
plagioklas, piroksin, dan olivin.
4. Mineral pengiring terdiri dari magnetit, ilmenit dan apatit.
Kelompok dari Ultra Basa, yaitu:
- Tekstur holokristalin dan phaneritik dari batuan plutonik.
- Kandungan mineral mafiknya sangat tinggi dan indeks warnanya di atas 70
dengan berat jenis (BJ) sangat tinggi.
- Tipe batuan pada ultra mafiknya ditandai dengan monomineral (seperti
piroksen, olivin dan hornblende).
- Mineral pengiring sedikit sekali (seperti oksida besi, spinel, biotit dan kromit).