Iqbal Cakrbuana
14016610534
BAB 1
BAB 2
Menurut Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, norma atau kaedah adalah
patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk berperilaku atau bersikap tindak dalam
hidup. Norma baru ada apabila terdapat lebih dari satu orang, oleh karena norma itu pada
dasarnya mengatur tata cara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain, terhadap
lingkungannya, atau dengan kata lain suatu norma baru dijumpai dalam suatu pergaulan
hidup manusia. Norma yang berlaku di Indonesia dan masih sangat dirasakan adalah norma
adat, norma agama, norma moral, dan norma hukum negara.
Hans Kelsen mengemukakan adanya dua sistem norma, yaitu sistem norma statik
dan sistem norma dinamik, beriku penjelasannya :
a) Sistem norma statik : sistem ini melihat pada isi dari suatu norma, suatu norma
umum dapat ditarik menjadi norma-norma khusus, atau norma-norma khusus itu
menjadi suatu norma yang umum. Contohnya adalah salah satu norma yang berlaku
seperti “menghormati orangtua”, norma tersebut dilakukan oleh semua orang
karena isinya adalah positif dan orang-orang tidak memperdulikan siapa yang
menciptakan norma tersebut pada awalnya, namun tetap dilakukan
b) Sistem norma yang dinamik : sistem ini melihat pada berlakunya suatu norma atau
dari cara “pembentukkannya” atau “penghapusannya”, menurut Kelsen norma itu
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu susunan yang bersifat hierarki.
Menurut Hans Kelsen, hukum termasuk dalam sistem norma yang dinamik, karena
hukum itu selalu dibentuk dan dihapus oleh lembaga-lembaga atau otoritas-otoritas yang
berwenang membentuk atau menghapusnya.
Dinamika dari suatu norma hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dinamika
norma hukum yang vertikal dan horizontal :
a) Dinamika norma hukum vertikal, adalah dinamika norma hukum yang berjenjang
dari atas ke bawah, atau dari bawah ke atas. Dinamika yang vertikal ini, bersumber
dan berdasar pada norma hukum di atasnya. Dinamika norma hukum vertikal ini
dapat dilihat dalam tata susunan norma hukum yang ada di Indonesia, secara
berurutan mulai dari Pancasila sebagai norma dasar negara yang merupakan sumber
dasar bagi terbentuknya norma-norma hukum dalam Batang Tubuh UUD 1945
b) Dinamika norma hukum horizontal, adalah dinamika norma yang bergeraknya ke
samping, norma itu bergerak ke samping karena adanya suatu analogi yaitu
penarikan suatu norma hukum untuk kejadian-kejadian lainnya yang dianggap
serupa.
Norma hukum umum adalah suatu norma hukum yang ditujukan untuk orang
banyak, umum, dan tidak tertentu, sedangkan norma hukum individual adalah norma
hukum yang ditujukan atau dialamatkan pada seseorang, beberapa orang, atau banyak
orang yang telah tertentu. Norma hukum abstrak adalah suatu norma hukum yang melihat
pada perbuatan seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti konkret. Norma hukum
konkret melihat perbuatan seseorang itu secara lebih nyata (konkret). Norma hukum
umum-abstrak adalah suatu norma hukum yang ditujukan untuk umum dan perbuatannya
masih bersifat abstrak. Norma hukum umum-konkret adalah suatu norma hukum yang
ditujukan untuk umum dan perbuatannya sudah tertentu. Norma hukum individual-abstrak
ditujukan untuk seseorang atau orang-orang tertentu dan perbuatannya bersifat abstrak.
Norma hukum individual-konkret ditujukan untuk seseorang atau orang-orang tertentu dan
perbuatannya bersifat konkret
Dari segi adresat, norma hukum juga dapat dilihat dari segi daya lakunya, ada yang
terus-menerus dan ada yang sekali selesai. Norma hukum yang berlaku terus-menerus
adalah norma hukum yang berlakunya tidak dibatasi oleh waktu, berlaku terus-menerus
sampai peraturan itu dicabut atau diganti dengan peraturan yang baru. Norma hukum yang
berlaku sekali-selesai adalah norma hukum yang berlakunya satu kali saja dan setelah itu
selesai.
Norma hukum tunggal adalah suatu norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak
diikuti oleh suatu norma hukum lainnya, berupa suatu suruhan tentang bagaimana
seseorang hendaknya bertindak atau bertingkah laku. Norma hukum berpasangan adalah
suatu norma hukum yang terdiri atas dua norma hukum yaitu norma hukum primer dan
norma hukum sekunder. Norma hukum primer ialah berisi aturan atau patokkan bagaimana
cara seseorang harus berperilaku dalam masyarakat ( das Sollen ). Norma hukum sekunder
ialah berisi tata cara penanggulangannya apabila norma hukum primer itu tidak dipenuhi.
Suatu norma itu berlaku karena ia mempunyai suatu daya laku (validitas) atau
karena ia mempunyai keabsahan. Daya laku ini ada apabila norma itu dibentuk oleh norma
yang lebih tinggi atau oleh lembaga yang berwenang membentuknya.
BAB 3
Menurut Hans Nawiasky, pengelempokkan norma hukum dalam suatu negara itu
terdiri atas empat kelompok besar, yaitu :
Norma Hukum yang tertinggi dan merupakan kelompok pertama dalam hierarki
norma hukum negara, merupakan norma yang tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih
tinggi lagi, dan sudah ditetapkan terlebih dahulu. Norma ini juga merupakan dasar bagi
pembentukkan konstitusi atau undang-undang dasar dari suatu negara. Aturan ini
merupakan kelompok norma hukum dibawah norma fundamental negara, norma dari
aturan ini masih bersifat pokok dan merupakan aturan umum yang masih bersifat garis
besar. Di Indonesia, Aturan Dasar Negara / Aturan Pokok Negara tertuang dalam Batang
Tubuh UUD 1945 dan Ketetapan MPR. Selain itu juga terdapat Hukum Dasar tidak tertulis
yang disebut sebagai Konvensi Ketatanegaraan, adalah hukum dasar tidak tertulis yang
tumbuh dan terpelihara di dalam masyarakat.