PENDAHULUAN
segera. Kedaruratan ini disebabkan oleh adanya kelainan dalam pulpa dan atau
yang tidak direncanakan di dalam praktek sehari-hari, namun dokter gigi harus
penatalaksanaannya.
tepat mungkin dapat meredakan nyeri yang diderita, bahkan dapat memperparah
terapeutik dan perawatan yang tepat, baik untuk jaringan lunak maupun jaringan
dan stafnya. Berbagai frekuensi nyeri atau pembengkakan terjadi pada pasien
sebelum, selama atau sebuah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah adanya
iritan yang menimbulkan inflamasi yang hebat di dalam jaringan pulpa atau
jaringan periradikuler.
1
Merupakan kepuasan dan kebahagian tersendiri apabila kita berhasil
menanggulangi dengan baik seorang pasien yang datang dalam keadaan kesakitan.
Sebaliknya, tidak ada yang lebih menyesakkan hati, baik bagi pasien maupun
saluran akarnya padahal pada awalnya gigi tersebut asimptomatik (Walton ang
Torabinejad, 2002).
2
BAB II
PEMBAHASAN
berhubungan dengan rasa nyeri atau bengkak yang membutuhkan diagnosis dan
pertolongan terhadap gejala nyeri. Hal tersebut juga didorong oleh komplikasi
yang tak terduga, yang tidak terkait dengan nyeri, tetapi memerlukan perawatan
sementara sampai perawatan definitif. Kedaruratan pada gigi vital dapat terjadi
Pasien yang dalam keadaan sakit akan memberikan informasi dan respons
serba berlebihan dan tidak tepat. Mereka cenderung bingung dan cemas. Oleh
karena itu, harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar dan pendekatan yang
sistematik agar diagnosis akurat. Agar sampai pada diagnosis yang tepat dan dapat
melakukan pengetesan pulpa; melakukan tes palpasi, tes perkusi dan melakukan
3
2.2.1 Riwayat medis dan gigi
harus ditanggulangi segera, riwayat medis dan giginya harus ditinjau terlebih
sudah ada dan hanya perlu diperbaharui saja. Jika pasien baru, buatlah
riwayat standarnya dengan lengkap. Riwayat gigi dapat dibuat lengkap atau
seperlunya dulu yang meliputi pengumpulan data prosedur gigi yang telah
komentar dokter gigi terakhir yang dikunjunginya (Ingle, 1985; Walton and
Torabinejad, 2002).
dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus
suhu dan menyebar, besar kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri yang terjadi
pada waktu mastikasi atau ketika gigi berkontak dan jelas batasnya mungkin
satu gejala ini, besar kemungkinan terdapat lelainan yang cukup signifikan.
Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek informasi seputar sumber
nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler. Seorang klinisi yang
4
digunakan untuk konfirmasi (Cohen and Burn, 1994; Weine, 1996; Walton
pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya
adanya fraktur.
sebagai asal nyeri, meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau
menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut.
Tes vitalitas pulpa tidak begitu bermanfaat pada pasien yang sedanh
menderita sakit akut karena dapat menimbulkan kembali rasa sakit yang
gigi masih vital atau nekrosis (Cohen ang Burn, 1994; Walton and
Torabinejad, 2002).
akut. Pada abses periodontium lokal, pulpa biasanya masih vital dan terdapat
poket yang terdeteksi. Sebaliknya, abses apikalis akut disebabkan oleh pulpa
5
tes kavitas mungkin dapat membantu mengidentifikasi status pulpa (Cohen
tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena kepadatan tulang kortikal,
struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula, lesi yang
Torabinejad, 2002).
Hal ini merupakan faktor yang penting karena pasien yang sedang
cemas harus diyakinkan bahwa dia akan ditangani dengan baik. Untuk
6
memberikan perhatian dan simpati kepada pasien dan memperlakukan pasien
yang penting dalam perawatan kedaruratan (Cohen and Burn, 1994; Walton
gigi penyebab dan jaringan pulpa atau periradikuler yang merupakan sumber
rasa nyeri dan harus dapat menentukan diagnosis pulpa dan periradikulernya
Torabinejad, 2002).
yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan sementara, rasa
sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi
rasa sakit dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri
setelah preparasi kavitas atau pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada
kebocoran restorasi, maka restorasi harus dibongkar dan aplikasi semen seng
7
oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan
injuri pada pulpa dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau
berjam-jam, kadang – kadang rasa sakit timbul spontan, mengganggu tidur atau
timbul bila membungkuk. Perawatan darurat yang lebih baik dikakukan adalah
Menurut Seltzer dalam Walton and Torabinejad (2002), sekitar sepertiga pasien
penambalan mahkota yang tidak baik, oklusi yang mengganjal (ada kontak
8
Jika timbul rasa tidak nyaman pada gigi setelah dilakukan obturasi,
dievaluasi kembali. Pertolongan bagi kasus darurat dengan rasa tidak nyaman
dirasakan.
tidak memadai, misalnya pada saluran akar yang obturasinya berlebih atau
tidak tepat atau pengisiannya tidak hermetis. Jika nyeri tidak kunjung reda
diberi antibiotika dan analgetik, biasanya kasus ini pulih tanpa perlu
perawatan lanjutan.
Torabinejad, 2002).
A. Kasus darurat
9
Menurut Grossman dan kawan-kawan (1988) yang memerlukan perawatan
6. Fraktur korona.
7. Fraktur akar.
8. Tooth avulsion.
9. Referred pain.
B. Kasus Biasa
1. Nekrosis pulpa
pulpa dapat terjadi secara parsial maupun total. Etiologi primer dari
nekrosis pulpa adalah iritan akibat infeksi bakteri. Luasnya proses nekrosis
10
1. Nekrosis koagulasi
dan opak. Massa sel dapat dilihat secara histologis, dimana bagian
intraselular hilang.
2. Nekrosis Liquefaksi
jaringan. Area nekrosis liquefaksi dikelilingi oleh zona leukosit PMN, dan
A. Konvensional
a. Pulp Capping
11
odontoblas untuk membentuk dentin sekunder. Perawatan pulp
menjadi dua :
sulung vital dengan lesi karies yang luas dan hampir mendekati
12
Indikasi perawatan indirect pulp capping adalah:
rampan, dan;
b. Pembengkakan;
c. Fistula;
e. Mobilitas patologis;
dan;
h. Kalsifikasi pulpa.
berikut:
13
c. Semua jaringan karies dibuang, kecuali yang
lembab;
14
a. Perforasi pulpa secara mekanis yang kurang dari 1 mm2
gejala patologis;
a. Nyeri spontan;
b. Mobilitas patologis;
berikut:
a. Rontgen foto;
15
b. Pemberian anestesi lokal, kemudian gigi diisolasi
pulpa;
B. Pulpotomi
yang telah mengalami infeksi, sedangkan jaringan pulpa yang terdapat dalam
pulpa radikular dan membebaskan rasa sakit pada pasien dengan pulpagia akut.
Kalsium hidroksida pada pulpotomi vital gigi sulung dapat menyebabkan resorpsi
interna. Metode pulpotomi untuk gigi-gigi molar sulung yaitu vital pulpotomi
1. Pulpotomi Vital
16
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan
diamputasi agar pulpa bagian radikular tetap vital. Pulpotomi vital dapat
dilakukan pada gigi sulung dan permanen muda. Pulpotomi gigi sulung
resorbsi interna. Oleh karena itu, pulpotomi vital pada gigi sulung
dan pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan vital. Pulpotomi vital dengan
a. Gigi tanpa rasa sakit spontan atau persistensi, bebas dari pulpitis
b. Karies yang luas dan masih tertinggal 2/3 panjang akar gigi
pulpektomi;
17
f. Pulpa terbuka karena faktor mekanis selama preparasi kavitas
g. Mobilitas patologik;
i. Rasa sakit spontan atau rasa sakit bila diperkusi maupun palpasi.
18
obat-obatan terhadap jaringan periapikal dapat dihindari, dan; bila
berikut :
berikut:
19
karat, dan; h) Gigi yang telah dilakukan perawatan pulpotomi
20
perdarahan ini dapat membantu dugaan keparahan keradangan
pulpa.
kamar pulpa;
tambalan permanen.
dalam keadaan aseptik dan diawetkan. Pulpotomi devital dilakukan hanya terbatas
pada ruang pulpa. Dalam perawatan pulpotomi devital, dilakukan devitalisasi gigi
penggantian obat untuk sterilisasi, bila pada kunjungan berikut sudah tidak ada
rasa sakit, maka ruang pulpa diberi obat mumifikasi dan pada kunjungan
a. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau
trauma;
21
b. Pasien dengan perdarahan yang abnormal, misalnya hemofili;
dilakukan pulpektomi.
rontgenologis.
Kunjungan pertama :
a. Rontgen foto;
pulpa, dan;
22
Kunjungan kedua (setelah 7 – 10 hari) :
paraformaldehid dilepas;
4.Pulpektomi
Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar.
Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis tidak
1) Pulpektomi vital
2) Pulpektomi devital
Indikasi Pulpektomi
1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital
23
Kontraindikasi Pulpektomi
Macam-macam Pulpektomi
1. Pulpektomi vital
2) Molar sulung kedua, sebelum erupsi molar permanen pada umur 6 tahun
3) Tidak ada bukti–bukti kondisi patologis dengan resorpsi akar yang lebih
dari 2/3.
2. Pulpektomi devital
dalam ruang pulpa dan saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan
sulung yang telah mengalami pulpitisatau dapat juga pada gigi anterior
24
Pulpektomi non vital adalah gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital
1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik
4) Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma pada
gigi-geligi sulung
dan TBC
dibersihkan.
1. Pulpektomi parsial
bagian koronal dan dalam saluran akar masih vital tetapi menunjukkan
gejala klinis hiperemia, atau bila perdarahan pada pemotongan pulpa yang
tidak dapat dikontrol. Prosedur ini dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan.
25
Teknik perawatan pulpektomi parsial yaitu:
a. Rontgen foto;
bulat;
amalgam, dan;
2. Pulpektomi Lengkap
gigi sulung nonvital, dan dilakukan dalam beberapa kali kunjungan. Bila
26
saluran akar, atau instrumetasi saluran akar tidak boleh dilakukan pada
kunjungan pertama.
dibersihkan,
B. Bedah
27
Perawatan bedah endodontik adalah pengembangan perawatan yang lebih luas
diantaranya insisi untuk drainase, bedah apeks, hemiseksi, amputasi akar dan
replantasi.
Tujuan
Indikasi
28
5.pengisian saluran akar yang kurang/ berlebih
4. tidak ada resorpsi dari tulang alveolar yang mengelilingi akar gigi tersebut,
5. Mahkota jaket atau mahkota penuh yang baik dengan kelainan apikal.
periradikular.
9. Eksaserbasi berulang dan persisten selama perawatan non bedah atau rasa
non bedah.
10. Perawatan sembarang gigi dengan lesi yang dicurgai memerlukan biopsi
diagnosa.
12. Perusakan dari penyempitan apikal saluran akar yang disebabkan oleh
Kontraindikasi
- Pertimbangan umum
osteoradionekrosis, dll.
29
Pasien yang secara emosional sukar : seorang pasien yang secara
bedah.
- Pertimbangan lokal
dihindari
dihindari
lokasi apeks akar yang tidak dapat dicapai, terutama pada gigi
1. Bedah Apeks
30
Bedah apeks Adalah pemotongan sebagian ujung akar yang tidak
Tujuan :
mempercepat kebocoran
sebagai berikut:
1. Desain flap.
4. Kuretase periradikular.
2. Amputasi Akar
Amputasi akar adalah pengangkatan akar gigi salah satu/ lebih pada
31
Setelah PSA pada gigi yang dipertahankan selesai dan saluran akar
3. Hemiseksi
furkasinya dan pencabutan salah satu/ lebih belahan akar yang rusak/
Prosedur
Indikasi:
terkalsifikasi.
Kontraindikasi:
32
Akar berfusi atau jarak sedemikian rupa sehingga tidak dapat
dipisahkan.
pothesa.
ada.
4. Bikuspidasi
premolar
Indikasi :
Kontraindikasi :
33
Adanya fusi pada akar gigi
Dalam melakukan perawatan saluran akar, ada tiga faktor yang mempengaruhi
c. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi
sepertiga apeks. f. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk
g. Foto rontgen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal,
34
j. Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
Bila dijumpai kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari
sepertiga panjang akar Kasus seperti ini merupakan luar biasa, karena dalam
pengamatan dikatakan bahwa makin besar jumlah kerusakan tulang yang rusak,
a. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan daerah radiolusen terhalang oleh
yang patah.
c. Status pasien
d. Alasan dental
e. Alasan lokal
35
BAB III
PENUTUP
3.1 simpulan
dengan rasa nyeri atau bengkak yang membutuhkan diagnosis dan perawatan
terhadap gejala nyeri. Hal tersebut juga didorong oleh komplikasi yang tak
terduga, yang tidak terkait dengan nyeri, tetapi memerlukan perawatan sementara
3.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Andari R.S. & Endang R, 2007. Perawatan Saluran Akar Satu Kali
Kunjungan pada Gigi Premolar Kedua Kiri Mandibula dengan Nekrosis Pulpa
disertai Lesi Periapikal. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada.
Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathways of The Pulp. 6 th ed. St. Louis :
Mosby.
Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea
& Febiger.
37