Anda di halaman 1dari 9

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA

Dibidang kedokteran kita mengenal ilmu farmakologi, sebagai ilmu yang mempelajari obat-
obatan. Obat-obat yang kita pelajari dalam farmakologi adalah jenis obat-obat untuk penyakit
jasad/jasmani kita. Namun tidak satupun yang dapat mengobati penyakit ruh dan penyakit hati.
Padahal hati dan ruh manusia dapat sakit, dan sakitnya hati dan ruh manusia lebih berbahaya
daripada sakitnya jasad atau jasmani seorang manusia

Di antara tanda hati yang sakit adalah hamba sulit untuk merealisasikan tujuan penciptaan
dirinya, yaitu untuk mengenal Allah, mencintai-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, kembali
kepada-Nya dan memprioritaskan seluruh hal tersebut daripada seluruh syahwatnya. Akhirnya,
hamba yang sakit hatinya lebih mendahulukan syahwat daripada menaati dan mencintai Allah
sebagaimana yang difirmankan Allah ‘azza wa jalla,

‫ت ومكن اَتتوخوذ إكلوهوهن هوووُاَهن أوفوأ وين و‬


‫ت تونكوُنن وعلوييِكه ووككيِلل‬ ‫أوورأويي و‬
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. Al Furqan: 43).

Beberapa ulama salaf menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,

‫ فيِحيِا في هذه اَلحيِاة اَلدنيِا حيِاة اَلبهائم ل‬. ‫هوُ اَلذي كلما هوُى شيِئا ركبه‬
‫ ) يوتوومتتنعوُون‬: ‫يعرف ربه عز وجل ول يعبده بأمره ونهيِه كما قال تعالى‬
(12 ‫ من اَلية‬:‫ى لوهنيم()محمد‬ ‫وويوأينكنلوُون وكوما توأينكنل اَيلوينوعانم وواَلتنانر وميثوُ ل‬
“Orang yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah dia yang senantiasa menunggangi hawa
nafsunya, sehingga kehidupan yang dijalaninya di dunia ini layaknya kehidupan binatang
ternak, tidak mengenal Rabb-nya ‘azza wa jalla, tidak beribadah kepada-Nya dengan
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, persis seperti firman Allah ta’ala
(yang artinya), ‘Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti
makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka’ (QS. Muhammad: 12).”

Pada akhirnya, balasan sesuai dengan perbuatan, sebagaimana di dunia dia tidak menjalani
kehidupan yang dicintai dan diridhai Allah ‘azza wa jalla, dia menikmati seluruhnya dan hidup
menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya, maka demikian pula di akhirat kelak,
dia akan menjalani kehidupan yang tiada kebahagiaan di dalamnya, dirinya tidak akan mati
sehingga terbebas dari adzab yang menyakitkan. Dia tidak mati, tidakpula hidup,

‫يوتووجترنعهن وول يووكاند ينكسيِنغهن وويوأيكتيِكه اَيلوميوُ ن‬


‫ت كمين نكيل وموكاتن وووما هنووُ بكوميِي ت‬
‫ت ووكمين وووراَئككه‬
‫ب وغكليِظظ‬
‫وعوذاَ ظ‬
“Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya)
maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada
azab yang berat” (QS. Ibrahim: 17).

Diantara tanda hati yang sakit adalah pemiliknya tidak merasa terluka akibat tindakan-
tindakan kemaksiatan sebagaimana kata pepatah, tidaklah menyakiti, luka yang ada pada
mayat. Hati yang sehat akan merasa sakit dan terluka dengan kemaksiatan, sehingga hal ini
melahirkan taubat dan inabah kepada Rabb-nya ‘azza wa jalla. Hal ini sebagaimana firman Allah
ta’ala,

‫طاكن تووذتكنرواَ فوإكوذاَ هنيم نميب ك‬


‫صنروون‬ ‫ف كمون اَلتشييِ و‬ ‫إكتن اَلتكذيون اَتتقويوُاَ إكوذاَ ومتسهنيم و‬
‫طائك ظ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka
ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (QS. Al
A’raaf: 201).

Allah berfirman ketika menyebutkan karakter orang beriman,

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (QS. Ali Imran: 135).

Maksudnya adalah ketika mereka bermaksiat, mereka mengingat Allah ‘azza wa jalla, ancaman
dan siksa yang disediakan oleh-Nya bagi pelaku kemaksiatan, sehingga hal ini mendorong
mereka untuk beristighfar kepada-Nya.

Penyakit hati justru menyebabkan terjadinya kontinuitas keburukan seperti yang dikemukakan
oleh al-Hasan ketika menafsirkan firman Allah,

‫كل بل راَن على قلوُبهم ما كانوُاَ يكسبوُن‬


“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka” (QS. Al Muthaffifin: 14).

Beliau mengatakan,

‫هوُ اَلذنب على اَلذنب حتى يعمى اَلقلب أما سليِم اَلقلب فيِتبع اَلسيِئة اَلحسنة‬
‫واَلذنب اَلتوُبة‬
“Hal itu (rahn) adalah dosa di atas dosa yang membutakan hati. Adapun hati yang salim justru
akan melahirkan perbuatan yang baik setelah dulunya berbuat buruk, melahirkan taubat setelah
dulunya berbuat dosa.”
Di antara tanda penyakit hati adalah pemiliknya tidak merasa risih dengan kebodohannya
terhadap kebenaran. Hati yang salim akan merasa resah jika muncul syubhat di hadapannya,
merasa sakit dengan kebodohan terhadap kebenaran dan ketidaktahuan terhadap berbagai
keyakinan yang menyimpang. Kebodohan merupakan musibah terbesar, sehingga seorang yang
memiliki kehidupan di dalam hati akan merasa sakit jika kebodohan bersemayam di dalam
hatinya. Sebagian ulama mengatakan,

‫ما عصى ا بذنب أقبح من اَلجهل ؟‬


“Adakah dosa kemaksiatan kepada Allah yang lebih buruk daripada kebodohan?”

Imam Sahl pernah ditanya,

‫ صدق‬: ‫قيِل‬، ” ‫يا أبا محمد أي شيء أقبح من اَلجهل؟ قال ” اَلجهل بالجهل‬
‫لنه يسد باب اَلعلم بالكليِة‬
“Wahai Abu Muhammad, adakah sesuatu yang lebih buruk daripada kebodohan? Dia menjawab,
“Bodoh terhadap kebodohan.” Kemudian ada yang berkata, “Dia benar, karena hal itu akan
menutup pintu ilmu sama sekali.”

Ada penyair yang berkata,

Kebodohan adalah kematian sebelum pemiliknya mati,

tubuh mereka layaknya kuburan sebelum dikuburkan

Kepada tubuh yang semula, ruh mereka ingin kembali,

padahal bagi mereka, tidak ada kebangkitan hingga hari kebangkitan

Di antara tanda penyakit hati adalah pemiliknya berpaling dari nutrisi hati yang bermanfaat
dan justru beralih kepada racun yang mematikan, sebagaimana tindakan mayoritas manusia
yang berpaling dari al-Quran yang dinyatakan Allah sebagai obat dan rahmat dalam firman-Nya,

‫وننزل من اَلقرآن ما هوُ شفاء ورحمة للمؤمنيِن‬


“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman…” (QS. Al Isra: 82).

Mereka justru berpaling mendengarkan lagu yang menumbuhkan kemunafikan dalam hati,
menggerakkan syahwat dan mengandung kekufuran kepada Allah ‘azza wa jalla. Pada kondisi
ini, hamba mendahulukan kemaksiatan karena kecintaannya kepada sesuatu yang dimurkai oleh
Allah dan rasul-Nya. Dengan demikian, mendahulukan kemaksiatan merupakan buah dari
penyakit hati dan akan menambah akut penyakit tersebut. Sebaliknya, hati yang sehat justru akan
mencintai apa yang dicintai Allah dan rasul-Nya sebagaimana firman-Nya,

‫ب إكلوييِنكنم اَ ي كليوماون وووزيتنوهن كفي قننلوُبكنكيم وووكترهو إكلوييِنكنم اَيلنكيفور وواَيلفننسوُ و‬


‫ق‬ ‫او وحبت و‬‫وولوككتن ت‬
‫ك هننم اَلتراَكشندوون‬ ‫صويِاون نأولوئك و‬
‫وواَيلكع ي‬
“Tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di
dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS. Al Hujuraat: 7).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ووبكنموحتمتد ورنسوُلل‬،‫ ووكبا ي كليسولكم كديلنا‬،‫ضوي كبالك ورلببا‬


‫طيعوم اَ ي كليوماكن ومين ور ك‬
‫ق و‬
‫وذاَ و‬
“Orang yang ridhal Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai rasul,
niscaya akan merasakan kelezatan iman.” [HR. Muslim].

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

‫س أويجومكعيِون‬ ‫ وحتتى أونكوُون أووح ت‬،‫لو ينيؤكمنن أووحندنكيم‬


‫ب إكلوييِكه كمين وواَلككدكه وووولوكدكه وواَلتنا ك‬
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga diriku lebih dicintainya daripada
orangtuanya, anaknya dan seluruh manusia.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Diantara tanda penyakit hati, pemiliknya condong kepada kehidupan dunia, merasa enjoy
dan tenteram dengannya, tidak merasa bahwa sebenarnya dia adalah pengembara di
kehidupan dunia, tidak mengharapkan kehidupan akhirat dan tidak berusaha
mempersiapkan bekal untuk kehidupannya kelak disana.

Setiap kali hati sembuh dari penyakitnya, dia akan beranjak untuk condong kepada kehidupan
akhirat, sehingga keadaannya persis seperti apa yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

‫كن في اَلدنيِا كأنك غريب أو عابر سبيِل‬


“Hiduplah di dunia ini seakan-akan engkau orang asing atau orang yang sekedar menumpang
lewat” [HR. Bukhari].

Dikutip dari al-Bahr ar-Raiq karya Syaikh Ahmad Farid

Obat Penyakit Hati


Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan menjelaskan bahwa ada 3 teori pokok
untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.

Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan memberlakukan 3
hal:

Pertama, menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan menyarankan agar pasien
banyak makan yang bergizi, banyak istirahat, tenangkan pikiran, tidak lupa, sang dokter juga
memberikan multivitamin. Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.

Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia lakukan adalah
menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan.
Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan
sunah, serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal,
merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis
riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah.
Karena hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu.

Kedua, melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru atau sesuatu yang bisa memparah
sakitnya.

Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien untuk
menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.

Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul Qoyim, orang
yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakit dalam hatinya, yaitu
dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk
penyimpangan. Karena dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,

Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka akan dititikkan
dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu, memohon ampun dan
bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik
hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar-raan” yang Allah sebutkan
dalam firman-Nya, (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutupi hati mereka.’ (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan sanadnya dinilai
kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).

Ketiga, menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya

Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter akan
memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter akan memberinkan antibiotik dengan
dosis yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai dengan penyakit pasien.

Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim menjelaskan bahwa cara
untuk menghilangkan penyakit yang merusak hati adalah dengan banyak bertaubat, beristighfar,
memohon ampunan kepada Allah. Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan membayar kaffarah
maka dia siap membayarnya. Jika terkait dengan hak orang lain, diapun siap dengan meminta
maaf kepadanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan,

Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu.
(HR. Ibn Majah).

Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam dirinya.

Jamaah yang kami hormati,

Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tingkat penyakit
yang diderita pasien.

Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien cukup parah,
bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU. Dengan rentang waktu berbeda-beda,
atau bahkan pemberian obat tanpa batas waktu. Termasuk treatment operasi dan ampuntasi.

Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita sangat parah, karena
pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat memberikan treatment sampai pada taraf
hukuman had, seperti cambuk, potong tangan, pengasingan, qishas, denda, hingga rajam.

Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena melakukan bedah
operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan mengatakan islam kejam karena
memberikan hukuman kematian.

Obat Penyakit hati

1. Mentauhidkan Allah dan menjauhkan syirik

Obat yang paling mujarab untuk membersihkan hati adalah dengan mentauhidkan Allah dan
menjauhkan diri dari syirik, ikhlas, serta beriman dengan keimanan yang benar. Tidak ada
kebaikan hati melainkan jika Allah sebagai Rabb-nya, Pencipta-nya Yang Maha Esa, menjadi
satu-satunya Dzat yang diibadahinya, puncak tujuannya, dan Yang paling dicintainya dari pada
yang lain. Setiap muslim wajib meyakini semua yang ada di langit, di bumi, dan diantara
keduanya, semua itu adalah milik Allah ‘Azza wa Jalla, segala puji bagi-Nya. Oleh karena itu,
wajib bagi makhluk untuk mentauhidkan Allah, beribadah hanya kepada-Nya, merasa takut,
harap, cinta, tawakkal, taubat, memohon, meminta hanya kepada Allah semata.
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Dengan mentauhidkan Allah,hati menjadi hidup, sehat, selamat, dan bahagia. (Mawaaridul
Amaan, hlm. 67 dan 69)

2. Menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya, serta menerima kebenaran dan


mengamalkannya

Menuntut ilmu syar’i adalah ladang penyubur iman. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di utus
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seluruh umat manusia dengan membawa dua hal, yaitu
ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Karenanya, konsekuensi dari menuntut ilmu adalah
menerima kebenaran dan mengamalkannya. Orang yang paling bahagia adalah orang yang
menuntut ilmu syar’i, ikhlas karena Allah, dan mengamalkannya.

3. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat

Urutan dosa dan maksiat dari yang paling besar adalah syirik, kemudian bid’ah, lalu kemaksiatan
secara umum. Kesemuanya ini harus dijauhkan dari amalan sehari-hari seorang muslim.

4. Berdzikir dan istighfar

Berdzikir yang sesuai dengan sunnah Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam serta banyak beristighfar
dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dapat mengobati hati yang sakit.
Sebab dalam dzikir ada ketenangan hati, sebagaimana firman Allah:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS.Ar-Ra’d :28)

“Dan di akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS. Adz-Dzaariyaat: 18)

5. Membaca Al Qur’an setiap hari

Di dalam Al Qur’an itu terkandung penawar hati yang sakit.Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Rabb-mu,
penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman.” (QS.Yunus : 57)

6. Selalu bertaubat kepada Allah

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertaubat sebanyak 100 kali dalam sehari. Bahkan pernah
dalam satu majelis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seratus kali mengucapkan:

‘Robbigfirliy wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabul ghofuur”


“Ya Allah, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat,
dan Maha Pengampun.”(Shahih: HR.Ahmad (II/21), Abu Dawud (no.1516), at-Tirmidzi
(no.3434), Ibnu Majah (no.3814), dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma)

7. Berbuat baik kepada manusia

Berbuat baik, membantu, menolong manusia akan menjadikan hati itu menjadi sehat dan
hidup.Yang lebih berhak supaya kita berbuat baik kepadanya adalah orang tua kita. Berbuat baik
kepada orang tua akan melapangkan dada, memudahkan urusan, dan dapat memasukkan
seseorang ke dalam Surga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” (Hasan: HR. Al-Qudha’i
(no.777-Syarh Kitaabusy Syihab) dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath (no.5783) di
hasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no.3289))

8. Membuang berbagai kotoran hati

Hati seorang muslim harus senantiasa dibersihkan dari kotoran hati, seperti cinta dunia,
sombong, ‘ujub (bangga diri), tidak jujur, dan yang lainnya. Di awal-awal diutusnya Nabi
shallallahu ‘alaii wasallam sebagai Rasul, beliau diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla,

“Dan pakaianmu hendaklah engkau bersihkan.”(QS. Al-Muddatstsir: 4)

Yang dimaksud dengan pakaian di sini menurut penjelasan ulama adalah hati, maksudnya adalah
“dan hatimu hendaklah engkau bersihkan.”

9. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat

Setiap mukmin dan mukminah hendaklah menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.
Betapa banyak orang muslim yang terlihat sibuk namun tidak melakukan hal-hal yang
bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya, seperti membicarakan aib orang lain, berangan-angan
kosong dan sebagainya.

10. Zuhud terhadap dunia

Orang yang zuhud terhadap dunia adalah orang yang dicintai Allah dan manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:

“Berlaku zuhudlah didunia, maka Allah akan mencintaimu, dan berlaku zuhudlah terhadap apa
yang dimiliki manusia, maka manusia akan mencintaimu.” (HR.Ibnu Majah (no.4102),
dishahihkan oleh al-Hakim (VI/313), Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Adzkaar, Syaikh al-Albani
dalam Silsilah ash-Shahihah (no.944) dan Shahiihul Jaami’(no.922)).
Makna zuhud yang sesuai dengan syari’at adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak
bermanfaat di akhirat dan hatinya yakin serta percaya dengan apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.
(Ibnu Taimiyyah dalam Majmuu’ al-Fataawaa (X/641))

Yang wajib diingat, bahwa dunia ini bukanlah tujuan hidup, akan tetapi sebagai sarana dan
ladang untuk melakukan amal-amal shalih. Tujuan hidup seoarang mukmin adalah akhirat.
Tujuannya adalah Surga.

Meski demikian, seorang mukmin wajib mencari nafkah untuk membiayai hidupnya,
keluarganya, untuk dikeluarkan zakatnya, sedekahnya, dan amal kebaikan lainnya. Seorang
mukmin tidak boleh mengharap dan meminta-minta kepada manusia, dan dengan bersikap zuhud
hati seorang mukmin akan menjadi lapang dan bahagia.

13. Banyak berdoa kepada Allah Ta’ala

Seorang muslim yang ingin supaya hatinya bersih, harus banyak berdo’a dan memohon kepada
Allah agar dikarunia hati yang sehat, hati yang selamat, hati yang bersih, dan hati yang bertakwa
kepada Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan untuk mengucapkan :

“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina.”

“Ya Allah,sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk ketakwaan, terpeliharanya diri, dan
kecukupan.” (Shahih: HR.Muslim (no.2721), at-Tirmidzi (no.3489), Ibnu Majah (no.3832),
Ahmad (I/416,437), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

“Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘alaa diinik”

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”(Shahih:


HR.At-Tirmidzi (no.3522) dan Ahmad (VI/302,315) dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha).

Dikutip dari Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Tazkiyatun Nufus, Karya Ustadz Yazid
bin Abdul Qadir Jawas hafidzahullah, Penerbit Pustaka at-Taqwa, Bogor

Anda mungkin juga menyukai