Resume Jurnal Perilaku Organisasi Wewenang Formal Dan Nyata Dalam Organisasi
Resume Jurnal Perilaku Organisasi Wewenang Formal Dan Nyata Dalam Organisasi
DALAM ORGANISASI
(Resume)
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penggunaan wewenang formal (hak pembuatan keputusan) dan
wewenang yang nyata1 (kontrol/kendali efektif terhadap keputusan) dalam
organisasi memerlukan ketersediaan informasi yang cukup sehingga tidak
terjadi hal yang kontra produktif dalam hal pembuatan keputusan maupun
pendelegasian sebuah wewenang oleh pimpinan organisasi. Dalam
penggunaan kedua wewenang tersebut oleh seorang pimpinan sangat
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas ketersediaan informasi yang
dimilikinya, baik yang berasal dari diri pribadi pimpinan tersebut maupun
yang berasal/didapat dari luar dirinya, khususnya sebagai hasil dari
komunikasinya dengan para wakil maupun bawahan lainnya-yang
merupakan agen informasi. Jika seorang pimpinan organisasi melakukan
pengambilan keputusan atau pendelegasian wewenang tidak didasarkan
atas ketersediaan informasi yang cukup, maka kemungkinan besar
keputusan yang diambil tidak tepat atau wewenang didelegasikan kepada
orang yang tidak tepat pula. Demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu,
dalam penggunaan kedua wewenang dimaksud, seorang pimpinan
organisasi selayaknya memiliki dasar berupa pertimbangan-pertimbangan
tertentu, sehingga tidak terjadi kesalahan, baik dalam hal pengambilan
keputusan maupun pendelegasian wewenang.
Hal kontra produktif lainnya yaitu ketika tidak terjadi alokasi yang
seimbang dalam penggunaan kedua wewenang tersebut. Ketika seorang
pimpinan organisasi cenderung menggunakan wewenang yang nyata (real
authority) dalam mengelola oegansisai, maka pengendalian atas kinerja
1
Sebagai padanan dalam istilah Bahasa Indonesia, “real authority” dapat juga disebut sebagai
wewenang tidak tertulis. Namun untuk keperluan akademik, penulis menggunakan istilah
“wewenang nyata” sebagai terjemaahan langsung dari istilah “real authority”.
2
2
Maksudnya adalah pemilik wewenang formal maupun wewenang nyata, sebagai contohnya
para pihak yang terlibat dalam suatu kontrak/perjanjian.
3
2. Teori yang mengacu dari hasil penelitian oleh Riordan (1990), Schmidt
(1991) dan Cremer (1996), yang menyatakan bahwa pada konteks yang
tententu, terlalu banyak informasi akan merugikan seorang pimpinan
organisasi. Teori ini akan digunakan untuk menghasilkan deskripsi tentang
interaksi dua arah antara wewenang dan informasi serta studi mengenai
pengalokasian wewenang nyata bagi bawahan maupun pemilihan tugas
yang layak didelegasikan kepadanya sesuai wewenang formal yang
dimiliki pimpinan organisasi.
III. METODOLOGI
Komposisi hierarkhie antara seorang pimpinan dan bawahan dalam
organisasi dapat menjadikan salah satu proyek/pekerjaan terpengaruh atau justru
tidak satu pun yang terpengaruh. Pimpinan organisasi menggaji bawahan untuk
mengumpulkan informasi tentang suatu proyek serta untuk mempengaruhi
jalannya suatu proyek. Sebagai contoh dari susunan hierarkhi dimaksud, antara
lain : jajaran direksi dan manajemen, CEO dan manajer bagian, penasehat ahli
dan penyelidik (peneliti), pengawas dan pekerja serta otoritas supranasional dan
negara.
Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan metodologi ex post facto4.
Penelitian ini diawali dengan menentukan dua kelompok yang akan dijadikan
sasaran penelitian, yaitu kelompok pimpinan organisasi dan kelompok
bawahannya. Selanjutnya terhadap dua kelompok tersebut dilakukan penelitian
atas sebab-sebab terjadinya perbedaan respon atas situasi/kondisi yang sama,
dalam hal ini adalah sebab-sebab terjadinya perbedaan respon antara pimpinan
dan bawahan terkait pengalokasian wewenang formal dan wewenang nyata,
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Proyek (projects)
Faktor proyek turut memberi pengaruh karena terkait dengan
pertimbangan dari seorang pimpinan organisasi untuk menerima proyek
yang diusulkan bawahannya atau tidak. Misalnya, jika tidak ada suatu
4
Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian
penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke
belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
6
u P EB (1 E )eB g P ( E ) (1)
dan
(2)
u Pd eB (1 e) EB g P ( E )
(3)
dan
u Pd eb (1 e) Eb g A (e)
(4)
(5)
dan
(1 E )b g ' A (e)
(6)
Artinya, ketika kemungkinan seorang pimpinan mendapat/memiliki
informasi atas pembayaran suatu proyek (E) mengalami penurunan, maka
pimpinan tersebut akan kehilangan wewenang nyatanya dalam memilih
suatu proyek sehingga mengakibatkan tingginya resiko berupa tidak
optimalnya suatu proyek yang terpilih untuk dilaksanakan. Sebaliknya,
pengurangan intervensi pimpinan E akan mendorong inisiatif bawahan
yang pada akhirnya juga dapat meningkatkan harapan pimpinan untuk
memningkatkan keuntungan/manfaat keuangan.
2. Pengalokasian optimal atas wewenang formal
Suatu wewenang formal pada waktu tertentu dapat dialokasikan bagi
pimpinan itu sendiri, namun suatu saat juga dapat didelegasikan kepada
bawahan. Kedua pertimbangan tersebut, yaitu insentif (inisiatif) dan
rasionalitas individual (partisipasi), saling berkaitan secara relevan,
walaupun keduanya memiliki perbedaan dan saling melengkapi
berdasarkan hasil uji implikasinya.
11
dengan syarat
E 1 E e x e 1 e E 1 x b
k
k k k k k k k k k k k u
12