Anda di halaman 1dari 6

MEMBANGUN INSAN BERKARAKTER CERDAS DAN TANGGUH

MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS NILAI


Nana Media
Biologi sains, Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, Indonesia
Email: nana17002@mail.unpad.ac.id
Abstract This article explores some evidences on unsatisfactory educational achievement. It
particularly is focused on its failure in forming good character for society. This fact shows the
proven that there is a “crucial” gap between the objectives of National education and the
education result which has been gained. Al-Quran pays attention toward education which
oriented to character building and understanding of plenary values. Character building
according to Al-Quran should be started from ‘the inner’ of man. The values is internalized and
done to be custom to form good character. Al-Quran shows some examples by asking the man to
experience the objects and take lesson from them in Islam terms “ibrah” from good models which
full of plenary values and is hoped to form the man who have good attitude, large knowledge,
good faith and religion.

Abstrak. Artikel ini mengungkap fakta mengenai hasil pendidikan yang mengecewakan terutama
kegagalannya dalam membentuk karakter yang baik bagi masyarakat. Fakta itu menunjukkan
bukti adanya kesenjangan yang “menganga” antara tujuan pendidikan Nasional dengan hasil
pendidikan yang dicapai.Al-Quran memberikan perhatian terhadap pendidikan yang berorientasi
pada pembentukan karakter (character building) dan penghayatan terhadap nilai-nilai luhur.
Pembentukan karakter menurut Al-Quran harus dimulai pada ‘sisi dalam’ (anfus)
manusia.Nilainilai tersebut diinternalisasi dan diamalkan untuk menjadi kebiasaan yang
membentuk karakter yang baik.Al-Quran menampilkan contoh-contoh dengan mengajak manusia
untuk mengempirisasi objek itu serta mengambil ‘ibrah dari kisah-kisah teladan yang sarat dengan
nilai-nilai luhur yang diharapkan membentuk manusia yang berakhlak mulia, berilmu, beriman
dan bertakwa.
Kata kunci: Al-Quran, pendidikan Islam, pendidikan nilai, pembentukan karakter, hikmah
kisah.

PENDAHULUAN pendidikan agama yang bertumpu pada internalisasi


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nilai-nilai luhur merupakan pilar kehidupan berbangsa
Indonesia, Ir. M. Hatta Rajasa ketika menyampaikan dan bernegara. Tujuannya adalah agar terbentuk
pidato di hadapan civitas akademika dan mahasiswa karakter dan akhlak yang baik. Pendidikan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah sesungguhnya mengarah kepada pembentukan
Jakarta dalam acara Halal Bi Halal pada tanggal 8 karakter kepribadian tersebut, sebagaimana tertuang
September 2011 di Auditorium Prof. Dr. Harun dalam UU No thn 2003 Bab II Pasal 3 bahwa fungsi
Nasution mengambil tema “Nilai Agama Harus Jadi dan tujuan pendidikan nasional yaitu : “Pendidikan
Pilar Bangsa”. Dalam uraiannya, ia mengatakan bahwa Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
dalam dunia peradaban baru saat ini, kehidupan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
berbangsa dan bernegara harus mengintroduksi agama, bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi
yakni bagaimana nilai-nilai agama dapat menjadi pilar peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bangsa1. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan seseorang, biasanya berkaitan dengan sifat-sifat
menjadi warga negara yang demokratis serta yang tetap.
bertanggungjawab”2. Secara istilah, karakter diartikan sebagai
Namun, meningkatnya starata pendidikan bagi sifat manusia pada umumnya dimana manusia
masyarakat tidak selalu menunjukkan bukti-bukti mempunyai banyak sifat yang tergantung pada
kongkret adanya peningkatan yang berbanding lurus
kehidupan sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan,
dengan karakater masyarakat. Justru, seringkali
kelompok masyarakat terpelajar menampilkan akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas
berbagai perbuatan yang menunjukkan rendahnya seseorang atau sekelompok orang. Defenisi dari
akhlak mereka. Perkelahian dan tawuran “The stamp of individually or group impressed by
antarmahasiswa dan antarpelajar hingga pembunuhan, nature, education or habit.” Karakter merupakan
bahkan perkelahian antar sesama anggota DPR yang nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
notabene mereka merupakan lulusan perguruan tinggi dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
negeri (PTN) ternama, menunjukkan rendahnya sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
pendidikan karakter di lembaga pendidikan kita. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
Padahal, pendidikan Nasional menetapkan budi pekerti perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma
yang luhur dan akhlak mulia sebagai tujuan yang agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
hendak dicapai. Ini menunjukkan bahwa antara tujuan
istiadat.
pendidikan dan hasil pendidikan yang dicapai terdapat
kesenjangan yang “menganga”.
Di tengah-tengah keadaan yang demikian, Karakter dapat juga diartikan sama dengan
lembaga pendidikan Islam (madrasah, pondok akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa
pesantren, PTAIN, PTAIS) ternyata juga tidak menjadi identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti
pilihan alternatif bagi para orang tua untuk menjadi bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa
tempat menimba ilmu dan nilai bagi putra-putri yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya
mereka. Artinya, kepercayaan masyarakat terhadap bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang
lembaga pendidikan Islam untuk mengatasi tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki
merosotnya prilaku generasi muda belum menjadi standar norma perilaku yang baik.
pilihan yang signifikan. Mungkin ini menunjukkan Sementara itu pengertian karakter menurut
bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam belum
Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,
mampu menjadikan dirinya sebagai lembaga
pembentuk generasi yang cerdas dan berakhlak mulia jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
melebihi lembaga pendidikan umum, atau bahkan personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.
lembaga pendidikan Islam juga ikut mengalami Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
kemunduran dari segi kualitas pembinaan akhlak berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak”.
peserta didik Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008),
karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitude), perilaku (behavior), motivasi
B. Pendidikan Karakter (motivation) dan keterampilan (skill). Karakter
berasal dari kata Yunani yang berarti “to mark”
Dalam Kamus Inggris-Indonesia yang atau menandai dan memfokuskan bagaimana
ditulis oleh John M. Echols dan Hassan Shadily mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
menyebutkan bahwa karakter berasal dari bahasa tindakan atau tingkah laku sehingga orang yang
Inggris yaitu character yang berarti watak, tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek
karakter, atau sifat3. Dalam Kamus Psikologi lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
sebagaimana dikutip oleh M. Furqon Hidayatullah Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan
dalam buku Guru Sejati: Membangun Insan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Berkarakter Kuat dan Cerdas dinyatakan bahwa Sebagaimana yang termaktub dalam Al-
karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik Quran, manusia adalah manusia dengan berbagai
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran karakter. Dalam kerangka besar, manusia
mempunyai dua karakter yang berlawanan, yaitu
karakter baik dan buruk8. Semua formulasi Indonesia bukan hanya persoalan banyaknya
pengertian tersebut menuju pada suatu warga negara yang
pemahaman yang sama bahwa karakter menunjuk belum mengenyam pendidikan yang layak, tetapi
kepribadian, prilaku, sifat, tabiat, dan watak. juga persoalan pendidikan yang dianggap belum
Pembentukan karakter yang dimaksud dalam hal mampu membentuk karakter dan integritas
ini menunjukkan watak dan prilaku yang dibawa mayarakat. Hal ini terbukti ketika berbagai
sejak lahir berupa potensi untuk menjadi baik dan penyelewengan seperti korupsi, ketidakadilan, dan
potensi untuk menjadi jelek. berbagai tindakan amoral lainnya yang dilakukan
Jika ia diarahkan menjadi baik dengan oleh kaum terpelajar, bahkan pelakunya tidak
pendidikan yang tepat maka potensi karakter baik jarang alumni terbaik dari perguruan tinggi
itulah yang akan mempengaruhi seluruh pikiran terkemuka. Pelaksanaan ujian Nasional yang sarat
dan prilakunya, tetapi jika potensi keburukan dengan manipulasi dan kecurangan, dilakukan
lebih banyak mendapat dukungan dari secara sembunyi-sembunyi ataupun secara
lingkungannya maka ia akan berkembang menjadi terstruktur. Selain itu, mata ujian yang diuji-
karakter yang jelak. Oleh karena itu, pembinaa nasionalkan meliputi kecerdasan matematis
karakter adalah substansi pendidikan yang paling (matematika, fisika, biologi, kimia, geografi, dan
mendasar. akuntansi) dan kecerdasan linguistik (bahasa
Penelitian di Harvard University Amerika Inggris dan bahasa Indonesia). Dua kecerdasan ini
Serikat menunjukkan, kesuksesan seseorang tidak merupakan kecerdasan otak kiri. Akibatnya, otak
banyak ditentukan oleh pengetahuan dan kanan dan otak tengah serta kecerdasan hati tidak
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih terisi. Terjadilah ketidakseimbangan dalam
oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain membangun karakter dan kecerdasan anak didik,
(soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, sehingga tidak tertanam sebuah nilai luhur yang
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh membentuk karakter dan akhlak mulia.
hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill.
Bahkan, orang-orang tersukses di dunia bisa C. Pendidikan Nilai dalam Al-Quran
berhasil lebih banyak didukung kemampuan soft
skill daripada hard skill, dan hal ini sangat terkait Nilai adalah tujuan dari kehendak
dengan kualitas karakter seseorang 9. Hal ini manusia. Nilai menjadi motivator utama dari
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter tindakan manusia dari seluruh aspek yang
yang baik bagi peserta didik sangat penting untuk mempengaruhi kompleksiti tindakan manusia.
meraih sukses. Nilai adalah sesuatu non material. Nilai dalam
Program pendidikan karakter terus etika dikenal terutama nilai-nilai rohani, yaitu
digencarkan oleh Kementerian Pendidikan yang baik, yang benar, yang indah, nilai-nilai itu
Nasional (Kemendiknas). Pada bulan Juni tahun mempunyai sifat supaya direalisir dan disebut
2011 paling tidak ada 650.000 guru serta kepala nilai aktual, sedangkan yang menunggu realisasi
sekolah di jenjang pendidikan tingkat SMP telah disebut nilai ideal.
ditatar berkenaan dengan konsep pendidikan Yang pertama memberi isi pada kehidupan
karakter. Harapan kedepannya, mereka akan manusia, yang kedua memberi arah atau Jurusan
paham dan mengerti bagimana cara menerapkan untuk lebih banyak merealisasi nilai. Kejujuran,
pendidikan karakter kepada siswa yang kesetiaan, kepantasan, dan lain-lain adalah nilai
dididiknya. Tujuan pelaksanaan penataran kehidupan. Eksistensi manusia diisi oleh nilai-
terhadap guru dan kepala sekolah tersebut agar nilai yang dituntun oleh pengertian tentang nilai
ada kesamaan pandangan mengenai pendidikan menjaga dan memelihara supaya eksistensi
karakter,". manusia tetap berada pada tingkat kemanusian.
Pembinaan karakter (character building) Dikatakan bahwa hati nurani adalah penjumlahan
merupakan salah satu agenda Nasional di dari pengertian tentang nilai dalam pribadi
Indonesia. Problem yang dihadapi bangsa
manusiawi, sedangkan pribadi itu adalah kenilaian sikap dan prilaku itu harus mengejawantah dalam
yang tinggi. bentuk perbuatan baik, produktif, bermanfaat, dan
Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu konstruktif ke arah pembentukan karakater
nilai. Paling tidak, dapat dikatakan bahwa nilai (character building).
adalah sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu Berikut ini, penulis mencoba
yang kita temukan, sesuatu yang memuaskan, merefleksikan sebuah percikan penghayatan
sesuatu yangndicintai dan didambakan, terhadap ayat-ayat Al-Quran dalam kontek
singkatnya sesuatu yang baik. Filosuf Jerman- pendidikan nilai dalam rangka membentuk
Amerika Hans Jonas mengemukakan, "value is karakter peserta didik dalam setiap ruang dan
Me addressee of a yes. Maksudnya nilai adalah waktu di tengah dinamika kultural. Kajian lebih
sesuatu yang kita katakan yes terhadapnya. Nilai lanjut dalam tulisan ini akan menampilkan figur
selalu memiliki konotasi positif. Nilai ini Rasulullah saw dan sosok Luqman al-Hakim
kebalikan dari sesuatu yang selalu ditolak. dalam mendidik putranya sebagai sampel
Beberapa filosuf menggunakan istilah ini sebagai pendidik nilai dalam Al-Quran. Hal ini ditempuh
"negative value", sementara nilai bermakna “yes” untuk mereperesentasi barbagai konsep
sebagai "positive value". pendidikan nilai dalam Al-Quran secara sampling.
Al-Quran bagi umat Islam adalah kitab
suci yang menuntun umat manusia yang METHODE PENELITIAN
meyakininya ke jalan yang benar. Ia diturunkan
untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan fokus masalah dalam penelitian adalah
(zulumât) menuju keadaan terang benderang membangun insan berkarakter cerdas dan tangguh
(nûr). Rasulullah saw. diberikan rekondasi oleh melalui pendidikan berbasis nilai. Agar peneliti
Allah serta tugas untuk menjelaskan, memberi dapat mendeskripkan secara jelas, rinci, dan
teladan, dan mensosialisasikannya kepada umat mampu mendapatkan data yang mendalam dan
manusia “untuk menyempurnakan akhlak mulia”. akurat, maka penelitian ini menggunakan
Budi pekerti merupakan sikap dan prilaku yang pendekatan deskriptif kualitatif.
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dan Dipilihnya pendekatan kualitatif akan
bersumber dari nilai-nilai yang dihayati lebih mudah bila menghadapi kenyataan ganda,
daripadanya. Jika demikian halnya, maka pasti metode ini menyajikan secara langsung hakikat
terdapat nilai-nilai (values) yang akan ditemukan hubungan peneliti dan informan, metode ini lebih
bagi pencari nilai-nilai, baik yang bersumber dari peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak
Al-Quran maupun yang bersumber dari sunnah penajaman pengaruh bersama terhadap nilai-nilai
Rasulullah saw., yakni menyangkut nilai dan yang dihadapi.
tatacara pembentukan sikap dan prilaku yang
dikehendaki oleh Islam.
Evaluasi pendidikan seringkali dilakukan
oleh pendidik dengan menilai ranah kognitif
peserta didik saja. Padahal, secara teoretis diakui
adanya tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik) HASIL DAN PEMBAHASAN
yang
harus tercapai dan terukur dalam sebuah proses Pendidikan karakter menurut guru SD
pendidikan. Akibatnya, hasil sebuah proses Muhammadiyah 7 Joyosuran Surakarta adalah
pendidikan terkadang menjadi ‘malapetaka’ bagi pendidikan yang diberikan kepada siswa untuk
sebuah bangsa. Korupsi dilakukan oleh kaum membentuk pribadi siswa dalam tujuan untuk
terdidik (intelek) karena nilai luhur berupa akhlak meningkatkan kualitas pribadi siswa.Jenis
mulia dan integritas peserta didik lepas dari karakter terbentuk menjadi dua yaitu karakter
pengawasan dan sentuhan nilai-nilai luhur melalui dalam membentuk sikap siswa terhadap orang lain
pendidikan. Pendidikan dalam rangka membentuk seperti unggah-ungguh dan sopan santun terhadap
orang lain, saling menghargai teman dan karakter Penanaman karakter itu juga tidak mudah karena
yang kedua yaitu pembentukan karakter religius harus melalui suatu pembiasaan dan dilakukan
atau ketakwaan kepada Allah SWT. Kedua jenis terus-menerus. Jadi bukan hanya sekedar kita
karakter ini dibentuk dengan alasan agar siswa ceramah mengenai karakter tetapi kita juga harus
memiliki pribadi yang baik dalam berinteraksi bisa mengajarkan dan memberi contoh yang baik
dengan manusia maupun berinteraksi dengan bagi anak-anak
Allah. Adanya pembentukan karakter ini, siswa Orang tua/wali murid di kelas tinggi
akan lebih tahu mana yang seharusnya dilakukan ternyata tidak dapat menjelaskan apa yang
dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. dimaksud dengan pendidikan karakter, yang
Selaras dengan pendapat guru SD mereka tahu adalah sikap-sikap siswa. Dengan
muhammadiyah 7 Joyosuran Surakarta, guru SD kesibukan orang tua yang mencari nafkah dan
Muhammadiyah 16 Surakarta juga berpendapat latar belakang pendidikan yang rendah membuat
bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan mereka tidak terlalu memperhatikan.Mereka
yang diberikan kepada siswa untuk membentuk menyerahkan pendidikan seluruhnya ke Sekolah
sikap dan tingkah laku yang bertujuan untuk karena orangtua menganggap bahwa dirinya tidak
membentuk kepribadian siswa.Pendidikan mampu menyesuaikan diri dengan pendidikan
karakter di Indonesia saat ini belum yang sekarang. Orang tua siswa SD
optimal.Pendidikan karakter yang diberikan Muhammadiyah 16 Surakarta lebih sempit
kepada siswa belum seoptimal mungkin mengartikan karakter adalah sifat yang dimiliki
diterapkan.Pendidikan karakter merupakan seseorang.Pendidikan karakter yang dilakukan di
pendidikan yang lebih menitik beratkan kepada rumah mengajarkan tentang sopan santun dan
pendidikan budi pekerti dan kepribadian yang kedisiplinan.
luhur. Pelaksanaan pendidikan yang telah
Pemahaman yang lebih luas dijelaskan diajarkan dan dibiasakan di sekolah semestinya
oleh guru SD Muhammadiyah Program Khusus dikuatkan juga di lingkungan keluarga.Keluarga
Kottabaratbahwa pendidikan karakter adalah menjadi sangat penting dalam program
suatu kepribadian yang dimiliki oleh anak.Jenis pembentukan karakter sebab siswa memiliki
karakter ada banyak sekali, untuk dapat waktu yang lebih panjang beradaptasi di rumah,
menerapkannya membutuhkan suatu pembiasaan terutama keluarga. Pendidikan karakter yang lebih
setiap hari.Karakter adalah suatu kebiasaan siswa ditekankan di SD Muhammadiyah 7 Joyosuran
yang coba untuk diolah dan diarahkan sehingga yaitu pada pendidikan karakter
tercipta suatu karakter yang baik. religius.Pendidikan karakter ini ditekankan lebih
Oleh karena karakter di Indonesia masih pada interaksi manusia dengan Tuhan. Setiap
jauh dari harapan, para guru di SD kesalahan yang dilakukan oleh siswa guru selalu
Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat menasehati dengan mengaitkan dengan hukuman-
berusaha untuk mencari suatu cara agar mampu hukuman yang akan diberikan kepada mereka saat
menanamkan karakter yang baik pada siswa diakhirat nanti. Guru selalu menekankan untuk
siswinya. Jenis-jenis karakter yang akan diajarkan sholat dan harus hafal bacaan sholat. Kedekatan
di SD juga ada banyak sekali. Kalau setingkat dengan tuhan akan memunculkan sikap positif
anak SD yang harus diajarkan dan yang utama pada diri siswa dan membantu dalam membangun
yaitu mengenai karakter anak agar bertanggung pribadi siswa yang lebih baik.
jawab, disiplin, mandiri dll. Pendidikan karakter di Indonesia ini
Karakter harus diterapkan karena sekolah sebenarnya sudah mulai dilaksanakan sejak dulu,
harus membentuk anak, jadi kembali lagi pada hanya berganti istilah dari tahun ke
tujuan utama mendidik. Dalam mendidik anak, tahun.Pelaksanannya pendidikan karakter
guru mengharapkan akan membentuk seorang mengalami kepincangan karena sebagian besar
anak menjadi sesuatu yang lebih baik dari hanya diterapkan di sekolah saja, dirumah tidak
sebelumnya melalui penanaman karakter. ada pendidikan karakter yang diajarkan pada
anak-anak yang rata-rata ekonomi kalangan Kiat Hidup Kreatif Menuju Keberhasilan luar
menengah ke bawah, walau tidak Biasa. Cet I;Jakarta: Khalifa.
semuanya.Sehingga hasilnya tidak seperti yang Hamka, Buya, 1984, Tafsir al-Azhar. T.t.p.,
diharapkan.Selain dari segi ekonomi, dilihat juga Pustaka Panjimas.
dari lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
untuk anak-anak kecil.Untuk itu SD ini berjuang Hanafi A., 1983, Segi-Segi Kesusastraan pada
keras untuk tetap menanamkan pendidikan Kisah-Kisah Al-Quran.Jakarta: Pustaka al-
karakter pada diri siswa. Perencanaan pendidikan Husna.
karakter di SD ini sesuai dengan modul yang Hidayatullah, M. Furqon, 2010, Guru Sejati:
sudah ada di SD. Membangun Insan Berkarakter kuat daan
Cerdas. Surakarta. Yuma Pustaka.
Simpulan

Pelaksanaan pendidikan karakter di SD


Muhammadiyah Surakarta terintegrasi dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar melalui nilai-
nilai keteladanan guru dan keteladanan siswa
juga, sedangkan dari keluarga juga memberikan
sinergi yang kuat untuk terlaksanaknya
pendidikan karakter di sekolah dengan
keteladanan orang tua. Kegiatan di sekolah yang
melibatkan orang tua salah satunya yaitu kegiatan
Parenting Day. Melalui kegiatan tersebut, guru
dan orang tua bisa silang pendapat mengenai
kegiatan siswa sehari-hari baik disekolah maupun
dirumah.Para guru dan orang tua dapat memantau
perkembangan para siswa menjadi lebih terarah
dan kompak.Karena kerjasama orang tua dan guru
sangat penting untuk perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ali Ibrahin.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/201
0/08/20/- pendidikan-karakter-di-smp/.
Diakses pada Maret 2012.
Amri, Sofan dkk, 2011, Implementasi Pendidikan
Karakter Dalam Pembelajaran.
http://prestasipustakaraya.com/implementa
sipendidikan-karakter-dalam-pembelajaran
2.html.DiaksesMaret 2012.
Fuad, Ihsan, 2005, Dasar-Dasar Kependidikan.
Jakarta: Renika Cipta.
H.Seyal, Faiez, 1999, The Road to Success. Terj.
Ita Mauliidha, Kiat-

Anda mungkin juga menyukai