2
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
3
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
B. Hasil Pembelajaran
Hasil Pembelajaran yang diharapkan dari peserta didik disebut standar
kompetensi lulusan. Standar kompetensi ini mencakup tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif. Aspek atau ranah kognitif berkaitan
dengan kemampuan berpikir, dan menurut Anderson dan Krathwohl (2001) ada
enam kategori dimensi proses kognitif, yaitu pengingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, evaluasi, dan kreasi. Pengingatan adalah menghapal pengetahuan yang
relevan dalam memori jangka panjang. Pada tingkat pemahaman mahasiswa
membangun makna dari pesan pembelajaran melalui lisan, tertulis, dan/atau
komunikasi grafik. Aplikasi adalah menerapkan pengetahuan atau menggunakan
suatu prosedur dalam suatu situasi baru. Analisis adalah menguraikan materi ke
dalam beberapa bagian dan menentukan bagaimana masing-masing bagian
berhubungan satu dengan lainnya, dan terhadap keseluruhan struktur. Evaluasi
adalah kegiatan membuat judgment berdasarkan suatu kriteria atau standar. Terakhir,
kreasi adalah kegiatan menyatukan semua elemen untuk membentuk suatu yang
koheren dan menjadi suatu atau menyusun elemen-elemen menjadi bentuk pola yang
baru atau struktur yang baru.
Kemampuan berpikir peserta didik menurut Marzano dan Kendall (1996)
berdasarkan tingkatannya adalah memahami dan menerapkan konsep yang ada dalam
suatu mata pelajaran. Kategori yang rendah adalah memahami sedang yang tinggi
adalah menerapkan dalam berbagai situasi. Untuk mencapai kemampuan yang lebih
tinggi, peserta didik harus melalui tingkat berpikir di bawahnya terlebih dahulu.
Dalam melakukanpenilaian tingkat berpikir peserta didik dikaitkan dengan
karakteristik mata pelajaran. Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Marzano & Kendall, 1996).
Pengetahuan deklaratif dinyatakan sebagai informasi dan biasanya melibatkan
komponen bagian-bagian. Sebagai contoh, pengetahuan tentang konsep demokrasi
4
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
mencakup keputusan bahwa tiap orang hanya memiliki satu suara dalam suatu
pemilihan. Pengetahuan deklaratif terbatas pada paham akan suatu konsep.
Pengetahuan prosedural menuntut peserta didik mampu menerapkan konsep-
konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Pengetahuan tingkat ini menuntut
tingkat berpikir peserta didik yang lebih tinggi dibanding pengetahuan deklaratif.
Oleh karena itu dalam mengembangkan sistem pengujian, pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural harus tampak.
Menurut Kratwohl (1964) proses internalisasi ranah afektif melalui lima
tingkatan, yaitu penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian, dan
karakterisasi. Penilaian pencapaian kompetensi pada ranah ini ditempuh melalui
pengmatan sehari-hari. Perubahan pada ranah ini tidak bisa cepat, tetapi melalui
proses panjang. Untuk itu pendidik harus menyusun rencana pembelajaran pada aspek
afektif ini, kemudian dilakukan pengamatan yang hasilnya digunakan untuk
perbaikan.
Berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai meliputi
tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian
(valuing), dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar yang relevan dengan
berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain: berlatih memberikan respon atau
reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya, berlatih menikmati atau
menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika; berlatih
menilai ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek
studi; berlatih menerapkan/mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam
perilaku kehidupan sehari-hari. Secara kongkrit, pengalaman belajar yang perlu
dilakukan agar peserta didik mencapai berbagai tingkatan kompetensi afektif tersebut
antara lain dengan mengamati dan menirukan perilaku contoh/model/panutan,
mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau
berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntunan nilai yang dipelajari.
Ranah psikomotor berkaitan dengan gerak, dan menurut Simpson proses
pembelajarannya melalui 6 tingkatan, yaitu persepsi atau kesadaran, kesiapan
penyesuaian, respons terbimbing, mekanis, respons yang komplek, penyesuaian dan
pengembangan. Pembelajaran ranah atau aspek psikomotor pada umumnya dimulai
5
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
C. Kualitas Instrumen
Kualitas instrumen alat ukur dapat dilihat pada bukti kesahihan (validity),
dan besarnya koefisien keandalan (reliability). Ada tiga kesahihan alat ukur, yaitu
kesahihan konstruk, kesahihan isi, dan kesahihan terkait kriteria.Bukti kesahihan
konstrak alat ukur dilihat dari teori yang digunakan dan dimensi yang diukur.Pada
umumnya dimensi yang diukur adalah satu. Bukti kesahihan isi dilihat dari
kesesuaian antara materi yang diujikan dan yang diajarkan, yaitu yang terdapat pada
kurikulum Kesahihan terkait kriteria merupakan hubungan antara prediktor dan
kriteria. Prediktor pada suatu sistem pengujian adalah tes masuk, sedang kriterianya
adalah keberhasilan belajar atau keberhasilan kerja.
Keandalan alat ukur dapat dikategiorikan menjadi tiga, yaitu konsistensi
internal, stabilitas dan antar penilai. Pada konsitensi internal, alat ukur digunakan
sekali kemudian dihitung besarnya koefisien keandalannya. Ada banyak formula
6
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
7
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
Acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja
namun waktunya yang berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program
remedi dan program pengayaan, bagi yang belum mencapai kriteria harus belajar lagi
melalui program remedyi, sedang yang telah mencapai kriteria mengikuti program
pengayaan.Penafsiran sekor hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa
melakukan, tidak lulus berarti belum bisa melakukan. Acuan ini digunakan pada
kurikulum berbasis kompetensi, karena jelas apa yang akan diukur.
Asesmenhasil pembelajaran peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau prosesdan hasil pembelajaranpeseerta didik, yang selanjutnya digunakan
untuk menyusun program perbaikan atau remedi. Asessmen kategori ini termasuk
pada asesmen formatif. Menurut Cowie dan Bell (1999), asesmen formatif adalah
proses yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik untuk mengetahui dan
merespon pencapaianbelajar peserta didik dengan tujuan untuk menguatkan selama
aktivitas belajar berlangsung. Jadi wewenang dosen adalah melakukan asesmen
selama pembelajaran berlangung dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran atau standar kompetensi tercapai.
Menurut Clarke (2005), asesmen formatif terdiri atas empat elemen dasar,
yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) pertanyaan yang efektif, (3) evaluasi peer-diri, (4)
umpan balik yang efektif. Keempat elemen ini terjadi selama pembelajaran
berlangsung, agar tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai dapat dicapai peserta
didik. Dosen atau pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran harus
memperhatikan bagaimana peserta didik belajar. Hal ini berarti bahwa pendidik
harus selalu mencari strategi mengajar yang memudahkan peserta didik belajar.
Proses ini berlangsung selama kegiatan belajar mengajar, yaitu yang merupakan
kegiatan asesmen formatif.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat
keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk
memperbaiki strategi mengajar.Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang
semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran,kompetensi dasar. Jadi
8
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
tes ini sebenarnya bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi
untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir jenjang
pendidikan.Menurut Griffin dan Nix (1991: 269), asesmen sumatif adalah asesmen
penentuan final yang umumnya tidak berkaitan dengan penyempurnaan
pembelajaran. Sebagai contoh adalah grade yang diberikan atas unjuk kerja peserta
didik oleh penguji eksternal untuk pengakuan. Asesmen sumatif menggunakan tes
sumatif yang hasilnyadigunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik
untuk mata pelajaran tertentu atau semua mata pelajaran. Tingkat keberhasilan ini
dinyatakan dengan sekor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat
kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan
yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar, keberhasilan
mengajar, serta keduanya.
E. Metode Penilaian
Metode penilaian adalah cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan
tingkat pencapaian belajar peserta didik. Metode penilaian yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut.
1. Kuis: Waktu ujian singkat kurang lebih 15 menit dan hanya menanyakan hal-
hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa isian singkat. Biasanya dilakukan
sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan pelajaran yang lalu
secara singkat. Kuiz bisa juga dilakukan di akhir pelajaran untuk mengetahui
pemahaman peserta didik, dan bila ada yang belum dikuasai dijelaskan
kembali secara singkat. .
2. Pertanyaan lisan di kelas: Materi yang ditanyakan berupa pemahaman
terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Teknik bertanya yang baik adalah
ajukan pertanyaan ke kelas, beri waktu sebentar untuk berpikir, dan kemudian
pilih peserta didik secara acak untuk menjawab. Jawaban peserta didik benar
atau salah diberikan ke peserta didik lain atau minta pendapat dari peserta
didik lain,kemudian pendidik menyimpulkannya.
9
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
F. Bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan di program studi dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. Objektif di sini dilihat dari sistem
penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan
skor yang sama. Tes yang nonobjektif adalah yang sistem penskorannya dipengaruhi
oleh subjektivitas pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes yang
10
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
objektif adalah yang sistem penskorannya objektif, sedang tes yang nonobjektif
sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
Ada beberapa bentuk soal ujian yang dapat digunakan, seperti berikut ini.
1. Pertanyaan lisan di kelas: pertanyaan lisan di kelas pada umumnya ditujukan
pada kelompok, namun bisa individu dan dilakukan pada saat pembelajaran di
kelas berlangsung atau bisa juga di awal pelajaran untuk materi pelajaran yang
lalu, atau di akhir pelajaran untuk materi pelajaran hari itu. Peserta didik yang
dipilih untuk ditanya harus mewakili karakterisik kemampuan individu di kelas.
Bila ada konsep yang belum diketahui sebagian besar peserta didik, maka
pendidik harus menjelaskan kembali dan bisa disertai dengan pemberian tugas.
Pertanyaan lisan dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya yang baik agar
semua peserta didik berpikir.
2. Pilihan ganda: bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya
objektif, dan bisa dikoreksi denga komputer. Namun membuat butir soal pilihan
ganda yang berkualitas cukup sulit, dan kelemahan lain adalah peluang kerja sama
antar peserta tes sangat besar. Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian yang
melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi sedikit. Penggunaan
bentuk ini menuntut agar pengawas ujian harus teliti daalam melakukan
pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi
tergantung pada kemampuan pembuat soal.
3. Uraian objektif: bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasnya jelas seperti
matematika dan IPA. Agar hasil penskorannya objektif diperlukan pedoman
penskoran. Penskoran dilakukan secara analitik, setiap langkah pengerjaan diberi
skor. Misalnya menuliskan rumusnya diberi skor, menghitung hasilnya diberi
skor, dan menafsirkan atau menyimpulkan hasilnya, juga diberi skor.Penskoran
bersifat herarki, sesuai dengan langkah pengerjaan soal. Bobot skor untuk tiap
butir soal ditentukan oleh tingkat kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih
besar dibandingkan dengan yang mudah.. Objektif di sini berarti hasil penilaian
terhadap suatu lembar jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang
berbeda asal memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan mata ujian.
Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
11
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
12
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
Se = Sx √ (1- ρxx’ )
H. Pembuatan Tes
Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil
belajar atau prestasi belajar, yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes,
(3) mentelaah soal tes, (4) melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal, (6)
13
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
memperbaiki tes, (7) merakit tes, ( 8) melaksanakan tes, (9) menafsirkan hasil tes.,
(10) melaporkan hasil tes.
14
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes
dipilih berdasarkan kompetensi tiap pokok bahasan atau subpokok bahasan.
Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya
untuk menentukan keberhasilan belajar mahasiswa untuk mata kuliah tertentu.
Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat,
dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang
materinya harus mewakili bahan yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai
keberhasilan belajar, keberhasilan mengajar, serta keduanya.
b. Menyusun Kisi-Kisi
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan
dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang
menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom
menyatakan tujuan pelajaran, pokok dan subpokok bahasan, uraian materi, dan
indikator, sedang baris menyatakan tujuan akan yang akan diukur atau diujikan.
Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1) menulisstandar kompetensi dan kompeteni dasar
2) membuat daftar pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan diujikan
3) menentukan indikator
4) mnentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan.
Sumber utama standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah adalah
silabus matakuliah. Pemilihan kompetensidasar yangakan diujikan berdasarkan
pada tingkat kepentingan, yaitu: konsep dasar, konsep yang berkelanjutan, dan yang
mengandung nilai aplikasi yang tinggi. Kompetensi dasar yang ingin dicapai
disertai informasi tentang pokok dan subpokok bahasan yang diuraikan dalam
bentuk indikator.Pada saat menentukan indikator-indikator yang dapat diukur
digunakan buku teks sebagai bahan acuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
penyimpangan-penyimpangan dalam memilih bahan agar memenuhi persyaratan
kesahihan isi.
Jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan
materi yang akan diujikan. Pemilihan materi tes pada umumnya dilakukan dengan
15
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
melakukan pemilihan sampel, materi yang banyak dan komplek dipilih lebih
banyak dibanding dengan materi yang mudah dan sederhana.
c. Menentukan Bentuk Tes
Bentuk tes yang objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda,
benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif Tes uraian yang objektif digunakan
pada bidang sain dan teknologi atau bidang sosial yang jawaban soalnya sudah
pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian nonobjektif digunakan untuk
mengukur kemampuan divergence peserta didik, yaiu kemampuan berpikir
divergence, yaitu yang jawabannya berdasarkan penalaran dan argumentasi
peserta didik
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes,
waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik matakuliah yang diujikan. Bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes
benar salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi
singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk
pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga
objektivitas penskoran dapat dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidak
mudah.
Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada matakuliah yang batasnya
jelas, misalnya matakuliah fisika, matematika, kimia, biologi, teknik dan
sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus
yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil, dan menafssrkan
hasilnya. Pada tes bentuk uraian objektif ini, sistem penskoran dapat dibuat dengan
jelas dan rinci.
16
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
Baik benar atau salah jawaban mahasiswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas
untuk mengaktifkan kelas.Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung
rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
17
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
18
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
19
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal kemudian
diberi skor.
7) Bentuk Jawaban Singkat
Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan
bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk.Ada tiga
jenis soal bentuk ini, yaitu : jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis
identifikasi atau asosiasi. Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah
sebagai berikut.
(a) Soal harus sesuai dengan indikator.
(b) Jawaban yang benar hanya satu.
(c) Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
(d) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(e) Tidak menggunakan bahasa lokal.
9) Unjuk Kerja/Performans
Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian
alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata.Penilaian unjuk kerja
berdasarkan pada analisis pekerjaan (Nathan & Cascio, 1986).Penilaian ini
menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan
untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kemampuan mahasiswa mencapai
pada tingkat yang diinginkan. .
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status mahasiswa berdasarkan hasil
kerja dari suatu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan
dari masyarakat dan lembaga lain yang terkait dengan kompetensiu yang harus
dimiliki mahasiswa. Jadi pertanyaan butir soal cenderung pada tingkat aplikasi suatu
prinsip atau konsep pada situasi yang baru. .Permasalahan yang diujikan sedapat
mungkin sama dengan masalah yang ada di kehidupan nyata. Inilah yang menjadi
ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang konvensional.
20
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
10) Portfolio
Portfolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang
pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas mahasiswa. Portfolio cocok digunakan
untuk penilaian di kelas, tetapi tidak cocok untuk penilaian dengan skala yang luas
(Marzano & Kendall, 1996).Penilaian dengan portfolio memerlukan kemampuan
membaca yang baik.Hal yang penting pada penilaian portfolio adalah mampu
mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, mahasiswa menilai
kemajuannya sendiri, hasilnya dibandingkan dengan hasil yang lalu.
Penilaian porfolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk
suatu mata pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan mahasiswa
dikumpulkandi akhir satu unit program pembelajaran, misalnya satu semester.
Kemudian dilakukan diskusi antara mahasiswa dan dosen untuk menentukan
skornya.Prinsip penilaian portfolio adalah mahasiswa dapat melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya di bahas.Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian, dan
tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau
mengerjakan soal. Jadi portfolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan
mahasiswa untuk menilai kemajuannya pada suatu bidang studi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portfolio
adalah sebagai berikut.
a) Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
b) Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
c) Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
d) Menentukan kriteria untuk menilai portfolio.
e) Meminta mahasiswa untuk menilai secara terus menerus hasil portfolionya.
f) Merencanakan pertemuan dengan mahasiswa yang dinilai.
Penilaian dengan portfolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga
penggunaannya juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata
pelajaran yang memiliki banyak tugas dan jumlah mahasiswa yang tidak banyak,
penilaian dengan cara portfolio lebih cocok.
21
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
DAFTAR BACAAN
22
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair
Dmr103013
23