Anda di halaman 1dari 23

Bahan Pelatihan Penilaian Pembelajaran

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga


Surabaya, 30 Oktober 2013
______________________________________

PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

Oleh: Prof. Djemari Mardapi, Ph.D*)

*) Dosen Universitas Negeri Yogyakarta


Anggota BSNP dan HEPI
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

A. Prinsip Dasar Penilaian dan Evaluasi


Penilaianatau asesmen merupakan rangkaian kegiatan dalam melaksanakan
pembelajarandi pendidikan dasar dan menengah, dan pendidikan tinggi.Kegiatan
pendidik atau dosen dalam melaksanakan pembelajaran melalui tiga tahapan, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut dengan
baik, pendidik harus memiliki kompetensi merancang proses pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai proses dan hasil pembelajaran.
Ada empat istilah yang sering digunakan berkaitan dengan kegiatan penilaian
yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi. Pertama adalah pengukuran,
yaitu penetapan angka terhadap suatu objek atau gejala dengan cara yang sistematik
(Allen & Yen, 1979). Akurasi penetapan angka ini ditentukan oleh kualitas instrumen
dan cara menggunakan instrumen ini,yang kemungkinan memiliki kesalahan
pengukuran (Johnson & Johnson: 2, 2003). Kesalaan pengukuran ini bisa disebabkan
oleh alat ukur, objek yang diukur, subjek yang mengukur, dan lingkungan
pengukuran. Kesalahan ini ada yang bersifat acak dan ada yang sistematik.Kesalahan
yang bersifat acak ini dapat diestimasi dengan menggunakan beberapa asumsi, sedang
kesalahan yang sistematik sulit diestimasi besarnya, hanya arahnya yang
kemungkinan dapat diduga.
Kedua adalah pengujian,yaitu kegiatan untuk mengetahui pencapaian belajar
atau kompetensi yang dicapai peserta didik. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan tes yang terdiri atas sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban
benar atau salah. Banyak bentuk tes yang dapat digunakan,untuk pengujian masing-
masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Ketiga adalah penilaian, yaitu kegiatan
mengumpulkan informasi tentang kualitas atau kuantitas perubahan pada peserta
didik. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran,
misalnya tinggi, rendah, baik, buruk, indah, jelek, dan sebagainya. Penilaian berfokus
pada individu sedang evaluasi berfokus pada kelompok atau kelas.Pembelajaran pada
dasarnya adalah kegiatan melakukan perubahan pada peserta didikyang hasilnya
harus diketahui. Untuk mengetahui besar dan kualitas perubahan dilakukan penilaian.
Jadi penilaian merupakan hal yang pentring dalam melaksanakan pembelajaran.

2
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

Keempat adalah evaluasi, yaitu merupakan salah satu rangkaian kegiatan


dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam
melaksanakan programnya.Kagiatan evaluasi sering menggunakan judgment terhadap
hasil suatu penilaian. Bila hasilnya bagus terus dan bila tidak baik berhenti, atau
walau hasilnya kurang baik program terus dilaksanakan dengan melakukan
perbaikan-perbaikan, karena termasuk program prioritas utama.
Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan
mana yang belum, dan selanjutnya informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu
program. Menurut Tyler (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan
pendidikan telah tercapai. Evaluasi menurut Griffin & Nix (1991) adalah judgment
terhadap nilai hasil pengukuran atau implikasi dari hasil pengukuran.Tyler
menekankan pada pencapaian tujuan suatu program, sedang Griffin & Nix lebih
menekankan pada penggunaan hasil penilaian.Kegiatan penilaian danevaluasi
memerlukan data hasil pengukuran
Alat ukur yang sering digunakan untuk mengumpulkan data bisa berupa tes dan
nontes. Tes yang baik harus mewakili domain yang diukur dan mengukur tingkat
berfikir yang tepat. Domain yang diukur ini adalah bahan ajar yang dapat dilihat
pada silabus mata pelajaran. Informasi yang akurat berasal dari sejumlah
pengukuran, yaitu yang dilaksanakan sepanjang semester.Bentuknya bisa berupa
tugas, ulangan mingguan, dan ulangan pertengahan dan ulangan akhir
semester.Dengan demikian pencapaian belajar peserta didik pada suatu bidang studi
dapat diketahui.
Alat ukur yang digunakan harus diusahakan agar memberikan data
yangsahih(valid) dan andal (reliable) Sahih berkaitan dengan sampel bahan ajar yang
diujikan, karena waktu untuk ujian sangat terbatas, khususnya ujian pertengahan
semester dan akhir semester.Andal berkaitan dengan kesalahan pengukuran, yang
sering dinyatakan dengan koefisienkeandalan.
Penilaian hasil pembelajaran harus mencakup ranahkognitif, afektif, dan
psikomotorik.Sesuai dengan karakteristiknya teknik penilaian untuk ketiga ranah
tersebut tidak sama. Untuk ranah kognitif bisa dilakukan dengan tes tertulis, ranah
psikomotor dengan tes perbuatan, dan ranah afektif melalui pengamatan,

3
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

inventori,atau kuesioner. Hasil penilaian ketiga ranah tersebut akan memberikan


informasi tentang kompetensi peserta didik. Informasi ini diperlukan untuk
merancang program perbaikan atau remedi

B. Hasil Pembelajaran
Hasil Pembelajaran yang diharapkan dari peserta didik disebut standar
kompetensi lulusan. Standar kompetensi ini mencakup tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, aspek psikomotor, dan aspek afektif. Aspek atau ranah kognitif berkaitan
dengan kemampuan berpikir, dan menurut Anderson dan Krathwohl (2001) ada
enam kategori dimensi proses kognitif, yaitu pengingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, evaluasi, dan kreasi. Pengingatan adalah menghapal pengetahuan yang
relevan dalam memori jangka panjang. Pada tingkat pemahaman mahasiswa
membangun makna dari pesan pembelajaran melalui lisan, tertulis, dan/atau
komunikasi grafik. Aplikasi adalah menerapkan pengetahuan atau menggunakan
suatu prosedur dalam suatu situasi baru. Analisis adalah menguraikan materi ke
dalam beberapa bagian dan menentukan bagaimana masing-masing bagian
berhubungan satu dengan lainnya, dan terhadap keseluruhan struktur. Evaluasi
adalah kegiatan membuat judgment berdasarkan suatu kriteria atau standar. Terakhir,
kreasi adalah kegiatan menyatukan semua elemen untuk membentuk suatu yang
koheren dan menjadi suatu atau menyusun elemen-elemen menjadi bentuk pola yang
baru atau struktur yang baru.
Kemampuan berpikir peserta didik menurut Marzano dan Kendall (1996)
berdasarkan tingkatannya adalah memahami dan menerapkan konsep yang ada dalam
suatu mata pelajaran. Kategori yang rendah adalah memahami sedang yang tinggi
adalah menerapkan dalam berbagai situasi. Untuk mencapai kemampuan yang lebih
tinggi, peserta didik harus melalui tingkat berpikir di bawahnya terlebih dahulu.
Dalam melakukanpenilaian tingkat berpikir peserta didik dikaitkan dengan
karakteristik mata pelajaran. Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Marzano & Kendall, 1996).
Pengetahuan deklaratif dinyatakan sebagai informasi dan biasanya melibatkan
komponen bagian-bagian. Sebagai contoh, pengetahuan tentang konsep demokrasi

4
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

mencakup keputusan bahwa tiap orang hanya memiliki satu suara dalam suatu
pemilihan. Pengetahuan deklaratif terbatas pada paham akan suatu konsep.
Pengetahuan prosedural menuntut peserta didik mampu menerapkan konsep-
konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Pengetahuan tingkat ini menuntut
tingkat berpikir peserta didik yang lebih tinggi dibanding pengetahuan deklaratif.
Oleh karena itu dalam mengembangkan sistem pengujian, pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural harus tampak.
Menurut Kratwohl (1964) proses internalisasi ranah afektif melalui lima
tingkatan, yaitu penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian, dan
karakterisasi. Penilaian pencapaian kompetensi pada ranah ini ditempuh melalui
pengmatan sehari-hari. Perubahan pada ranah ini tidak bisa cepat, tetapi melalui
proses panjang. Untuk itu pendidik harus menyusun rencana pembelajaran pada aspek
afektif ini, kemudian dilakukan pengamatan yang hasilnya digunakan untuk
perbaikan.
Berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai meliputi
tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (appreciating), penilaian
(valuing), dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar yang relevan dengan
berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain: berlatih memberikan respon atau
reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya, berlatih menikmati atau
menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika; berlatih
menilai ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek
studi; berlatih menerapkan/mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam
perilaku kehidupan sehari-hari. Secara kongkrit, pengalaman belajar yang perlu
dilakukan agar peserta didik mencapai berbagai tingkatan kompetensi afektif tersebut
antara lain dengan mengamati dan menirukan perilaku contoh/model/panutan,
mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau
berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntunan nilai yang dipelajari.
Ranah psikomotor berkaitan dengan gerak, dan menurut Simpson proses
pembelajarannya melalui 6 tingkatan, yaitu persepsi atau kesadaran, kesiapan
penyesuaian, respons terbimbing, mekanis, respons yang komplek, penyesuaian dan
pengembangan. Pembelajaran ranah atau aspek psikomotor pada umumnya dimulai

5
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

dengan demonstrasi yang dilakukan pendidik. Peserta didik pada kegiatan


demonstrasi adalah memperhatikan sembil menirukan gerak. Ada peserta didik yang
mampu belajar sampai tingkat tinggi, tetapi ada yang tidak, tergantung pada bakat
peserta didik.
Berkenaan dengan ranah psikomotorik, kompetensi yang dicapai meliputi
tingkatan gerakan awal, semi rutin, gerakan rutin. Untuk mencapai kompetensi
tersebut, pengalaman belajar yang perlu dilakukan antara lain: pada tingkatan
penguasaan gerakan awal, peserta didik perlu berlatih menggerakkan sebagian
anggota badan, pada tingkatan gerakan semi rutin, peserta didik berlatih, mencoba,
atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. Pada tingkatan
gerakan rutin peserta didikmelakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna
sampai pada tingkatan otomatis. Pengalaman belajar yang umum dilakukan untuk
mencapai ketiga tingkatan tersebut adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan
intensif (drill), menirukan, mensimulasikan, mendemonstrasikan gerakan yang ingin
dikuasai. Misalnya, peserta didik sekolah penerbang mensimulasikan cara
menerbangkan pesawat dengan menggunakan simulator pesawat.

C. Kualitas Instrumen

Kualitas instrumen alat ukur dapat dilihat pada bukti kesahihan (validity),
dan besarnya koefisien keandalan (reliability). Ada tiga kesahihan alat ukur, yaitu
kesahihan konstruk, kesahihan isi, dan kesahihan terkait kriteria.Bukti kesahihan
konstrak alat ukur dilihat dari teori yang digunakan dan dimensi yang diukur.Pada
umumnya dimensi yang diukur adalah satu. Bukti kesahihan isi dilihat dari
kesesuaian antara materi yang diujikan dan yang diajarkan, yaitu yang terdapat pada
kurikulum Kesahihan terkait kriteria merupakan hubungan antara prediktor dan
kriteria. Prediktor pada suatu sistem pengujian adalah tes masuk, sedang kriterianya
adalah keberhasilan belajar atau keberhasilan kerja.
Keandalan alat ukur dapat dikategiorikan menjadi tiga, yaitu konsistensi
internal, stabilitas dan antar penilai. Pada konsitensi internal, alat ukur digunakan
sekali kemudian dihitung besarnya koefisien keandalannya. Ada banyak formula

6
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

yang dapat digunakan untuk mencari besarnya koefisien keandalan Perbedaan


formula disebabkan asumsi yang digunakan berbeda.Oleh karena itu sebelum
menghitung koefisein keandalan alat ukur, diteliti dulu asumsi yang digunakan.
Alat ukur yang komparabel adalah yang hasil pengukurannya dapat
dibandingkan antar tempat dan waktu.Komparabel bisa dicapai apabila digunakan
kisi-kisi sama, tujuan sama, dan skala yang sama. Apabila diperoleh skala yang
sama, maka hasil pengukuran tiap peserta didik dapat dibandingkan. Prinsip ini
diterapkan dengan menggunakan bank soal. Butir-butir yang ada dalam bank soal
telah dikalibraasi, yaitu telah memiliki parameter butir. Parameter butir berupa tingkat
kesulitan dan daya beda butir.
Alat ukur yagn digunakan harus feasible, yaitu dapat diterapkan di satuan
pendidikan.Penerapan alat ukur dilihat dari relatif efisiensi suatu alat ukur.Relatif
efisiensi dilihat dari informasi yang diperoleh. Apabila jumlah butir dua alat ukur
yang mengukur hal yang sama, maka yang dipilih adalah yang lebih sedikit jumlah
butirnya tepati infromasinya sama dengan jumlah butir yang banyak. Oleh karena itu
dalam mengembangkan sistem penilaian perlu ditelaah kemungkinan penggunaan
instrument di satuanpendidikan.

D. Acuan Norma dan Kriteria


Ada dua acuan yang digunakan untuk menafsirkan hasil tes, yaitu acuan
norma dan kriteria. Kedua acuan ini menggunakan asumsi yang berbeda. Penafsiran
hasil tes kedua acuan ini berbeda sehingga menghasilkan informasi yang berbeda
maknanya. Pemilihan acuan yang tepat ditentukan oleh karakteristik bidang studi dan
kurikulum yang digunakan
Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang berbeda dan dapat
digambarkan menurut distribusi normal. Perbedaan ini harus ditunjukkan oleh hasil
pengukuran, misalnya setelah mengikuti kuliah selama satu semester peserta
didikdites. Hasil tes seseorang dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga dapat
diketahui posisi seseorang. Acuan ini digunakan terutama pada tes untuk seleksi,
karena sesuai dengan tujuannya tes seleksi adalah untuk mengetahui perbedaan
kemampuan seseorang.

7
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

Acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja
namun waktunya yang berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program
remedi dan program pengayaan, bagi yang belum mencapai kriteria harus belajar lagi
melalui program remedyi, sedang yang telah mencapai kriteria mengikuti program
pengayaan.Penafsiran sekor hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa
melakukan, tidak lulus berarti belum bisa melakukan. Acuan ini digunakan pada
kurikulum berbasis kompetensi, karena jelas apa yang akan diukur.
Asesmenhasil pembelajaran peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau prosesdan hasil pembelajaranpeseerta didik, yang selanjutnya digunakan
untuk menyusun program perbaikan atau remedi. Asessmen kategori ini termasuk
pada asesmen formatif. Menurut Cowie dan Bell (1999), asesmen formatif adalah
proses yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik untuk mengetahui dan
merespon pencapaianbelajar peserta didik dengan tujuan untuk menguatkan selama
aktivitas belajar berlangsung. Jadi wewenang dosen adalah melakukan asesmen
selama pembelajaran berlangung dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran agar tujuan pembelajaran atau standar kompetensi tercapai.
Menurut Clarke (2005), asesmen formatif terdiri atas empat elemen dasar,
yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) pertanyaan yang efektif, (3) evaluasi peer-diri, (4)
umpan balik yang efektif. Keempat elemen ini terjadi selama pembelajaran
berlangsung, agar tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai dapat dicapai peserta
didik. Dosen atau pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran harus
memperhatikan bagaimana peserta didik belajar. Hal ini berarti bahwa pendidik
harus selalu mencari strategi mengajar yang memudahkan peserta didik belajar.
Proses ini berlangsung selama kegiatan belajar mengajar, yaitu yang merupakan
kegiatan asesmen formatif.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat
keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk
memperbaiki strategi mengajar.Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang
semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran,kompetensi dasar. Jadi

8
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

tes ini sebenarnya bukan untuk menentukan keberhasilan belajar semata, tetapi
untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir jenjang
pendidikan.Menurut Griffin dan Nix (1991: 269), asesmen sumatif adalah asesmen
penentuan final yang umumnya tidak berkaitan dengan penyempurnaan
pembelajaran. Sebagai contoh adalah grade yang diberikan atas unjuk kerja peserta
didik oleh penguji eksternal untuk pengakuan. Asesmen sumatif menggunakan tes
sumatif yang hasilnyadigunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik
untuk mata pelajaran tertentu atau semua mata pelajaran. Tingkat keberhasilan ini
dinyatakan dengan sekor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat
kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan
yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai keberhasilan belajar, keberhasilan
mengajar, serta keduanya.

E. Metode Penilaian
Metode penilaian adalah cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan
tingkat pencapaian belajar peserta didik. Metode penilaian yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut.
1. Kuis: Waktu ujian singkat kurang lebih 15 menit dan hanya menanyakan hal-
hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa isian singkat. Biasanya dilakukan
sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan pelajaran yang lalu
secara singkat. Kuiz bisa juga dilakukan di akhir pelajaran untuk mengetahui
pemahaman peserta didik, dan bila ada yang belum dikuasai dijelaskan
kembali secara singkat. .
2. Pertanyaan lisan di kelas: Materi yang ditanyakan berupa pemahaman
terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Teknik bertanya yang baik adalah
ajukan pertanyaan ke kelas, beri waktu sebentar untuk berpikir, dan kemudian
pilih peserta didik secara acak untuk menjawab. Jawaban peserta didik benar
atau salah diberikan ke peserta didik lain atau minta pendapat dari peserta
didik lain,kemudian pendidik menyimpulkannya.

9
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

3. Ulangan harian: Ulangan harian dilakukan secara periodik misalnya empat


minggu sekali. Bentuk soal yang digunakan sebaiknya bentuk uraian objektif
atau yang nonobjektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup
pemahaman, aplikasi, dan analisis.
4. Tugas individu: Tugas ini dapat diberikan setiap minggu denganbentuk soal
uraian objektif atau nonobjektif. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya
aplikasi, analisis, bila mungkin sampai padaevaluasi.
5. Tugas kelompok: Tugasini digunakan untuk menilai kemampuan kerja
kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir
yang tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi. Bila mungkin peserta didik diminta
untuk menggunakan data sungguhan atau melakukan pengamatan terhadap
suatu gejala, atau merencanakan sesuatu projek. Projek pada umumnya
menggunakan data sungguhan dari lapangan.
6. Ujian mid semester: Bentuk soal yang dipakai dapat berupa campuran
pilihan ganda dan uraian, atau semuanya bentuk uraian. Materi yang diujikan
berdasar kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman
sampai pada evalusi.
7. Ujian semester: Bentuk soal yang dipakai dapat berupa campuran pilihan
ganda dan uraian, atau semuanya bentuk uraian. Materi yang diujikanberdasar
pada kisi-kisi soal, dan tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman
sampai pada evaluasi.
Tingkat berpikir yang telibat dalam sistem ujian mencakuppengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural. Deklaratip berisi tentang konsep, prinsip, dan
fakta-fakta, sedang prosedural mencakup proses, strategi, aplikasi, dan ketrampilan.

F. Bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan di program studi dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. Objektif di sini dilihat dari sistem
penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan
skor yang sama. Tes yang nonobjektif adalah yang sistem penskorannya dipengaruhi
oleh subjektivitas pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes yang

10
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

objektif adalah yang sistem penskorannya objektif, sedang tes yang nonobjektif
sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
Ada beberapa bentuk soal ujian yang dapat digunakan, seperti berikut ini.
1. Pertanyaan lisan di kelas: pertanyaan lisan di kelas pada umumnya ditujukan
pada kelompok, namun bisa individu dan dilakukan pada saat pembelajaran di
kelas berlangsung atau bisa juga di awal pelajaran untuk materi pelajaran yang
lalu, atau di akhir pelajaran untuk materi pelajaran hari itu. Peserta didik yang
dipilih untuk ditanya harus mewakili karakterisik kemampuan individu di kelas.
Bila ada konsep yang belum diketahui sebagian besar peserta didik, maka
pendidik harus menjelaskan kembali dan bisa disertai dengan pemberian tugas.
Pertanyaan lisan dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya yang baik agar
semua peserta didik berpikir.
2. Pilihan ganda: bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya
objektif, dan bisa dikoreksi denga komputer. Namun membuat butir soal pilihan
ganda yang berkualitas cukup sulit, dan kelemahan lain adalah peluang kerja sama
antar peserta tes sangat besar. Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian yang
melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi sedikit. Penggunaan
bentuk ini menuntut agar pengawas ujian harus teliti daalam melakukan
pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi
tergantung pada kemampuan pembuat soal.
3. Uraian objektif: bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasnya jelas seperti
matematika dan IPA. Agar hasil penskorannya objektif diperlukan pedoman
penskoran. Penskoran dilakukan secara analitik, setiap langkah pengerjaan diberi
skor. Misalnya menuliskan rumusnya diberi skor, menghitung hasilnya diberi
skor, dan menafsirkan atau menyimpulkan hasilnya, juga diberi skor.Penskoran
bersifat herarki, sesuai dengan langkah pengerjaan soal. Bobot skor untuk tiap
butir soal ditentukan oleh tingkat kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih
besar dibandingkan dengan yang mudah.. Objektif di sini berarti hasil penilaian
terhadap suatu lembar jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang
berbeda asal memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan mata ujian.
Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

11
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

4. Uraian nonobjektif / uraianbebas: bentuk ini cocok untuk mengukur


kemmapuan berpikir divergence. Walau hasil penskoran cenderung subjektif,
namun bila disediakan pedoman penskoran, sehingga hasilnya diharapkan dapat
lebih objektif.Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi, namun cakupanmateri
yang diujikan terbatas.
5. Jawab singkat atau isian singkat: bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jumlah materi yang diuji bisa
banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
6. Menjodohkan: bentuk ini cocok untuk mengatahui tentang fakta, konsep.
Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung
rendah.
7. Unjuk kerja: bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan seseorang dalam
melakukan tugas tertentu, seperti praktek di laboratorium. Peserta tes diminta
untuk mendemonstrasikan kemampuan dalam bidang tertentu.
8. Portfolio: bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta
didik, dengan menilai kumpulan karya-karya, atau tugas-tugas yang dikerjakan
peserta didik. Portfolio berarti kumpulan karya atu tugas-tugas yang dikerjakan
peserta didik.Karya-karya ini dipilih kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan peserta didiik.Cara ini bisa dilakukan dengan baik
bila jumlah peserta didik yang dinilai tidak banyak.

G. Kesahihan dan Keandalan Tes


Suatu tes yang baik harus memiliki bukti kesahihan dan keandalan, hasilnya
dapat dibandingkan, dan ekonomis. Kesahihan tes dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu kesahihan isi, konstruk, dan kriteria.Kesahihan isi dilihat dari bahan yang
diujikan, kesahihan konstruk dilihat dari definisi atau teori yang diukur, dan
kesahihan kreteria dilihat dari daya prediksinya.
Kesahihan isi dilihat dari kisi-kisi tes, yaitu matrik yang menunjukkan bahan tes
serta tingkat berpikir yang terlibat dalam mengerjakan tes. Kesahihan ini ditelaah
sebelum tes digunakan. Kesahihan konstruk diperoleh dari hasil analisis faktor, yaitu
jumlah faktor yang diukur suatu tes.Bukti kesahihan konstruk diperoleh dari hasil

12
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

penggunaan tes, yaitu data empirik.Kesahihan prediktif juga memerlukan data


empirik untuk dapat menghitung besarnya daya prediksi.
Keandalan suatu tes memberikan informasi tentang besarnya kesalahan
pengukuran.Kehandalan suatu tes dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu konsisten
internal, stabilitas, dan antar penilai.Besarnya indeks konsistensi internal diperoleh
dari data hasil uji coba atau data hasil tes.Untuk mencari indeks ini cukup dilakukan
satu kali tes. Indeks stabilitas merupakan tingkat kestabilan hasil pengukuran yang
dilakukan paling tidak dua kali untuk orang yang sama dalam waktu yang berbeda,
dengan asumsi tidak ada efek tes. Keandalan antar penilai diperoleh dari besarnya
korelasi hasil pensekoran dari dua orang terhadap lembar jawaban tes yang sama.
Besarnya indeks keandalan ini adalah 0 sampai 1,0 dan yang dapat diterima minimum
0,70.
Indek keandalan digunakan untuk menghitung besarnya kesalahan pengukuran.
Kesalahan pengukuran ini ada dua, yaitu acak dan sistematik. Acak berarti kesalahan
karena kondisi yang diukur dan yang mengukur bervariasi dan pemilihan bahan yang
diujikan, sedang yang sistematik karena alat ukurnya atau cara pensekoran yang
cenderung murah atau mahal untuk semua peserta didik.
Besarnya kesalahan pengukuran dapat dihitung dengan formula berikut ini:

Se = Sx √ (1- ρxx’ )

Se adalah besarnya kesalahan pengukuran, Sxsimpangan baku sekor, dan


ρxx’ adalah indeks kehandalan tes. Formula diatas menunjukkan bahwa apabila
indeks keandalan tes besar maka kesalahan pengukuran kecil, dan sebaliknya bila
indeks keandalan tes kecil maka kesalahan pengukuran besar.

H. Pembuatan Tes
Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil
belajar atau prestasi belajar, yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes,
(3) mentelaah soal tes, (4) melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal, (6)

13
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

memperbaiki tes, (7) merakit tes, ( 8) melaksanakan tes, (9) menafsirkan hasil tes.,
(10) melaporkan hasil tes.

1. Menyusun Spesifikasi Tes


Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifiksi tes,
yaitu yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang
harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis
soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif
sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini: (a) menentukan
tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, (d) menentukan panjang
tes, dan (e) menulis tes.
Ditinjau dari tujuannya ada empat macam tes yang banyak digunakan di
lembaga pendidikan, yaitu: (a) Tes penempatan, (b) Tes diagnostik, (c) Tes formatif,
(d) Tes sumatif.
a. Menentukan Tujuan Tes
Untuk tujuan penempatan, suatu tes dilaksanakan pada awal pelajaran. Hasil tes
ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki mahasiswa.
Untuk mempelajari suatu bidang studi dibutuhkan pengetahuan pendukung.
Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan mentelaah hasil tes penempatan.
Apakah seseorang perlu matrikulasi, tambahan pelajaran atau tidak, ditentukan dari
hasil tes ini.
Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi
mahasiswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila
diperoleh informasi bahwa sebagian besar mahasiswa gagal dalam mengikuti
proses pembelajaran matakuliah tertentu. Hasil tes ini memberikan informasi
tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh
karena itu tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh mahasiswa, namun tingkat
kesulitan tes ini cenderung rendah.
Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki

14
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang semester. Materi tes
dipilih berdasarkan kompetensi tiap pokok bahasan atau subpokok bahasan.
Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya
untuk menentukan keberhasilan belajar mahasiswa untuk mata kuliah tertentu.
Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat,
dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang
materinya harus mewakili bahan yang diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan sebagai
keberhasilan belajar, keberhasilan mengajar, serta keduanya.
b. Menyusun Kisi-Kisi
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan
dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang
menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama.
Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom
menyatakan tujuan pelajaran, pokok dan subpokok bahasan, uraian materi, dan
indikator, sedang baris menyatakan tujuan akan yang akan diukur atau diujikan.
Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1) menulisstandar kompetensi dan kompeteni dasar
2) membuat daftar pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan diujikan
3) menentukan indikator
4) mnentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan.
Sumber utama standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah adalah
silabus matakuliah. Pemilihan kompetensidasar yangakan diujikan berdasarkan
pada tingkat kepentingan, yaitu: konsep dasar, konsep yang berkelanjutan, dan yang
mengandung nilai aplikasi yang tinggi. Kompetensi dasar yang ingin dicapai
disertai informasi tentang pokok dan subpokok bahasan yang diuraikan dalam
bentuk indikator.Pada saat menentukan indikator-indikator yang dapat diukur
digunakan buku teks sebagai bahan acuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
penyimpangan-penyimpangan dalam memilih bahan agar memenuhi persyaratan
kesahihan isi.
Jumlah soal yang digunakan tergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan
materi yang akan diujikan. Pemilihan materi tes pada umumnya dilakukan dengan

15
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

melakukan pemilihan sampel, materi yang banyak dan komplek dipilih lebih
banyak dibanding dengan materi yang mudah dan sederhana.
c. Menentukan Bentuk Tes
Bentuk tes yang objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda,
benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif Tes uraian yang objektif digunakan
pada bidang sain dan teknologi atau bidang sosial yang jawaban soalnya sudah
pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian nonobjektif digunakan untuk
mengukur kemampuan divergence peserta didik, yaiu kemampuan berpikir
divergence, yaitu yang jawabannya berdasarkan penalaran dan argumentasi
peserta didik
Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes,
waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik matakuliah yang diujikan. Bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes
benar salah sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi
singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk
pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga
objektivitas penskoran dapat dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidak
mudah.
Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada matakuliah yang batasnya
jelas, misalnya matakuliah fisika, matematika, kimia, biologi, teknik dan
sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai dari memilih rumus
yang tepat, memasukkan angka dalam rumus, menghitung hasil, dan menafssrkan
hasilnya. Pada tes bentuk uraian objektif ini, sistem penskoran dapat dibuat dengan
jelas dan rinci.

1) Tes Lisan di Kelas


Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap mahasiswa
untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan ke
kelas harus jelas, dan semua mahasiswa harus diberi kesempatan yang sama. Dalam
melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi
waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk mahasiswa untuk menjawab pertanyaan.

16
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

Baik benar atau salah jawaban mahasiswa, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas
untuk mengaktifkan kelas.Tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan di kelas cenderung
rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.

2) Tes Bentuk Benar Salah


Tes bentuk tes benar salah terdiri dari suatu pernyataan yang harus dijawab
benar atau salah. Bentuk tes ini singkat sehingga bisa mencakup banyak materi
yang akan diujikan. Keunggulan yang lain, tes ini relatif mudah membuatnya dan
mudah dalam penskorannya. Kelemahan dari tes ini adalah kecenderungan pada
pertanyaan hapalan dan pemahaman saja dan peluang dugaan besar. Rasional
penggunaan tes ini adalah ( Ebel, 1979):
a) Esensi pencapaian tujuan pendidikan dapat dinyatakan dalam bentuk
pengetahuan verbal.
b) Semua bentuk pengetahuan verbal dapat dinyatakan dengan proposisi.
c) Suatu proposisi adalah suatu pernyataan yang dapat dinyatakan benar atau
salah.
d) Tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang tertentu dapat dilihat dari
respons terhadap suatu proposisi.
3) Bentuk Menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan terdiri dari sejumlah premis dan sejumlah respons.
Bentuk tes ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang fakta seperti
arti suatu istilah, simbol kimia, dan sejenisnya. Oleh karena itu bentuk tes ini
cenderung mengukur tentang hapalan dan pemahaman saja. Pedoman untuk
membuat tes bentuk menjodohkan adalah:
a) Pernyataan atau premis harus homogen.
b) Pernyataan dan respons singkat.
c) Jumlah respons lebih banyak dari pernyataan.
d) Pernyataan dan respons diurutkan menurut alpabet.
e) Jawaban dapat digunakan lebih dari satu kali.

17
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

4) Bentuk Pilihan Ganda


Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977)
adalah:
a) Pokok soal harus jelas.
b) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
c) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
d) Tidak ada petunjuk jawaban benar.
e) Hindari mengggunakan pilhan jawaban: semua benar atau semua salah.
f) Pilihan jawaban angka diurutkan.
g) Semua pilihan jawaban logis.
h) Jangan menggunakan negatif ganda.
i) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
tes.
j) Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
k) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

5) Bentuk Uraian Objektif


Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika
dan IPA, karena kunci jawabannya hanya satu.Pengerjaan soal ini melalui suatu
prosedur atau langkah-langkah tertentu.Setiap langkah ada skornya. Objektif di sini
dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa dosen dalam bidang studi tersebut hasil
penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah :
hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya.

6) Bentuk Uraian Non-objektif


Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dilakukan
cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai.Bentuk tes ini menuntut kemampuan
mahasiswa untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau
ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.Keunggulan
bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi,
yaitu mulai dari hapalan sampai dengan evaluasi. Namun demikian, sebaiknya

18
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

hindarkan pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang


dimulai dengan kata : apa, siapa, di mana.
Bentuk tes uraian non objektif relatif mudah membuatnya. Kelemahan dari
bentuk tes ini adalah : (1) materi yang diujikan terbatas, (2) penskoran sering
dipengaruhi oleh subjektivitas penilai, (3) memerlukan waktu yang lama untuk
memeriksa lembar jawaban, dan (4) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4)
dan adanya efek bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang
ditempuh adalah : (1) jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup
materi yang banyak, (2) tidak melihat nama peserta ujian, (3) memeriksa tiap butir
secara keseluruhan tanpa istirahat, dan (4) menyiapkan pedoman penskoran.
Langkah membuat tes ini adalah sebagai berikut.
a) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator.
b) Mengedit pertanyaan:
(1) Apakah pertanyaan mudah dimengerti ?
(2) Apakah data yang digunakan benar ?
(3) Apa tata letak keseluruhan baik ?
(4) Apakah pemberian bobot skor sudah tepat ?
(5) Apakah kunci jawaban sudah benar ?
(6) Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup ?
Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif :
(1) Gunakan kata-kata : mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,
hitunglah, buktikan.
(2) Hindari penggunakan pertanyaan: siapa, apa, bila.
(3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
(4) Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
(5) Buat petunjuk mengerjakan soal.
(6) Buat kunci jawaban.
(7) Buat pedoman penskoran.
Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global.Analitik
berarti penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang global

19
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal kemudian
diberi skor.
7) Bentuk Jawaban Singkat
Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan
bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk.Ada tiga
jenis soal bentuk ini, yaitu : jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis
identifikasi atau asosiasi. Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah
sebagai berikut.
(a) Soal harus sesuai dengan indikator.
(b) Jawaban yang benar hanya satu.
(c) Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
(d) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(e) Tidak menggunakan bahasa lokal.

9) Unjuk Kerja/Performans
Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian
alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata.Penilaian unjuk kerja
berdasarkan pada analisis pekerjaan (Nathan & Cascio, 1986).Penilaian ini
menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan
untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kemampuan mahasiswa mencapai
pada tingkat yang diinginkan. .
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status mahasiswa berdasarkan hasil
kerja dari suatu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan
dari masyarakat dan lembaga lain yang terkait dengan kompetensiu yang harus
dimiliki mahasiswa. Jadi pertanyaan butir soal cenderung pada tingkat aplikasi suatu
prinsip atau konsep pada situasi yang baru. .Permasalahan yang diujikan sedapat
mungkin sama dengan masalah yang ada di kehidupan nyata. Inilah yang menjadi
ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang konvensional.

20
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

10) Portfolio
Portfolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang
pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas mahasiswa. Portfolio cocok digunakan
untuk penilaian di kelas, tetapi tidak cocok untuk penilaian dengan skala yang luas
(Marzano & Kendall, 1996).Penilaian dengan portfolio memerlukan kemampuan
membaca yang baik.Hal yang penting pada penilaian portfolio adalah mampu
mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, mahasiswa menilai
kemajuannya sendiri, hasilnya dibandingkan dengan hasil yang lalu.
Penilaian porfolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk
suatu mata pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan mahasiswa
dikumpulkandi akhir satu unit program pembelajaran, misalnya satu semester.
Kemudian dilakukan diskusi antara mahasiswa dan dosen untuk menentukan
skornya.Prinsip penilaian portfolio adalah mahasiswa dapat melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya di bahas.Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian, dan
tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau
mengerjakan soal. Jadi portfolio adalah suatu metode pengukuran dengan melibatkan
mahasiswa untuk menilai kemajuannya pada suatu bidang studi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portfolio
adalah sebagai berikut.
a) Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
b) Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
c) Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
d) Menentukan kriteria untuk menilai portfolio.
e) Meminta mahasiswa untuk menilai secara terus menerus hasil portfolionya.
f) Merencanakan pertemuan dengan mahasiswa yang dinilai.
Penilaian dengan portfolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga
penggunaannya juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata
pelajaran yang memiliki banyak tugas dan jumlah mahasiswa yang tidak banyak,
penilaian dengan cara portfolio lebih cocok.

21
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

I. Pengembangan Indikator Pencapaian


Indikator adalah gejala, perbuatan, atau respons peserta didik. Indikator
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan cakupan materinya sudah
terbatas.Kata kerja operasional yang digunakan pada indikator di antaranya
menghitung, mengidentifikasi, menafsirkan, membandingkan, membedakan,
merangkum, menyimpulkan, dan sejenisnya.
Indikator juga digunakan untuk mengembangkan instrumen nontes, seperti
pengukuran minat, sikap, motivasi, dan sejenisnya. Misalnya kita ingin mengukur
minat seseorang mempelajari bidang studi bahasa Inggeris, maka terlebih dahulu
didefinisikan secara operasional apa itu minat. Definisi ini selanjutnya diuraikan
menjadi sejumlah indikator untuk menyatakan ciri-ciri orang berminat dan tidak
berminat dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.Misalnya ciri-ciri ini orang yang
berminat adalah catatan pelajaran lengkap, selalu hadir di kelas, sering mengajukan
pertanyaan, dan sebagainya.
_______________________________________________________________

DAFTAR BACAAN

Allen, Mary, J., &Yen, Wendy, J (1979). Introduction to measurement theory.California:


Brooks/Cole Publishing Company.

Andersen, L. W., & Krathwohl.(2001). A Taxonomy for learning, teaching and


assessment. Boston: Longman.

Astin, W. Alexander.(1993). Assessment for exelence.Phonix: The Oryx Press.

Berk, R. A. (1986, Ed).Performance assessment.Baltimore: The JohnHopkinsUniversity


Press.

Cowie, B, and Bell, B. (1999).A model of formativeassessment in science education’,


Assessment in Education, 6, 1, 101-16.

Djemari Mardapi,(1997). Ragam bentuk evaluasi. Bahan Semiloka LP3 UGM.


Yogyakarta

22
Penilaian Pembelajaran Farmasi Unair

Djemari Mardapi. (2012). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta:


Medica Publishing.

Griffin, Patrix.,& Nix, Peter. (1991). Educational assessment dan reporting.Sydney:


Harcout Brace Javanovich, Publisher.

Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (2002).Meaningful assessment.Boston:: Allen &


Bacon.

Popham, W. J. (1996). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.

Dmr103013

23

Anda mungkin juga menyukai