Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA

“MELEMAHNYA RUPIAH”

Oleh:

HERIADI
1301110695

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
BI: Pelemahan Rupiah Picu Peningkatan Sektor Pariwisata

Metrotvnews.com, Manado: Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi


Utara Peter Jacobs menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (USD) akan mampu meningkatkan sektor pariwisata.

"Sebenarnya momen ini harus dimanfaatkan oleh pariwisata di Provinsi Sulut karena
mampu menghasilkan pendapatan daerah yang cukup besar," kata Peter, di Manado,
Kamis (27/8/2015).

Menurut Peter, kondisi pelemahan nilai tukar rupiah seperti sekarang ini mungkin
sedang dinikmati industri pariwisata di Bali. Karena itu, dirinya meminta agar pelaku
pariwisata dapat cepat menangkap peluang di depan mata agar mampu menghasilkan
sesuatu yang lebih baik kendati terjadi pelemahan rupiah sekalipun.

"Pelemahan rupiah ini tidak seharusnya membuat masyarakat panik karena


pemerintah dan BI terus menjaga fluktuasi pergerakan rupiah," jelasnya.

Ia menambahkan, meski nilai tukar rupiah sudah menembus level Rp14.000 per USD,
namun fluktuasinya dalam situasi dan kondisi terjaga sehingga diharapkan
masyarakat tetap melakukan aktivitas seperti biasa.

Menurutnya, para pelaku usaha di dunia swasta sudah bisa melakukan antisipasi
karena mereka tahu fluktuasi rupiah tetap terjaga stabil. "Kondisi pelemahan rupiah
saat ini tidak sama dengan yang terjadi beberapa tahun lalu yang secara drastis
mengalami depresiasi," pungkasnya.

Pekerja Pabrik Tekstil Terancam PHK, Ada Yang Tukarkan Dollar Hingga Rp

421.8 juta
Smeaker.com – Kondisi perekonomian yang lembek tentu akan menimbulkan
banyak dampak yang akan dirasakan semua Rakyat terutaam Pekerja. Pekerja Parik
menjadi korban dari pelemahan Nilai Tukar rupiah yang melemah. Ribuan
Pekerja Tekstil wilayah Tangerang diberhentikan akibat dari melemahnya Nilai Tukar
Rupiah terhadap kurs Dollar. Biaya Impor bahan baku yang meingkat tajam menjadi
dasar dari spekulasi memutusan Hubunagn Kerja (PHK) kepaeda Pekerja
Pabrik Tekstil Tesebut.
Rupiah Melemah mengakibatkan banyak Dampak yang tak sedikit banyak dampak
yang akan dirasakan terutama Pekerja yang terkena dampak yang paling terasa. Hal
ini diungkapkan oleh Sekertaruis Jendral Asosiasi pertektilanIndonesia (API)
Ernovian G Ismy yang menagtakan perusahaan Tekstil terus mengalami kerugian dan
penanggulangannya akan memutuskan Hubungan Kerja dengan para pekerja Pabrik,
selain itu untuk menutupi Kerugian Perusahan harus menjual Aset yang dimilikinya.

Ia menjelaskan Industri Tekstil Dalam Negeri harus Impor kapas dari 60 Negara
seperti Amerika Serikat dan Brasil. Ini karena Produk Kapas dalam negeri tidak
memenuhi kualitas dan kebutuhan Industri lokal. Proporsi pembagian biaya pada
perusahan Tekstil sebesar 60 persen dialokasikan ke Pembelian Bahan Baku
kebutuhan Energi membutuhkan 18 persen dan kebutuhan tenaga sebesar 13 Persen .

Sementara Rupiah Hari ini yang mengalami penurunan namun masih saja Pihak
pihak yang mengambil keuntungandari Rupiah Melemah. Salah satu pengunjung
yang menukarkan Dollar di PT Valuta Inti Prima (VIP) melakukan transaksi
penukaran mencapai 30 ribu USD, atau setara Rp 421,8 juta rupiah. Kurs beli yang
tercatat pada RupiahHari ini mencapai Rp 14.035 per USD dan untuk Kurs Jual
mencapai Rp 14.060 per USD.

Adalah Ahmad Rifai yang menukarkan uang Dollar yang ia miliki sebanyak
lebih dari 25 ribu dolar dan hampir menyentuh 30 ribu dolar. Ia mengatakan
mumpung Kurs Dollar mengalami kenaikan jadi Ia muali Tukarkan Uang Dollar ke
Pecaha Rupiah. Lanjutnya bahwa jika Kurs Dollar akan naik hingga Rp 15.000 ,- per
USD ia akn kembali menukarkan Uang Dollar yang ia miliki ke Pecahan Rupiah.

Pengusaha Makanan Dilema Naikkan Harga


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kondisi ekonomi nasional yang melorot akibat
penguatan ekonomi AS dan pelemahan ekonomi Cina ikut berdampak pada industri
makanan dan minuman dalam negeri. Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Stefanus Indrayana mengatakan, akibat
dari pelemahan ekonomi ini ada tekanan biaya yang harusnya diimbangi dengan
kenaikan harga.
Hanya saja, lanjut Stefanus, ada risiko pengurangan daya beli bila harga terpaksa
dinaikkan. "Tapi dilemanya tidak mungkin naikkan harga dalam kondisi begini,
karena akan daya beli masyarakat juga tertekan," jelas Stefanus, Kamis (27/8).
Dengan kondisi begini, lanjut Stefanus, perusahaan masih kesulitan dalam melakukan
perencanaan keuangan. Untuk itu salah satu solusinya adalah dengan melakuan
efisiensi biaya bahan baku.
"Pilah-pilah mana komponen impor dan dalam negeri, kita kelapa sawit dari dalam
negerigri, cost turun, gas atau batubara, kalau kita pakai tenaga listrik dari selain itu
mahal, kita bisa switch," katanya.

Stefanus mengatakan, hal ini perlu dilakukan lantaran efisiensi bisa mencegah
kenaikan harga jual. Pasalnya, kenaikan harga justru akan menekan daya beli
masyarakat.

"Kalau harga dinaikkan, daya beli turun, industri makanan dan minuman juga makin
susah," lanjutnya.
ANALISIS MELEMAHNYA NILAI RUPIAH

Menurut analisa saya kenaikan dollar ini terjadi karena yang terutama
didorong penguatan dolar karena perbaikan ekonomi AS yang terus menguat. Dan
juga, rencana kenaikan fed fund rate menyebabkan dolar menguat.

Secara teori dipandang dari sisi fundamental terdapat sedikitnya lima faktor
yang melatarbelakangi depresiasi Rupiah saat ini, yaitu:

1. Perlambatan ekonomi China.

2. Penurunan harga-harga komoditas penting dunia, khususnya komoditas


energi.

3. Ketidakpastian tentang kenaikan suku bunga The Fed.

4. Melemahnya aktivitas produksi dan permintaan domestik.

5. Rendahnya pengeluaran pemerintah dan belum terwujudnya pembangunan


infrastruktur di dalam negeri.

Dan juga, kemampuan Bank Indonesia untuk menopang nilai tukar Rupiah
dibatasi oleh kondisi neraca berjalan (current account) yang masih negatif, akan
menipisnya cadangan devisa, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dengan membaiknya ekonomi AS dan kebijakan The Fed, maka akan


berdampak pada capital outflow dari negara-negara emerging, termasuk Indonesia.
Belum lagi devaluasi Yuan yang mengakibatkan currence account devisit sehingga
semakin dalam menekan rupiah. Banyak indikasi bahwa krisis rupiah berdampak
pada menurunnya daya beli dan melambatnya sektor ritel dan konsumsi.

Menurut saya juga penyebab rupiah melemah dan dollar naik terus yaitu,
salah satu penyebab utama adalah permintaan dollar AS yang tinggi di pasar. Dan di
perparah dengan ketidakstabilan dollarAS untuk mencukupi kebutuhan di pasar
akiabat dari federal reserve yang mengurangi stimulus moneter, yang memebuat
masyarakat memborong dollar. Selain itu pihak pemeerintah Amerika cendrung
menahan asetnya untuk di pasarkan. Dari situlah faktor luar atau eksternal kenapa
rupiah melemah dan dollar naik terus.

Sedangkan faktor internal atau dalam negeri yaitu, perdagangan turun karena
dipengaaruhi oleh impor migas besar dan minyak mentah yang terus naik. Dalam
jangka pendek pengaruh terbesarnya adalah faktor eksternal sedangkan internal masih
karena anggaran defisit saja.

Solusi yang harus diambil dalam jangka pendek oleh pemerintah untuk
mengatasi krisis adalah dengan menjaga momentum pertumbuhan. Pertumbuhan
ekonomi bukan satu-satunya faktor penopang ekonomi, namun bila angka
pertumbuhan terlalu rendah, lapangan kerja juga makin sempit. Dan pemerintah
harus menekankan, semua elemen bangsa harus bersatu, berhenti bertikai dan bekerja
keras. Hanya dengan itu krisis akan lebih cepat kita lalui dan kita masih bisa merawat
optimisme akan adanya perbaikan di masa depan.

DAMPAK DARI MELEMAHNYA NILAI RUPIAH

Jadi hal ini juga memiliki dampak terhadap berbagai aspek kehidupan
masyarakat:

1. Sosial
Rupiah melemah bukannya tak membawa dampak sama sekali pada
masalah sosial di Indonesia. Terpuruknya rupiah adalah pertanda ke tidak
percayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, tak adanya investasi
berarti tak ada pertumbuhan ekonomi, melambatnya pertumbuhan ekonomi
berimbas langsung pada meledaknya masalah sosial. Masalah sosial yang
mengancam di tengah lesunya ekonomi salah satunya akan berimbas ke sektor
ketenaga kerjaan. Efek rupiah melemah menjadi alasan sejumlah perusahaan
untuk memangkas sebagian jumlah tenaga kerjanya. Jika semakin banyak
perusahaan yang memberikan ancaman PHK. Bukan tak mungkin kerusuhan
besar dan konflik sosial akan kembali terjadi di Indonesia seperti kondisi
tahun 1998 silam.

2. Ekonomi
Jika melihat kondisi ekonomi yang lesu ditandai dengan rupiah
melemah hingga level di atas Rp 14.000 per dollar Amerika, maka statistik
tenaga kerja di Agustus 2015 ini jelas akan menurun tajam. Selain berefek
pada masalah tenaga kerja, rupiah melemah pun bisa membawa masalah
sosial lain berupa melambungnya harga berbagai kebutuhan pokok. Untuk
diketahui, beragam kebutuhan pokok di Indonesia kebanyakan merupakan
komoditas impor yang diimpor dengan menggunakan mata uang asing, salah
satunya dollar Amerika. Melihat tren ekonomi Indonesia dalam satu tahun
terakhir, banyak pihak di jajaran pemerintahan jelas punya pekerjaan rumah
yang bertumpuk. Jangan sampai kejadian krisis moneter yang membawa
kerusuhan besar di tahun 1998 terulang kembali. Para pengamat ekonomi
mengatakan, jika Dollar Amerika dalam beberapa pekan ke depan tembus di
atas 15 ribu maka akan terjadi market shock atau kepanikan besar-besaran.

KESIMPULAN

Faktor- faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia


terhadap dolar Amerika Serikat. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dibagi menjadi dua,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor- faktor internal terdiri
dari perekonomian Indonesia yang kerang mapan, pelarian modal kembali ke luar
negeri (Capital Flight), ketidakstabilan politik- ekonomi di Indonesia, dan kultur
bangsa yang cenderung konsumtif dan boros. Sedangkan faktor eksternal berupa
keadaan ekonomi Amerika Serikat yang baik dan Rencana kenaikan suku bunga Bank
Sentral Amerika The Fed 2015.

Anda mungkin juga menyukai