Anda di halaman 1dari 6

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

1. PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi khususnya dalam bidangkomunikasi memperlancar


hubungan intercultural dan modernisasi.Hubungan intercultural masyarakat dan antar bangsa akan
menciptakanproses Akulturasi,baik dalam bentuk “Akulturasi Integrasi maupun Akulturasi
Dominasi.PadaAkulturasi Integrasi masyarakat mampu menyerap unsur unsur asing untuk
memperkokoh Budaya setempat dan mengembangkan jati dirinya ,sedangkan pada Akulturasi
dominasiaspek budaya asing yang dominan akan merugikan identitas budaya lokal. ”A lessextreme
acculturation “ akan memberi peluang“local genius” meng-akomodasikan unsur unsurbudaya dari
luar dan selanjutnya mengintegrasikan kedalam budaya etnik. (AyatRohaedi-1986:pp.29-31)

Untuk menghadapi tantangan tersebut banyak Negara yang memilih mengikuti arus
gelombang modernisasi dengan tetap berusaha untuk tidak meninggalkan jati diri dan akar
budayanya. Dalam usaha ini beberapa Negara Asia Tenggara, antara lain Indonesia mencoba
memperhatikan lagi warisan Budaya, potensi lokal dan sejarahnya, antara lain menyegarkan kembali
Vitalitas Arsitektur Vernakular.

2. ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA


 Peran Dan Makna

Indonesia merupakan komplek kepulauan terbesar didunia dengan Budaya


Pluralistik yang memiliki beragam sistem budaya etnik dan memiliki wilayah budaya dengan
bermacam macam manifestasi kebudayaan. Warga masing masing budaya etnik menyerap sebagian
besar bagian bagian budaya itu sehingga membentuk kepribadian atau “jati diri”. Selain daripada itu
keaneka ragaman Budaya Indonesia yang pluralistik tersebut akan memberikan sumbangan yang
besar pada wajah variasi inovasi Arsitektur Vernakularnya.

Arsitektur dibangun untuk mampu menjawab kebutuhan Manusia dan


mengangkat derajad hidupnya menjadi lebih baik ,sehingga tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan Kebudayaan. Arsitektur itu sendiri adalah buah daripada Budaya (Mario Salvadori/
Ruskin -1974:12). Kebudayaan pada hakekatnya adalah manifestasi kepribadian masyarakat yang
tercermin antara lain pada wadah aktivitas yang berwujud Arsitektur. Kebudayaan Indonesia sendiri
bukan sesuatu yang padu dan bulat,tetapi tersusun dari berbagai rona elemen Budaya yang
bervariasi, yang satu berbeda dengan yang lain karena perjalanan sejarahnya yang berbeda.
Perjalanan sejarah Indonesia yang panjang membentuk system kebudayaan yang berlapis lapis.
Empat lapis Kebudayaan Indonesia terdiri atas :
- Kebudayaan Indonesia asli
- Kebudayaan India
- Kebudayaan Arab-Islam dan
- Kebudayaan modern Eropa-Amerika.
 Vernakularisme, Tradisi, dan Jati diri

Arsitektur Vernakular yang tumbuh dari arsitektur rakyat dan berkembang melewati
tahap tahap konfigurasi lapis lapis kebudayaan dalam pejalanan sejarahnya mengalami banyak
tekanan tekanan, baik pada kondisi internal maupun external. Kekuatan external antara lain dari
masyarakat industri Barat yang menebarkan potensi teknologi modern, bahan bangunan modern.
Dilain pihak masyarakat telah memiliki tradisi budaya regional yang kuat yang telah diakui
masyarakatnya selama puluhan tahun

Faktor faktor yang mempengaruhi banyak arsitek untuk mengadopsi vernakularisme


adalah keinginan untuk menciptakan lagi hubungan dengan karakter dasar hakekat bangunan,
pewarisan kebudayaan dan Jati Diri. Potensi Jati diri mulai dicari kembali atau dicoba untuk
ditemukan untuk mengurangi dampak tekanan internal dan external termasuk kejenuhan yang
ditimbulkan oleh arsitektur modern dan internasionalisme. Peran arsitektur Vernakular menjadi
makin penting karena arsitektur ini merupakan bagian dari jejak sejarah yang merekam gaya hidup
dan warisan Budaya masyarakatnya. (David Pearson-1994:95-99)

Tradisi bukan sekedar adat atau kegemaran dan juga bukan suatu gaya sekejap yang
mengisi suatu periode waktu saja, tetapi sesuatu yang menerus, menyeluruh dan elemen utamanya
adalah AGAMA. (Seyyed Hossein Nasr-1973:9-10). Meskipun diakui bahwa kemajuan teknologi
mampu menciptakan Modernisasi namun Tradisi dan Modernitas merupakan dua sisi mata uang,
dimana keduanya perlu dibaca karena ikut menentukan nilai perubahan itu. Dalam hal ini Tradisi
berperan sebagai benteng menghadapi derasnya arus perubahan karena adanya modernisasi
tersebut. Arus perubahan tersebut akan berdampak pada kebudayaan.

Arsitek Indonesia perlu berusaha mengurangi secara konseptual tiruan tiruan yang
lemah dari gaya Internasional dan membantu memperkuat usaha menuju Arsitektur Indonesia
Modern yang masih memiliki identitas Nasional.

3. SIMPULAN

Manusia kini hidup dalam dunia yang terasa makin kecil karena kemajuan ilmu dan
teknologi. Arsitektur menjadi hanya sebagai bagian kecil dari suatu panorama yang luas, sebagai
media,mode dan jawaban aspirasi. Indonesia sebagai bagian wilayah Asia telah meningkat
kesadarannya tentang pentingnya suatu Arsitektur yang menjadi milik Bangsa sendiri. Suatu
Arsitektur yang memiliki ciri khas Bangsanya, otentik dan berjati diri, tidak latah oleh pengaruh
globalisasi dan modernisasi. Sebagai suatu negara yang memiliki budaya daerah yang kaya, warisan
dan jejak sejarah yang panjang tentu tidak ingin begitu saja larut dalam kelatahan . Arsitektur
Indonesia ingin tetap eksis dalam arus globalisasi yang melanda dunia. Budaya, tradisi,
vernakularnya adalah cukup potensial untuk dapat dikembangkan guna menanggulangi pengaruh
negatip dari luar. Dalam hal ini nilai vernakular dan tradisional memberikan daya tarik dan selera
penting buat masyarakat sejalan dengan hubungan harmonis terhadap lingkungan setempat dan
tidak harus larut dengan pengaruh arsitektur Barat yang terlalu berorientasi effisiensi maksimum
pada penampilan fisiknya.
Arsitektur Vernakular Indonesia memberikan sumbangan yang penting bagi
pertumbuhan arsitektur di Indonesia dan jejak jejak warisan Budayanya sehingga diharapkan
Arsitektur Indonesia tetap eksis dalam evolusinya dengan tetap memiliki jati diri.
Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi
Empat Tunjungan Surabaya

1. PENDAHULUAN

Pada umumnya tempat tinggal sering dipandang hanya sebagai bentuk fisik
sebuahbangunan rumah yang mudah dikenali dan diidentifikasi. Hal ini membuktikan bahwa tempat
tinggal hanya difungsikan sebagai tempat berlindung atau melindungi diri sehari-hari, mengingat
bahwa kondisi alam tidak selamanya menguntungkan. Tempat tinggal juga merupakan sarana bagi
manusia dalam menciptakan tatanan hidup kemasyarakatan. Hal ini mencerminkan bahwa tempat
tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup
manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat

Namun dengan bertambahnya jumlah penduduk urbanisasi khususnya pada daerah


pusat kota, dan semakin maraknya kegiatan perekonomian mendorong timbulnya peningkatan.
kebutuhan lahan permukiman. Contohnya seperti pada kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya
Pada kawasan ini telah berkembang kampung – kampung di tengah kota yang merupakan salah satu
dampak yang tidak dapat dihindarkan lagi. Permasalahan yang terjadi pada permukiman kampung
di tengah kota ini adalah penurunan kualitas lingkungan, tidak ada ruang terbuka hijau ± 90% telah
terbangun, dan berbagai dampak masalah lainnya sehingga kawasan ini dinilai tidak layak huni .
Dengan berbagai masalah yang ada dalam kawasan ini, tentu perlu dilakukan strategi khusus yaitu
peremajaan kampung dengan pembangunan suatu tempat yang dapat dihuni secara massal untuk
para pendatang tersebut, yakni dengan pembangunan rumah susun. Demi terciptanya suatu tatanan
perkotaan dan penduduk kota yang ideal, sehat, aman, serasi, dan teratur, serta memberi peluang
besar terhadap calon penghuni dan sekitar secara berkelanjutan, maka penerapan konsep arsitektur
hijau digunakan sebagai pendekatan desain, maka penerapan konsep arsitektur hijau digunakan
sebagai pendekatan desain.

Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mewujudkan
arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai keseimbangan di dalam sistem
interaksi manusia dengan lingkungan. Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi
sumber daya alam serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan
langkah untuk merealisasikan kehidupan manusia yang berkelanjutan.
2. METODE DESAIN DAN KONSEP DESAIN

A. Metode Desain

Metode desain yang digunakan adalah metode Generating Architectural Concept


and Idea yang kemudian akan dikembangkan selama proses desain dan menghasilkan desain yang
skematik. Metode ini berisi urutan tahapan merancang melalui pengumpulan data-data yang
mendukung yaitu seputar site, issue, dan kependudukan. Urutan tahapan pada metode ini adalah:

1. Site Anlysis
Yang harus dilakukan pada tahap ini adalah menganalisa site dengan cara menemukan
potensi, kondisi lingkungan, serta permasalahan yang terdapat pada site.

2. Solution
Pada langkah ini yaitu menemukan sebuah jawaban spesifik atau sebuah jalan untuk
menjawab permasalahan yang terdapat pada site tadi.

3. Demographic Studies
Pada tahap ini yaitu melakukan analisa mengenai kependudukan kampung Segi Empat
Tunjungan saat ini.

4. Idea + Solution
Tahap ini merupakan gabungan antara ide dan solusi dari permasalahan yang ada. Untuk
menghasilkan desain yang sesuai dengan data yang diperoleh, maka pada tahap ini perlu
dilakukan beberapa langkah lagi (Gambar 5). Berikut adalah urutan dari langkah tersebut:
- Membuat konsep sederhana
- Memecahan issue yang telah diangkat
- Menggunakan landasan teori berupa preseden
- Menggabungkan antara issue yang telah diangkat dengan didukung dengan landasan
Teori yang digunakan.

B. Konsep Desain

Penerapan arsitektur hijau mencakup beberapa aspek, antara lain:

- Ramah Lingkungan
Pada dasarnya, penerapan konsep ramah lingkungan ini menerapkan konsep arsitektur
hemat energy, banyak memanfaatkan pengudaraan dan pencahayaan alami.

- Berkelanjutan
Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi
mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

- Sehat
Pemanfaatan desain yang mempertimbangkan kesehatan lingkungan, kehidupan sekitar
serta efek positif untuk kehidupan.

- Iklim
Penerapan konsep yang mempertimbangkan iklim yang sesuai. Contohnya penggunaan
konsep penghijauan yang sangat cocok untuk iklim tropis.
- Kegunaan estetik
Penggunaan konsep desain yang tidak hanya mempertimbangkan keestetikaannya saja,
tetapi juga kegunaan dan efek pada lingkungan.

3. EKSPORASI HASIL PERANCANGAN

Timbulnya permasalahan pada permukiman ini perlu adanya strategi khusus untuk
perancangan, yaitu strategi landscaping dan pengoptimalkan pencahayaan dan penghawaan alami
pada desain bangunan rumah susun ini.

Pada dasarnya permukiman Segi Empat Tunjungan ini sangat minim dengan ruang
terbuka hijau (± 90% telah terbangun), maka sebisa mungkin mengoptimalkan RTH (ruang terbuka
hijau) baik di luar, maupun di dalam ruangan. Langkah yang diambil sebagai pengoptimalan RTH,
yaitu dengan memanfaatkan atap bangunan sebagai RTH. Green roof digunakan sebagai
penyelesaian atap bangunan. Green roof sendiri merupakan sebuah teknologi baru yang dapat
membantu masyarakat mengurangi efek panas perkotaan.

Pengoptimalan RTH dalam ruangan dilakukan pada tiap lantai bangunan rusun,
dimana di tiap sisi koridor terdapat ruangan yang dijadikan RTH. Pada RTH dalam ruangan ini
menggunakan tanaman jenis tertentu yaitu tanaman yang tidak mudah kering dan bisa hidup di
dalam ruangan, sehingga mudah merawatnya. Pencahayaan dan penghawaan alami pada bangunan
rusun ini yaitu dengan penggunaan roster pada dinding koridor. Dengan demikian dapat menghemat
energy karena angin dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang-lubang roster. Selain itu pada
unit kamar rusun, sebisa mungkin meletakkan banyak bukaan seperti jendela atau kisi-kisi pada
ruangan.

4. KESIMPULAN

Pemilihan arsitektur hijau sebagai pendekatan desain hunian susun ini, bertujuan
demi terciptanya suatu tatanan perkotaan dan penduduk kota yang ideal, sehat, aman, serasi, dan
teratur, serta memberi peluang besar terhadap calon penghuni dan sekitar secara berkelanjutan. Ide
– ide yang telah diterapkan dalam perancangan hunian susun ini, yaitu pengoptimalan RTH baik di
dalam maupun di luar bangunan.

Di dalam bangunan menggunakan green roof sebagai penyelesaian atap dan


peletakan RTH di tiap lantai bangunan sehingga menyelesaikan permasalahan sebelumnya, yaitu
minimnya RTH. Selain itu penggunaan roster pada tiap koridor dan pengoptimalan bukaan dan kisi-
kisi pada ruang kamar. Dengan ini banyak manfaat yang didapatkan calon penghuni maupun
lingkungan sekitar karena arsitektur hijau merupakan arsitektur yang minim mengonsumsi sumber
daya alam serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
NAMA :
SOFAN MARTIN GULO

NPM
140320014

DOSEN PEMBIMBING
EMMY RIA ARITONANG, S.T,M.T

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
T.A 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai