KANCING GENETIKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Konsep Dasar IPA
Dosen Pengampu: Sri Hartati S.Pd, M.Pd
Oleh:
Putri Rahmaningsih (1401413015)
Guntur Adi (1401413404)
Linda Zarza (1401413441)
Ratna Setyaningsih (1401413491)
Kelompok 5
Rombel 12
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui latar belakang teori hukum Mendel.
1.3.2 Untuk mengetahui hukum Mendel I.
1.3.3 Untuk mengetahui hukum Mendel II.
1.3.4 Untuk mengetahui aplikasi dari hukum Mendel.
1.3.5 Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan hukum mendel.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Hukum Mendel I
Hukum segregasi bebas (hukum pertama Mendel) menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel
akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya.
Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan misalnya ww dan satu dari
tetua betina misalnya RR.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB , alel dominan S atau
B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang
tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.
Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Dia menyatakan
bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari)
dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut
plasma pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciri-ciri yang akan muncul pada
keturunan. Sekarang, konsep ini disebut Hukum Mendel Pertama-Hukum Pemisahan.
Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang
dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk “jenis murni” dengan ciri dominan mempunyai
sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada
keturunannya. Induk “jenis murni” dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen
terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka
keturunan generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan
menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri
menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat
mengandung satu gen dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh karenanya, ada empat
kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan
tumbuhan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan
dengan ciri terpendam.
4
2.3 Hukum Mendel II
Hukum kedua Mendel atau hukum asortasi bebas menyatakan bahwa bila dua
individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat
yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan
e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling mempengaruhi.
Contoh: induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna
putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah).
Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk
jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe
wR). Selanjutnya, persilang-an/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk
indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada
sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2).
Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada
papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini
perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna
putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih adalah
3:1.
Kalau contoh tersebut merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat dominan
(berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat
dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan
disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal
sebagai dihibrid, dan seterusnya.Sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan
coklat dengan genotipe BB).Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara
gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Kombinasi
gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama).
Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan
F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang
terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut:
pendek (jika 6 genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam
warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
5
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk
buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.
t Tt (Tinggi) .3 tt (pendek) .4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk
faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki
fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan
penuh adalah :
6
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 :
1
2.4.1.2 Persilangan Monohibrid Intermediet
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai fenotipe
diantara kedua induknya. Perhatikan contoh: Tanaman Antihinum majus galur Murni merah
(MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1
yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih
dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut:
Tanaman Tanaman
P1 ><
berbunga merah berbunga putih
Genotipe MM >< mm
Gamet M dan M m dan m
Fenotipe : berbunga merah
F1 Mm
muda
Mm (merah
P2 >< Mm (merah muda)
muda)
Gamet M dan m >< M dan m
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :
Gamet
M m
Gamet
MM
M Mm (merah muda) 2
(Merah) 1
m Mm (merah muda) 3 mm (putih) 4
Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :
merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm :
m=
1 :2:1
7
Persilangan tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji
dan warna biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah
Kacang ercis berbiji bulat Kacang ercis berbiji keriput
P1 ><
warna kuning warna hijau
Genotipe BBKK >< bbkk
Gamet BK dan BK >< bk dan bk
Fenotipe : berbiji bulat warna
F1 BbKk
kuning
P2 BbKk >< BbKk
Gamet BK,Bk,bK,bk >< BK,Bk,bK,bk
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb :
Gamet
F2 : BK Bk bK Bk
Gamet
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12
Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 bbkk 16
Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung
K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2. bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14
3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15
4. keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :
8
Kemungkinan
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
ke-
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput kuning
8 12, 15 bbKk Keriput kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
Perbandingan Genotipe nya:
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial (jengger), antara lain:
jengger berbentuk ercis atau biji (pea) dengan genotip rrP-; jengger dengan belah atau
tunggal (single) dengan genotip rrpp, jengger berbentuk mawar atau gerigi (rose)
dengan genotip Rpp, dan jengger berbentuk sumpel (walnut), dengan genotip R-P-.
Perhatikan Gambar 5.4.
9
Pada persilangan ayam berpial rose (mawar) dengan ayam berpial pea (biji), semua
keturunan F1nya berpial walnut (sumpel). Agar lebih memahaminya, perhatikanlah
diagram persilangan berikut.
Dari persilangan ayam berpial rose dan pea, dihasilkan fenotip baru yaitu walnut atau
sumpel. Apa yang menyebabkan terbentuknya pial walnut? Pial walnut muncul
karena interaksi 2 pasang alel (gen) yang dominan. Sementara itu, persilangan antara
sesama ayam berpial walnut dihasilkan 4 macam pial yaitu walnut, rose, pea, dan 1
pial yang baru yaitu single dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi
karena adanya 2 pasang alel (gen) yang resesif.
10
2.5.2 Polimeri
11
Rasio fenotip F2 adalah 15 merah : 1 putih
Dari hasil keturunan pada diagram di atas, banyaknya jumlah faktor M
memengaruhi warna bijinya. Semakin banyak faktor M yang ada, warnanya semakin
tua atau semakin gelap.
Kapankah peristiwa polimeri dapat terjadi? Peristiwa ini terjadi pada pewarisan,
warna kulit manusia. Warna kulit disebabkan oleh zat warna kulit (pigmen). Jika
faktor pigmen kulit manusia dilambangkan dengan P, genotip orang berkulit putih
p1p1 p2p2 p3p3.
Apabila pria kulit putih menikah dengan wanita kulit hitam (negro), maka
keturunan F1 akan mempunyai kulit mulad (coklat sawo matang), yang berfenotip
P1p1P2p2P3p3. Derajat kehitaman kulit bergantung pada banyaknya faktor pigmen P.
2.5.3 Kriptomeri
Kriptos (Yunani) berarti tersembunyi, sehingga kriptomeri dikatakan sebagai gen
dominan yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan akan tampak
pengaruhnya apabila bersama-sama dengan gen dominan yang lainnya. Peristiwa
kriptomeri ini pertama kali ditemukan oleh Correns (Tahun 1912) setelah
menyilangkan bunga Linaria marocanna berwarna merah (Aabb), dengan bunga
Linaria maroccana berwarna putih (aaBB). Keturunan F1nya adalah bunga berwarna
ungu (AaBb) yang berbeda dengan warna dari bunga kedua induknya (yaitu merah
dan putih). Rasio fenotip F2nya adalah 9 ungu: 3 merah: 4 putih.
Lantas dari manakah warna ungu tersebut timbul? Dari hasil penelitian plasma
sel, ternyata warna merah disebabkan oleh adanya pigmen antosianin dalam
12
lingkungan asam. Dalam lingkungan basa, pigmen ini akan memberikan warna ungu.
Jika di dalam plasma tidak terdapat pigmen antosianin, baik di dalam lingkungan
asam atau basa, maka akan terbentuk warna putih. Faktor A, apabila mengandung
pigmen antosianin dalam plasma sel dan faktor a jika tidak ada antosianin dalam
plasma sel. Faktor B, apabila kondisi basa dan b dalam kondisi asam.
Sifat A dominan terhadap a dan sifat B dominan terhadap sifat b. Oleh karena itu,
tanaman yang berbunga merah disimbolkan dengan Aabb atau AAbb, sedangkan
tanaman yang berbunga putih disimbolkan dengan aaBB atau aabb.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa bunga merah memiliki antosianin
di mana dalam lingkungan plasma sel bersifat asam. Sedangkan bunga putih tidak
memiliki antosianin di mana lingkungan plasma sel bersifat basa. Apabila kedua
tanaman tersebut saling disilangkan, dapat dilihat pada diagram berikut.
13
2.5.4 Epistasis - Hipostasis
Kalian tentunya masih ingat tentang istilah epikotil (epi = di atas) dan hipokotil
(hipo = di bawah) bukan? Istilah tersebut dapat dianalogkan dengan epistasis dan
hipostasis. Dalam hal ini, epistasis adalah sebuah atau sepasang gen yang menutupi
atau mengalahkan ekspresi gen lain yang tidak selokus (sealel). Bagaimana dengan
Hipostasis? Hipostasis adalah gen yang tertutupi oleh sebuah atau sepasang gen lain
yang tidak selokus (yang bukan alelnya).
Epistasis dibedakan menjadi tiga, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif, dan
epistasis dominan resesif. Nah, agar kalian lebih memahami perbedaannya,
perhatikanlah contoh berikut.
1) Epistasis Dominan
Epistasis dominan terjadi pada persilangan umbi lapis bawang berwarna
merah dengan umbi berwarna kuning. Gen A menyebabkan umbi berwarna
merah dan gen B menyebabkan umbi berwarna kuning. Persilangan tersebut
dapat dilihat di bawah ini.
14
B (menentukan warna hitam), gen b (menentukan warna coklat), gen E
(menentukan keluarnya warna), dan gen e (menghambat keluarnya warna).
Peristiwa persilangannya dapat dilihat sebagai berikut.
15
mata ungu, gen S merupakan gen non-suspensor, dan s merupakan gen suspensor.
Berikut ini peristiwa persilangannya.
16
Dalam hal ini, gen T dan gen B tidak akan menunjukkan sifat normal apabila
kedua gen tersebut tidak terdapat bersama-sama dalam satu genotip. Dengan
demikian, jika hanya terdapat gen T tanpa gen B, atau jika hanya terdapat gen B tanpa
gen T maka akan tetap memunculkan sifat bisu tuli. Rasio fenotip F2 yang dihasilkan
adalah 9 Normal : 7 bisu tuli.
17
2.5.8 Atavisme
Sebelum mengetahui tentang peristiwa atavisme, cobalah ingat kembali tentang
interaksi gen pada pial ayam. Pial walnut dihasilkan dari persilangan ayam berpial
rose dan pea. Pial pea dikatakan menghilang dan muncul sifat di luar induknya.
Setelah ayam berpial walnut disilangkan sesamanya, dihasilkan 4 macam pial yaitu
rose, pea, walnut, dan single. Pada peristiwa ini, pial rose dan pea muncul kembali
setelah menghilang pada keturunan pertama. Nah, oleh Charles Darwin, peristiwa
munculnya kembali sifat keturunan pada generasi berikutnya setelah sempat
menghilang ini disebut atavisme.
Atavisme juga terjadi pada burung merpati (Columba livia) India. Hasil
perkawinan antara sesama merpati berekor seperti kipas, akan menghasilkan merpati
berekor lurus. Merpati berekor seperti kipas muncul kembali setelah perkawinan
antara sesama merpati berekor lurus.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Gregor Johann Mendel adalah tokoh yang lahir di Hyncice, Autria yang berperan
penting dalam ilmu Biologi, khususnya tentang hereditas dan telah dikenal diseluruh dunia
dengan Hukum Mendel nya. Hukum segregasi bebas (hukum pertama Mendel) menyatakan
bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.
Sedangkan hukum asortasi bebas ( hukum Mendel II ) menyatakan bahwa bila dua individu
mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas,
tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang
berbeda tidak saling mempengaruhi.
3.2 Saran
Sebagai calon guru Sekolah Dasar tidak ada salahnya mempelajari Hukum Mendel
karena aplikasi dari Hukum Mendel dapat diterapkan dalam kehidupan. Oleh krena itu kita
harus memahami dengan baik mengenai Hukum Mendel.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://sandrapuspitaningrum.blogspot.com/2013/11/makalah-biologi-hukum-mendel.html(
diunduh pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 10.41 )
http://elvizulianisehatidotcom.wordpress.com/2011/05/26/teori-hukum-mendel/ (diunduh
pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 20.08 )
http://www.pintarbiologi.com/2014/11/penyimpangan-semu-hukum-mendel.html/
(diunduh pada tanggal 3 Oktober 2015)
20