Anda di halaman 1dari 25

Panduan Praktikum

Pemeriksaan Fisik Sistem Gastrointestinal

Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang
2017
0
PENGKAJIAN ABDOMEN

Pengkajian abdomen terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah history taking atau
biasa disebut anamnese. History taking pada pengkajian abdomen adalah keluhan-
keluhan klien yang terkait dengan gangguan abdomen, riwayat tentang penyakit
sebelumnya, riwayat keluarga, gaya hidup.
Untuk mengkaji keluhan klien tanyakan tentang karakter, onset, lokasi, durasi, severity,
pola, keluhan lain yang menyertai.
1. Karakter : Minta klien mendeskripsikan tanda dan gejala yang di rasakan.
Apa yang dirasakan klien, bagaimana bunyi, bau?
2. Onset : Kapan keluhan mulai dirasakan?
3. Lokasi : Dimana keluhan dirasakan? Menyebar kemana?
4. Durasi : Berapa lama dirasakan? Kapan keluhan kambuh kembali?
5. Severity : Apakah keluhan terasa semakin parah?
6. Pola : Apa yang dapat membuat keluhan berkurang atau bertambah
parah ?
7. Keluhan lain : adakah keluhan lain yang menyertai?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mengkaji keluhan pada abdomen.
Keluhan yang sering dikatakan oleh klien adalah nyeri, pyrosis (nyeri terbakar di
esofagus menjalar ke sternum) , mual dan muntah, obstipasi, atau diare. Nyeri organ
viseral dimanifestasikan sesuai dengan lokasi dan jalur saraf otonom yang
mempersarafinya, sehingga nyeri viseral biasa dirasakan menyebar oleh pasien bahkan
nyeri dapat berpindah sesuai perkembangan penyakit klien. Berikut ini gambaran nyeri
yang dirasa kan pada gangguan abdomen :

1
Karakteristik nyeri abdomen dan implikasinya :

Karakter Nyeri Implikasi


Tumpul Appendisitis, hepatitis akut, kolik bilier, kolesistitis, cystitis,
dispepsia, glomerulonefritis, hernia, sindrom iritasi bowel,
kanker hepatoseluler, pankreatitis, kanker pankreas, perforasi
gaster atau ulkus duodenum, peritonitis, ulkus peptikum,
prostatitis
Seperti terbakar Dispepsia, ulkus peptikum, kram, gastritis akut, obstruksi
mekanik akut, appendiksitis, kolitis, divertikulitis, GERD
(Gastro Esofagal Refluks Diseases)
Seperti ada tekanan BPH, Kanker prostate, Prostatitis, retensi urin
Seperti kolik Kanker kolon
Tajam Abses atau rupture organ dalam, kolik renal, tumor renal, kolik
ureter,
Variasi tumpul, Kanker usus
tajam, terbakar

 Pirosis biasanya dikeluhkan oleh klien sebagai nyeri dada (heartburn), ini
merupakan manifestasi gastritis kronik atau akut, GERD, ulkus peptikum, dan
stomach cancer.
 Mual merupakan manistasi disfungsi gaster, gangguan pada hati, pancreas, gagal
ginjal, intoleransi obat. Mual juga dapat dicetuskan oleh intoleransi makanan,
kondisi psikologi, atau menstruasi, mual dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu
pada orang hamil.
 Muntah merupakan refleksi kerusakan motilitas gaster atau gangguan pada
mekanisme reflek. Karakter cairan yang dikeluarkan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi yang mengalami gangguan, seperti pada klien dengan
varises esophagus akan memuntahkan darah berwarna merah segar.
 Pada klien yang mengalami penurunan kesadaran harus diperhatikan resiko
aspirasi. Penurunan nafsu makan merupakan keluhan umum pada klien yang
mengalami gangguan pencernaan, kanker, gangguan psikologi.

Gangguan eliminasi bowel berhubungan dengan pola dan konsistensi BAB. Pada klien
konstipasi pola BAB menjadi lebih jarang dan konstipasi menjadi lebih padat. Pada diare,
BAB lebih sering dengan konsistensi lebih cair. Pada klien dengan diare perlu ditanyakan
apakah ada darah atau lendir pada BAB, warna feses, tanda gejala lain yang
mengindikasikan gangguan yang dialami.

Riwayat kesehatan ditanyakan untuk mengetahui gangguan abdomen yang dialami


sebelumnya, penyakit infeksi menular seperti hepatitis, pengalaman operasi atau trauma
pada abdomen, obat-obatan yang sering dikonsumsi klien. Data riwayat penyakit

2
keluarga terkait dengan penyakit yang dapat diturunkan secara genetik atau yang dapat
menjadi faktor risiko dapat ditambahkan dalam pengkajian.

Gaya hidup dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, pengkajian gaya hidup
meliputi konsumsi alkohol, jenis makanan dan minuman (yang disukai atau yang menjadi
pantangan). Pola olah raga dapat mempengaruhi kondisi sistemik seperti peningkatan
peristaltik usus. Stress juga dapat menyebabkan gangguan pada gaster, penurunan berat
badan, penggunaan obat yang berlebihan.

Pengkajian Fisik :
Bagian kedua dari pengkajian abdomen adalah pengkajian fisik pada abdominal dengan
memperhatikan susunan anatomis pada abdomen. Berikut ini gambaran pembagian
kuadran pada daerah abdomen sebagai dasar melakukan pengkajian fisik abdomen.

3
A. Persiapan klien
1. Minta klien untuk mengosongkan kandung kemih
2. Minta klien untuk mengganti pakaian periksa
3. Minta klien untuk terbaring dengan posisi supine, posisikan tangan pada tepi tempat
tidur atau menyilang di atas dada
4. Berikan bantal tipis pada kepala

4
5. Posisikan kaki sedikit fleksi dan berikan bantalan untuk merilekskan otot abdomen
6. Berikan penutup pada bagian yang tidak dilakukan pengkajian
7. Minta klien untuk nafas dalam untuk meningkatkan relaksasi
8. Kaji adanya respon nyeri pada akhir pengkajian
9. Hangatkan tangan sebelum menyentuh klien

B. Persiapan alat
1. Bantal kecil atau gulungan selimut
2. Penggaris
3. Stetoskop
4. Bolpoin

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Observasi dan inspeksi kulit secara ukuran, bentuk, kesimetrisan, pergerakan dan
kondisi permukaan kulit abdomen
2. Auskultasi dilakukan setelah inspeksi dan sebelum perkusi dan palpasi
3. Guideline untuk melakukan palpasi
a. Hindari mempalpasi area yang nyeri (Ingat tanyakan dahulu respon pasien
b. Lakukan palpasi dangkal sebelum palpasi dalam untuk mengetahui adanya
nyeri atau massa pada superficial

c. Hati-hati dalam mengkaji beberapa organ normal dapat terasa nyeri saat
palpasi, seperti : area xipoid, liver, aorta, sekum yang terisi udara, kolon
sigmoid, dan ovarium
d. Jika pasien terasa geli, minta klien untuk melakukan palpasi sendiri, letakkan
tangan perawat diatas tangan klien, selanjutnya lakukan palpasi

5
4. Panduan untuk melakukan auskultasi
a. Gunakan diafragma stetoskop, usap pada tangan agar diafragma tidak terasa
dingin
b. Tempelkan pelan pada permukaan abdomen sesuai indikasi pemeriksaan
c. Mulai pengkajian dari RLQ (Right Lower Quadrant), gerakkan sesuai gerakan
jarum jam
d. Dengarkan selama 5 menit (1 menit tiap kuadran), dengarkan dengan seksama
berkurangnya atau hilang bunyi bising usus (bunyi usus setiap 5-15 detik atau
dapat disamakan dengan satu bunyi usus).

D. Prosedur pemeriksaan
a. Inspeksi

6
 Observasi warna kulit
Hasil : kulit bagian abdomen lebih terang dari pada kulit pada ekstremitas.

 Observasi vaskularisasi kulit


Hasil : adanya gambaran vena pada dinding abdomen. Pembuluh darah di atas
umbilicus mengarah ke kepala dan pembuluh darah di bawah umbilicus
mengarah ke kaki.

 Observasi striae
Hasil : strie dapat berwarna putih keabuan. Strie putih dapat teramati pada
klien setelah hamil atau klien yang mengalami penurunan berat badan.

7
 Inspeksi adanya skar, tanyakan riwayat skar dan ukur panjang skar, catat
lokasi skar
Hasil : pucat, halus, sedikit menonjol diatas kulit. Skar dapat menggambarkan
adanya perlekatan internal.

 Observasi adanya lesi dan kemerahan


Hasil : tidak ada lesi atau kemerahan. Adanya warna sedikit gelap pada kulit
abdomen biasa dan normal ada.
 Inspeksi umbilicus
* Catat warna kulit pada area umbilicus
* Observasi lokasi umbilicus
* Kaji kontur umbilicus
8
Hasil : umbilicus normal berwarna sama atau lebih gelap dari kulit sekitar,
terdapat ditengah garis tubuh, kedalaman, datar, atau menonjol tidak lebih dari
setengah sentimeter.

 Inspeksi kontur, simetrisitis, gerakan abdomen


* Kontur dilihat dengan sejajar antara mata, abdomen pada posisi klien
terlentang
* Kesimetrisan dikaji pada abdomen yang rileks
* Untuk mengamati adanya hernia minta klien untuk mengangkat kepala

Hasil: kontur abdomen normal adalah rounded atau datar (flat). Asimetris
dapat teramati dari adanya pembesaran organ atau adanya massa tambahan
pada abdomen. Inspeksi gerakan abdomen saat klien bernafas, amati juga
adanya pulsasi aortic, adanya peristaltik usus. Pada orang yang sangat kurus
pulsasi aorta dan peristaltik dapat diamati.

9
b. Auskultasi
 Auskultasi bunyi usus sesuai dengan petunjuk auskultasi, catat intensitas,
frekuensi BU

Hasil : suara interminten lembut dan gurgle terdengar rata – rata 5 – 30 kali
permenit. Bunyi gurgle yang panjang terdengar normal. Borborygmi adalah
suara bunyi usus yang hiperaktif.
 Auskultasi vaskuler dan friction rub. Gunakan bell pada stetoskop untuk
mendengarkan bunyi vaskuler.

10
Hasil : bruits normal terdengar pada aorta abdominal, ginjal, iliaka, atau arteri
femoral.

 Auskultasi friction rub pada atas kanan iga dan kiri bawah untk mendengarkan
friction rub pada hepar dan limpa
Hasil : venous hum normal terdengar pada area epigastrik dan umbilical.
Normal tidak ada friction rub pada limpa dan hepar.

11
c. Perkusi

 Perkusi usus dilakukan pada semua kuadran. Lakukan perkusi sesuai dengan
arah jarum jam atau keatas kebawah.
Hasil : bunyi perkusi normal adalah timpani. Dullness pada hepar dan limpa
normal terdengar. Untuk mengetahui adanya asites dilakukan tes sifting
dullness.

12
 Perkusi hepar dilakukan untuk mengetahui ukuran hepar. Batas bawah
dilakukan dengan cara melakukan perkusi pada garis midklavikula (GMK)
RLQ, perhatikan pergantian suara timpani menjadi dullness. Batas atas diukur
dengan melakukan perkusi pada GMK perhatikan pergantian resonan menjadi
dullness. Beri tamda dan ulangi prosedur tersebut pada garis midsternal.
Hasil : ukuran normal antara batas atas dan bawah pada GMK 6 – 12 cm.
ukuran normal GMS 4 – 8 cm.
 Perkusi limpa dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran limpa. Lakukan
perkusi mulai bagian posterior garis mid aksila(GMA) pada interkoste 9 – 11.
Perhatikan pergantian resonan menjadi dullness. Cara lain adalah melakukan
perkusi pada interkoste 9 – 10 pada garis anterior aksila (GAA).
Hasil : normal dullness terdengar sepanjang 7 cm pada interkoste 10 pada
GMA. Sedangkan pada GAA normal berbunyi resonan

 Perkusi tumpul dilakukan untuk mengetahui adanya nyeri pada organ yang
sukar dipalpasi. perkusi tumpul pada hati dilakukan pada posisi duduk.
Letakkan tangan kiri pada bagian iga dan pukulkan kepalan tangan kanan diatas
tangan kiri. Perkusi tumpul ginjal dilakukan tindakan yang sama pada
costovertebre angle(CVA).

13
Hasil : normal tidak ada nyeri. Nyeri terjadi pada kasus inflamsi, kolesistisis,
renalkalkuli, pielinefritis, atau hidronefritis.

14
d. Palpasi
 Palpasi dangkal pada abdomen. Lakukan palpasi sesuai petunjuk palpasi. Mulai
palpasi pada area yang tidak nyeri tekan sedalam 1 cm pada seluruh kuadran
Hasil : normal tidak ada reflek guarding abdomen terasa lembut
 Palpasi dalam dilakukan untuk mendeteksi kondisi organ yang lebih dalam dan
adanya masa abnormal. Lakukan palpasi sedalam 5 – 6 cm
Hasil : normal tidak ada masa pada aorta, sekum, sigmoid, kolon, ovarium
 Palpasi umbilicus dan kulit sekitar.
Hasil : normal tidak ada massa, penonjolan, inflamasi
 Palpasi aorta gunakan ibu jari dan jari telunjuk gunakan dua tangan. Letakkan
pada area epigastrik dan geser kearah kiri garis tengah tubuh.
Hasil : normal teraba denyut aorta 2,5 – 3 cm kuat dan regular.

 Palpasi hepar ada 2 metode. Metode pertama dilakukan dengan mengangkat iga
bagian 11 – 12 dengan tangan kiri dan tangan kanan digunakan untuk palpasi
pada margin bawah kostae. Minta klien untuk tarik nafas kemudian lakukan
palpasi. Metode kedua lakukan dengan posisi pemeriksa sejajar abdomen dan
menghadap ke arah kaki klien letakkan tangan pada margin bawah coste dan
minta klien menarik nafas.
Hasil : normal hepar tidak teraba. Dapat teraba pada orang kurus bagian bawah
teraba lembut dan bagian tepi tajam.

 Palpasi limpa. Letakkan tangan kiri pada koste bagian posterior kiri. Letakkan
tangan kanan pada margin bawah koste kiri, minta klien menarik nafas tekan

15
tangan ke dalam keatas dan tangan kiri mengangkat bagian bawah. Cara lain
yang dapat digunakan adalah dengan meminta klien miring kanan lakukan
palpasi seperti diatas gerakkan tangan kanan kebawah.
Hasil : palpasi ginjal, limpa kadang teraba pada margin bawaah. Limpa teraba
lembut dan tidak ada nyeri.

 Palpasi ginjal, letakkan tangan kiri pada bagian bawah pinggang. Tangan kanan
RUQ dibawah margin kostea pada GMK. Minta klien menarik nafas tahan
sebentar, angkat bagian posterior dengan tangan kiri dan lakukan palpasi dengan
tangan kanan. Ulangi prosedur yang sama pada ginjal kiri.
Hasil : ginjal normal tidak teraba. Kadang dapat teraba ujung bawah ginjal
lembut dan bulat.

 Palpasi bladder. lakukan palpasi bila terdapat riwayat pada klien atau temuan
yang lain yang mengindikasikan palpasi. Mulai dari simpisis pubis keatas keluar
batas bladder.
Hasil : normal tidak teraba. Dapat teraba pada bladder yang distensi. Terasa
lembut dan bulat, dapat divalidasi dengan perkusi.

16
E. Tes asites
1. Sifting dullnesss test dilakukan dengan melakukan perkusi pada klien dengan
posisis terlentang. Perkusi dilakukan mulai bagian bawah menuju atas perhatikan
perubahan suara dullness menjadi timpani beri tanda. Selanjutnya klien diminta
miring lakukan prosedur yang sama.
Hasil : batas antara pergantian bunyi menunjukkan adanya akumulasi cairan. Cairan
cenderung berada dinawah dibanding udara.

17
2. Cara kedua untuk melakukan tes asites dengan fluid wave test. Minta tangan asisten
diletakkan digaris tengah abdomen dengan posisi lateral pada lunar. Letakkan satu
tangan pemeriksa pada satu sisi abdomen dan tangan yang lain untuk memberikan
hentakan pada sisi abdomen yang lain.
Hasil : normal tidak ada gelombang. Gelombang dirasakan oleh tangan pemeriksa.
Test ini kurang reliable sebaiknya dikonfirmasi dengan USG.

F. Bollotement test.
Dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pembesaran pada klien yang asites. Ada
dua teknik yaitu satu tangan dan bimanual. Satu tangan gunakan ujung jari, tekan
kearah dinding abdomen rasakan adanya masa yang mengembang. Bimanual letakkan

18
satu tangan pada bawah pinggang dan tangan lain menekan dari anterior dinding
abdomen.
Hasil : nomal tidak ada massa yang teraba. Klien asites biasanya merasakan adanya
organ yang mengembang dalam abdomen.

G. Tes untuk Appendiksitis.


1. Rebound tes dan Rovsing’s sign.
Nyeri perut dan terderness bisa dijadikan indikasi potensi iritasi. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara palpasi dengan sedikit tekanan pada bagian perut yang
terasa nyeri, dan lepaskan secara tiba–tiba. Perhatikan ekspresi klien terhadap
nyeri. Minta klien untuk menjelaskan lebih jauh apa yang dirasakan. Tekan juga
pada bagian perut lain kemudian lepaskan dan perhatikan dimana nyeri terjadi.
Hasil : tidak ada rebound tenderness. Klien dengan tenderness akan merasakan
nyeri tajam seperti ditikam pada perut yang ditekan. Kemungkinan bisa terjadi
peritonitis (akibat appendiksitis). Jika klien meraskan nyeri pada daerah lain perlu
dilakukan pengkajian tenderness. Dengan pertimbangan area tersebut sebagai
sumber nyeri.

19
 Palpasi dengan tekanan pada area L.L.Q
Hasil : normalnya tidak ada ditemukan nyeri. Nyeri muncul di R.L.Q selama
dilakukan pada area L.L.Q. Ini sebagai tanda positif rovsing’s sign. Ini sebagai
akibat appendik akut.

 Palpasi dengan tekanan di area L.L.Q dan lepaskan dengan cepat.


Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri. Nyeri muncul di RLQ selama terkena
dilakukan pada area LLQ, ini sebagai tanda positif
 Palpasi dengan tekanan di area LLQ dan lepaskan dengan cepat
Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri. Nyeri pada area RLQ selama tekanan
pada area LLQ sebagai tanda appendicitis.

20
2. Psoas sign
Angkat kaki klien dari panggul san letakkan tangan diatas paha bagian bawah.
Minta klien untuk menehan kaki selama diangkat dan tekan paha kearea bawah.
Hasil: normalnya tidak ditemukan nyeri perut. Nyeri pada area RLQ dikaitkan
dengan adanya iritasi pada otot iliopsoas sebagai tanda appendicitis

3. Obturator Sign
Sangga lutut dan engkel kanan klien. Lakukan fleksi paha kanan dan lutut dan
letakkan rotasi internal dan eksternal kaki.

21
Hasil : normalnya klien tidak merasa nyeri pada perut. Nyeri pada area RI.Q
sebagai tanda iritasi pada otot obturatori yang menunjukkan appendiksitis atau
perforasi appendik.

4. Hypersensitivity test
Tekanan perut dengan benda tajam atau dengan cubitan besar pada lipatan kulit
dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk. Setelah itu lepaskan dengan tiba –
tiba. Lakukan prosedur ini berkali – kali pada beberapa lapang dinding abdomen.

Hasil : normalnya klien tidak merasa nyeri perut dan sensasi yang berlebihan.
Nyeri dan sensasi berlebihan dirasakan sebagai tanda positif hypersensitivity test.
Kulit sebagai indikator appendicitis peritonitis.

22
5. Test for Cholecytitis
Untuk mengkaji nyeri dan tenderness RUQ sebagai tanda kolisititis. Tekan
dengan menggunakan jari area batas bawah hepar pada garis tengah rusuk kanan
dan minta klien menarik nafas dalam.
Hasil : normalnya tidak ada peningkatan nyeri. Peningkatan nyeri yang tajam
mungkin disebabkan karena tarikan nafas dalam klien sebagai tanda positif
Murphy’s Sign sebagai tanda appendisitis.

23
24

Anda mungkin juga menyukai