Anda di halaman 1dari 74

HUBUNGAN PERAN KADER JUMANTIK DENGAN ANGKA BEBAS JENTIK

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLEGA KECAMATAN BLEGA

KABUPATEN BANGKALAN

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

Iqbal Taufiq Ariansyah

NIM: 145070207111006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN PERAN KADER JUMANTIK DENGAN ANGKA BEBAS JENTIK

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLEGA KECAMATAN BLEGA

KABUPATEN BANGKALAN

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

Iqbal Taufiq Ariansyah

NIM: 145070207111006

Menyetujui untuk diuji:

Pembimbing-I, Pembimbing-II,

Ns. Ika Setyo Rini, S.Kep., M.Kep Ns. Annisa Wuri Kartika, S.Kep., M.Kep

NIP. 198108242015042001 NIK. 2014058503052001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

HUBUNGAN PERAN KADER JUMANTIK DENGAN ANGKA BEBAS JENTIK


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLEGA KECAMATAN BLEGA
KABUPATEN BANGKALAN

Oleh:

Iqbal Taufiq Ariansyah


NIM: 145070207111006

Telah diuji pada

Hari : Kamis

Tanggal: 26 April 2018


dan dinyatakan lulus oleh:

Penguji I

Ns. Mukhamad Fathoni, S.Kep., MNS


NIP. 197802202005011002
Pembimbing I, Pembimbing II,

Ns. Ika Setyo Rini, S.Kep., M.Kep Ns. Annisa Wuri Kartika, S.Kep., M.Kep
NIP. 198108242015042001 NIK. 2014058503052001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Dr. Ahsan S.Kp., M.Kes


NIP. 196408141984011001

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan berkat dan rahmatnya. Tak lupa pula sholawat serta salam

dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal dengan judul “Hubungan Peran Kader Jumantik dengan

Angka Bebas Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Blega Kecamatan Blega

Kabupaten Bangkalan”.

Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta bahwa angka bebas

jentik yang masih belum mencapai target dengan kondisi dari kader Jumantik

yang sudah melakukan kewajiban sesuai dengan perannya. Penelitian ini

diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk pencegahan terhadap penyakit

demam berdarah.

Tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama dari

berbagai pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat peneliti

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. dr. Sri Andarini sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya
2. Dr. Ahsan S.Kp., M.Kep sebagai ketua Jurusan Progam Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedoteran Universitas Brawijaya


3. Ns. Ika Setyo Rini, S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing pertama yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan demi kesempuranaan penulisan Tugas

Akhir ini
4. Ns. Annisa Wuri Kartika, S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing kedua yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan demi kesempuranaan penulisan

Tugas Akhir ini


5. Ns. M. Fathoni, S.Kep., MNS sebagai penguji yang telah memberikan

banyak masukan demi kesempurnaan penulisan Tugas Akhir ini.

iv
6. Seluruh pihak Puskesmas Blega yang terkait dan kader Jumantik yang telah

membantu menyukseskan penyelesaian Tugas Akhir ini


7. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya
8. Yang tercinta kedua orang tua saya Abi dan Ummi serta kakak dan adik-

adikku yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan tanpa henti
9. Orang tersayang, Hanna Mardhotillah F. Terimakasih telah menjadi orang

spesial yang selalu menemani, memberikan semangat dan penghilang rasa

lelah dalam menyelesaikan penellitian ini


10. Teman-teman PSIK 2014 yang telah mendukung selama penulisan Tugas

Akhir ini
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu peneliti membuka diri untuk segala saran dan kritik

yang membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

Malang, 26 April 2018

Penulis

ABSTRAK

Ariansyah, I.T. 2018. Hubungan Peran Kader Jumantik dengan Angka Bebas
Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Blega. Tugas Akhir, Jurusan Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Pembimbing : (1) Ns. Ika Setyo Rini, S.Kep.,M.Kep (2) Ns. Annisa
Wulan Kartika, S.kep.,M.kep.

Angka Bebas jentik (ABJ) merupakan salah satu indikator pengendalian vector
pada pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kader jumantik
di masyarakat memiliki peranan penting dalam mengendalikan ABJ dan kegiatan
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) secara terus-menerus, melakukan penyuluhan

v
serta menggerakan masyarakat dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Namun pada kenyataannya, meskipun kader Jumantik sudah
melakukan tugas-tugasnya tapi belum bisa mencapai indikator keberhasilan ABJ
≥ 95 %. Metode penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Responden dalam penelitian ini adalah kader Jumantik yang berjumlah
57 orang. Variabel Independent dalam penelitian ini adalah peran kader Jumantik
dan variabel dependent adalah Angka Bebas Jentik. Berdasarkan hasil uji
korelasi Koefisien Kontingensi dengan p value sebesar 0,003, korelasi spearman
sebesar 0,390 artinya ada hubungan antara peran kader Jumantik yang
terlaksana dengan Angka Bebas Jentik yang dihasilkan, namun tergolong dalam
kategori lemah karena wilayah yang menghasilkan ABJ masih sedikit. Kepada
Puskesmas Blega dan tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
kampanye kesehatan melalui optimalisasi peran kader Jumantik dan memberi
pengarahan pada masyarakat tentang pentingnya kegiatan pencegahan
terjadinya DBD.

Kata Kunci : Peran Kader Jumantik, Angka Bebas Jentik

ABSTRACT

Ariansyah, I.T. 2018. The Relationship of Role of Jumantik Cadres with ABJ in
Work Area of Puskesmas Blega. Final Assignment, Department of
Nursing Faculty of Medicine Brawijaya University Malang.
Supervisors: (1) Ns. Ika Setyo Rini, S.Kep., M.Kep (2) Ns. Annisa
Wulan Kartika, S.kep., M.kep.

ABJ is an indicator of vector control on eradication of Dengue Hemorrhagic


Fever (DHF). Jumantik cadres in community have an important role in controlling
the ABJ and the activities of periodic larvae examination, conducting, counseling
and mobilizing people in implementing the Mosquito Nest Control. But in fact,
although the Jumantik cadres have done their duties but have not been able to

vi
reach the indicator of ABJ ≥ 95%. The method of this research is descriptive
analytics with cross sectional approach. Respondent in this research is 57 of
Jumantik cadres. Independent variable in this research is role of cadre Jumantik
and dependent variable is ABJ. Based on the result of correlation test of
Contingency Coefficient with p value equal 0,003, spearman correlation 0,390.
There is weak relation between role of Jumantik cader with ABJ, because of ABJ
in Puskesmas Blega still low. To Blega Community Health Center and health
personnel are expected to improve health campaign through optimizing the role
of Jumantik cadres and provide guidance to the community about the importance
of prevention activities of DHF.

Keywords: Role of Jumantik Cadre, ABJ

DAFTAR ISI

Halaman

Judul………………………………………………………………………………….......i
Halaman
Persetujuan…………………………………………………………………..ii
Halaman Pengesahan………………………………………………………………….iii
Kata Pengantar iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii

vii
Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1. 3 Tujuan Penelitian 5
1.3.1.Tujuan Umum 5
1.3.2.Tujuan Khusus 5
1.4. Manfaat Penelitian 5
1.4.1 Teoritis 5
1.4.2 Praktis 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Angka Bebas Jentik (ABJ) 7
2.1.1 Pengertian ABJ 7
2.1.2 Perhitungan ABJ 7
2.1.3 Faktor yang berhubungan dengan ABJ 9
2.2. Kader Jumantik 13
2.2.1 Definisi Jumantik 13
2.2.2 Tujuan Kader Jumantik 14
2.2.3 Peran Kader Jumantik 14
2.1.4 Kriteria Kader Jumantik 19
2.1.4 Keterkaitan Peran Kader Jumantik dengan ABJ 20

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konsep 22
3.2 Deskripsi Kerangka Konsep 23
3.2 Hipotesis Penelitian 23

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1. Rancangan Penelitian 24
4.2. Populasi dan Sempel Penelitian 24
4.2.1 Populasi Penelitian24
4.2.2 Sampel Penelitian 24
4.2.3 Teknik Sampling 25
4.3. Variabel Peneliti 26

viii
4.3.1 Variabel Independen 26
4.3.2 Variabel Dependen26
4.4. Lokasi dan waktu Penelitian 26
4.4.1 Lokasi Penelitian 26
4.4.2 Waktu Penelitian 26
4.5. Bahan dan Instrumen Penelitian 27
4.5.1 Alat Ukur Penelitian 27
4.5.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 27
4.6 Definisi Operaional 32
4.7 Prosedur Penelitian 33
4.8 Analisa Data 34
4.8.1 Analisa Univariat 34
4.8.2 Analisa Bivariat 34
4.8.3 Pengelolaan Data 34
4.9 Etika Penelitian 36
4.9.1 Respect for Person (Menghormati harkat dan martabat manusia)
36
4.9.2 Beneficence (Bermanfaat) 36
4.9.3 Non-Maleficence (Tidak Merugikan) 36
4.9.4 Justice (Adil) 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA


5.1 Data Karakteristik Umum 38
5.1.1 Usia 38
5.1.2 Jenis Kelamin 38
5.1.3 Pendidikan Terakhir 39
5.1.4 Masa Kerja 39
5.2 Data Hasil Penelitian 40
5.2.1 Distribusi Peran Kader Jumantik 40
5.2.2 Distribusi Angka Bebas Jentik 40
5.2.3 Hubungan antara Peran Kader Jumantik dengan ABJ 40

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Peran Kader Jumantik 42

ix
6.2 Angka Bebas Jentik 43
6.3 Hubungan antara Peran Kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik
44
6.4 Keterbatasan Penelitian 48
6.5 Implikasi Keperawatan 48

BAB VII PENUTUP


7.1 Kesimpulan 50
7.2 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 54

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Tabel Uji Validitas………………………............................29

Tabel 4.2 Tabel Uji Reabilitas………………………………………….30

Tabel 4.3 Definisi Operasional…………………................................32

Tabel 4.4 Coding Pengelompokan Data…………………………...…35

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Karakteristik Usia………….…………..38

Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Karakteristik Jenis Kelamin…………..39

Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Karakteristik Pendidikan Terakhir…...39

Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Karakteristik Masa Kerja……………...39

Tabel 5.5 Distribusi Peran Kader Jumantik…………………………..40

Tabel 5.6 Distribusi Angka Bebas Jentik……………………………..40

Tabel 5.7 Hasil Penguji Korelasi Koefisien Kongesti………………..41

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep………………………………………………….22

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan………..………………………....56

Lampiran 2 Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian…………………….....57

Lampiran 3 Informed Consent…………………………………………….…58

xi
Lampiran 4 Kuesioner Peran Kader Jumantik…………………………..... 59

Lampiran 5 Hasil Uji validitas Uji Reabilitas ……..………………………...61

Lampiran 6 Hasil Tabulasi Data…..………………………………………....62

Lampiran 7 Curriculum Vitae………………………………………………...64

Lampiran 8 Dokumentasi Foto Kegiatan…………………………..…….…65

Lampiran 9 Surat Pernyataan Kelaikan Etik…………………………….…66

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus,

dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus

Aedes, terutama Aedes aegypti (Infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat

muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur,

munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku

masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

Prevalensi penyakit DBD di Indonesia masih sangat tinggi.

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia

pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD

dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami

DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44

tahun mencapai 33,25% (Depkes RI, 2016)

Insiden rate (Incidence Rate) atau Angka Kesakitan Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Jawa Timur pada tahun 2015 sebesar 54,18 per 100.000

penduduk, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 yakni 24,1 per

100.000 penduduk. Angka ini masih di atas target nasional ≤ 49 per 100.000

penduduk (Dinkes Jawa Timur, 2015).

DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang utama di Indonesia. DBD di Indonesia pertama kali dtemukan di kota

Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24

1
2

orang diantaranya meninggal dunia, dengan Angka Kematian (AK)

mencapai 42,3%. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh

Indonesia. Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita

DBD di 34 provensi di Indonesia dan 1.229 orang diantaranya meninggal

dunia, Jumlah tersebut lebih tinggi dinadingkan tahun sebelumnya, yakni

sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebnayak 907 penderita meninggal

dunia pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2016).

Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah di Profensi Jawa

Timur dengan tingkat prevalensi penyakit-penyakit yang tergolong tinggi,

termasuk penyakit DBD. Penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Bangkalan

pun cukup tinggi. Dari hasil penilaian indikator program menunjukkan bahwa

penemuan kasus DBD di Kabupaten/Kota Bangkalan tahun 2015 mengalami

kenaikan 136% dibanding tahun 2014 (tahun 2014 = 442 orang dan tahun

2015 = 1043 orang), kasus DBD Puskesmas yang terbanyak adalah Blega

(146 kasus), Arosbaya (136 kasus), dan Kamal (101 kasus). (Dinkes

Kabupaten Bangkalan, 2015)

Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor

risiko, yaitu: 1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat

perindukan nyamuk Aedes, 2) Pemahaman masyarakat yang masih terbatas

mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus, 3)

Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan

yang terjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru

serta 4) Meningkatnya mobilitas penduduk (Kemenkes RI, 2016)

Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan pengendalian

vektor melalui surveilans yang diatur dalam Kepmenkes No. 581 tahun 1992,
3

bahwa kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dillakukan secara

periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN

dengan pesan inti 3M plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat

diukur pada keberadaan vector yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik.

Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat

dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2010).

ABJ adalah persentase rumah atau tempat umum yang tidak

ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik dengan laporan dalam bentuk

Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio antara jumlah rumah/bangunan yang

tidak ditemukan jentik dengan jumlah rumah bangunan yang diperiksa dikali

100%. ABJ merupakan indikator kepadatan vector DBD untuk mengevaluasi

kegiatan PSN dengan angka lebih dari 95%, ABJ akan berbanding terbalik

dengan angka kesakitan DBD, apabila ABJ rendah maka kemungkinan

besar angka kesakitan akan tinggi karena resiko penularannya juga akan

tinggi (Wuryaningsih, 2008).

Kegiatan mengukur keberadaan vector DBD dilakukan oleh peran

serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW dan tenaga kesehatan

yang telah dilantik menjadi kader Jumantik. Kader Jumantik merupakan

orang yang berasal dari masyarakat, yang diberikan pelatihan untuk

melaksanakan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) secara terus-menerus,

melakukan penyuluhan serta menggerakan masyarakat dalam

melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD (Depkes RI,

2008).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2016) mengungkapkan

bahwa efektifitas kader Jumantik memiliki pengaruh pada Angka Bebas


4

Jentik. Keberhasilan kegiatan PSN DBD dapat diukur dengan Angka Bebas

Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan

penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2010), dimana

program pemberantasan vektor DBD ditekankan pada pembersihan jentik

nyamuk, hal ini membutuhkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat agar

pemberantasan nyamuk dapat bersifat lebih panjang dan berkesinambungan

(Kusumawati, 2008). Kader Jumantik memiliki peran penting dalam hal ini,

Kusumawati dan Darnoto (2008) menyatakan bahwa model penyadaran

masyarakat dapat lebih efektif jika dilakukan oleh kader kesehatan atau

tokoh masyarakat misalnya istri ketua RT, ketua karang taruna, istri kyai dan

sebagainya karena tokoh panutan ini terlibat langsung dalam kegiatan

kemasyarakatan dan lebih dekat dengan masyarakat.

Dari data studi pendahuluan, didapatkan bahwa di wilayah kerja

Puskesmas Blega sendiri sudah mempunyai kader Jumantik sebanyak 66

kader. Tugas dari kader tersebut tidak hanya melakukan pemantauan jentik

nyamuk tetapi juga melakukan penyuluhan dan pemberantasan sarang

nyamuk yang berkoordinasi dengan masyarakat, namun di wilayah kerja

Puskesmas Blega untuk laporan Angka Bebas Jentik masih dibawah angka

95% dengan rata-rata di triwulan terakhir adalah 89%.

Berdasarkan fenomena tersebut, terutama dalam upaya pencegahan

penyakit DBD melalui program-program pemerintah yang menurut

pengamatan penulis belum berhasil dengan baik. Maka perlu dilakukan

penelitian lebih dalam guna mendapatkan data dasar mengenai gambaran

peran kader dan hubungannya dengan Angka Bebas Jentik. Dengan

demikian peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan peran


5

kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik di wilayah kerja Puskesmas

Blega, Kabupaten Bangkalan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah: Adakah hubungan peran kader Jumantik dengan

Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja Puskesmas Blega?

1. 3 Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Mengetahui hubungan peran kader Jumantik dengan Angka Bebas

Jentik (ABJ) di wilayah kerja Puskesmas Blega.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi peran kader Jumantik dalam pencegahan

penularan Demam Berdarah Dengue (DBD)


2. Mengidentifikasi angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas

Blega
3. Mengidentifikasi hubungan antara peran kader Jumantik dengan

Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja Puskesmas Blega.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas peran

kader Jumantik untuk meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan

membantu mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD).

1.4.2 Praktis

1. Bagi peneliti
6

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi peneliti

mengenai keberhasilan peran kader Jumantik terhadap

peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ).

2. Bagi Puskesmas

Mendapatkan gambaran peran kader Jumantik dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

2.1.1 Pengertian ABJ

Angka Bebas Jentik adalah persentase rumah atau tempat

umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik. ABJ

diperoleh dari survey jentik. ABJ merupakan indikator kepadatan vektor

demam berdarah untuk mengevaluasi kegiatan pemberantasan sarang

nyamuk dengan angka lebih dari 95% (Wuryaningsih, 2008).

Apabila nilai ABJ kurang dari 95% menunjukkan adanya

kesenjangan yang sangat lebar antara PSN-3M plus dengan kurang

baiknya perilaku masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk

yang berpotensi pada penularan demam berdarah Dengue.

Rendahnya ABJ menggambarkan rendahnya partisipasi dan

kesadaran masyarakat terhadap PSN-3M kurangnya kesadaran

masyarakat karena rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap

upaya pencegahan DBD akan berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku masyarakat (Suharti, 2010).

2.1.2 Perhitungan ABJ

Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu tempat

dapat diketahui dengan cara survei jentik yang diukur menggunakan

indeks ABJ. ABJ suatu wilayah bisa diketahui dengan perhitungan

sebagai berikut: (Kemenkes, 2011)

7
8

Rumah Bebas Jentik


ABJ = X100 %
Rumah yang di Periksa

Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan

DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2010).

2.1.3 Pelaporan ABJ

Menurut Kepmenkes tahun 2015 alur dan langkah-langkah dalam

kegiatan pemantauan jentik dan pelaporannya adalah :

1. Petugas menyiapkan alat-alat pemeriksaan jentik dan surat tugas

bagi kader PJB

2. Petugas memberikan alat-alat pemeriksaan jentik dan surat tugas

kepada kader PJB

3. Kader PJB melaksanakan pemeriksaan jentik di rumah-rumah

penduduk setelah meminta izin kepada pemilik dan menunjukkan

surat tugas

4. Kader PJB menuliskan hasil pemeriksaan pada Formulir PJB

5. Kader PJB memaparkan hasil pemeriksaan kepada pemilik rumah

6. Petugas pemeriksa menempelkan stiker bebas jentik dan kartu

status jentik di rumah penduduk yang diperiksa

7. Kader PJB melakukan larvasidasi (bila perlu)

8. Kader PJB melakukan penyuluhan kepada pimilik rumah (bila

perlu)

9. Formulir PJB diserahkan kepada petugas sanitasi puskesmas


9

2.1.4 Faktor yang berhubungan dengan ABJ

Pada penelitian ini, faktor yang berhubungan dengan ABJ

mengadopsi teori HL Blum dimana derajat kesehatan dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas.

Faktor yang berhubungan dengan ABJ dijelaskan sebagai berikut:

A. Faktor Lingkungan
Karakteristik wilayah yang berhubungan dengan kehidupan

Aedes aegypti sebagai berikut:


1) Suhu Udara.
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan

yang mempengaruhi kehidupan Aedes aegypti. Rata-rata

suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-30°C.

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah (10°C),

tetapi metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila

suhunya turun sampai dibawah suhu kritis 4,5°C. Pada suhu

yang lebih tinggi dari 35°C juga mengalami perubahan dalam

arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis (Rasmanto, dkk,

2016).
2) Kelembaban Udara.
Kelembaban akan berpengaruh terhadap umur nyamuk.

Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk akan

menjadi pendek dan tidak bisa menjadi vektor karena tidak

cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke

kelenjar ludah. Kelembaban optimum bagi kehidupan nyamuk

adalah 70% sampai 90% (Arianti dan Athena, 2014).


3) Curah Hujan
Curah hujan merupakan determinan penting penularan

DBD karena mempengaruhi suhu udara yang mempengaruhi

ketahanan hidup nyamuk dewasa lebih jauh lagi curah hujan


10

dan suhu dapat mempengaruhi pola makan dan reproduksi

nyamuk dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk

(WHO, 2012). Akan tetapi apabila hujan yang turun sangat

lebat dan terus menerus, maka tempat perindukan nyamuk di

luar rumah akan rusak karena airnya akan terus tumpah dan

mengalir ke luar, sehingga telur dan jentik-jentik akan ikut

terbawa keluar (Soegijanto, 2008).


4) Keberadaan sampah padat
Keberadaan sampah padat disekitar rumah merupakan

salah satu faktor yang dapat memicu peningkatan jumlah

vektor DBD. Sampah padat seperti kaleng, botol bekas,

sampah tanaman seperti tempurung kelapa, kulit ari coklat,

ban motor/mobil bekas yang tersebar di sekitar rumah

berpotensi untuk menampung air sehingga dapat sebagai

tempat perkembangbiakan nyamuk (Kemenkes RI, 2011).


5) Keberadaan container
Kontainer merupakan tempat-tempat penampungan air

di dalam dan disekitar rumah yang menjadi tempat perindukan

utama nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak

(perindukan) di tempat penampungan air untuk keperluan

sehari-hari dan barang-barang lain memungkinkan air

tergenang yang tidak beralaskan tanah, misalnya:


a. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari,

misalnya: bak mandi atau WC, tempayan, drum, dan lain-

lain
b. Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat

atau barang-barang yang memungkinkan air tergenang,

seperti: tempat minum burung, vas bunga atau pot


11

tanaman air, kontainer bekas seperti: kaleng bekas dan

ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain.


c. Tempat penampungan alami, seperti: lubang potongan

bambu, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,

tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon kulit

pisang (Kemenkes RI, 2011)

B. Faktor Perilaku

1) Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Karena itu dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan (Gopalan, at.al, 2012).

2) Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dari

berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa

manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap belum merupakan


12

suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan atau perilaku (Rahman, dkk, 2010).

Sikap kader kesehatan merupakan domain yang sangat

penting sebagai dasar kader kesehatan dalam melakukan

keaktifannya dalam pengendalian kasus tuberkulosis.

Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku seseorang salah

satunya adalah sikap dari orang tersebut (Basri, et. al, 2009)

3) Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor psikologis yang

mempengaruhi kinerja jumantik. Motivasi adalah suatu

perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja

seseorang karena setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu

yang ingin dicapai (Sutrisno, 2009). Menurut Sutrisno (2009)

motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi internal dan

motivasi ekternal. Berdasarkan penelitian Djuhaeni dkk (2010)

mengatakan bahwa motivasi eksternal kader posyandu lebih

bermakna daripada motivasi internal. Motivasi ekternal terdiri

dari kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang memadai,

supervisi yang baik, adanya jaminan kerja, status dan

tanggung jawab dan peraturan yang fleksibel.motivasi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

individu.

C. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dalam hal ini dilihat upaya pencegahan

DBD yang dilakukan oleh jumantik. Jumantik berperan penting


13

dalam upaya pencegahan DBD. Peran jumantik dalam pencegahan

DBD adalah sebagai anggota PJB di rumah-rumah dan tempat

umum, memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat,

melakukan PSN bersama warga (Kemenkes, 2012).

2.2. Kader Jumantik

2.2.1 Definisi Jumantik

Jumantik yaitu singkatan dari Juru Pemantau Jentik adalah

petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang secara

sukarela mau bertanggungjawab untuk melakukan pemantauan jentik

nyamuk di wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara

rutin dan berkesinambungan. Adapun tujuan dari jumantik adalah

menggerakkan peran serta masyarakat dalam usaha pemberantasan

penyakit yang disebabkan oleh nyamuk seperti demam berdarah,

terutama dalam pemberantasan jentik nyamuk penularnya sehingga

penularan penyakit demam berdarah dengue di tingkat desa, dapat

dicegah atau dibatasi (Sukowinarsih, dkk., 2010).

2.2.2 Tujuan Kader Jumantik

Tujuan dari pelaksanaan pelatihan dan perekrutan Jumantik ini

adalah untuk menurunkan kepadatan atau populasi nyamuk penular

penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) dan jentiknya dengan PJB

dan PSN, melalui penyuluhan dan kegiatan langsung di masyarakat

secara terus menerus.Tujuan khusus dari pelatihan kader Jumantik ini

adalah agar para kader selalu terus-menerus memberi motivasi diri

sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar memperhatikan dan menjaga

lingkungannya dalam upaya mencegah perkembang biakan nyamuk


14

Aedes Aegypty sehingga masyarakat berperan secara sadar dapat

melaksanakan pemberantasan secara rutin dan berkala baik dirumah

dan di luar rumah (Riyanto, 2012).

2.2.3 Peran Kader Jumantik

Pelayanan kesehatan dalam hal ini dilihat upaya pencegahan

DBD yang dilakukan oleh jumantik. Jumantik berperan penting dalam

upaya pencegahan DBD. Peran jumantik dalam pencegahan DBD

adalah sebagai anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum,

memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat, melakukan

PSN bersama warga (Kemenkes, 2012). Tugas jumatik dalam upaya

pencegahan DBD dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)


PJB adalah pemantauan tempat-tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas

kesehatan atau kader atau jumantik di rumah warga dan tempat-

tempat umum. PJB dilakukan minimal 1 minggu sekali untuk

melihat keberhasilan PSN DBD baik itu di rumah warga maupun

tempat-tempat umum (Kemenkes, 2011). PJB perlu dilakukan

secara rutin sebagai upaya pemberantasan jentik. PJB yang

dilakukan seminggu sekali dapat mempengaruhi ABJ (Chadijah,

dkk, 2011; Luthfiana, dkk, 2012). Kunjungan yang berulang-ulang

untuk pemantauan jentik disertai dengan penyuluhan masyarakat

tentang penyakit DBD diharapkan masyarakat dapat

melaksanakan PSN DBD secara teratur dan terus-menerus

(Kemenkes, 2011).
Tata cara pelaksanaan PJB yaitu:
15

a. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-

tempat penampungan air lainnya.


b. Jika tidak terlihat adanya jentik tunggu sampai kira-kira

satu menit, jika ada jentik pasti akan muncul ke permukaan

air untuk bernafas.


c. Gunakan senter apabila wadah air tersebut terlalu dalam

dan gelap.
d. Periksa juga tempat-tempat berpotensi menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk misalnya vas bunga, tempat

minum burung, kaleng-kaleng bekas, botol plastik, ban

bekas, tatakan pot bunga, tatakan dispenser dan lain-lain.


e. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang

terbuka/tidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu

atau pohon lainnya (Kemenkes RI, 2016).


2. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya

perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan

sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal, terbentuknya perilaku sehat pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan

konsep hidup sehat baik fisik, mental dan soial sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian (Effendi, 2008).

Penyuluhan tentang penyakit DBD dan cara pencegahannya

dilakukan oleh kader. Tujuan kegiatan penyuluhan adalah

memahami tugasnya sebagai kader dalam mencegah penyakit

DBD dan dapat melakukan penyuluhan secara perorangan

maupun penyuluhan kepada kelompok masyarakat.


16

Langkah-langkah penyuluhan melalui kunjungan rumah

dilakukan dengan cara:


a. Membuat rencana kapan masing-masing rumah/keluarga

akan dikunjungi misalnya untuk jangka waktu 1 bulan.


b. Pilihlah waktu yang tepat untuk berkunjung (pada saat

keluarga sedang santai).


c. Mulailah membicarakan dengan menanyakan sesuatu

yang sifatnya menunjukkan perhatian kepada keluarga itu,

misalnya menanyakan keadaan anak atau anggota

keluarga lain.
d. Selanjutnya menceritakan keadaan atau peristiwa yang

ada kaitannya dengan penyakit DBD misalnya adanya

anak tetangga yang sakit DBD atau di desa/kelurahan/RW

tentang usaha pemberantasan DBD atau berita di surat

kabar/majalah/televise/radio tentang penyakit DBD dan

lain-lain.
e. Membicarakan tentang penyakit DBD cara penularannya

dan lain-lain, serta memberi penjelasan tentang hal-hal

yang ditanyakan tuan rumah. Gunakan gambar-gambar

atau alat peraga untuk lebih memperjelasnya.


f. Mengajak untuk bersama-sama memeriksa tempat

penampungan air dan barang-barang yang dapat menjadi

tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti baik

didalam maupun diluar rumah:


1) Jika ditemukan jentik maka kepada tuan rumah

diberi penjelasan tentang cara yang tepat/sesuai

untuk memberantasnya (3M termasuk abatisasi)


2) Jika tidak ditemukan jentik maka kepada tuan

rumah disampaikan pujian dan memberikan saran


17

untuk terus menjaga agar selalu bebas jentik dan

tetap menjaga kebersihan rumah dan

lingkungannya (Kemenkes, 2016).

3. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD


Jumantik yang aktif diharapkan dapat menurunkan angka

kasus DBD melalui kegiatan pemeriksaan jentik yang berulang-

ulang, pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), serta

penyuluhan kepada masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan

masyarakat melalui jumantik, diharapkan masyarakat dapat

secara bersama-sama mencegah dan menanggulangi penyakit

DBD secara mandiri yakni dari, oleh, dan untuk masyarakat

(Depkes RI, 2010). Kegiatan PSN bisa dilakukan dengan cara 3M

plus yaitu:
a. Menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin,

seperti bak mandi dan kolam. Sebab bisa mengurangi

perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri atau

memasukan beberapa ikan kecil kedalam kolam atau bak

mandi, lalu taburkan serbuk abate.


b. Menutup tempat-tempat penampungan air, jika setelah

melakukan aktivitas yang berhubungan dengan tempat air

sebaiknya ditutup agar nyamuk tidak bisa mengembang

biakkan telurnya kedalam tempat penampungan air.

Nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang

bening.
c. Memanfaatkan barang-barang yang bisa memungkinkan

genangan air menjadi barang yang bernilai guna.


18

d. Menaburkan bubuk abate (larvasidasi) pada tempat-tempat

menampung air, memelihara ikan dan mencegah gigitan

nyamuk.
e. Menggunakan alat pelindung diri (APD): kelambu,

memakai pakaian lengan panjang, celana panjang,

menggunakan anti nyamuk bakar atau semprot, lotion anti

nyamuk, menjaga kebersihan dan kerapian.


f. Pencahayaan dan ventilasi yang baik serta memadai
g. Pengasapan atau fogging yang bermanfaat membunuh

nyamuk Aedes dewasa untuk mencegah penyebaran

demam berdarah walaupun tidak sepenuhnya dapat

mengatasi, karena telurnya masih mampu berkembang

biak (Kemenkes RI, 2012).

2.1.4 Kriteria Kader Jumantik

Kader jumantik direkrut dari masyarakat yang berfungsi sebagai

penggerak dalam PSN DBD. Beberapa kriteria jumantik yang direkrut

adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan minimal SMA atau sederajat

2) Berasal dari desa/kelurahan yang bersangkutan

3) Belum atau tidak mempunyai pekerjaan tetap

4) Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab

5) Mampu menjadi motivator bagi masyarakat di tempat

tinggalnya

6) Mampu bekerja sama dengan petugas Puskesmas dan

masyarakat (Kemenkes RI, 2012).


19

Selain persyaratan tersebut, ada beberapa persyaratan

tambahan yang wajib untuk mengukur tingkat pengetahuan seorang

calon kader jumantik, adalah sebagai berikut: (Riyanto, 2012)

1) Dapat menyebutkan penyebab penyakit dan nyamuk penular

penyakit DBD

2) Dapat menjelaskan cara penularan penyakit DBD

3) Dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit DBD

4) Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pertolongan

pertama

5) Dapat menjelaskan ciri-ciri, lingkaran hidup dan tempat

perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti

6) Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pencegahan

penyakit DBD

7) Dapat melakukan pemeriksaan jentik nyamuk Aedes aegypti

8) Dapat melakukan penyuluhan dan motivasi kepada

perorangan maupun kelompok masyarakat

2.1.4 Keterkaitan Peran Kader Jumantik dengan ABJ

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2016)

mengungkapkan bahwa efektifitas kader Jumantik memiliki pengaruh

pada Angka Bebas Jentik. Keberhasilan kegiatan PSN DBD dapat

diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama

dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi

(Depkes RI, 2010), dimana program pemberantasan vektor DBD

ditekankan pada pembersihan jentik nyamuk, hal ini membutuhkan

keterlibatan seluruh lapisan masyarakat agar pemberantasan nyamuk


20

dapat bersifat lebih panjang dan berkesinambungan (Kusumawati,

2008).

Kader Jumantik memiliki peran penting dalam hal ini,

Kusumawati dan Darnoto (2008) menyatakan bahwa model

penyadaran masyarakat dapat lebih efektif jika dilakukan oleh kader

kesehatan atau tokoh masyarakat misalnya istri Ketua RT, ketua

karang taruna, istri kyai dan sebagainya karena tokoh panutan ini

terlibat langsung dalam kegiatan kemasyarakatan dan lebih dekat

dengan masyarakat
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Pemberantasan Sarang Nyamuk


Kader Jumantik
(PSN)-3M plus

PSN-3M plus: Tugas Kader Jumantik:

Menguras 1. Pemantau jentik dan

Menutup penampungan air

Mengubur 2. Penyuluhan

Ganti air di tempat yang biasanya 3. Menggerakkan

tergenang air masyarakat untuk

Memantau jentik melakukan PSN-3M

Menaburkan bubuk pembunuh plus

jentik

Memelihara ikan pemakan jentik

ABJ

(Angka Bebas Jentik)

Keterangan

= Diteliti

= Tidak Diteliti

22
23

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Kader Jumantik dengan

Angka Bebas Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Blega Kecamatan Blega

Kabupaten Bangkalan

3.2 Deskripsi Kerangka Konsep

Demam Berdarah Dangue (DBD) dapat dicegah dengan melakukan

pengendalian vektor melalui kegiatan PSN-3M plus. Kegiatan ini berisi

pesan kegiatan inti 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur, selain itu

ada beberapa cara lagi untuk mencegah penularan nyamuk DBD yang

digolongkan dalam kata “plus”, yaitu mengganti air ditempat yang biasanya

tergenang air, menabur bubuk pembunuh jentik, memelihara ikan pemakan

jentik dan pemeriksaan jentik berkala (PJB).

PJB sendiri merupakan salah satu kegiatan dari peran kader Jumantik,

Selain melakukan PJB, Jumantik juga memiliki peran untuk melakukan

penyuluhan dan peberantasan sarang nyamuk DBD. Keberhasilan kegiatan

PSN DBD dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Hal ini mendasari

peneliti ingin mengetahui hubungan antara peran kader Jumantik yang

memiliki tugas melakukan kegiatan PJB, penyuluhan dan PSN dengan

Angka Bebas Jentik.

3.2 Hipotesis Penelitian

H= Terdapat hubungan antara peran kader Jumantik dengan Angka Bebas

Jentik di wilayah kerja Puskesmas Blega


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah kader

Jumantik, yang akan mengisi kuesioner mengenai perannya menjadi kader

Jumantik. Kemudian peneliti akan menganalisis hubungan peran kader

Jumantik tersebut dengan Angka Bebas Jentik di wilayah kerja Puskesmas

Blega.

4.2. Populasi dan Sempel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader Jumantik di

wilayah kerja Puskesmas Blega yang berjumlah 66 orang.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Agar karakteristik sampel tidak

menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan

sampel perlu ditentukan kriteria inklusi, maupun kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

24
25

Kriteria inklusi dan ekslusi pada kader Jumantik :

1. Kriteria Inklusi

a. Kader Jumantik yang sudah bekerja minimal 1 bulan

b. Kader jumantik yang sudah mendapatkan pelatihan

c. Kader Jumantik yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Blega

2. Kriteria Eksklusi

a. Kader Jumantik baru

b. Kader Jumantik yang belum pernah melaporkan ABJ

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster

sampling. Teknik ini memungkinkan setiap respoden mempunyai

peluang terpilih dari setiap cluster atau kelompok. Penetapan jumlah

sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, hal ini

dikarenakan jumlah populasi sudah diketahui. Rumusnya adalah

sebagai berikut:

N
n =
1 + N (d)2
Keterangan :
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
d = tingkat signifikaan (p) (0,05)
Besar sampel yang diperoleh melalui perhitungan adalah sebagai

berikut:
66
n = = 57
1 + 66 (0,05)2
Jadi jumlah sempel untuk penelitian ini berjumlah 57 orang dari 19

wilayah di wilayah kerja Puskesmas Blega.


26

4.3. Variabel Peneliti

4.3.1 Variabel Independen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Independen adalah

peran kader Jumantik di wilayah kerja Puskesmas Blega

4.3.2 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah

Angka Bebas Jentik (ABJ).

4.4. Lokasi dan waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Blega

kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan.

4.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2017 - Maret

2018

4.5. Bahan dan Instrumen Penelitian

4.5.1 Alat Ukur Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan

hasil pemantauan jentik dan kuesioner. Instrumen dalam penelitian ini

dijelaskan sebagai berikut:

1. Laporan hasil pemantauan jentik yang dilakukan oleh jumantik dan

dilaporkan ke Puskesmas. Hasil data dikelompokkan menjadi dua

kategori, yaitu:

a. Tidak Bebas: < 95%, bernilai 0

b. Bebas: ≥ 95%, bernilai 1


27

2. Kuesioner untuk mengukur variabel Peran Kader Jumantik.

Pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner mengacu pada

sumber kepustakaan yang ada termasuk dari penelitian

sebelumnya. Dalam kuesioner tersebut terdapat 9 pertanyaan dan

format kuesioner pada variabel ini menggunakan skala guttmen.

Dalam skala guttmen hanya ada dua pilihan jawaban yaitu “Ya”

dengan skor 1 dan “Tidak” dengan skor 0. Hasil data

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:

1) Tidak terlaksana: jika total skor ≤ mean dari total skor

pertanyaan di kuesioner

2) Terlaksana: jika total skor > mean dari total skor pertanyaan

di kuesioner

4.5.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian yang telah disusun perlu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas sebelum dilakukan penelitian. Uji validitas dan

reliabilitas instrumen penelitian dilakukan pada jumantik yang berada

di luar populasi yang mempunyai karakteristik sama dengan populasi

penelitian. Oleh karena itu uji validitas dan reliabilitas dilakukan kader

jumantik di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo Kecamatan Dinoyo.

Alasan pemilihan Puskesmas Dinoyo karena memiliki karakteristik

yang sama dengan jumantik di Wilayah Puskesmas Blega dan memiliki

ABJ <95%.

4.5.2.1 Uji Validitas

Pengujian validitas sangat diperlukan dalam suatu

penelitian, khususnya yang menggunakan kuisioner dalam


28

memperoleh data. Pengujian validitas dimaksudkan untuk

mengetahui keabsahan menyakngkut pemahaman mengenai

keabsahan antara konsep dan kenyataan empiris. Uji validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrument

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur

atau dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Pengujian validitas dapat dilakukan dengan cara

mengkorelasikan masing-masing faktor atau variabel dengan

total faktor atau variabel tersebut dengan menggunakan

korelasi (r) product moment.

Kriteria pengujian untuk menerima atau menolak hipotesis

adanya pernyataan yang valid atau tidak dapat dilakukan

dengan:

H0 : r = 0, tidak terdapat data yang valid pada tingkat kesalahan

(α) 5%.

H1 : r ≠ 0, terdapat data yang valid pada tingkat kesalahan (α)

5%.

Hipotesa nol (H0) diterima apabila r hitung < r tabel, demikian

sebaliknya hipotesa alternatif (H1) diterima apabila r hitung > r

tabel.
29

Pengujian validitas yang dilakukan dengan melalui

program SPSS ver. 21.0 dengan mengggunakan korelasi

product moment menghasilkan nilai masing-masing item

pernyataan dengan skor item pertanyaan secara keseluruhan

dan untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Uji Validitas Variabel

Item r Hitung Sig. r Tabel Keterangan


X1 0.597 0.005 0.444 Valid
X2 0.533 0.015 0.444 Valid
X3 0.533 0.015 0.444 Valid
X4 0.495 0.026 0.444 Valid
X5 0.542 0.014 0.444 Valid
X6 0.576 0.008 0.444 Valid
X7 0.538 0.014 0.444 Valid
X8 0.629 0.003 0.444 Valid
X9 0.585 0.007 0.444 Valid
Sumber: Data Primer Diolah

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. r item

pertanyaan lebih kecil dari 0.05 (α = 0.05) yang berarti tiap-tiap

indikator variabel adalah valid, sehingga dapat disimpulkan

bahwa indikator-indikator tersebut dapat digunakan untuk

mengukur variabel penelitian.

4.5.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan tingkat kemantapan, keajegan

dan ketepatan suatu alat ukur atau uji yang digunakan untuk

mengetahui sejauh mana pengukuran relatif konsisten apabila

dilakukan pengukuran ulang. Uji ini digunakan untuk

mengetahui sejauh mana jawaban seseorang konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Arikunto menjelaskan tentang


30

reliabilitas sebagai berikut: “Reliabilitas menunjukkan pada

suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik“

Teknik pengujian reliabilitas adalah dengan menggunakan

nilai koefisien reliabilitas alpha. Kriteria pengambilan

keputusannya adalah apabila nilai dari koefisien reliabilitas

alpha lebih besar dari 0,6 maka variabel tersebut sudah reliabel

(handal).

Tabel 4.2 Uji Reabilitas Variabel

No. Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan


1 X 0.717 Reliabel
Sumber: Data Primer Diolah

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai dari alpha cronbach

untuk semua variabel lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang

telah disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang

digunakan untuk penelitian sudah reliabel.


32

4.6 Definisi Operaional

Tabel 4.3 Definisi Operasional Hubungan Peran Kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik di Puskesmas Blega

No Variabel Definisi Operasional Parameter Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Dependen: Penilaian ukuran Observasi data Laporan 0 = Tidak Bebas (< 95%) Nominal
keberadaan jentik di sekunder yang Pemantauan 1 = Bebas (≥ 95%)
Angka Bebas rumah/bangunan ada di Jentik oleh
Jentik (ABJ) berdasarkan hasil Puskesmas, Jumantik
pemantauan jentik oleh dengan melihat
kader Jumantik Angka Bebas
Jentik (ABJ)
2 Independen: Kegiatan-kegiatan yang Terlaksana atau Kuesioner 0 = Tidak Terlaksana: Nominal
dilakukan oleh kader tidaknya total skor ≤ mean
Peran Kader Jumantik sesuai tugasnya, kegiatan tugas- 1 = Terlaksana: total skor
Jumantik meliputi: tugas Jumantik > mean
1) Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) pada
tempat
perkembangbiakan
nyamuk untuk
mengetahui adanya
jentik nyamuk tersebut
yang dilakukan secara
teratur pada rumah dan
tempat-tempat umum,
2) Pemberian penyuluhan
3) Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN)
33

4.7 Prosedur Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengisi

kuisoner pada kader Jumantik yang telah dipilih menjadi sampel. Tahapan

proses pengumpulan data berlangsung sebagai berikut:

1. Peneliti mengajukan permohonan ijin pada fakultas kemudian diajukan

ke puskesmas terkait untuk melakukan penelitian.

2. Peneliti mengajukan surat pengantar kepada Bangkesbanpol

Kabupaten Bangkalan

3. Peneliti mengajukan surat dari Bangkesbanpol ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangkalan

4. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Puskesmas

Blega

5. Peneliti mengajukan proposal kelayakan etik ke badan etik FKUB

6. Peneliti mengambil data angka bebas jentik dari data laporan

Puskesmas Blega

7. Peneliti mendatangi setiap rumah kader Jumantik untuk membagikan

kuesioner

8. Peneliti mengajukan ijin kepada subyek penelitian dengan lembar

informed consent, setelah mendapat persetujuan kemudian responden

mengisi kuisoner

9. Peneliti menilai jawaban perolehan responden

10. Peneliti mengecek kelengkapan jawaban responden

11. Peneliti mengolah data yang didapat, kemudian melakukan analisa

data.
34

4.8 Analisa Data

4.8.1 Analisa Univariat

Analisis univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal.

Tujuan analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu variabel independen

adalah peran kader Jumantik dan variabel dependen yaitu ABJ.

Analisis data univariat pada penelitian ini menggunakan analisis

distribusi frekuensi. Variabel peran kader Jumantik dikategorikan

berdasarkan total skor yang dibandingkan dengan nilai mean dari hasil

penelitian ini.

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat di lakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara satu variabel dependen dan satu variabel

independen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara

peran kader jumantik dengan ABJ. Uji statistik yang digunakan pada

penelitian ini adalah Uji Korelasi Koefisien Kontingensi α=0.05.

Interpretasi hasil analisis yaitu apabila diperolah p≤α, maka Ho ditolak

dan Ha diterima yang diartikan terdapat hubungan antar variabel.

Sebaliknya, apabila diperolah p>α, maka Ho diterima dan Ha ditolak

yang diartikan tidak terdapat hubungan antar variabel.

4.8.3 Pengelolaan Data

Data yang terkumpul dari kuisioner yang telah diisi kemudian

diolah dengan tahap sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2012)


35

1. Editing

Editing merupakan proses untuk melakukan pemeriksaan

kelengkapan data dengan memeriksa pengisian kuesioner untuk

melihat terjadinya kesalahan pengisian atau terlewat dalam

pengisian, sehingga dapat diketahui dan diharapkan data lebih

lengkap dan jelas.

2. Coding

Coding merupakan tahapan kegiatan mengklasifikasikan

data dan jawaban menurut kategori masing-masing sehingga

memudahkan dalam pengelompokan data. Coding pada masing-

masing variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

No Variabel Kode
1 ABJ a. Tidak Bebas = 0
b. Bebas = 1
2 Peran Kader Jumantik a. Tidak Terlaksana = 0
b. Terlaksana = 1
Tabel 4.4 Coding Pengelompokan Data

3. Data Entry atau Processing

Data Entry merupakan proses memasukkan data yang

sudah di coding ke dalam program komputer setelah semua isian

kuesioner terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati

pengkodingan.

4. Cleaning

Cleaning merupakan proses pengecekan kembali terhadap

data yang sudah dimasukkan, untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,


36

kemudian dilakukan pengoreksian atau pembetulan (Notoatmodjo,

2012).

4.9 Etika Penelitian

4.9.1 Respect for Person (Menghormati harkat dan martabat manusia)

Subjek penelitian memiliki hak untuk menentukan apakah

bersedia menjadi responden atau tidak (Autonomy). Apabila bersedia,

responden menandatangani informed consent. Informed consent yaitu

surat persetujuan yang ditujukan kepada responden, setelah peneliti

menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan kepada

responden. Responden juga berhak mendapatkan informasi terbuka

dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan, manfaat,

prosedur penelitian, dan keuntungan yang mungkin diperoleh. Pada

penelitian ini, seluruh responden hanya dimintai inisial nama untuk

menjaga kerahasiaan identitas responden (Anonimity)

4.9.2 Beneficence (Bermanfaat)

Dalam penelitian ini, responden akan diberikan beberapa

pertanyaan oleh peneliti sesuai dengan yang tertulis dalam kuisioner.

Penelitian ini memberikan manfaat bagi responden, yakni dapat

membantu agar kader Jumantik lebih meningkatkan perannya

sehingga ABJ dapat meningkat.

4.9.3 Non-Maleficence (Tidak Merugikan)

Penelitian ini tidak menimbulkan penderitaan kepada responden.

Waktu yang dibutuhkan responden untuk menjawab kuesioner hanya

sekitar 5 menit. Terganggunya aktifitas responden telah diminalisir


37

positif dengan hanya memulai penelitian pada responden yang

bersedia ikut serta dalam penelitian dan penjelasan kontrak waktu

sebelum menjawab kuesioner.

4.9.4 Justice (Adil)

Pada penelitian ini responden diperlakukan secara adil sejak

sebelum, selama, hingga sesudah keikutsertaannya dalam penelitian

tanpa membedakan ras, usia, dan status ekonomi. Penelitian ini

diselenggarakan tanpa adanya diskriminasi.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Hasil penelitian yang diperoleh akan diuraikan secara univariat melalui

statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran karakteristik umum responden

meliputi usia, jenis kelamin pendidikan terakhir, dan masa kerja kader Jumantik.

Kemudian secara bivariat dilakukan pengujian hipotesis untuk menjawab tujuan

penelitain.

5.1 Data Karakteristik Umum

5.1.1 Usia

Hasil statistik deskriptif karakteristik demografi berdasarkan usia

adalah sebagai berikut:


Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Karakteristik Usia

Usia Frekuensi Persentase


≤ 32 Tahun 32 56,1
> 32 Tahun 25 43.9
Jumlah 57 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa kader yang berusia

dibawah 32 tahun sebanyak 54.4%, sedangkan kader yang berusia diatas

32 tahun sebanyak 25%.

5.1.2 Jenis Kelamin

Hasil statistik deskriptif karakteristik demografi berdasarkan jenis

kelamin adalah sebagai berikut:

38
39

Tabel 5.2. Statistik Deskriptif Karakteristik Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki – laki 16 28.07
Perempuan 41 71.93
Total 57 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa kader yang berjenis

kelamin laki–laki sebanyak 16 responden (28,07%), dan kader yang

memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 41 responden (71,93%).

5.1.3 Pendidikan Terakhir

Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Karakteristik Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Persentase


SD 27 47.37
SMP 17 29.82
SMA 8 14.04
S1 5 8.77
Total 57 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa kader yang

pendidikan SD memiliki jumlah yang paling banyak dengan jumlah 27

responden (47,37%), dan paling sedikit pendidikan S1 sebanyak 5

responden (8,77%).

5.1.4 Masa Kerja

Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Karakteristik Masa Kerja

Masa Kerja Menjadi Jumantik Frekuensi Persentase


≤ 2 Tahun 51 89.5
> 2 Tahun 6 10.5
Jumlah 57 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar

kader Jumantik sudah bekerja selama ≤ 2 tahun sebanyak 89,5%.


40

5.2 Data Hasil Penelitian

5.2.1 Distribusi Peran Kader Jumantik

Tabel 5.5 Distribusi Peran Kader Jumantik

Peran Kader Jumantik Frekuensi Persentase


Tidak Terlaksana 17 29.82
Terlaksana 40 70.18
Total 57 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dinyatakan kader jumantik yang

tidak terlaksana sebanyak 17 orang (29,82%), dan yang terlaksana

sebanyak 40 orang atau (70,18%).

5.2.2 Distribusi Angka Bebas Jentik

Tabel 5.6 Distribusi Angka Bebas Jentik

Angka Bebas Jentik Frekuensi Persentase


Tidak Bebas 42 73.7
Bebas 15 26.3
Total 57 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa ditemukan

daerah yang tidak bebas angka jentik sebanyak 42 orang (73,7%), dan

yang bebas jentik sebanyak 15 orang (26,3%).

5.2.3 Hubungan antara Peran Kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik

Bentuk tabulasi silang yang dapat menggambarkan penyebaran data

secara lebih rinci antara Peran Kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik

dapat dilihat pada Tabel 5.7


41

Tabel 5.7 Hasil Pengujian Korelasi Koefisien kontingensi

ABJ
Tidak Bebas Bebas
Peran Kader Jumantik Total
Tidak Terlaksana 17 (40.5%) 0 (0.0%) 17 (29.8%)
Terlaksana 25 (59.5% 15 (100%) 40 (70.2%)
Total 42 (100%) 15 (100%) 57 (100%)
p = 0,003, r = 0,363
Pada Tabel 5.7 diatas terlihat bahwa dari 57 orang terbagi menjadi

empat golongan, untuk kelompok peran Kader yang tidak terlaksana

menemukan Tidak bebas jentik sebanyak 17 orang atau 40.5%, dan yang

bebas jentik sebanyak 0 orang atau 0,0%. Kelompok peran Kader yang

terlaksana menemukan Tidak bebas jentik sebanyak 25 orang atau 59.5%,

dan yang bebas jentik sebanyak 15 orang atau 100%.

Berdasarkan hasil deskripsi tersebut dapat diketahui keterkaitan atau

asosiasi antara peran kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik

menggunakan uji korelasi Koefisien Kontingensi. Berdasarkan pada hasil

Tabel 5.8 didapatkan bahwa p value sebesar 0,003, karena nilai p = 0,003 <

0,05 (α = 5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan atau

keterkaitan antara peran kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik.

Berdasarkan Tabel 5.7 didapatkan nilai korelasi spearman sebesar

0,363 dengan nilai p = 0,003. Hal ni menunjukkan bahwa hubungan Angka

Bebas Jentik dengan peran kader Jumantik termasuk dalam kategori

lemah.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Peran Kader Jumantik

Pada penelitian ini diperoleh peran kader Jumantik Puskesmas

Blega yang terlaksana sebesar 70,18%. Dari data ini dapat dikatakan

bahwa sebagian besar peran kader Jumantik di Puskesmas Blega sudah

terlaksana. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran kader Jumantik

dapat terlaksana adalah masa kerja menjadi Jumantik, usia, dan jenis

kelamin.

Sebagian besar kader Jumantik yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Blega berada direntang usia 26-45 tahun. Puncak

kedewasaan yang baik seseorang barada pada rentang 26 sampai 45

tahun (Kostania, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang menunjukkan bahwa usia seseorang mempengaruhi kematangan

untuk bekerja (Nursalam, 2001). Berdasarkan pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa kader jumantik dengan rentang usia 26 sampai

dengan 45 tahun bisa mencapai target dalam bekerja, sehingga sebagian

besar kader pada penelitian ini tergolong dalam kelompok yang dapat

menjalankan tugasnya dengan baik

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi terlaksananya peran

kader Jumantik di Puskesmas Blega yaitu 71,93% kader Jumantik

didominasi oleh perempuan. Komitmen organisasi pada perempuan lebih

tinggi dari pada laki-laki (Rizki & Lubis, 2013). Hal ini sesuai dengan

42
43

penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa perempuan

sebagai kelompok yang cenderung memiliki komitmen terhadap

organisasi menjadikan organisasi lebih penting bagi mereka (Wuryanto,

2010).

Faktor lain yang juga memperngaruhi terlaksanya peran kader

Jumantik di Puskesmas Blega adalah kader Jumantik sebagian besar

sudah bekerja selama 1 tahun dengan presentase 89,5%. Semakin lama

seseorang bekerja maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya

begitupun sebaliknya (Sandhi & Martini, 2014). Hal ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa dengan masa kerja

lebih dari satu tahun dapat menambah pengalaman dalam menjalankan

tugas, dengan bertambahnya pengalaman tersebut para kader akan

semakin terampil dalam menjalankan tugas-tugas tersebut sehingga akan

berdampak pada peningkatan kinerjanya (Rezania & Handayani, 2015).

6.2 Angka Bebas Jentik

Pada penelitian ini didapatkan wilayah yang tidak bebas jentik

mencapai presentase 73,7% dibandingkan dengan wilayah yang bebas

jentik hanya mencapai presentase 26,3%. Masih banyaknya ABJ yang

rendah di wilayah kerja Puskesmas Blega, disebabkan karena faktor

lingkungan yang mendukung sebagai tempat perindukan nyamuk penular

DBD dan perilaku masyarakat yang masih kurang dalam upaya

pemberantasan DBD.

Faktor lingkungan ini berkaitan masih banyaknya tempat-tempat

yang bisa tergenang air di wilayah kerja Puskesmas Blega khususnya

masyarakat yang menyimpan air di kontainer-kontainer seperti bak mandi


44

atau WC, tempayan, drum, dan lain-lain untuk persediaan air, inilah faktor

yang mendukung sebagai tempat perindukan nyamuk penular DBD.

Keberadaan jenis tempat penampungan air, baik yang berada di dalam

maupun di luar rumah, mempunyai resiko yang tinggi sebagai tempat

perindukan nyamuk (Farid, 2009). Tempat perkembangbiakan utama bagi

nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer, baik yang terdapat di dalam

rumah atau di luar rumah yang dapat menampung air seperti drum, bak

mandi, vas bunga, kaleng kosong, tempat minum burung, tempayan

(Budiyanto, 2012).

Faktor selanjutnya adalah perilaku masyarakat berkaitan dengan

pelaksanan PSN DBD yang kurang dari masyarakat yaitu tidak menutup

tempat-tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan jarang

menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air. Pada

saat ini pemberantasan Ae. aegypti merupakan cara utama yang

dilakukan untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue karena

sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit

demam berdarah dengue (Sutanto, 2009). Pelaksanaan PSN DBD yang

buruk ini akan memberikan peluang bagi nyamuk untuk bertelur dan

berkembangbiak. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna PSN 3M plus di bak

mandi, ember dan gentong plastik dengan ada jentik di tempat

penampungan air tersebut (Widagdo, 2008)

6.3 Hubungan antara Peran Kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik

Berdasarkan pada hasil Tabel 5.8 didapatkan bahwa hasil korelasi

Koefisien Kontingensi dengan p value sebesar 0,003, karena nilai p =


45

0,003 < 0,05 (α = 5%), dapat disimpulkan bahwa ada hubungan atau

keterkaitan antara peran kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik dan

juga didapatkan nilai korelasi spearman sebesar 0,363 untuk meneliti

seberapa kuat hubungannya. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa

hubungan peran kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik tidak terlalu

signifikan, hal ini dikarenakan masih adanya faktor lain yang

mempengaruhi ABJ seperti lingkungan dan perilaku masyarakat.

Hubungan antara peran kader Jumantik dengan Angka Bebas

jentik diwilayah kerja Puskesmas Blega bisa kita lihat dari tabel hasil uji

korelasi Koefisien Kontingensi yang menunjukkan bahwa peran kader

yang terlaksana dapat menghasilkan Angka Bebas Jentik meskipun

hanya 15 kader, dan untuk kader yang perannya tidak terlaksana tidak

bisa menghasilkan Angka Bebas Jentik yaitu 0%. Hal ini berkaitan

dengan hasil penelitian yang menunjukkan lemahnya hubungan antara

peran kader Juamantik dengan ABJ disebabkan oleh faktor lain yang

menentukan Angka Bebas Jentik itu sendiri seperti lingkungan dan

perilaku masyarakatnya.

Lingkungan masyarakat di kecamatan Blega ini belum dikatakan

sadar akan kebersihan karena masih banyak anak sungai dan saluran

pembuangan air (got) yang digunakan untuk tempat pembuangan

sampah sehingga apabila musim penghujan datang sering terjadi banjir,

khususnya di Puskesmas Blega. Kebiasaan lain yang mendukung

terjangkitnya DBD adalah kebiasaan warga Puskesmas Blega yang suka

menimbun air, yang biasa digunakan untuk keperluan memasak, mandi,

dan mencuci. Inilah yang menjadi beberapa alasan tempat bersarangnya


46

nyamuk DBD karena air tidak mengalir dan mempengaruhi angka bebas

jentik.

Dari hasil penelitian laporan dari kader Jumantik dan tenaga

kesehatan Puskesmas Blega menunjukkan bahwa sebagian besar rumah

diwilayah kerja Puskesmas Blega ditemukan tempat penampungan air

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan hal ini yang beresiko

menjadi perindukan jentik nyamuk. Keberadaan kontainer air sangat

berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, karena

semakin banyak kontainer/tempat penampungan air yang memadai maka

akan semakin banyak pula tempat perindukan dan semakin padat juga

jentik nyamuk Aedes aegypti di dalam kontainer tersebut (Wati, 2009).

Faktor selanjutnya yatu ketika peneliti mengambil data penelitian

bersamaan dengan masih tingginya curah hujan di Madura, hal ini juga

menjadikan faktor tingginya perkembangan biakan jentik nyamuk di

wilayah kerja Puskesmas Blega. Kepadatan nyamuk akan meningkat

pada saat musim hujan tiba, hal ini terjadi karena banyak terdapat

genangan air bersih yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk

berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti. Pada musim penghujan nyamuk

Aedes aegypti tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti mulai

terisi air, dimana pada waktu musim kemarau tidak terisi air. Telur yang

belum menetas pada musim kemarau, pada waktu musim hujan dalam

waktu singkat akan menetas. Pada musim hujan banyak tempat

penampungan air yang berada diluar rumah mulai terisi air hujan dan

dapat dipergunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes

aegypti (Kemenkes RI, 2013).


47

Faktor lainnya yang menyebabkan masih banyaknya wilayah yang

tidak bebas jentik adalah tidak adanya monitoring langsung dari pihak

Puskesmas Blega terhadap kegiatan pemantauan jentik yang dilakukan

oleh kader Jumantik. Hal ini bisa menyebabkan pelaksanaan pemantauan

jentik kurang optimal dari kader Jumantik karena kegiatan monitoring

memiliki peran penting untuk mengenali dan mengevaluasi

perkembangan yang terjadi akibat tindakan, mengenali apakah

pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana dan apakah telah terjadi

peningkatan dengan adanya tindakan tersebut (Widayati, 2008). Tujuan

dari monitoring adalah mengkaji apakah kegiatan kegiatan yang

dilaksanakan telah sesuai dengan rencana, mengidentifikasi masalah

yang timbul agar langsung dapat diatasi, melakukan penilaian apakah

pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai

tujuan, mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk

memperoleh ukuran kemajuan (Mudjahidin & Putra, 2010).

Jadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah meskipun peran

kadernya terlaksana namun tidak diringi oleh perubahan perilaku

masyarakat maka tidak akan mengahasilkan Angka Bebas Jentik yang

signifikan, karena pada dasarnya kader Jumantik sebagai penggerak

untuk merubah perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan DBD.

Jumantik merupakan orang yang berasal dari masyarakat, yang diberikan

pelatihan untuk melaksanakan pemeriksaan jentik secara berkala dan

terus-menerus serta menggerakan masyarakat dalam melaksanakan

pemberantasan sarang nyamuk DBD. (Depkes RI, 2009)


48

6.4 Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti hanya mengambil data angka bebas jentik dari laporan

Puskesmas

2. Ditemukannya data identitas kuesioner dari kader Jumantik yang

masih kurang lengkap

3. Peneliti tidak melakukan observasi langsung sikap dan perilaku

masyarakat terkait upaya pencegahan DBD

6.5 Implikasi Keperawatan

Keperawatan komunitas adalah suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

(public health) dengan dukungan peran masyarakat secara aktif serta

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif yang

berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rahabilitatif

secara menyeluruh dan terpadu yang ditunjukkan kepada individu,

keluarga, kelompok serta masyarakat. Tujuan dari keperawatan

komunitas adalah memberikan pelayanan keperawatan dan perhatian

langsung dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan

masyarakat.

Strategi intervensi yang dapat diterapkan sebagai perawat

komunitas salah satunya sebagai pendidik atau edukator adalah

memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok masyarakat yang

beresiko tinggi maupun kader kesehatan dan merubah perilaku

kesehatan masyarakat. Sesuai dengan penelitian ini, perawat diharapkan

mampu memperdayakan kader dengan menambah pengetahuan dan

keterampilan kader sebagai seorang penggerak di lingkungan


49

masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kader

Jumantik dalam melaksanakan perannya untuk meningkatakn Angka

Bebas Jentik.
BAB VII

PENUTUP

11.1 Kesimpulan

1. Peran Kader Jumantik yang terlaksana sebesar 70,18%


2. Wilayah yang memiliki
3. Angka Bebas Jentik (≥95 %) sebanyak 26,3%
4. Hasil analisis hubungan antara peran kader Jumantik dengan Angka

Bebas Jentik didapatkan nilai korelasi spearman sebesar 0,363

dengan nilai p = 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara peran kader Jumantik dengan angka bebas jentik

karena nilai signifikansi lebih rendah dari α = 5%. Dengan demikian

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang lemah

antara peran kader Jumantik terhadap Angka Bebas Jentik diwilayah

kerja Puskesmas Blega

11.2 Saran

1. Bagi Puskesmas Blega diharapkan informasi ini dapat memberikan

masukan untuk lebih mengoptimalkan pelatihan kader Jumantik

dalam melaksanakan tugasnya dan kampanye kesehatan untuk

masyarakat seperti lomba kebersihan dan gerakan 1 rumah 1

Jumantik agar dapat mencapai target Angka Bebas Jentik nasional.

2. Penelitian selanjutnya melakukan observasi terhadap kegiatan

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), pemberian penyuluhan, dan PSN

yang dilakukan jumantik serta melakukan penelitian terkait faktor-

faktor lain yang berhubungan dengan ABJ seperti lingkungan, perilaku

50
51

3. masyarakat, dukungan tokoh masyarakat, ketersediaan sarana

prasarana, dan lain-lain.

4. Untuk kader Jumantik diharapkan lebih aktif dalam upaya

pencegahan penyakit DBD, terutama dalam tugas pemantauan jentik

untuk lebih teliti dan cermat dalam mengamati jentik nyamuk.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A., Drajat, A., Sugesti, N., dan Dwihardi, W. Pengaruh Efektivitas

Jumantik Terhadap Angka Bebas Jentik di Desa Tambakrejo Kecamatan

Krembung Kabupaten Sidoarjo. FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

2016

Ariati, J. dan Athena, A. 2014. Model Prediksi Kejadian Demam Berdarah

Dengue (DBD) Berdasarkan Faktor Iklim di Kota Bogor, Jawa Barat.

Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 42, No. 4, H. 249-256.

Basri, C., dkk. 2009. Sustainable scaling up of good quality health worker

education for tuberculosis control in Indonesia: a case study. Human

Resources for Health, 7(85)

Budiyanto, A. 2012. Karakteristik Kontainer Terhadap keberadaan jentik Aedes

aegypti Di Sekolah Dasara. Jurnal Pembangunan Manusia

Chadijah, S., dkk. 2011. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam

Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di Dua

Kelurahan di Kota Palu Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan

Volume 21 Nomor 4.

Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk

Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Pendekatan Komunikasi

Perubahan Perilaku (Communication For Behavioral Impact). Jakarta:

Ditjen PP dan PL.

Dinas Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Dinkes Jatim.

Surabaya

52
53

Dinas Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Bangkalan. Dinkes

Kabupaten Bangkalan. Bangkalan.

Farid, S.N. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik

Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten

Boyolali, Skripsi, Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Gopalan, S.S., Mohanty, S., Das A. 2012. Assessing community health workers’

performance motivation: a mixed-methods approach on India’s Accredited

Social Health Activists (ASHA) programme. BMJ Open, 2(1557)

Indah, R. 2011. Studi Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Aceh Dalam

Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Prosiding seminar hasil

penelitian Kebencanaan TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh,

http://www.tdmrc.org/id/wpcontent/uploads/2011/04/3439_studi_pengetah

uan_sikap.pdf

Kepmenkes. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2. Pusat Data dan

Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI. Jakarta

______2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengeu. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI. Ditjen PP dan PL. Hlm. 10, 21, 53-9

______2012. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh Juru

Pemantau Jentik (jumantik). Jakarta : Kemenkes RI.

______2013. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia,

Ditjen PP dan PL, Jakarta

______2016. Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M-Plus dengan Gerakan 1

Rumah 1 Jumantik. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

______2016. Situasi DBD di Indonesia. Pusat Data dan Informasi. Jakarta

Selatan
54

______2016. Wilayah KLB DBD ada di 11 Provinsi.

http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-

11-provinsi.html diakses tanggal 07 September 2017

Kostania, G. 2015. Pelaksanaan pelayanan kebidanan komlementer pada Bidan

praktek mandiri di Kabupaten Klaten. Gaster. Vol. XII No. 1pp 48-72.

Mangkunegara, A.A.A.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Maulana, D.H. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD).

Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2.

Mudjahidin, & Putra, N. P. (2010). Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring

Perkembangan Proyek Berbasis Web Studi Kasus Di Dinas Bina Marga

dan Pemantusan. Jurnal Teknik Industri Vol.11 No.1, 7583.

Rahman SM, dkk. 2010. Factors affecting recruitment and retention of community

health workers in a newborn care intervention in Bangladesh. Human

Resources for Health, 8(12)

Rasmanto, M.F, dkk. 2016. Model Prediksi Kejadian Demam Berdarah Dengue

(DBD) Berdasarkan Unsur Iklim di Kota Kendari Tahun 2000-2015. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No. 3, H.1-14

Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha

Medika

Robbins, S.P. 2015. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa : Ratna Saraswati dan

Febriella Sirait. Jakarta : Salemba empat

Soegijanto, S. 2008. Demam Berdarah Dengue, Edisi 2. Surabaya : Airlangga

University Press
55

Sutanto, I. 2009. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

WHO. 2012. Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan

dan Pengendalian Edisi 2. Jakarta : EGC

Wuryaningsih, T. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan dan Persepsi Dengan

Perilaku Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN DBD) Di Kota Kediri. Tesis. Program

Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Wuryanto, E. 2010. Hubungan Lingkungan Kerja Dan Karakteristik Individu

Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah

Tugurejo Semarang. Universitas Indonesia : Fakultas Ilmu Keperawatan.

Wati, W.E. 2009. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun

2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Widagdo, H.B .2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator

Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M plus) di Kelurahan

Srondol Wetan, Semarang : Jurnal Makara Kesehatan, Vol.12, No,1.

Widayati, A. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi

Indonesia Vol.VI No.1, 87-93.


LAMPIRAN
Lampiran 1

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Iqbal Taufiq Ariansyah

NIM : 145070207111006

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir ini yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang diakui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di

kemudian hari dapat dibuktikan bahwa ini adalah hasil jiplakan, maka saya

berse-dia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang

Yang membuat pernyataan,

Iqbal Taufiq Ariansyah


145070207111006

56
57

Lampiran 2. Lembar Penjelasan

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya adalah Iqbal Taufiq Ariansyah mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan

dengan ini meminta Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam

penelitian yang berjudul “Hubungan Peran Kader Jumantik dengan Angka

Bebas Jentik di Wilayah Kerja Puskesmas Blega Kecamatan Blega

Kabupaten Bangkalan”

2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana peran kader

Jumantik dalam melaksanakan perannya untuk pencegahan DBD sehingga

memenuhi salah satu indikator keberhasilan (Angka Bebas Jentik)

3. Prosedur pengambilan sampel adalah random sampling. Cara ini mungkin

menyebabkan Bapak/Ibu sebagai responden harus menyisihkan waktu

sebentar sekitar 5 menit untuk mengisi kuisioner dari kami.

4. Keuntungan yang Bapak/Ibu peroleh dengan keikutsertaan Bapak/Ibu adalah

dapat mengetahui peran kader Jumantik terhadap Angka Bebas Jentik

5. Seandainya Bapak/Ibu tidak menyetujui cara ini maka Bapak/Ibu boleh tidak

megikuti penelitian ini. Bapak/Ibu tidak akan dikenakan sanksi apapun

6. Nama dan jati diri Bapak/Ibu akan kami rahasiakan.

7. Dalam penelitian ini Bapak/Ibu akan mendapatkan tanda terima kasih berupa

mug yang akan saya berikan setelah Bapak/Ibu mengisi kuesioner

Peneliti
58

Lampiran 3. Informed Consent

PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM

PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar penjelasan

dan telah dijelaskan oleh peneliti

2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia/tidak bersedia

*) untuk ikut serta menjadi salah satu subjek penelitian yang berjudul

“Hubungan Peran Kader Jumantik dengan Angka Bebas Jentik di Wilayah

Kerja Puskesmas Blega Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan”

Malang,

Peneliti Yang membuat pernyataan,

( Iqbal Taufiq Ariansyah ) (...........................................)

NIM. 145070207111006

Saksi I Saksi II

(...........................................) (............................................)

Keterangan :
*coret yang tidak perlu
59

Lampiran 4

KUESIONER UNTUK KADER JUMANTIK

Identitas Umum

Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Masa Kerja Kader Jumantik :
Alamat :
60

KUISIONER PERAN KADER JUMANTIK

Petunjuk Pengisian Kuesioner

Pertanyaan berikut ini dapat dijawab dengan memberi tanda (v) pada kolom

yang tersedia

Peran Kader Jumantik

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Apakah Bapak/Ibu melakukan pemantauan jentik berkala
(PJB) 1 minggu sekali?
2. Selain rumah warga, apakah Bapak/Ibu juga melakukan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) di tempat-tempat
umum (seperti mesjid, mushalla, balai desa, dan lain-
lain)?
3. Apakah Bapak/Ibu sudah melakukan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) di minggu terakhir?
4. Apakah Bapak/Ibu menggunakan tanda pengenal (pin
pengenal, topi, atau rompi jumantik) dalam melakukan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB)?
5. Jika ditemukan jentik, apakah Bapak/Ibu sebagai
jumantik meminta anggota keluarga untuk melihat
adanya jentik?
6. Apakah Bapak/Ibu memberikan penyuluhan kepada
masyarakat terkait pencegahan DBD?
7. Apakah Bapak/Ibu melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) DBD bersama warga secara rutin?
8. Apakah Bapak/Ibu mengajak pengelola tempat-tempat
umum (seperti mesjid, mushalla, balai desa, dan lain lain)
untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
DBD?
9. Apakah Bapak/Ibu rutin melakukan kerja bakti untuk
kebersihan lingkungan sekitar bersama warga?

Lampiran 5

HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS


61

1. Hasil Uji Validitas

Correlations

X
X1 Pearson Correlation .597**
Sig. (2-tailed) .005
N 20
X2 Pearson Correlation .533*
Sig. (2-tailed) .015
N 20
X3 Pearson Correlation .533*
Sig. (2-tailed) .015
N 20
X4 Pearson Correlation .495*
Sig. (2-tailed) .026
N 20
X5 Pearson Correlation .542*
Sig. (2-tailed) .014
N 20
X6 Pearson Correlation .576**
Sig. (2-tailed) .008
N 20
X7 Pearson Correlation .538*
Sig. (2-tailed) .014
N 20
X8 Pearson Correlation .629**
Sig. (2-tailed) .003
N 20
X9 Pearson Correlation .585**
Sig. (2-tailed) .007
N 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

2. Hasil Uji Reabilitas

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Laampiran 6

Tabulasi Data
62

KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN

KlasifikasiUsia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <32 31 54.4 54.4 54.4

>32 25 43.9 43.9 98.2

= 32 1 1.8 1.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 16 28.1 28.1 28.1
P 41 71.9 71.9 100.0
Total 57 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid S1 5 8.8 8.8 8.8
SD 27 47.4 47.4 56.1
SMA 8 14.0 14.0 70.2
SMP 17 29.8 29.8 100.0
Total 57 100.0 100.0

KlasifikasiMasaKerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <2 37 64.9 64.9 64.9

>2 6 10.5 10.5 75.4

=2 14 24.6 24.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

DATA HASIL PENELITIAN

ABJ

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bebas 42 73.7 73.7 73.7

Bebas 15 26.3 26.3 100.0

Total 57 100.0 100.0


63

Kader Jumantik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Terlaksana 17 29.8 29.8 29.8
Terlaksana 40 70.2 70.2 100.0
Total 57 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KlasifikasiPeran * ABJ 57 100.0% 0 0.0% 57 100.0%

KlasifikasiPeran * ABJ Crosstabulation

ABJ

Tidak Bebas Bebas Total

KlasifikasiPeran Tidak Terlaksana Count 17 0 17

% within ABJ 40.5% 0.0% 29.8%

Terlaksana Count 25 15 40

% within ABJ 59.5% 100.0% 70.2%


Total Count 42 15 57

% within ABJ 100.0% 100.0% 100.0%

Symmetric Measures

Approximate
Value Significance

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .363 .003


N of Valid Cases 57

Lampiran 7

CURRICULUM VITAE

Nama : Iqbal Taufiq Ariansyah

Tempat, tanggal Lahir : Bangkalan, 17 Juli 1995


64

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Perum Graha Sukun Permai B-15

Hp/No WA : 0822-3123-5210

Email : iqbalariansyah1@gmail.com

Motto : Lillah

Jenjang Pendidikan Formal

Tahun Pendidikan

2002-2008 SDN Patereman II

2008-2011 SMPN 1 Modung

2011-2014 MAN Bangkalan

2014-Sekarang PSIK FK Universitas Brawijaya

Lampiran 8

DOKUMENTASI FOTO KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai