Anda di halaman 1dari 20

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BIOLOGI

AKSIOMA PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN MODEL PENYUSUNAN


KURIKULUM BIOLOGI

Disusun oleh :

Kelompok 2 : Pendidikan Biologi I 2016

1. Monita Rahayu (16304241011)


2. Khairusyifa Pratiwi (16304241040)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
AKSIOMA PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN MODEL
PENYUSUNAN KURIKULUM BIOLOGI

Abstrak

Kerangka penerapan kurikulum 2013 untuk sekolah menengah pertama, sekolah


menengah atas,atau sekolah menengah kejuruan, diharapkan dapat terealisasi.
Para guru diharapkan agar mampu melaksanakan kurikulum 2013 dan
mengembangkannya. Dalam suatu proses pelaksanaan dan pengembangan
kurikulum diperlukan suatu model-model penyusunan kurikulum. Model
penyusunan tersebut dapat menjadi landasan guru untuk mencapi tujuan-tujuan
kurikulum yang terarah.Guru juga harus mampu membaca visi kurikulum,
terutama agar persepsi yang dibentuk dalam pemikiran guru itu terdapat
relevansi dengan visi kurikulum yang secara prinsip terkandung dalam tujuan-
tujuan kurikulumnya. Oleh karena itu, kegiatan pengembangan pengetahuan dan
keterampilan guru dalam mengimpleman-tasikan Kurikulum 2013 perlu terus
dilakukan, baik yang difasilitasi oleh sekolah, dinas pendidikan, dan terutama
pemerintah daerah. Dalam kesempatan ini dibahas aksioma penembangan
kurikulum dan model penyusunan kurikulum biologi.

Kata Kunci : aksioma, kurikulum, model

A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Aksioma dan pengembangan kurikulum 2013
Menurut KBBI tahun 2008 halaman 31, Aksioma adalah ketentuan
mutlak, pernyataan yang tidak dapat diragukan lagi dan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai suatu tujuan, isi, dan bahan
pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(UUSPN nomor 20 tahun 2003). Kurikulum dapat dikatakan baik apabila
sesuai dengan kebutuhan siswa, dapat dilaksanakan dan dikembangkan untuk
mencapai suatu tujuan. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses
identifikasi, evaluasi, analisis, sintesis, pengambilan keputusan dan kreasi
elemen-elemen kurikulum. Jadi Aksioma dan prinsip pengembangan
kurikulum adalah berbagai hal yang merupakan ketentuan mutlak
dan harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang
terkait dengan pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum ada dua kategori prinsip, yaitu prinsip
umum dan prinsip khusus. Prinsip khusus adalah prinsip yang dijadikan
landasan pada pengembangan kurikulum tertentu.
1) Prinsip umum
Prinsip umum adalah prinsip yang dijadikan landasan untuk semua
pengembangan kurikulum
a) Menurut Oliva (Susilana 2006:53)
Dalam hal ini, Oliva menggunakan istilah axioms, untuk mewadahi
keragaman tipe prinsip. Sepuluh aksioma pengembangan kurikulum
yaitu:
1) Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindarkandan bahkan diperlukan.
2) Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.
3) Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara
bersamaan bahkan tumpang tindih dengan kurikulum yang
terjadi masa kini.
4) Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat
dan jikaada perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
5) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama
kelompok.
6) Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses
menentukan pilihan dari sekian alternatif yang ada.
7) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan
pernah berakhir.
8) Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan
secarakomprehensif, bukan aktifitas bagian per bagian yang
terpisah.
9) Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan
denganmengikuti suatu proses yang sistematis.
10) Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum
yangada.
b) Menurut Sukmadinata
Sukmadinata tahun 2010 halaman 150 menjelaskan bahwa terdapat
5 prinsip umum pengembangan kurikulum yaitu
1) Prinsip relevansi ( kesesuaian)
Prinsip relevansi ada dua macam yaitu relevansi secara internal
dan secara eksternal. Prinsip relevansi secara eksternal
bermaksud bahwa kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat baik dimasa kini atau dimasa depan
sehingga diharapkan mampu menyiapkan anak-anak untuk
memenuhih harapan, kebutuhan, dan kondisi tempat ia berada.
Agar prinsip relevansi eksternal ini dapat tercapai seorang
pengembang kurikulum harus memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas baik pada masa kini atau rencana dimasa
depan. Sedangkan relevansi internal bermaksud bahwa antar
komponen kurikulum harus memeiliki kesesuaian.
Kurikulum merupakan suatu sistem ya n g
d i bangun oleh sub sistem atau komponen tujuan, isi, metode,
dan evaluasiyang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Ketidak sesuaian antar komponen-komponen ini
akanmenyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai
tujuannya secaraoptimal. Implikasi dari prinsip ini yaitu
seorang pengembang kurikulumharus memahami tentang
jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum,
metode pembelajaran, dan sistem evaluasi.
2) Prinsip Fleksibilitas
Sesuai prinsip fleksibilitas kurikulum harus lentur, tidak kaku
terutama dalam hal pelaksanaannya artinya suatu kurikulum
dapat memberikan alternatif dalam, pencapaian tujuan melalui
metode atau cara tertentu yang sesuai dengan kondisi kurikulum
tersebut.
3) Prinsip Kontinuitas
Artinya kurikulum harus dikembangkan secara
berkesinambungan meliputi sinambung antar kelas atau antar
jenjang pendidikan. Misalnya : materi pelajaran diberikan mulai
dari umum ke khusus, mudah ke susah untuk setiap urutan
jenjang pendidikannya.
4) Prinsip Praktis
Maksudnya adalah kurikulum harus bisa diterapkan dalam
praktek pendidikan sesuai situasi dan kondisi tertentu. Sebelum
suatu kurikulum diterapkan, perlu adanya peninjauan mengenai
tempat, situasi, dan kondisi dimana kurikulum akan
dilaksanakan. Kurikulum yang praktis meliputi beberapa aspek
yaitu efisien dan tidak boros sesuai kemampuan yang dimiliki.
5) Prinsip efektivitas
Kurikulum harus sejalan dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu dalam pembuatannya, kurikulum harus memiliki
tujuan yang jelas, tepat, dan sesuai dengan keinginan yang akan
dicapai.

2. Model-Model Pengembangan Kurikulum

Menurut Good dan Travers, model adalah abstraksi dunia nyata


atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif,
matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Sedangkan menurut
KBBI model adalah pola, contoh, acuan, dam ragam dari sesuatu yang
akan dihasilkan. Apabila dikaitkan dengan model pengembangan
kurikulum berarti suatu pola atau acuan dalam dalam melaksanakan
pembelajaran.
Jadi model pengembangan kurikulum adalah suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi suatu
kurikulum serta memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum(Tim
Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2006: 79).

Model- Model Pengembangan Kurikulum menurut beberapa ahli :

Berdasarkan pengelolaan kurikulum

1. Model Ralph Tyler


Model pengembangan kurikulum yang di kemukakan oleh Tyler
(1949) menitik beratkan pada logika dalam merancang progam
kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (goal and
abjectives) dan diajukan berdasarkan kepada beberapa pertanyaan yang
mengarah kepada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum.
Menurut Tyler ada 4 tahap yang harus di lakukan dalam
mengembangkan kurikulum, yang meliputi :
1. Menentukan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu sasaran atau arah yang
harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Ada
tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam
penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat
pesarta didik b) kehidupan masyarakat masa kini dan c) pandangan
para ahli bidang studi. Selain itu ada lima faktor yang menjadi arah
penentu tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan
berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap
kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan
pengembangan sikap social (Tim Pengembang MKDP, 2006 :79).
2. Menentukan proses pembelajaran yang harus di lakukan
Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan proses
pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan
paserta didik.
3. Menentukan organisasi pengalaman belajar
Isi, materi, dan bahan yang harus dilakukan harus diorganisasikan
atau disusun sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam
kegitan pembelajaran.
4. Menentukan evaluasi pembelajaran
Jenis evaluasi pembelajaran tergantung pada jenis dan sifat dari
pembelajaran, cara pembelajaran, atau aspek lain yang sudah
ditentukan sebelumnya.

2. Model Administratif
Model administratif adalah model pengembangan kurikulum yang
dibuat atau dilaksanakan oleh pemerintah pembuat keputusan untuk
kemudian disampaikan kepada tim administrator pendidikan untuk
merumuskan konsep-konsep dasar, landasan, kebijaksanaan, dan
strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Kemudian
disampaikan kepada guru-guru untuk memilih dan menyusun bahan
pengajaran, strategi pengajaran, evaluasi atau pedoman lain dalam
kurikulum (Abdullah, 2011 : 105).

3. Model Grass Roots


Model pengembangan kurikulum yang dimulai dari bawah yaitu guru
sebagai pelaksana kurikulum akan memberikan ide atau gagasan dalam
pengembangan kurikulum kemudian akan disampaikan kepada pihak-
pihak yang diatasnya sampai kepada pemerintah sebagai penentu
kebijakan dan pembuat keputusan. Kelemahan model ini adalah akan
munculnya banyak ide atau gagasan dari guru, membuat kurikulum
yang dilaksanakan menjadi berbagai macam sehingga apabila tidak
dikontrol maka proses pengembangan kurikulum akan berjalan sendiri-
sendiri, menyebabkan kekacauan dan cenderung mengabaikan
kebijakan pusat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum model Grass Roots yaitu
1. guru harus memiliki kemampuan yang propesional.
2. guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian
permasalahan kurikulum.
3. guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan
bahan, dan penentuan evaluasi.
4. seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan
konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana
(Mulyasa,2006:99).

4. Model Demonstrasi
Menurut Smith, Stanley, dan Shores dalam model demonstrasi ini
terdiri atas dua bentuk, yaitu:
1. Bentuk pertama cenderung bersifat formal, sekelompok guru dari
satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan
suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Proyek ini
bertujuan mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah
satu atau beberapa segi/komponen kurikulum. Hasil penelitian dan
pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan
yang lebih luas. Kegiatan penelitian dan pengembangan ini
biasanya diprakarsai dan diorganisasi oleh instansi pendidikan
yang berwenang, seperti direktorat pendidikan, pusat
pengembangan kurikulum, dan sebagainya.
2. Bentuk kedua kurang bersifat formal. Beberapa orang guru yang
merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba
mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri. Dengan
kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukan kurikulum atau
aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik untuk kemudian
digunakan di daerah yang lebih luas (Sukmadinata,1997:165).

5. Model Miller- Seller


Tahap pengembangan kurikulumnya yaitu
1. Klarifikasi orientasi kurikulum
Klarifikasi orientasi kurikulum biasanya dilakukan oleh para sofis,
psikologis, sosiologis, dll terhadap kurikulum yang sebaiknya
dikembangkan.
2. Pengembangan tujuan
Pengembangan tujuan ini dilakukan dengan mengembangkan
tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum
yang digunakan. Tujuan umum berkaitan dengan pandangan orang
dan pandangan masyarakat sedangkan tujuan khusus adalah hasil
pengembangan dari tujuan umum.
3. Identifikasi model mengajar( strategi mengajar)
Strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan
dengan tujuan dan orientasi kurikulum.
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah penerapan kurikulun untuk
mewujudkan suatu pengembangan kurikulum.

6. Model Taba ( Inverted Model)


Pada model Taba ini pengembangan kurikulum dilaksanakan
dengan lebih menekankan pada pemusatan perhatian guru.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memosisikan guru
sebagai innovator dalam pengembangan kurikulummerupakan
karakteristik dalam model pengembangan Taba ( Mulyasa,2006:105).
Model Taba ini dalam pengembangannya bersifat induktif atau
bersifat terbalik, yaitu Model ini diawali justru dengan percobaan,
kemudian baru penyusunan dan kemudian penerapan. Pengembangan
model ini dilakukan dengan lima tahap, yaitu :
1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru.
2. Menguji unit experiment.
3. Mengadakan revisi dan konsolidasi.
4. Mengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a
frame work).
5. Implementasi dan desimilasi.
7. Model Beuchamp
Model ini dikemukakan oleh G.A. Beauchamp seorang ahli
kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima langkah proses
pengembangan kurikulum sebagai beriku:
1. Menetapkan wilayah atau arena yang akan dicakup oleh
kurikulum tersebut,
2. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut
berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli
pendidikan/kurikulum, para ahli pendidikan dari perguruan
tinggi atau sekolah, para profesional dalam sistem pendidikan,
profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
3. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh.
4. Implementasi kurikulum.
5. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut: evaluasi
terhadapa pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah,
evaluasi terhadap desain kurikulum, evaluasi keberhasilan anak
didik, dan evaluasi sitem kurikulum.

Model Kurikulum Berdasarkan Proses Pengajaran

1. The Subject Design

Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk


mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang-
orang Yunani kemudian Romaawi mengembangkan Trivium dan
Quadrivium. Trivium meliputi gramatika, logika, dan retorika,
sedangkan Quadrivium meliputi matematiks, geometri, astonomi, dan
musik. Lebih rinci kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah

1) Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu


terlepas dari yang lainnya
2) Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-
kejadian yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
3) Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat, kebuutuhan dan
pengalaman peserta didik.
4) Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering
menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan
menggunakannya.
5) Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatiakn
cara penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori
yang menyebabkan peran siswa pasif.

Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain


kurikulum ini mempunyai beberapa kelebihan karena kelebihan-
kelebihan tersebut bentuk kurikulum ini lebih banyak dipakai.
Kelebihan kurikulum yaitu :

1) Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun


secara sitematis logis, maka penyusunnya cukup mudah.
2) Bentuk ini sudah di kenal sejak lama, baik oleh guru-guru
maupun orang tua, sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
3) Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi, sebab pada perguruan tinggi
umumnya menggunakan bentuk ini
4) Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode
utamanya adalah metode ekspositori yang dikenal tingkat
efisiennya cukup tinggi
5) Bentuk ini sagat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan
mewariskan warisan budaya masa lalu.

2. The Disciplines Design

Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin


ilmu. Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia
intelek, satu pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para
pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang teguh pada disiplin-
disiplin ilmu seperti : fisika, biologi, psikologi, sosiologi dan
sebagainya. Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan,disciplines
design tidak seperti subject design yang menekankan penguasaab
fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman (understing). Para
peserta didik didorong untuk memahami logika atau struktur
dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-
prinsip penting juga didorong untuk memahami cara mencari dan
menemukannya (modes of inquiry and discovery).

Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori


yang menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi
menggunakan pendekatan inkuiri dan diskaveri. Disciplines design
sudah menintegrasikan unsur-unsur progersifisme dari Dewey. Bentuk
ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design.
Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi yang
sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual
pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai
serentetan fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep,
hubungan dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.

Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk,


desain ini maasih memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat
memberikan pengetahuan yang berintegrasi. Kedua, belum mampu
mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga,
belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta
didik. Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan
belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih
luas dibandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan
intelektual masih cukup sempit.

3. The Broad Fields Design


Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapakan
para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya
spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk
kurikulum ini banyak digunakan di sekolah menengah pertama, di
sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di
perguruan tinggi sedikit sekali. Ada dua kelebihan penggunaan
kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya bahan yang terpisah-pisah,
walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih
memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara sistematis
dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah
memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara beberapa hal. Di
samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum
ini. Pertama, kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru
mampu menguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebih
tinggi, apalagi di perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang
yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail,
yang diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian
bahan ajar terbatas sekali,tidak menggambarkan kenyataan, tidak
memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan
demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun
kadarnya lebih rendah di bandingkan dengan subject design, tetapi
model ini tetap menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya
afektif dan kognitif tingkat tinggi.

B. METODE
Metode yang dipakai dalam pembuatan artikel ini adalah dengan
melakukan review terhadap beberapa jurnal tentang model-model
pengembangan kurikulum dan mengkaji beberapa buku untuk dijadikan
refererensi. Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan
dianalisis berdasarkan karakteristik masing-masing jurnal. Analisis data
dimulai dengan menelaah seluruh unsur-unsur data yang berasal dari
jurnal dan buku. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah
selanjutnya adalah melakukan review jurnal dan mengkaji buku teks.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil review terhadap beberapa jurnal dapat dilihat bahwa
kurikulum 2013 belum sepenuhnya berhasiil dilakukan. Ada beberapa
penyebab yang mengakibatkan proses belajar mengajar menggunkaan
kiruikulum 2013 menjadi terhambat. Sebagai contohnya guru dan siwa di
SMA Se-Kota Lamongan ada yang belum mememahami secara umum
mengenai kurikulum tersebut karena kurangnya kegiatan sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah. Hambatan yang dialami guru yaitu kesadaran
dan pengetahuan guru tentang konsep kurikulum 2013, persiapan
perangkat awal, proses pembelajaran, kesedaran dan penilaian hasil
belajar. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi berdasarkan
Kurikulum 2013 sudah dilakukan dengan baik mulai dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Keterlaksanaan pembelajaran
yang dilakukan semua mengacu pada Permendikbud No. 65 Th. 2013
tentang standar proses dan Permendikbud No. 81a tentang implementasi
Kurikulum 2013. Tetapi pada penyusunan RPP guru belum memahami
benar seluk-beluk penyusunan RPP. Padahal sebagaimana yang kita
ketahui, seorang guru itu diharuskan dan diwajibkan untuk menyusun
RPP. Pada RPP inilah rencana pembelajaran guru tertuang.
Perubahan Kurikulum 2013 harus didukung oleh peran serta
guru dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru memegang peran
penting dalam perubahan Kurikulum. Sebaik apapun Kurikulum yang
dibuat jika guru yang menjalankan tidak memiliki kemampuan yang baik
maka Kurikulum tersebut tidak akan berjalan dengan baik (Kemendiknas,
2013). Pemerintah sudah melaksanakan pelatihan implementasi
Kurikulum 2013 pada 61.074 guru, terdiri atas 572 orang instruktur
nasional, 4.740 orang guru inti dan 55.762 guru sasaran. Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan
menyatakan bahwa hasil pelatihan yang diperoleh ternyata banyak guru
yang belum paham dengan Kurikulum 2013, sehingga dari segi
pemahaman harus segera ditingkatkan pada tahun ajaran selanjutnya
2014/2015 (Zubaedah, 2014).
Dengan adanya perubahan menjadi Kurikulum 2013 maka
secara tidak langsung perangkat pembelajaran juga ikut berubah sesuai
standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Namun yang menjadi
kendala dalam hal ini adalah belum adanya kreativitas dalam materi dan
perangkat pembelajaran dari guru yang akan meningkatkan kemampuan
anak dalam menerima suatu materi agar tujuan dari kurikulum 2013 dapat
terpenuhhi. Oleh karena itu diperlukan suatu proses pengembangan
kurikulum yang bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum 2013 ini
dengan segala aspek kekurangannya sehingga akan dihasilkan kurikulum
yang lebih mantap, pasti, bermanfaat, dan tidak menimbulkan kerancuan
baik di pihak siswa atau guru.
Berdasarkan hasil penelitian secara konseptual di SMA se
daerah Lamongan, tidak ada guru yang keberatan dengan pengembangan
Kurikulum 2013, karena hampir semua guru menyadari bahwa Kurikulum
selalu memerlukan pengembangan baru sesuai dengan perkembangan
masyarakat.Pengembangan kurikulum yang dimaksudkan tidak hanya
pada memberikan penjelasan tentang kurkulum 2013 dengan segala
sistemnya akan tetapi juga pengembangan dalam cara pengajaran, cara
berinteraksi, peralatan yang digunakan, maupun model-model
pembelajarannya.

Kurikulum KTSP Biologi


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari
tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan
alam sekitar.
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan
hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan
selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan
pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan
memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan
atau memecahkan masalah sehari-hari.
Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan
berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan pengetahuan
pendukung lainnya.
Ruang Lingkup
Mata pelajaran Biologi di SMA / MA merupakan kelanjutan
IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan
penerapannya yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk


hidup, hubungan antarkomponen ekosistem, perubahan materi dan energi,
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,
hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
3. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas,
evolusi, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.

D. KESIMPULAN
1. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru biologi kelas X di
SMA Negeri Se-Kota Lamongan adalah rendahnya kesadaran guru
tentang konsep Kurikulum 2013, kurangnya persiapan sehingga
kesulitan menyusun perangkat awal pembelajaran, kesulitan
memaksimalkan pembelajaran dengan menumbuhkan kreatif diri
siswa, terlalu banyaknya penambahan jam pelajaran dan tidak
jelasnya sistem penilaian hasil belajar siswa.
2. Alternatif pemecahan dan solusi yang diberikan untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang terjadi adalah: pemberian sosialisasi
serta pelatihan yang intensif tentang Kurikulum 2013, perlunya
waktu yang ideal untuk implementasi Kurikulum 2013 adalah
tahun ajaran 2014/2015, dengan pengandaian buku-buku dan
gurunya sudah disiapkan secara cukup, adanya pelatihan dan
pemantapan penyusunan perangkat pembelajaran agar guru
menjadi kreatif serta secara kontinyu agar mahir
mengimplementasikan 5M, guru mempersiapkan macam-macam
antisipasi penilaian dan perlu adanya pendampingan berkala serta
pembimbingan dalam menyusun instrumen pembelajaran.
3. Keterlaksanaan pembelajaran biologi berdasarkan Kurikulum
2013 di SMA Negeri Se-Kota Lamongan ini sudah dilakukan
dengan baik mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi tetapi masih banyak masalah hambatan-hambatan yang
ditemui saat di lapangan. Dalam pelaksanaan pengajaran guru
kadang-kadang menemui banyak hambatan, di antaranya: Banyak
guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar,
Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak
sama, Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang
kurang, Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah, dan Keadaan sarana
yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah.2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: Rosdakarya.

Rizka Ayu Mei Fitriany. 2013. Analisis Hambatan Proses Pembelajaran Biologi
dan Cara Pemecahannya dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Bagi
Guru Kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan. Malang : Jurusan
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang .

Rizka Ayu Mei Fitriany. 2013. Analisis Hambatan Proses Pembelajaran Biologi
dan Cara Pemecahannya dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Bagi
Guru Kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan. Malang : Jurusan
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang .

Setyawan Pujiono.2014. Kesiapan Guru Bahasa Indonesia SMP Dalam Implementasi


Kurikulum 2013. Yogyakarta : FBS UNY. Vol 14 NO 2.

Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek.


Bandung: Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2006. Kurikulum dan


Pembelajaran. UPI Bandung.

Waskito, A.A, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Wahyu Medio, 2010.

Anda mungkin juga menyukai