Disusun oleh :
Abstrak
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Aksioma dan pengembangan kurikulum 2013
Menurut KBBI tahun 2008 halaman 31, Aksioma adalah ketentuan
mutlak, pernyataan yang tidak dapat diragukan lagi dan kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai suatu tujuan, isi, dan bahan
pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(UUSPN nomor 20 tahun 2003). Kurikulum dapat dikatakan baik apabila
sesuai dengan kebutuhan siswa, dapat dilaksanakan dan dikembangkan untuk
mencapai suatu tujuan. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses
identifikasi, evaluasi, analisis, sintesis, pengambilan keputusan dan kreasi
elemen-elemen kurikulum. Jadi Aksioma dan prinsip pengembangan
kurikulum adalah berbagai hal yang merupakan ketentuan mutlak
dan harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang
terkait dengan pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum ada dua kategori prinsip, yaitu prinsip
umum dan prinsip khusus. Prinsip khusus adalah prinsip yang dijadikan
landasan pada pengembangan kurikulum tertentu.
1) Prinsip umum
Prinsip umum adalah prinsip yang dijadikan landasan untuk semua
pengembangan kurikulum
a) Menurut Oliva (Susilana 2006:53)
Dalam hal ini, Oliva menggunakan istilah axioms, untuk mewadahi
keragaman tipe prinsip. Sepuluh aksioma pengembangan kurikulum
yaitu:
1) Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat
dihindarkandan bahkan diperlukan.
2) Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.
3) Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara
bersamaan bahkan tumpang tindih dengan kurikulum yang
terjadi masa kini.
4) Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat
dan jikaada perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
5) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama
kelompok.
6) Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses
menentukan pilihan dari sekian alternatif yang ada.
7) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan
pernah berakhir.
8) Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan
secarakomprehensif, bukan aktifitas bagian per bagian yang
terpisah.
9) Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan
denganmengikuti suatu proses yang sistematis.
10) Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum
yangada.
b) Menurut Sukmadinata
Sukmadinata tahun 2010 halaman 150 menjelaskan bahwa terdapat
5 prinsip umum pengembangan kurikulum yaitu
1) Prinsip relevansi ( kesesuaian)
Prinsip relevansi ada dua macam yaitu relevansi secara internal
dan secara eksternal. Prinsip relevansi secara eksternal
bermaksud bahwa kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat baik dimasa kini atau dimasa depan
sehingga diharapkan mampu menyiapkan anak-anak untuk
memenuhih harapan, kebutuhan, dan kondisi tempat ia berada.
Agar prinsip relevansi eksternal ini dapat tercapai seorang
pengembang kurikulum harus memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas baik pada masa kini atau rencana dimasa
depan. Sedangkan relevansi internal bermaksud bahwa antar
komponen kurikulum harus memeiliki kesesuaian.
Kurikulum merupakan suatu sistem ya n g
d i bangun oleh sub sistem atau komponen tujuan, isi, metode,
dan evaluasiyang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Ketidak sesuaian antar komponen-komponen ini
akanmenyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai
tujuannya secaraoptimal. Implikasi dari prinsip ini yaitu
seorang pengembang kurikulumharus memahami tentang
jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum,
metode pembelajaran, dan sistem evaluasi.
2) Prinsip Fleksibilitas
Sesuai prinsip fleksibilitas kurikulum harus lentur, tidak kaku
terutama dalam hal pelaksanaannya artinya suatu kurikulum
dapat memberikan alternatif dalam, pencapaian tujuan melalui
metode atau cara tertentu yang sesuai dengan kondisi kurikulum
tersebut.
3) Prinsip Kontinuitas
Artinya kurikulum harus dikembangkan secara
berkesinambungan meliputi sinambung antar kelas atau antar
jenjang pendidikan. Misalnya : materi pelajaran diberikan mulai
dari umum ke khusus, mudah ke susah untuk setiap urutan
jenjang pendidikannya.
4) Prinsip Praktis
Maksudnya adalah kurikulum harus bisa diterapkan dalam
praktek pendidikan sesuai situasi dan kondisi tertentu. Sebelum
suatu kurikulum diterapkan, perlu adanya peninjauan mengenai
tempat, situasi, dan kondisi dimana kurikulum akan
dilaksanakan. Kurikulum yang praktis meliputi beberapa aspek
yaitu efisien dan tidak boros sesuai kemampuan yang dimiliki.
5) Prinsip efektivitas
Kurikulum harus sejalan dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu dalam pembuatannya, kurikulum harus memiliki
tujuan yang jelas, tepat, dan sesuai dengan keinginan yang akan
dicapai.
2. Model Administratif
Model administratif adalah model pengembangan kurikulum yang
dibuat atau dilaksanakan oleh pemerintah pembuat keputusan untuk
kemudian disampaikan kepada tim administrator pendidikan untuk
merumuskan konsep-konsep dasar, landasan, kebijaksanaan, dan
strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Kemudian
disampaikan kepada guru-guru untuk memilih dan menyusun bahan
pengajaran, strategi pengajaran, evaluasi atau pedoman lain dalam
kurikulum (Abdullah, 2011 : 105).
4. Model Demonstrasi
Menurut Smith, Stanley, dan Shores dalam model demonstrasi ini
terdiri atas dua bentuk, yaitu:
1. Bentuk pertama cenderung bersifat formal, sekelompok guru dari
satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan
suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Proyek ini
bertujuan mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah
satu atau beberapa segi/komponen kurikulum. Hasil penelitian dan
pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan
yang lebih luas. Kegiatan penelitian dan pengembangan ini
biasanya diprakarsai dan diorganisasi oleh instansi pendidikan
yang berwenang, seperti direktorat pendidikan, pusat
pengembangan kurikulum, dan sebagainya.
2. Bentuk kedua kurang bersifat formal. Beberapa orang guru yang
merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba
mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri. Dengan
kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukan kurikulum atau
aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik untuk kemudian
digunakan di daerah yang lebih luas (Sukmadinata,1997:165).
B. METODE
Metode yang dipakai dalam pembuatan artikel ini adalah dengan
melakukan review terhadap beberapa jurnal tentang model-model
pengembangan kurikulum dan mengkaji beberapa buku untuk dijadikan
refererensi. Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan
dianalisis berdasarkan karakteristik masing-masing jurnal. Analisis data
dimulai dengan menelaah seluruh unsur-unsur data yang berasal dari
jurnal dan buku. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah
selanjutnya adalah melakukan review jurnal dan mengkaji buku teks.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil review terhadap beberapa jurnal dapat dilihat bahwa
kurikulum 2013 belum sepenuhnya berhasiil dilakukan. Ada beberapa
penyebab yang mengakibatkan proses belajar mengajar menggunkaan
kiruikulum 2013 menjadi terhambat. Sebagai contohnya guru dan siwa di
SMA Se-Kota Lamongan ada yang belum mememahami secara umum
mengenai kurikulum tersebut karena kurangnya kegiatan sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah. Hambatan yang dialami guru yaitu kesadaran
dan pengetahuan guru tentang konsep kurikulum 2013, persiapan
perangkat awal, proses pembelajaran, kesedaran dan penilaian hasil
belajar. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi berdasarkan
Kurikulum 2013 sudah dilakukan dengan baik mulai dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Keterlaksanaan pembelajaran
yang dilakukan semua mengacu pada Permendikbud No. 65 Th. 2013
tentang standar proses dan Permendikbud No. 81a tentang implementasi
Kurikulum 2013. Tetapi pada penyusunan RPP guru belum memahami
benar seluk-beluk penyusunan RPP. Padahal sebagaimana yang kita
ketahui, seorang guru itu diharuskan dan diwajibkan untuk menyusun
RPP. Pada RPP inilah rencana pembelajaran guru tertuang.
Perubahan Kurikulum 2013 harus didukung oleh peran serta
guru dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru memegang peran
penting dalam perubahan Kurikulum. Sebaik apapun Kurikulum yang
dibuat jika guru yang menjalankan tidak memiliki kemampuan yang baik
maka Kurikulum tersebut tidak akan berjalan dengan baik (Kemendiknas,
2013). Pemerintah sudah melaksanakan pelatihan implementasi
Kurikulum 2013 pada 61.074 guru, terdiri atas 572 orang instruktur
nasional, 4.740 orang guru inti dan 55.762 guru sasaran. Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan
menyatakan bahwa hasil pelatihan yang diperoleh ternyata banyak guru
yang belum paham dengan Kurikulum 2013, sehingga dari segi
pemahaman harus segera ditingkatkan pada tahun ajaran selanjutnya
2014/2015 (Zubaedah, 2014).
Dengan adanya perubahan menjadi Kurikulum 2013 maka
secara tidak langsung perangkat pembelajaran juga ikut berubah sesuai
standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Namun yang menjadi
kendala dalam hal ini adalah belum adanya kreativitas dalam materi dan
perangkat pembelajaran dari guru yang akan meningkatkan kemampuan
anak dalam menerima suatu materi agar tujuan dari kurikulum 2013 dapat
terpenuhhi. Oleh karena itu diperlukan suatu proses pengembangan
kurikulum yang bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum 2013 ini
dengan segala aspek kekurangannya sehingga akan dihasilkan kurikulum
yang lebih mantap, pasti, bermanfaat, dan tidak menimbulkan kerancuan
baik di pihak siswa atau guru.
Berdasarkan hasil penelitian secara konseptual di SMA se
daerah Lamongan, tidak ada guru yang keberatan dengan pengembangan
Kurikulum 2013, karena hampir semua guru menyadari bahwa Kurikulum
selalu memerlukan pengembangan baru sesuai dengan perkembangan
masyarakat.Pengembangan kurikulum yang dimaksudkan tidak hanya
pada memberikan penjelasan tentang kurkulum 2013 dengan segala
sistemnya akan tetapi juga pengembangan dalam cara pengajaran, cara
berinteraksi, peralatan yang digunakan, maupun model-model
pembelajarannya.
D. KESIMPULAN
1. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru biologi kelas X di
SMA Negeri Se-Kota Lamongan adalah rendahnya kesadaran guru
tentang konsep Kurikulum 2013, kurangnya persiapan sehingga
kesulitan menyusun perangkat awal pembelajaran, kesulitan
memaksimalkan pembelajaran dengan menumbuhkan kreatif diri
siswa, terlalu banyaknya penambahan jam pelajaran dan tidak
jelasnya sistem penilaian hasil belajar siswa.
2. Alternatif pemecahan dan solusi yang diberikan untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang terjadi adalah: pemberian sosialisasi
serta pelatihan yang intensif tentang Kurikulum 2013, perlunya
waktu yang ideal untuk implementasi Kurikulum 2013 adalah
tahun ajaran 2014/2015, dengan pengandaian buku-buku dan
gurunya sudah disiapkan secara cukup, adanya pelatihan dan
pemantapan penyusunan perangkat pembelajaran agar guru
menjadi kreatif serta secara kontinyu agar mahir
mengimplementasikan 5M, guru mempersiapkan macam-macam
antisipasi penilaian dan perlu adanya pendampingan berkala serta
pembimbingan dalam menyusun instrumen pembelajaran.
3. Keterlaksanaan pembelajaran biologi berdasarkan Kurikulum
2013 di SMA Negeri Se-Kota Lamongan ini sudah dilakukan
dengan baik mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi tetapi masih banyak masalah hambatan-hambatan yang
ditemui saat di lapangan. Dalam pelaksanaan pengajaran guru
kadang-kadang menemui banyak hambatan, di antaranya: Banyak
guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar,
Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak
sama, Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang
kurang, Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah, dan Keadaan sarana
yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Rizka Ayu Mei Fitriany. 2013. Analisis Hambatan Proses Pembelajaran Biologi
dan Cara Pemecahannya dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Bagi
Guru Kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan. Malang : Jurusan
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang .
Rizka Ayu Mei Fitriany. 2013. Analisis Hambatan Proses Pembelajaran Biologi
dan Cara Pemecahannya dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Bagi
Guru Kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan. Malang : Jurusan
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang .
Waskito, A.A, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Wahyu Medio, 2010.