Inovasiku 2018
Inovasiku 2018
inovasi program kesehatan ibu , yaitu =Aksi Pemantauan Ibu Hamil.(apel bumil)
aksi ini menekankan pada pendataan ibu hamil oleh kader kesehatan dengan
memberikan tanda gambar buah apel hijau setiap rumah bumil, (apel bumil) yang
normal
“Bumil yang sudah terdeteksi resiko tinggi, maka puskesmas sebagai wadah tenaga
tehnis siapkan rujukan melalui mekanisme manual rujukan”
Dalam menjelaskan tentang inovasi pelayanan kesehatan lansia yang berupa program
puskesmas santun lansia yang disertai pendaftaran pelayanan pasien lansia.
Inovasi yankes lansia juga meliputi home visit dan home care lansia, integrasi
posyandu lansia dan posbindu, kegiatan audit kematian lansia dan inovasi program
(jalangkote (pejaringan Usia Lanjut Resiko Tinggi). “ Puskesmas lansia merupakan
kegiatan dalam gedung sedangkan home visit, home care dan merupakan kegiatan
luar gedung”
Klinik UBM
atau Upaya Berhenti Merokok merupakan program inovasi puskesmas yang juga
Dalam penjelasannya ia memaparkan bahwa program ini bekerja sama dengan salah
satu Bank untuk memberikan bantuan pembiayaan kredit bagi pasien yang berhasil
berhenti merokok. “pinjaman lunak dari Bank ini merupakan reward bagi pasien klinik
UBM yang berhasil berhenti merokok”.
Masitah, yang juga seorang bidan, mengatakan bahwa dari hasil audit
maternal, penyebab kematian tersebut disebabkan sebagian ibu hamil yang
mempunyai resiko tinggi tersebut tidak pernah memeriksakan
kehamilannya ke petugas kesehatan. Mencermati kondisi seperti ini,
pihaknya melakukan upaya inovasi dengan membuat gerakan Alarm Bumil
Resti.gemariba
Bagimana mekanismenya ?.. Terkait hal tersebut ia menjelaskan bahwa
inovasi ini dibangun melalui kerja sama dengan Kader kesehatan, Ketua RT
dan tokoh masyarakat untuk melakukan pendataan khususnya ibu hamil,
baik warga kecamatan ataupun pendatang.
Dari Data bumil tersebut dilakukan screening khusus bumil dengan kategori
resiko tinggi yang kemudian petugas atau bidan desa mencatat rencana
pemeriksaan/kunjungan ulang dan perkiraan kelahiran pada “Aplikasi
TONG TONG ” kentongan yang disebar ke seluruh kader dan ketua RT
yang ada diwilayah kecamatan lapandewa
Dari Data bumil tersebut dilakukan screening khusus bumil dengan kategori
resiko tinggi yang kemudian petugas atau bidan desa mencatat rencana
pemeriksaan/kunjungan ulang dan perkiraan kelahiran pada “Aplikasi
TING TONG DAGDUG” handphone android yang disebar ke seluruh
kader dan ketua RT yang ada diwilayah kecamatan lapandewa
Catatan bumil resti pada “aplikasi mode ting tong’’ ini menjadi
“notifikasi” atau pengingat petugas untuk melakukan pemantauan /
mendeteksi jadwal kontrol dan jadwal persalinan mereka. Juga mudah
untuk menyiapkan sarana yang mendukung proses persalinan seperti mobil
ambulans, dan donor darah yang tertuang dalam P4K.
“Bidan serta Kader desa membuat catatan jadwal kontrol dan persalinan
yang telah dicatat dipengingat hape =ting tong= mereka, sehingga
memudahkan bidan untuk melakukan kunjungan rumah dalam memantau
ibu hamil pada saat pemeriksaan ulang yang mendekati waktu tafsiran
persalinan sekaligus menolong persalinan bila memang sudah saatnya”
Selain itu, program ini juga melibatkan masyarakat yang tergabung dalam
Kelompok Pemerhati Kesehatan Ibu dan Anak (KPKIA), serta melibatkan
suami dan keluarga untuk melakukan deteksi dini faktor resiko pada ibu
hamil.
Lanjutnya, dua puskesmas tersebut akan menjadi nominator dalam lomba yang sama untuk tingkat
Propinsi Kaltim. Terkait dengan kesiapan mengikuti ajang Penilaian tingkat Propinsi Kaltim, ia
menambahkan, Timnya akan melakukan konsolidasi internal dengan pemegang program di Dinkes
untuk melakukan pendampingan dan membantu mempersiapkan dokumen, sarana dan prasarana
yang dibutuhkan oleh kedua puskesmas tersebut dalam menghadapi even selanjutnya. Pihaknya
sudah mengundang masing-masing Puskesmas untuk melakukan presentasi kesiapan dokumen,
sarana dan prasarana serta program pengembangan dan inovasi yang diunggulkan.
Puskesmas Samboja adalah Puskesmas dengan kategori perkotaan yang terletak di Kecamatan
Samboja berjarak kurang lebih 80 km dari Tenggarong Ibu Kota Kabupaten. Dipimpin oleh seorang
dokter yang bernama Yazid. Dengan kepiawaiannya Yazid mampu menggerakkan seluruh Sumber
Daya yang ada di Puskesmas untuk mengoptimalkan proses manajemen administrasi, pelayanan
kesehatan klinis dan upaya kesehatan masyarakat serta mengembangkan program unggulan dan
program inovasi, diantaranya adalah gerakan Kader Sayang Ibu (KSI) dan mendirikan Pusat
Pemantauan Persalinan Aman (P3A) serta Daur Ulang Sampah Puskesmas. Program Unggulan ini
akan dibahas pada liputan khusus edisi mendatang.
Puskesmas Sebulu II adalah Puskesmas dengan kategori pedesaan yang terletak di Kecamatan Sebulu
berjarak kurang lebih 40 km dari Pusat Kota Tenggaron. Dipimpin oleh seorang Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) yang bernama Muhammad. Dengan sifat bijak dan kelembutan tutur kata ala
masyarakat desa, Muhammad mampu mengoptimalkan keterbatasan sumber daya menjadi
Puskesmas berprestasi yang luar biasa. Tidak muluk-muluk meskipun bangunan Puskesmas sebagian
besar dari bahan kayu, namun ia mampu mengoptimalkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, mengoptimalkan upaya kesehatan masyarakat dan mengembangkan program unggulan
serta menggagas program inovasi pelayanan kesehatan bagi masyarakat yaitu Klinik Remaja,
Gerakan Nikah Sehat, (gerakan simanis) dan Jurnal Resti. Program unggulan ini akan dikupas tuntas
pada liputan media edisi mendatang.
Pada kesempatan lain kabid UPK menjelaskan meskipun ia punya target terbaik untuk lomba
Puskesmas berprestasi tingkat propinsi, namun pihaknya tetap lebih mengutamakan tujuan utama
yaitu pembinaan Puskesmas berprestasi dimanfaatkan untuk meningkatkan manajemen dan
pelayanan kesehatan secara optimal. (waa)
Puskesmas Samboja adalah Puskesmas dengan kategori perkotaan yang terletak di Kecamatan
Samboja berjarak kurang lebih 80 km dari Tenggarong Ibu Kota Kabupaten. Dipimpin oleh seorang
dokter yang bernama Yazid. Dengan kepiawaiannya Yazid mampu menggerakkan seluruh Sumber
Daya yang ada di Puskesmas untuk mengoptimalkan proses manajemen administrasi, pelayanan
kesehatan klinis dan upaya kesehatan masyarakat serta mengembangkan program unggulan dan
program inovasi, diantaranya adalah gerakan Kader Sayang Ibu (KSI) dan mendirikan Pusat
Pemantauan Persalinan Aman (P3A) serta Daur Ulang Sampah Puskesmas. Program Unggulan ini
akan dibahas pada liputan khusus edisi mendatang.
Puskesmas Sebulu II adalah Puskesmas dengan kategori pedesaan yang terletak di Kecamatan Sebulu
berjarak kurang lebih 40 km dari Pusat Kota Tenggaron. Dipimpin oleh seorang Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) yang bernama Muhammad. Dengan sifat bijak dan kelembutan tutur kata ala
masyarakat desa, Muhammad mampu mengoptimalkan keterbatasan sumber daya menjadi
Puskesmas berprestasi yang luar biasa. Tidak muluk-muluk meskipun bangunan Puskesmas sebagian
besar dari bahan kayu, namun ia mampu mengoptimalkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat, mengoptimalkan upaya kesehatan masyarakat dan mengembangkan program unggulan
serta menggagas program inovasi pelayanan kesehatan bagi masyarakat yaitu Klinik Remaja,
Gerakan Nikah Sehat, dan Jurnal Resti. Program unggulan ini akan dikupas tuntas pada liputan
media edisi mendatang.
Pada kesempatan lain kabid UPK menjelaskan meskipun ia punya target terbaik untuk lomba
Puskesmas berprestasi tingkat propinsi, namun pihaknya tetap lebih mengutamakan tujuan utama
yaitu pembinaan Puskesmas berprestasi dimanfaatkan untuk meningkatkan manajemen dan
pelayanan kesehatan secara optimal. (waa)
1. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor risiko lingkungan.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di
Puskesmas.
3. Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan dengan kualitas
media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit
dan/atau gangguan kesehatan.
4. Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan minimal
Diploma Tiga di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan.
15. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan
untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara
pemicuan.
16. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut Pilar STBM adalah
perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat.
17. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau
masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan
kebiasaan individu atau masyarakat.
18. Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu
komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi
menyebarkan penyakit.
19. Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang
mengalir dan sabun.
20. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan mengelola
air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari
sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene
sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.
21. Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan sampah di
rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur
ulang.
22. PengamananLimbah Cair Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair
di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang
memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu
memutus mata rantai penularan penyakit.
BACA JUGA: Bantahan Wakil Walikota Medan Soal Pungli Akreditasi Puskesmas
LINGKUNGAN PUSKESMAS.
Bab (UKM);
BAB IV. Upaya Kesehatan ( *LINGKUNGAN ) Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS)
Standar:
4.1. Kebutuhan akan Upaya Kesehatan ( *LINGKUNGAN ) Masyarakat dianalisis.
Penanggung jawab UKM Puskesmas mengidentifikasi kegiatan-kegiatan upaya tersebut sesuai
dengan kebutuhan harapan masyarakat.
Kriteria
4.1.1. Pimpinan Puskesmas dan Penanggungjawab UKM Puskesmas menetapkan jenis-jenis kegiatan
UKM ( *LINGKUNGAN ) Puskesmas yang disusun berdasar analisis kebutuhan serta harapan
masyarakat yang dituangkan dalam rencana kegiatan program.
Pokok Pikiran:
Kegiatan-kegiatan dalam setiap UKM Puskesmas disusun oleh Kepala Puskesmas dan
Penanggung jawab UKM Puskesmas tidak hanya mengacu pada pedoman atau acuan yang
sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, maupun Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, tetapi perlu memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat
terutama sasaran program. ( *LINGKUNGAN )
Kebutuhan dan harapan masyarakat maupun sasaran dari UKM Puskesmas (
*LINGKUNGAN ) dapat diidentifikasi melalui survei, kotak saran, maupun temu muka
dengan tokoh masyarakat.
Artinya Bab 8.5 dibawah kendali PJ UKP, sedang Kesling Masyarakat dibawah kendali PJ UKM,
termasuk Lingkungan Puskesmas secara institusi, sehingga perlu bekerjasama. Apalagi dalam
pelaksanaan klinik sanitasi yang membutuhkan tenaga kesehatan lingkungan bersertifikasi.
Skip to content
Kesmas-ID
HOME
Lowongan Kerja
Berita Kesehatan
Inspirasi Kesmas
Kabar Kampus
Tips Kesehatan
Download
LOGIN
Center for Indonesia’s Strategic Development Intiatives (CISDI) akan kembali melaksanakan
program yang bertujuan untuk mengedukasi remaja mengenai bahaya merokok bernama
PROGRESIF (Program Generasi Sehat dan Kreatif) setelah sebelumnya menjalankan program
serupa, yakni Program Generasi Kreatif: Penggerak Nusantara.
Program Generasi Sehat dan Kreatif (Progresif) merupakan program promotif dan preventif untuk
mencegah keinginan merokok di usia muda terutama pada anak-anak. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai bahaya rokok untuk siswa/i kelas 7 dan kelas 8 di sekolah
lanjut tingkat pertama (SMP/MTs) terpilih di Jakarta.
BACA JUGA: Puskesmas Bambalamotu: Terus Berbenah, Optimalkan Pelayanan Kesehatan Untuk
Masyarakat!
Agar anak-anak tidak mudah terpengaruh mengonsumsi rokok dan mampu mempengaruhi teman
sebayanya agar tidak merokok, kemampuan soft skill diperlukan sejak dini. Program ini akan
mengintegrasikan informasi mengenai bahaya rokok ke dalam kurikulum sekolah dipadu dengan
peningkatkan soft skills siswa untuk tidak terpengaruh tekanan sosial untuk merokok.
Melibatkan partisipasi relawan, kegiatan pelatihan, dan kerja kelompok; PROGRESIF menyasar
peningkatan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan kepemimpinan siswa.
Tahun ini, CISDI membuka kesempatan bagi kamu yang ingin berkontribusi pada pembangunan
negara melalui bidang pendidikan. Apabila kamu merupakan seorang yang memiliki minat yang
tinggi untuk menjadi relawan, memiliki ketertarikan pada isu tembakau, serta memiliki pengalaman
dalam bidang pendidikan, yuk bergabung bersama kami!
BACA JUGA: Puskesmas Bambalamotu: Terus Berbenah, Optimalkan Pelayanan Kesehatan Untuk
Masyarakat!
Sebagai volunteer, selain akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri, kamu juga
akan mendapatkan sertifikat volunteer, sertifikat pelatihan, serta keuntungan lainnya.
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo segera daftarkan diri kamu dan jadi bagian dari generasi muda Indonesia
yang aktif dan progresif hingga Jumat, 9 Maret 2018.
——————————————————————————————————————
Program Generasi Sehat dan Kreatif (Progresif) merupakan program promotif dan preventif untuk
mencegah keinginan merokok di usia muda terutama pada anak-anak. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai bahaya rokok untuk siswa/i kelas 7 dan kelas 8 di sekolah
lanjut tingkat pertama (SMP/MTs) terpilih di Jakarta.
BACA JUGA: Puskesmas Bambalamotu: Terus Berbenah, Optimalkan Pelayanan Kesehatan Untuk
Masyarakat!
Agar anak-anak tidak mudah terpengaruh mengonsumsi rokok dan mampu mempengaruhi teman
sebayanya agar tidak merokok, kemampuan soft skill diperlukan sejak dini. Program ini akan
mengintegrasikan informasi mengenai bahaya rokok ke dalam kurikulum sekolah dipadu dengan
peningkatkan soft skills siswa untuk tidak terpengaruh tekanan sosial untuk merokok.
Melibatkan partisipasi relawan, kegiatan pelatihan, dan kerja kelompok; PROGRESIF menyasar
peningkatan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan kepemimpinan siswa.
Tahun ini, CISDI membuka kesempatan bagi kamu yang ingin berkontribusi pada pembangunan
negara melalui bidang pendidikan. Apabila kamu merupakan seorang yang memiliki minat yang
tinggi untuk menjadi relawan, memiliki ketertarikan pada isu tembakau, serta memiliki pengalaman
dalam bidang pendidikan, yuk bergabung bersama kami!
Relawan Progresif akan mendapat pengalaman terlibat dalam pelaksanaan sebuah program positif
secara komprehensif: terlibat dalam penyusunan materi edukasi, memberikan workshop kepada
siswa/i, dan terlibat dalam publikasi kegiatan dalam setiap channel komunikasi CISDI.
BACA JUGA: Puskesmas Bambalamotu: Terus Berbenah, Optimalkan Pelayanan Kesehatan Untuk
Masyarakat!
Sebagai volunteer, selain akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri, kamu juga
akan mendapatkan sertifikat volunteer, sertifikat pelatihan, serta keuntungan lainnya.
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo segera daftarkan diri kamu dan jadi bagian dari generasi muda Indonesia
yang aktif dan progresif hingga Jumat, 9 Maret 2018.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-
hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu dan penemuan baru.
Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak sekali
kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang fungsinya sebagai
penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang, kegiatan ini juga dapat
dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya.
Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan implementasi
pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di bawah ini 3 contoh
Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling sederhana dapat dilaksanakan
oleh tim UKM Puskesmas.
1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas
Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Konsep kerja nya adalah puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab
beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu
hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air
bersih pada suatu desa ).
2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan.
Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase
rumah dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan
berpengaruh pada timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk pengadaan jamban bagi
masyarakat di telurkan. Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua
sumber daya masyarakat untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga.
3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa dilakukan di indoor dan
outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh
Puskesmas Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka
Belitung memulai kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan
pemeriksaan pada ruang tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi
materinya pada tiap-tiap sesi. Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang
penyakit menular dan tidak menular.
Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan kedepan.
Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan punya daya ungkit
untuk masyarakat.
1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan,
terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa diambil
dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.
3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian
tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.
4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat
parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai
keseriusan pelaksanaan program tersebut.
5. Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan ide-ide perbaikan,
sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil kebijakan strategis
guna menyelesaikan masalah yang ada.
Contoh Upaya Meminimalisasi Resiko Kegiatan UKM Terhadap Lingkungan
Pembaca yang budiman. Sejatinya kita semua sudah faham bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
pelaksana UKM di lapangan tentunya punya resiko terhadap lingkungan dimana kegiatan tersebut
dilaksanakan ( tercantum dalam Bab 5 kriteria 5.1.5 ). Maka diperlukan identifikasi oleh tim
UKM puskesmas sebagai upaya langkah-langkah pencegahan atau minimalisasi resiko pelaksanaan
kegiatan tersebut ( baca 7 strategi agar kegiatan UKM berjalan maksimal ).
Mari kita bahas contoh kegiatan apa saja yang mempunyai resiko terhadap lingkungan. Sebelumnya
dibawah ini 9 dampak resiko kegiatan di kapangan. Diantara resiko tersebut adalah :
Dari semua kegiatan tim UKM di puskesmas beberapa diantaranya yang memiliki resiko terhadap
lingkungan, misalnya kegiatan foging fokus, pertolongan persalinan, pemeriksaan sputum TB Paru,
abatisasi, Indoor Residual Spraying, imunisasi, Mass Fever Survey, Mass Blood Survey,
pemeriksaan spesimen sample HIV dan pemeriksaan sediaan filariasis.
Saya coba membahas secara keseluruhan dari elemen penilaian 5.1.5. Sebagai contoh kasus saya
ambil kegiatan foging fokus. Foging fokus adalah kegiatan dimana dilakukan pengasapan secara
fokus pada lokus atau lokasi tertentu guna membunuh nyamuk dewasa yang di curigai masih berada
di sekitar rumah kasus DBD dan berpotensi sebagai penular DBD ke warga lain. Bahan aktif yang
digunakan adalah insektisida. Bahan campuran insektisida inilah yang menimbulkan resiko
lingkungan pada saat pelaksanaan foging fokus. Misalnya tertumpahnya sebagian insektisida di
lapangan dan asap. Yuk kita bahas satu persatu dalam elem penilaiannya:
2. Hasil analisis resiko. Dari identifikasi tadi kemudian tim UKM menganalisis dampak apa
saja yang akan timbul dari kegiatan tersebut. Jadi dibuatkan matrik tabel saja. Di analisis satu
persatu sesuai dengan hasil identifikasi. Disini yang saya ambil contoh adalah foging fokus.
Jadi di bahas apa saja dampak yang terkait pelaksanaan foging fokus, sasaran, luas area, siapa
saja yang beresiko, resiko apa saja yang akan timbul dan dampak paling buruknya apa saja.
Dibuatkan matrik tabel.
3. Rencana pencegaha dan minimalisasi resiko. Dari hasil analisis selanjutnya di buatkan lagi
matrik rencana pencegahan. Sesuai contoh diatas berarti dibuatkan rencana mengurangi
dampak. Terkait foging fokus misalnya,
4. Rencana upaya pencegahan resiko dan minimalisasi resiko dengan bukti pelaksanaan.
ini dapat dituangkan dalam rapat internal puskesmas atau rapat lintas sektor terkait.
Dituangkan dalam notulen rapat. Kalau terkait foging bisa juga dilakukan dibuat ceklist apa
saja yang telah dilakukan dan di tandatangani oleh RT atau kepala desa setempat. Berikut
juga dokumentasi foto.
6. Bukti pelaporan dan tindaklanjut. Dibuatkan laporan saja sesuai dengan apa yang sudah
dilaksanakan.
Dari uraian diatas saya hanya membahas salah satu saja kegiatan UKM dilapangan beserta resiko nya
terhadap lingkungan. Untuk kegiatan lainnya mungkin bisa disesuaikan dengan mengacu pada
contoh yang sudah saya buat.
7 Prinsip Dasar Pengendalian Penyakit Berbasis Lingkungan
Dalam pengendalian penyakit berbasis lingkungan tentunya penyebabnya adalah multi faktor
diantaranya adalah kondisi lingkungan dan mobilisasi penduduk yang cepat dan tidak terkonsentrasi
pada satu titik tertentu. Banyak disiplin ilmu yang akan terlibat di dalamnya sehingga memerlukan
peran dari berbagai pihak terkait. Tentunya urusan ini tidak hanya menjadi urusan kesehatan saja
tetapi juga menjadi urusan stakeholder yang berkaitan di dalamnya.
Beberapa kegiatan di bawah ini yang sudah dikembangkan pemerintah dalam pengendalian penyakit
berbasis lingkungan antara lain adalah
Pemetaan ini di lakukan untuk menentukan prioritas pengendalian. Pemetaan juga berbasis wilayah
dan berbasis penyakit.
Pemantauan secara terus menerus dan sistematik terhadap semua penyakit berbasis lingkungan.
Untuk melihat kondisi riil di lapangan.
3. Penyediaan Logistik
Penyiapan logistik untuk pengendalian seperti Rapid Test, insektisida dan peralatan penunjang
lainnya.
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan yang berkecimpung di dalam sistem pengendalian. Misalnya
pelatihan tenaga epidemiolog, tenaga entomolog, tenaga laboratorium dan manajemen penyakit
spesifik tersebut.
5. Intervensi Lingkungan
Ini dilakukan untuk mengintervensi lingkungan pada penyakit tertentu misalnya penyakit Malaria
dilakukan modifikasi lingkungan dan intervensi kimiawi.
Ini dilakukan untuk menemukan foktor resiko baru dan manajemen pengendalian yang paling baik
serta menemukan pola pengendalian yang paling tepat. Melihat faktor resiko kecenderungan pola
penyakit dan kaitannya dengan masyarakat.
7 hal inilah yang menjadi prinsip dasar dari pengendalian penyakit. Untuk intervensi spesifiknya
tergantung pada penyakit dan pola penyebarannya serta struktur masyarakatnya.
7 Cara Sederhana Agar Kegiatan Ukm Berjalan Maksimal
Dalam melaksanakan kegiatan di puskesmas tentunya kita memperhatikan kebutuhan dan harapan
masyarakat, kelompok masyarakat maupun individu yang menjadi sasaran kegiatan UKM
puskesmas. Melihat tujuan mulia diatas tentunya kerjasama tim di puskesmas sangat diperlukan
menimbang semua sektor terkait di dalam elemen-elemen pokok kegiatan puskesmas.
Konsultasi dan arahan serta bimbingan dari pimpinan puskesmas menjadi penting karena ini adalah
bagian dari motivasi pimpinan kepada pelaksana yang nantinya akan melaksanakan kegiatan tersebut
di lapangan. Apapun kegiatan itu perencanaan adalah satu tolak ukur keberhasilan.
Berikut 7 cara sederhana menurut Saya agar kegiatan UKM dapat berjalan secara maksimal
dilapangan :
1. Mengiventarisir semua kegiataan yang masuk dalam pokja UKM. Dalam perannya pokja
UKM terbagi dalam 2 bagian ( permenkes 75 tahun 2014 ). Ada yang esensial dan
pengembangan. Sebaiknya inventarisir dahulu kegiatan yang esensial barulah yang
pengembangan. Diantaranya yang esensial adalah Promkes, Kesling, KAI dan IKB, Gizi,
Pencegahan dan pengendalian penyakit dan UKM pengembangan : upaya yang sifatnya
inovatif dan / bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan sesuai prioritas masalah
pelayanan dan potensi sumber daya di wilayah kerjanya.
2. Membagi habis tugas yang ada sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pengelola
program. Tidak ada satu orang pelaksana pun dalam pokja UKM yang tidak kebagaian tugas
dalam menyelesaikan kegiatan UKM. Semua staf mendapat tugas yang sesuai dengan
program dan kapasitas tanggung jawabnya. Ini memang sedikit sulit menimbang di beberapa
puskesmas masih kekurangan SDM. Tetapi setidaknya bisa mensiasati dengan frekuensi
waktu dan jadwal kegiatan yang berimbang.
3. Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan agenda dalam rencana kegiatan induk
puskemas. Jadwal kegiatan menjadi penting mengingat kelompok sasaran kita adalah
masyarakat dengan beragam aktifitas. Penjadwalan disesuaikan dengan sasaran yang ada.
Misal, untuk sasaran ibu-ibu bisa dilakukan pada sore hari seperti kelas ibu hamil. Untuk
sasaran penyuluhan bisa dilaksanakan pada malam hari ( seperti yang dilakukan di Puskesmas
Kelapa Kabupaten Bangka Barat ). Pola penjadwalan ini juga tentunya di buat serinci
mungkin sampai pada tempat dan siapa PJ nya.
Demikianlah cara sederhana dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan UKM dapat berjalan
semaksimal mungkin. Memang paparan ini sepertinya mudah tetapi dalam aplikasinya tentunya
mengalami kendala. Setidaknya sudah menjadi tolak ukur yang sistematis, tersusun dan terarah guna
efektifitas kegiatan UKM.