Anda di halaman 1dari 9

IMUNISASI

Introduksi Imunisasi
IPV Dosis Kedua
(IPV2)
Virus Polio dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan permanen,
terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi

Virus polio sangat


1 2 Lingkungan yang kotor serta perilaku
menular hidup yang tidak bersih dan tidak
sehat merupakan faktor risiko
Virus yang masuk, akan
3 berkembang di dalam saluran
penularan polio. Tinja penderita polio
dapat mencemari lingkungan sekitar
pencernaan
dan menginfeksi orang lain

4 Virus kemudian menyerang system


saraf

Kelumpuhan akibat polio bersifat permanen, namum


5 dapat dicegah dengan pemberian imunisasi polio
lengkap
Indonesia mendapatkan IMUNISASI
Sertifikat Bebas Polio
tahun 2014

Bebas Polio bukan berarti Masih ada negara endemis dan


1 2
Bebas Risiko Penularan negara lain yang masih
Polio melaporkan adanya
kasus polio

Cakupan imunisasi harus 4 Penemuan 1 (satu) kasus


3
tinggi dan merata agar polio merupakan suatu
status Bebas Kejadian
Polio dapat dipertahankan Luar Biasa (KLB)
Situasi Polio di Indonesia
Prov Kab/Kota Jumlah Kasus Usia Kasus Kategori
Polio KKLB

Aceh Pidie 1 lumpuh layuh 7 tahun 1 cVDPV2


(survei sampel bulan
anak sehat: 4
anak positif
virus polio)

Aceh Utara 1 lumpuh layuh 3 tahun cVDPV2

Bireun 1 lumpuh layuh 4 tahun 6 cVDPV2


bulan

Jawa Purwakarta 1 lumpuh layuh 4 tahun 5 cVDPV2


Barat (survei sampel bulan
anak sehat: 6
anak positif
virus polio)
Polio ditularkan melalui lingkungan yang
tercemar tinja yang mengandung virus polio

Virus polio dapat hidup selama beberapa


waktu di air dan tanah
Perilaku buang air besar (BAB)
sembarangan berperan dalam penyebaran
polio.
Dari observasi, didapati Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) penduduk yang
masih kurang:
• Masih ada penduduk yang menerapkan
BAB terbuka (di sungai)
• Meskipun tersedia toilet, lubang
pembuangan langsung mengalir ke
sungai
• Air sungai dipakai sebagai sumber
aktivitas penduduk, termasuk tempat
bermain anak-anak
Introduksi Imunisasi Polio Suntik Dosis Kedua (IPV2)
ke dalam Imunisasi Rutin

PERLINDUNGAN
OPTIMAL
TERHADAP POLIO

Seluruh
• Nasional
Kab/kota di
TAHAPAN • Jawa (kecuali
Barat,
INTRODUKSI • DKI
DIY)
Jakarta
dan
• Banten
RENCANA TINDAK LANJUT INTRODUKSI IPV2
a. Sosialisasi kepada petugas pengelola imunisasi, petugas pengelola
logistik, pelaksana imunisasi dan kader serta advokasi dan koordinasi
dengan LS/LP, tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan
mengoptimalkan alokasi pembiayaan yang tersedia dan dapat
dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan lain.
b. Pada awal pelaksanaan di tahun 2023, imunisasi IPV2 diberikan
pada bayi usia 9-11 bulan 29 hari (lahir setelah 13 Juni 2022) yang
telah mendapatkan imunisasi IPV1 sekurang-kurangnya 4 minggu
sebelumnya. Imunisasi kejar bagi anak usia ≥ 12 bulan belum
dilaksanakan pada tahun 2023.
c. Mulai tahun 2024 dan seterusnya, imunisasi IPV2 diberikan pada
usia 9 bulan bersamaan dengan imunisasi campak rubella dengan
interval minimal 4 bulan dari pemberian imunisasi IPV1. Imunisasi
kejar dilaksanakan bagi anak yang belum mendapatkan dua dosis
imunisasi IPV hingga umur 59 bulan.
d. Penyusunan mikroplaning dalam rangka pelaksanaan imunisasi
IPV2 mulai dari tingkat puskesmas dengan sasaran anak yang lahir
setelah 13 Juni 2022 yang telah mendapatkan imunisasi IPV1 dengan
jarak minimal 4 minggu dan dikirimkan ke kabupaten/Kota pada
tanggal 20 Juni 2023. Adapun Microplanning kab/kota akan di terima
oleh dinas Kesehatan provinsi pada tanggal 23 Juni 2023.
e. Penggalangan dukungan dari pimpinan daerah dan stakeholder
terkait dalam rangka meningkatkan mobilisasi sasaran untuk datang ke
posyandu atau fasyankes yang memberikan pelayanan imunisasi IPV2;
f. Melaksanakan dan menyukseskan pelaksanaan introduksi imunisasi
IPV2 yaitu Juni 2023 sesuai dengan target sasaran sebagaimana
disebutkan dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Introduksi Imunisasi
IPV2.
g. Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan Pokja dan Komda,
Pokja KIPI di wilayah masing-masing.
h. Mengoptimalisasi pencatatan dan pelaporan hasil cakupan dan logistik
menggunakan aplikasi ASIK dan SMILE.
i. Memastikan seluruh sasaran mendapatkan IPV2 dengan target 90%
secara merata dan menyeluruh.
j. Penguatan surveilans aktif berbasis masyarakat dan rumah sakit dalam
rangka penemuan kasus lumpuh layu (Acute Flaccid Paralysis).

Rencana Kerja:
• Pelaksanaan Imunisasi Rutin Di Posyandu
• Sweeping sasaran untuk kelurahan Rahandouna

Anda mungkin juga menyukai