0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan6 halaman
Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan sweeping dan imunisasi IPV di Puskesmas Poned Balowerti Kota Kediri. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tingkat imunitas terhadap polio di populasi mencapai 95% dan memberikan perlindungan optimal bagi anak usia 4-11 bulan terhadap virus polio. Pelaksanaannya meliputi pendataan sasaran, persiapan logistik, teknis pemberian vaksin, evaluasi, serta kerja sama lintas program dan se
Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan sweeping dan imunisasi IPV di Puskesmas Poned Balowerti Kota Kediri. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tingkat imunitas terhadap polio di populasi mencapai 95% dan memberikan perlindungan optimal bagi anak usia 4-11 bulan terhadap virus polio. Pelaksanaannya meliputi pendataan sasaran, persiapan logistik, teknis pemberian vaksin, evaluasi, serta kerja sama lintas program dan se
Dokumen ini membahas kerangka acuan kegiatan sweeping dan imunisasi IPV di Puskesmas Poned Balowerti Kota Kediri. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan tingkat imunitas terhadap polio di populasi mencapai 95% dan memberikan perlindungan optimal bagi anak usia 4-11 bulan terhadap virus polio. Pelaksanaannya meliputi pendataan sasaran, persiapan logistik, teknis pemberian vaksin, evaluasi, serta kerja sama lintas program dan se
K No. Revisi : 00 A PEMERINTAH KOTA K Tanggal Terbit : KEDIRI
UPTD PUSKESMAS dr. Henry Mulyono PONED BALOWERTI NIP. 19750509 200212 1 012
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
SWEEPING DAN IMUNISASI IPV
DINAS KESEHATAN KOTA KEDIRI
UPTD PUSKESMAS PONED BALOWERTI A. PENDAHULUAN Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden) yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif. Pembangunan bidang kesehatan menitik beratkan kepada upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan aspek kuratif dan rehabilitatif. Imunisasi merupakan upaya preventif yang telah terbukti sangat cost effektif untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak. Kegiatan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) melalui kegiatan posyandu pada bayi usia minimal 4 bulan sampai kurang dari 11 bulan kelahiran pada bula april sampai agustus tahun 2016 dan merupakan salah satu program imunisasi lanjutan dalam rangka meningkatkan kekebalan dan percepatan reduksi penyakit polio. Pemberian Imunisasi dosis tambahan/lanjutan pada kelompok usia yang beresiko tinggi secara lebih luas berupa pelaksanaan IPV. Agar kegiatan ini berjalan dengan sukses maka perlu adanya kerjasama lintas sektor, lintas program dan masyarakat. Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. B. LATAR BELAKANG Setelah dilaksanakan PIN Polio tiga tahun berturut -turut pada tahun 1995, 1996 dan 1997, virus polio liar asli Indonesia (indigenous) sudah tidak ditemukan lagi sejak tahun 1996. namun pada tanggal 13 Maret 2005 ditemukan kasus polio importasi pertama di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kasus polio tersebut berkembang menjadi KLB yang menyerang 305 orang dalam kurun waktu 2005 sampai awal 2006. KLB ini tersebar di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi. Selain itu juga ditemukan 46 kasus Vaccine Derived Polio Virus (VDPV) dimana 45 kasus di antaranya terjadi di semua kabupaten di Pulau Madura dan satu kasus terjadi di Probolinggo, Jawa Timur. Setelah dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI), dua kali mop - up, lima kali PIN, dan dua kali Sub - PIN, KLB dapat ditanggulangi sepenuhnya. Kasus Virus Polio Liar (VPL) terakhir yang mengalami kelumpuhan ditemukan pada tanggal 20 Februari 2006 di Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam. Sejak tahun 2006 hingga sekarang tidak pernah lagi ditemukan kasus Polio. Tahun 2014 Indonesia telah mendapat sertifikasi bebas polio tingkat regional SEAR, sementara dunia masih menunggu negara lain yang belum bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria. Berdasarkan hasil pertemuan desk review pada tanggal 20 - 23 Oktober 2014 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan bersama WHO, UNICEF, dan melibatkan para pakar dan akad emisi serta organisasi profesi, maka 4 direkomendasikan untuk melakukan IPV bayi usia minimal 4 bulan sampai kurang dari 11 bulan kelahiran pada bula april sampai agustus tahun 2016 untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi seluruh anak terhadap virus polio.
C. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS
C.1 Tujuan umum C.2 Tercapainya eradikasi polio di dunia pada akhir tahun 2020 C.3 Tujuan khusus C.4 Memastikan tingkat imunitas terhadap polio di populasi (herd immunity) cukup tinggi dengan cakupan > 95%. C.5 Memberikan perlindungan secara optimal dan merata pada kelompok umur minimal 4 bulan sampai kurang dari 11 bulan kelahiran pada bula april sampai agustus tahun 2016 terhadap kemungkinan munculnya kasus polio yang disebabkan oleh virus polio.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
D.1 Ketersediaan pendataan sasaran ( dilakukan pada Desember 2015 dan januari 2016 oleh kader dimasing –masing posyandu pada sasaran minimal usia 4 bulan sampai kurang dari 11 bulan pada kelahiran april-agustus 2016) D.2 Kesiapan logistic seperti vaksin, D.3 Kecukupan vaksin carrier yang di butuhkan dilapangan dengan vaksin carrier yang ada D.4 Kepastian jadwal pelaksanaan, tenaga pelaksana dan supervisor D.5 Kader kesehatan memberikan undangan dan/ menggerakkan sasaran untuk datang ke Puskesmas D.6 Leaflet yang tersebar di masyarakat D.7 Teknis pelaksanaan - Sasaran yang terdata di posyandu, pustu di rujuk untuk dilakukan pemberian IPV di Puskesmas - Sasaran datang di Puskesmas
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
E.1 Petugas pelaksana sebelum ketempat pelayanan melakukan pengecekan alat dan bahan untuk memastikan vaksin dalam kondisi baik VVM A/B, jumlah vaksin dan dropper dalam jumlah yang sama dan kelengkapan alat lainya E.2 Mekanisme kerja: E.2.1 Sasaran datang E.2.2 Dilakukan registrasi dan penimbangan E.2.3 Petugas memberikan imunisasi sesuai SOP pemberian imunisasi polio, E.2.4 Petugas mencatat pemberian IPV dalam KMS E.2.5 Sasaran di suruh menunggu di tempat pelayanan ± 30 menit E.2.6 Sasaran pulang Peran lintas program dan lintas sektor dalam kegiatan IPV Peran pihak terkait dalam penyelenggaraan program dengan lintas program Program Lintas Uraian peran dalam Kegiatan program kegiatan Imunisasi Program Berkoordinasi terkait IPV KIA jumlah sasaran, jadwal kegiatan dan pelaksana kegiatan di wilayah Survailent Berkoordinasi akan adanya kasus PD3I/KIPI maupun KLB Promkes Membantu mensosialisakan kegiatan IPV ke seluruh masyarakat HIV/AIDS Berkoordinasi terkait sasaran bayi yang ada di wilayah maupun luar wilayah yang rutin berkunjung di Puskesmas untuk mendapatkan vaksin IPV Kesling Membantu pembuangan limbah medis P3K/ Tim Kesiapan jika terjadi KIPI KIPI berat
Peran pihak terkait dalam penyelenggaraan program dengan
lintas sektor Program Lintas Uraian peran dalam Kegiatan sektor kegiatan Imunisasi Kader 1. Menggerakkan IPV posyandu masyarakat 2. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan 3. Membantu memantau sasaran yang diimunisasi bila ada yang kena KIPI dan segera berkoordinasi dengan bidan wilayah
F. SASARAN IMUNISASI BIAS
Semua bayi usia 4 bulan sampai kurang dari 11 bulan yang lahir pada bulan april-agustus tahun 2016 yang ada di wilayah kerja Puskesmas Balowerti. G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Setiap hari senin sampai jumat pada di Puskesmas Balowerti.
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
H.1 Evaluasi kegiatan dilakukan setelah selesai pelaksanaan berapa jumlah sasaran yang di imunisasi dan yang belum di imunisasi termasuk penggunaan logistik vaksin dll H.2 Evaluasi dilakukan setelah semua kegiatan pelaksanaan selesai termasuk hasil kegiatan sweeping IPV
I. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
I.1 Pencatatan Pencatatan bayi yang diimunisasi dilakukan pada KMS, buku imunisasi tiap wilayah dan tercatat dalam kohort bayi. I.2 Pelaporan I.2.1 Koordinator imunisasi melaporkan rekapan hasil imunisasi kepada bendahara BOK setiap hasil kegiatan sesuai dengan form BOK I.2.2 Koordinator imunisasi melaporkan rekapan hasil imunisasi di Puskesmas wilayah kerja ke DKK setelah semua pelaksanaan kegiatan selesai termasuk hasil sweeping. I.3 Evaluasi Evaluasi pencapaian program dilakukan untuk membahas pencapaian, kendala dan rencana tindak lanjut dalam acara minilok