Dini Polio
1. Virus Polio Liar (VPL) : Tipe 2 dan 3 telah dieradikasi, VPL 1 masih bersirkulasi di 2 negara endemic (Pakistan
dan Afghanistan)
2. Virus vaksin : Sabin (diperoleh dari OPV); Sabin-like (sabin yang sudah menyimpang dari strain OPV tapi belum
cukup untuk diklasifikasikan sebagai VDPV); nOPV2 (Novel oral polio vaccine tipe 2)
3. Vaccine Derived Poliovirus (VDPV): virus vaksin yang mengalami perubahan nucleotide ≥10x (>1% divergent)
untuk tipe 1 dan 3, atau ≥ 6x (>0.6% divergen) untuk tipe 2.
• Circulating VDPV (cVDPV)→ penularan dari orang ke orang di masyarakat berdasarkan bukti dari
manusia/lingkungan.
• Immune-deficiency VDPV (iVDPV)→ dari individu dengan primary immunodeficiency (PID)
• Ambiguous VDPV → tidak bisa diklasifikasikan sebagai cVDPV atau iVDPV. Diklasifikasikan berdasarkan hasil PE
dan Lab, dengan masukan dari tim lapangan, ahli dan lab.
Bagaimana VPV (Virus Vaksin) berubah menjadi VDPV?
Jika Cakupan Imunisasi Tinggi
Indonesia mendapatkan Sertifikat Bebas Polio tahun 2014
Verifikasi
rumor Deteksi dini dari
surveillans →
penanganan dini
ORI/Imunisasi
massal, pemberian
obat pencegahan
SISTEM KEWASPADAAN DINI :
PENEMUAN KASUS DAN RESPON ALERT
PENEMUAN KASUS POLIO DI LINGKUNGAN
• Mendata Kembali fasyankes baik milik pemerintah dan juga swasta, yang belum masuk ke dalam jejaring surveilans.
• Masuk ke dalam jejaring SKDR
• Memiliki petugas atau penanggungjawab atau focal person untuk surveilans.
• Melibatkan balai pengobatan tradisional dan masyarakat sebagai bagian dari Community Based Surveillance (CBS).
• Melakukan sosialisasi kepada klinisi dengan melibatkan organisasi profesi, untuk dapat menyamakan persepsi terkait definisi
operasional kasus AFP (dan penyakit potensial KLB lain)
• Memastikan alokasi anggaran untuk kegiatan surveilans teranggarkan → advokasi kepada pimpinan maupun bagian
perencanaan, konsultasi dengan pusat
KESIMPULAN
• Meskipun kita sudah mendapatkan status bebas Polio, tetapi ancaman masih ada berupa munculnya mutasi (VDPV) atau
importasi.
• Perkuat surveilans (AFP dan surveilans lingkungan)
• Tingkatkan cakupan Imunisasi
• Perkuat pintu masuk
• Deteksi dini perlu diperkuat di semua lini, baik di fasyankes, pengobatan tradisional, laboratorium lingkungan, masyarakat, dsb →
deteksi awal ,sehingga mencegah adanya sirkulasi lebih lanjut.
• Jika target telah tercapai di pertengahan tahun, apakah surveilans terus berhenti ? Target dalam surveilans AFP adalah target
minimal, akan tetapi surveilans harus berjalan terus.
• Advokasi menjadi salah satu kunci untuk kelancaran dan memastikan dukungan untuk kegiatan surveilans.