Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR PENGESAHAN

KERANGKA ACUAN

SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)

UPT PUSKESMAS LARANGAN UTARA

Nomor Dokumen : 445/042/KAK/VIII/2023

Tanggal Efektif : 20 Agustus 2023

Nomor Revisi :

Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh:

Pengendali Dokumen Ketua Mutu Ka. Puskesmas

PUJI LESTARI MIRANTI RIZKANANDA ROSY PALUPI


PEMERINTAH KOTA TANGERANG
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS LARANGAN UTARA
Jl. Inpres VI No. 88-A Telepon (021) 22270145
TANGERANG

KERANGKA ACUAN

SURVEILANS ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)

I. PENDAHULUAN
Pada bulan Mei 2012, sidang World Health Assembly (WHA) mendeklarasikan
bahwa pencapaian eradikasi polio merupakan kedaruratan kesehatan
masyarakat global dan menetapkan agar Direktur Jenderal WHO menyusun
strategi eradikasi polio yang komprehensif. Dokumen Rencana Strategis 2013-
2018 dan Inisiatif Pencapaian Eradikasi Polio Global, telah disetujui oleh Badan
Eksekutif WHO pada Januari 2013. Dalam rencana strategis tersebut
dibutuhkan komitmen global bahwa setiap negara perlu melaksanakan
strategistrategi yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian dari
trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) menjadi bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV),
introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV), dan penarikan seluruh vaksin polio
oral (OPV), surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis), dan pengamanan virus
polio di laboratorium (Laboratory Containment).

II. LATAR BELAKANG


Pada bulan November 2018, dilaporkan satu kasus polio akibat VDPV tipe 1 di
Yahukimo, Papua. Penyelidikan yang dilakukan selanjutnya menemukan bahwa
dua specimen tinja dari anak sehat di sekitar kasus juga positif untuk jenis virus
yang sama, yang membuktikan bahwa virus tersebut bersirkulasi sehingga
kondisi ini dinyatakan sebagai KLB. Sebagai respon, dilakukan sub PIN di
Papua dan Papua Barat dengan menggunakan bOPV. KLB polio akibat VDPV
bisa terjadi di mana saja bila cakupan imunisasi polio rendah selama bertahun-
tahun. Untuk menghindari kasus serupa, imunisasi polio harus dijaga tetap
tinggi (lebih dari 95% anak diimunisasi) dan merata, dan semua kasus lumpuh
layuh mendadak (AFP) harus ditemukan secara dini dan dilaporkan

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tujuan Umum
1. Mengidentifikasi daerah risiko tinggi, untuk mendapatkan informasi
tentang adanya transmisi dari importasi VPL, cVDPV, dan kementerian

1
kesehatan RI 9 daerah dengan kinerja surveilans AFP yang tidak
memenuhi standar/ indikator serta daerah dengan cakupan imunisasi
Polio yang rendah.
2. Memantau kemajuan program Eradikasi polio yang mencapai tahap
Endgame. Surveilans AFP memberikan informasi dan rekomendasi
kepada para pengambil keputusan dalam rangka keberhasilan program
Eradikasi Polio Dunia.
3. Mempertahankan Indonesia bebas polio. Untuk menyatakan bahwa
Indonesia bebas polio, harus dapat dibuktikan bahwa:
• Tidak ada lagi penyebaran virus-polio liar maupun Vaccine Derived
Polio Virus (cVDPV) di Indonesia.
• Sistem surveilans terhadap polio mampu mendeteksi setiap kasus
polio paralitik yang mungkin terjadi.

B. Tujuan Khusus
1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di suatu wilayah.
2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di suatu wilayah.
3. Mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP sesegera mungkin
setelah kelumpuhan.
4. Memeriksa spesimen tinja semua kasus AFP yang ditemukan di
Laboratorium Polio Nasional.
5. Memeriksa spesimen kontak terhadap Hot Case untuk mengetahui
adanya sirkulasi VPL.
6. Melakukan kunjungan ulang 60 hari untuk kasus yang spesimennya
tidak adekuat atau mengandung virus vaksin
7. Mempersiapkan rencana kontigensi KLB Polio
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

N
Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
o

1. Penemuan Kasus
1 Surveilan AFP 2. Pelacakan kasus
3. Pengumpulan specimen kasus AFP

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Lintas
Kegiatan Pelaksana Lintas Sektor
No Program Pembiayaan
Pokok Kegiatan Terkait
Terkait

1 Surveilan . Penemuan Dokter .Melibatkan APBD


AFP Kasus pemeriksa masyarakat
- Surveilans di ruang dalam

2
Lintas
Kegiatan Pelaksana Lintas Sektor
No Program Pembiayaan
Pokok Kegiatan Terkait
Terkait

AFP di MTBS, menemukan


masyaraka ruang ILI kasus dan
t /CBS dan ruang menyebarluask
IGD an informasi
kepada
Pembina
1.Melacak masyarakat :
wilayah
setiap
masing • Tokoh
kelumpuhan
masing masyarakat
yang
kelurahan (Tokoh Agama,
dilaporkan
Kepala Desa)
oleh
masyarakat • Guru
untuk • PKK
memastikan
bahwa • Kader
kelumpuhan kesehatan
tersebut • Poliklinik desa
adalah AFP.
Pelacakan • Klinik swasta
ini harus • Bidan desa
dilakukan
selambat- • Bidan praktek
lambatnya mandiri
dalam • Pos
waktu 24 kesehatan desa
jam setelah
• Posyandu
laporan
diterima. • Pengobatan
Pelacakan tradisional
dilakukan (dukun urut)
bersama 2.
dengan Menyebarluask
dokter an informasi
Puskesmas. kepada
Apabila masyarakat
tidak mengenai:
memungkin
kan dokter Pengertian
ikut serta kasus AFP
melakukan secara
pelacakan sederhana
dalam melalui poster,
waktu 24 leaflet, buku
jam, maka saku,
dokter tetap pertemuan.
harus
melaksanak
an
kunjungan.
2)
Melaporkan
setiap kasus
AFP ke
Dinas

3
Lintas
Kegiatan Pelaksana Lintas Sektor
No Program Pembiayaan
Pokok Kegiatan Terkait
Terkait

Kesehatan
Kabupaten/
Kota
selambat-
lambatnya
dalam
waktu 24
jam setelah
ditemukan
3) Petugas
puskesmas
mengambil
spesimen
tinja
sebanyak 2
kali
pengambila
n dengan
selang
waktu
pengambila
n minimal
24 jam.
4)Mengama
nkan
spesimen
tinja
penderita
sebelum
dikirim ke
kabupaten/k
ota dengan
mengontrol
suhu
specimen
carrier.
5) Bersama
petugas
surveilans
kabupaten/k
ota
melakukan
pelacakan
di lapangan
untuk
menemukan
kasus AFP
tambahan.
6) Setiap
minggu
mengirimka
n laporan

4
Lintas
Kegiatan Pelaksana Lintas Sektor
No Program Pembiayaan
Pokok Kegiatan Terkait
Terkait

Mingguan
menggunak
an formulir
PWS KLB
(W2) atau
Sistem
Kewaspada
an Dini dan
Respon
(SKDR) ke
Dinas
Kesehatan
kabupaten/k
ota

VI. SASARAN
Sasaran program SURVELAN AFP adalah semua kelumpuhan pada anak usia
dibawah 15 tahun yang terjadi secara akut dan sifatnya flaccid (layuh) seperti
kelumpuhan pada poliomielitis

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahun 2023
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penemuan Kasus

2 Pelacakan kasus

Pengumpulan
3
specimen kasus AFP

VIII. MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN


IX. Monitoring dilakukan selama waktu Penemuan kasus, pelacakan kasus
dan pengumpulan specimen AFP
X. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
 Pelaporan segera
Puskesmas melaporkan adanya kasus AFP ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota dalam waktu 24 jam setelah kasus tersebut
dikonfirmasikan secara klinis. Laporan dapat disampaikan melalui
formulir FP1.

5
 Pelaporan rutin
Laporan mingguan dilakukan melalui sistem pelaporan PWS KLB (W2),
atau SKDR ada maupun tidak ada kasus.

Anda mungkin juga menyukai