PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering terjadi, jika tidak
ditangani dengan benar akan menyebabkan kematian, kejadian trauma dada terjadi
sekitar seperempat dari jumlah kematian akibat trauma yang terjadi, serta sekitar
sepertiga dari kematian yang terjadi berbagai rumah sakit. Beberapa cedera dada yang
dapat terjadi antara lain, tension pneumothoraks, pneumotoraks terbuka, flail chest,
hematotoraks, tamponade jantung. Kecelakaan kendaraan bermotor paling sering
menyebabkan terjadinya trauma pada toraks. Tingkat morbiditas mortalitas akan
meningkat dan menjadi penyebab kematian kedua didunia pada tahun 2020 menurut
WHO (Word Health Organitation). Tension Pneumotoraks merupakan suatu cedera
dada yang umum di temukan pada kejadian trauma diluar rumah sakit, serta
merupakan kegawat daruratan yang harus di berikan penanganan secepat mungkin
untuk menghindari dari kematian. Angka insidennya di masukan pada insiden cedera
dada atau trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari seluruh pasien
menderita trauma, merupakan pasien yang mengalami tension pneumotoraks.
Kurangnya pengetahuan untuk mengetahui tanda dan gejala dari tension pneumotorak
menyebabkan banyak penderita meninggal setelah atau dalam perjalanan menuju
kerumah sakit. Sebenarnya penanganan tension pneumotoraks dapat dilakukan
dengan bantuan hidup dasar tanpa memerlukan tindakan pembedahan, sebelum
mengirim pasien ke pusat pelayanan medis terdekat, sehingga disini diperlukan
pengatuhan untuk identifikasi awal dari gejala tension pneuomotoraks, untuk
mengurangi tingkat mobiditas dan mortalitas.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tension Pneumotorax
2. Bagaimana patofisiologi Tension Pneumotorax
3. Apa manisfestasi klinis dari Tension Pneumotorax
4. Bagimana WOC Tension Pneumotorax
5. Bagaimana pemeriksaan fisik dari Tension Pneumotorax
6. Bagimana pemeriksaan diagnostik dari Tension Pneumotorax
7. Bagaimana pengobatan medis dari Tension Pneumotorax
8. Bagaimana pencegahan primer,sekunder,tersier dari Tension Pneumotorax
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Tension Pneumotorax
10. Bagaimana program discharge planning dari Tension Pneumotorax
11. Apa aspek legal etik dari Tension Pneumotorax
C. Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui tentang Tension Pneumotorax
2. Agar pembaca mengerti patofisiologi dari Tension Pneumotorax
3. Agar pemebaca mengerti manifestasi klinis Tension pneumothorax
4. Agar pembaca mengerti Tension Pneumothorax
5. Agar pembaca mengetahui pemeriksaan Tension pneumothorax
6. Agar pembaca memahami pemeriksaan Diagnostik Tesion Pneumothorax
7. Agar pembaca mengetahui pengobatan medis Tension pneumothorax
8. Agar pembaca mengetahui pecegahan Primer,sekunder,tersier Tension
Pneumothorax
9. Agar pembaca memahami asuhan keperawatan Tension Pneumothorax
10. Agar pembaca memahami Discarge planning Tension Pneumothorax
11. Agar pembaca mengerti legal etik Tension Pneumothorax
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tension Pneumotoraks adalah Suatu pneumotoraks yang merupakan salah satu
kegawat daruratan pada cedera dada. Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang
menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura dan udara tersebut tidak dapat keluar,
keadaan ini disebut dengan fenomena ventil ( one –way-valve). Akibat udara yang
terjebak didalam rongga pleura ssehingga menyebabkan tekanan intrapleura meningkat
akibatnya terjadi kolaps pada paru-paru, hingga menggeser mediastinum ke bagian paru-
2
paru kontralateral, penekanan pada aliran vena balik sehingga terjadi hipoksia. (Sharma
A, 2008).
Pada keadaan normal rongga pleura dipenuhi oleh paru – paru yang mengembang
pada saat inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaaan ( tekanan negatif )
antara kedua permukaan pleura, adanya udara pada rongga potensial di antara pleura
visceral dan pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara
yang masuk kedalam rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk kedalam
rongga pleura akan menyebabka paru –paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udara
yang masuk meningkat tekanan pada intrapleura. Secara otomatis terjadi juga gangguan
pada proses perfusi oksigen kejaringan atau organ, akibat darah yang menuju kedalam
paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses oksigenasi tidak
terjadi. (Berg RA, Hemphill R. 2010)
B. Patofisiologi
Tension pneumotoraks terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki tekanan
yang lebih tinggi daripada udara dalam paru sebelahnya.Udara memasuki rongga pleura
dari tempat ruptur pleura yang bekerja seperti katup satu arah. Udara dapat memasuki
rongga pleura pada saat inspirasi tetapi tidak bisa keluar lagi karena tempat ruptur
tersebut akan menutup pada saat ekspirasi
Pada saat inspirasi akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk dan tekanan udara
mulai melampaui tekanan barometrik.Peningkatan tekanan udara akan mendorong paru
yang dalam keadaan recoiling sehingga terjadi atelektasis kompresi.
3
Udara juga menekan mediastinum sehingga terjadi kompresi serta pergeseran jantung dan
pembuluh darah besar. Udara tidak bisa keluar dan tekanan yang semakin meningkat
akibat penumpukan udara ini menyebabkan kolaps paru.Ketika udara terus menumpuk
dan tekanan intrapleura terus meningkat, mediastinum akan tergeser dari sisi yang terkena
dan aliran balik vena menurun.Keadaan ini mendorong jantung, trakea, esofagus dan
pembuluh darah besar berpindah ke sisi yang sehat sehingga terjadi penekanan pada
jantung serta paru ke sisi kontralateral yang sehat (Sudoyo, 2009).
Dalam keadaan normal pleura parietal dan visceral seharusnya dapat
dipertahankan tetap berkontak karena ada gabungan antara tekanan intrapleura yang
negative dan tarikan kapiler oleh sejumlah kecil cairan pleura. Ketika udara masuk ke
ruang pleura faktor-faktor ini akan hilang dan paru di sisi cedera mulai kolaps, dan
oksigenasi menjadi terganggu. Jika lebih banyak udara yang memasuki ruang pleura pada
saat inspirasi di bandingkan dengan yang keluar pada saat ekspirasi akan tercipta efek
bola katup dan tekanan pleura terus meningkat sekalipun paru sudah kolaps total dan
akhirnya tekanan ini menjadi demikian tinggi sehingga mendiastinum terdorong ke sisi
berlawanan dan paru sebelah juga terkompresi dan dapat menyebabkan hipoksia yang
berat dapat timbul dan ketika tekanan pleura meninggi dan kedua paru tertekan, aliran
darah yang melalui sirkulasi sentral akan menurun secara signifikan yang mengakibatkan
hipotensi arterial dan syok.(Kowalak, 2011).
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi awal : nyeri dada, dispnea, ansietas, takipnea, takikardi, hipersonor dinding
dada dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.
Terdapat kolaps dengan pulsus kecil dan hipotensi berat sebagai akibat gangguan
pada jantung dan terhalangnya aliran balik vena ke jantung
4
Tanda-tanda pergesaran mediastinum jelas terlihat
Perkusi biasanya timpani, mungkin pula redup karena pengurangan getaran pada
dinding toraks
D. WOC
5
E. Pemeriksaan Klinis
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi
apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi
rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).
c. Psikososial
d. Makanan / cairan
e. Nyeri / kenyamanan
6
Gejala : nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara
batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam.
f. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis,
inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor).
g. Keamanan
6. Pemeriksaan Diagnostik
7
B. merupakan pemeriksaan invasive, tetapi memilki sensivitas yang ebih besar
dibandingkan pemeriksaan CT-
Scan. Ada 4 derajat.
C. Pemeriksaan foto dada tampak garis pleura viseralis, lurus atau cembung terhadap
dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara kedua garis pleura
tersebut tampak lusens karena berisi kumpulan udara dan tidak didapatkan corakan
vascular pada daerah tersebut. Sinar x dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada
area pleural; dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal.
D. Pemeriksaan Laboratorium :
GDA : variable tergantung dari derajat paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik
pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2
8
mungkin normal atau menurun; saturasi oksigen biasanya menurun. Analisa gas darah
arteri memberikan gambaran hipoksemia.
Hb : menurun, menunjukan kehilangan darah. Torasentesis : menyatakan darah / cairan
sero sanguinosa.
7. Pengobatan Medis
Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari hemitoraks. Apabila fistula
dari alveoli ke rongga pleura telah menutup, udara dalam rongga pleura perlahan-lahan
akan direabsobsi. Laju reabsobsi diperkirakan 1,25% dari sisi pneumotoraks perhari.
Laju reabsobsi tersebut akan meningkat jika diberikan tambahan oksigen.
Tindakan ini dilakukan seawall mungkin pada pasien pneumotoraks yang luasnya >15%.
Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara dari rongga pleura. Tindakan ini dapat
dilakukan dengan cara memasukan jarum di intercosta pada daerah apikal yaitu ICS 2-3
sedangkan pada daerah basal yaitu ICS 8-9.
c. Torakoskopi
9
adalah suatu tindakan untuk melihat langsung kedalam rongga toraks dengan alat bantu
torakoskop sangat efektif dalam penanganan PSP dan mencegah berulangnya kembali.
Dengan prosedur ini dapat dilakukaan reseksi bulla atau bleb dan juga bisa dilakukan
untuk pleurodesis (Kurniasih, 2009).
Penyerapan total dari pneumotoraks yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4
minggu. Jika pneumotoraksnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka
dilakukan pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan
pengeluaran udara dari rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar paru-
paru bisa kembali mengembang. Untuk menjamin perawatan selang tersebut, sebaiknya
penderita dirawat di rumah sakit. Untuk mencegah serangan ulang, mungkin perlu
dilakukan pembedahan.
Pada penderita yang pneumotoraksnya tidak sembuh atau terjadi 2 kali pada sisi
yang sama, dilakukan pembedahan untuk menghilangkan penyebabnya. Pembedahan
sangat berbahaya jika dilakukan pada penderita pneumotoraks spontan dengan
komplikasi atau penderita pneumotoraks berulang. Oleh karena itu seringkali dilakukan
penutupan rongga pleura dengan memasukkan doxycycline melalui selang yang
digunakan untuk mengalirkan udara keluar. Untuk mencegah kematian pada
pneumotoraks karena tekanan, dilakukan pengeluaran udara sesegera mungkin dengan
10
menggunakan alat suntik besar yang dimasukkan melalui dada dan pemasangan selang
untuk mengalirkan udara.
Rehabilitasi
Penderita yang telah sembuh dari pneumothoraks harus dilakukan
pengobatan secara baik untuk penyakit dasar.
Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk
atau sesak nafas.
11
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : Respiratory status : Ventilation Posisikan pasien untuk
Hipoventilasi sindrom Respiratory status : Airway patency memaksimalkan ventilasi
DS: Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Vital sign Status
Dyspnea Auskultasi suara nafas, catat adanya
Nafas pendek suara tambahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien
DO: Berikan bronkodilator
menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria
Penurunan tekanan hasil: Berikan pelembab udara Kassa basah
inspirasi/ekspirasi
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang NaCl Lembab
Penurunan pertukaran bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu Atur intake untuk cairan
udara per menit mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, mengoptimalkan keseimbangan.
Menggunakan otot tidakada pursed lips) Monitor respirasi dan status O2
pernafasan tambahan Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak Bersihkan mulut, hidung dan secret
Pernafasan pursed-lip merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan trakea
Tahap ekspirasi dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Pertahankan jalan nafas yang paten
berlangsung sangat lama Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan Observasi adanya tanda tanda
Penurunan kapasitas vital darah, nadi, pernafasan) hipoventilasi
Respirasi: < 11 – 24 x Monitor adanya kecemasan pasien
/mnt terhadap oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola nafas.
Ajarkan bagaimana batuk efektif
Monitor pola nafas
12
Batuk, bunyi bandingkan
jantung S3/S4 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian
oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkungan
13
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan
minum
14
Edema
Tanda Homan positif
Disklorasi kulit (biru kehitaman)
Perubahan suhu kulit
Nadi lemah dan tidak teraba
15
Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
berhubungan ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kaji suara paru; frekuensi nafas, kedalaman, dan
ventilasi selama …. Pasien menunjukkan : usaha nafas
Mempunyai fungsi paru dalam batas Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi
DS: normal Pantau hasil gas darah (misal kadar pao2 yang
Dispnea Memiliki ekspansi paru yang simetris rendah, dan PaCO2 yang tinggi menunjukan
DO: Tidak menggunakan pernafasan perburukan pernafasan)
Gas darah arteri tidak normal pursed-lip Pantau kadar elektrolit
PH arteri tidak normal Tidak mengalami napas dangkal atau Pantau status mental (misal; tingkat kesadaran,
Ketidaknormalan frekuensi, irama, ortopnea gelisah, dan konfusi)
dan kedalaman pernafasan Tidak menggunakan otot aksesoris Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat
Warna kulit tidak normal untuk bernafas pasien tampak somnolen
Hiperkapnia (CO2 meningkat) Observasi terhadap sianosis, terutama membran
Hiperkarbia mukosa mulut
Hipoksia Identifikasi kebutuhan pasien terhadap
pemasangan jalan nafas aktual atau potensial
Hipoksemia
Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan
Iritabilitas
atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
Napas cuping hidung tambahan
Gelisah Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai
Somnolen dengan kebutuhan
Takikardia
Berjalan dengan jarak sedan, secara bertahap tingkatkan waktu dan jarak berjalan.
Jaga tetap persisten.
16
Dengan segera hentikan semua aktifitas yang dapat menyebabkan keletihan
peningkatan sesak nafas, atau nyeri dada.
Melapor untuk tindak lanjut perawatan oleh ahli bedah atau kllinik sesuai kebutuhan
a. Autonomy
Berkaitan dengan hak seseorang untuk membuat keputusan bagi dirinya misalnya
seorang pasien yang akan mengalami suatu tindakan seperti pembedahan, keputusan
harus diputuskan oleh pasien itu sendiri, tetapi tenaga kesehatan berkewajiban
memberikan informasi yang rinci sehingga pasien membuat keputusan secara benar.
Kewajiban untuk tidak menimbulkan kerugian atau cedera bagi org lain apalagi
membunuh. Perawat akan bersikap hati-hati, teliti dan cermat.
d. Veracity (jujur).
17
e. Justice (adil).
Kewajiban berlaku adil kepada semua orang. Perawat berlaku adil, tidak membeda-
bedakan pasien yang dirawat baik aspek sosial, agama, suku dll.
f. Fidelity (komitmen).
Kewajiban untuk setia atau loyal dengan kesepakatan atau tanggung jawab secara
bersungguh-sungguh terhadap tugas bebannya.
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap setiap tindakan dan
pengambilan keputusa keperawatan.
18
Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi untuk melindungi masyarakat
terhadap mis informasi serta mempertahankan integritas keperawatan
19
denyut nadi tidak teraba langsung berikan kompresi sebanyak 30 kali dengan
memberikan 2 kali napas bantuan. Pemberian terapi cairan secara intravena
dilakukan untuk resusitasi awal pada penderita pneumotoraks dengan keadan
syok, dengan pemasangan kateter intravena ukuran besar (minimum 16 gauge)
dengan pemberian larutan elektrolit isotonik, untuk menstabilkan volume
vasukuler dengan menganti cairan pada ruang interstisial dan intraseluler.
Pada pneumotorak terbuka, yang terdapat luka yang menganga pada dinding
dada dan udara masuk melalui perlukan tersebut. Penanganan awal yang dapat
kita lakukan adalah tutup luka tersebut dengan mengunakan gas steril ataupun
kain yang bersih yang ditutup pada tiga sisinya. Fungsi dari penutup ini sebagai
katup, udara dapat keluar melalui luka, tetapi tidak dapat masuk melalui luka
tersebut. Karena jika kita tutup pada ke empat sisinya, pneumotoraks terbuka ini
akan berubah menjadi pneumotoraks terdesak, akibat udara yang masuk tidak
dapat keluar, dan terperangkap di rongga pleura.
20
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.Sudoyo,dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed V. Jakarta:Interna
Publishing.
Buku Saku Patofisiologi Corwin , Elizabeth J. Corwi 2009 Manson, J. Robert. 2010. Murray &
Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine, 5/e. Saunders. Philadelphia. Netter, 1979 dalam
Kurniasih, Dkk, 2009, hlm.2343)
Berg RA, Hemphil R, Abela BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD,
Sayre MR, Swor RA. Adult Basic Life Suport: 2010
American Colege Of Surgeons Commite On Trauma, Student Course Manual 7th Editon :
advanced Trauma Life Suport for Doctors : Bab 5 Trauma Thoraks: 11- 127.
Sharma A, Jindal P : Priciples of diagnosis and management of traumatic pneumothorax. 208 ;34
– 40
Leigh-smith S, Haris T : Tension pneumothorax – time for a re-think ?. Emerg Med J 205;2:8-
16.doi: 10.136/emj.203.010421.
21
22