Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KELOMPOK

ASEPTIC DISPENSING

Pembimbing
Isti Mutmainah, S.Farm., Apt

Disusun Oleh
KELOMPOK B
Triliantari Siregar : Universitas Ahmad Dahlan
Tri Lusi Kusumawati : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Cendana Wirja : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
YOGYAKARTA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di instalasi farmasi rumah
sakit untuk menghindari infeksi nosokomial dan terjadinya kesalahan pemberian obat.
Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula
menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan
secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan (ASHP, 1985). Aseptis berarti bebas
mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang meminimalisir
kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap petugas.
Kontaminan kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan obat,
atau petugas jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama proses pengerjaan produk
aseptis.
Pencampuran sediaan steril harus memperhatikan perlindungan produk dari
kontaminasi mikroorganisme; sedangkan untuk penanganan sediaan sitostatika selain
kontaminasi juga memperhatikan perlindungan terhadap petugas, produk dan lingkungan.
Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin dan hati-hati untuk
mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian besar sediaan sitostatika bersifat :
- Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
- Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
- Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-obat kanker akan
mempunyai efek karsinogenik, mutagenik dan teratogenik yang tertunda lama di terhadap
petugas yang menyiapkan dan memberikan obatobat ini. Adapun mekanisme cara terpaparnya
obat kanker ke dalam tubuh adalah :
- Inhalasi → Terhirup pada saat rekostitusi
- Absorpsi → Masuk dalam kulit jika tertumpah
- Ingesti → Kemungkinan masuk jika tertelan
Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam transportasi, penyimpanan,
pendistribusian, rekonstitusi dan pemberian sediaan sitostatika. Pencampuran sediaan steril
memerlukan SDM yang terlatih, fasilitas dan peralatan serta prosedur penanganan secara
khusus.
BAB II
TUJUAN SPESIFIK PKPA

Tujuan spesifik dari penugasan Aseptic Dispensing di rumah sakit PKU


Muhammadiyah Gamping dalam kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker antara lain:
1. Mampu menyusun lay out ruangan aseptic dispensing berdasarkan ruangan yang
tersedia di farmasi rawat inap
2. Mampu menyusun standar peralatan dan saran yang diperlukan
3. Mampu menyusun kebutuhan SDM
4. Mampu menyusun SPO penyiapan obat aseptik dispensing
5. Mampu melakukan pengamatan dengan ceklist terkait pratek aseptik dispensing oleh
perawat di bangsal Az-Zahra, Al-Kautsar dan Firdaus.

BAB III
KEGIATAN DAN PENUGASAN

Tugas diberikan pada minggu ketiga hari Senin tanggal 19 Februari 2018. Penugasan
dilakukan selama satu minggu mulai dari Senin tanggal 19 Februari 2018 hingga Sabtu tanggal
24 Februari 2018 yang dilaporkan pada hari Selasa 27 Februari 2018.
Adapun tatalaksana tugas yang diberikan sebagai berikut:
1. Kegiatan blok aseptic dispensing berupa melihat langsung kegiatan pencampuran aseptic
di ruang penyiapan obat di bangsal Az-Zahra, Al-Kautsar dan Firdaus, kemudian
dilakukan diskusi bersama preceptor di ruang meeting farmasi RS PKU Muhammadiyah
Gamping.
2. Observasi teknik aseptic dispensing meliputi:
 Tahap persiapan: memeriksa catatan pengobatan pasien dengan prinsip 5 benar,
memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima, melakukan konfirmasi ulang kepada
dokter atau farmasi jika perlu, menghitung kesesuaian dosis, memilih jenis pelarut
yang sesuai, menghitung volume pelarut, membuat label obat yang disiapkan dan
menyiapkan wadah serta memisahkan wadah antar pasien.
 Tahap pencampuran: melakukan cuci tangan yang benar, menggunakan alat pelindung
diri, melakukan dekontaminasi dan desinfeksi alat dan tempat yang digunakan,
menyiapkan meja dengan alas yang dapat menyerap cairan, menyiapkan kantong
buangan sampah, mengambil alat kesehatan dan obat yang akan disiapkan, melakukan
pencampuran secara aseptis, memberi label yang sesuai, membungkus dengan kantong
hitam atau alumunium foil jika diperlukan, memasukkan obat ke dalam wadah
tersendiri dan membuang semua bekas pencampuran obat ke tempat sampah infeksius.
 Hasil observasi didokumentasikan dalam ceklist observasi aseptic dispensing.
3. Materi diskusi blok aseptic dispensing meliputi:
 Aspek teknik pencampuran secara aseptic: menjelaskan prosedur, tata ruang,
sarana/prasarana yang diperlukan dalam teknik pencampuran secara aseptic.
 Aspek klinis: membuat protocol pencampuran secara aseptic.

BAB IV
LAPORAN HASIL TUGAS

A. Prosedur Dalam Proses Pencampuran Secara Aseptic


 Tahap Persiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat steril perlu dilakukan langkah berikut:

Memeriksa catatan pengobatan pasien dengan prinsip 5 BENAR


(benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)

Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat,


kekuatan, jumlah dan tanggal kadaluwarsa)

Melakukan konfirmasi ulang kepada dokter/apoteker jika tidak jelas


atau tidak lengkap baik obat maupun instruksniya

Menghitung kesesuaian dosis

Memilih jenis pelarut yang sesuai

Menghitung volume pelarut yang


digunakan

Membuat label obat yang disiapkan berdasarkan: nama pasien,


tanggal lahir, nomer RM, ruang perawatan, dosis, cara pemberian,
kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa
pencampuran
Menyiapkan wadah untuk mengurangi kontaminasi dan memisahkan
wadah antara satu pasien dengan pasien lain

Membuat label pengiriman yang terdiri dari: nama pasien, nomer RM,
ruang perawatan, jumlah paket

Melengkapi dokumen pencampuran

Memasukkan obat yang akan dilakukan pencampuran kedalam ruang


steril melalui pass box

 Pencampuran
Proses pencampuran dilakukan mengikuti langkah-langkah berikut:

Mencuci tangan sesuai dengan prosedur 6 langkah

Menggunakan Alat Pelindung Diri

Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi peralatan dan meja tempat


penyiapan obat sesuai prosedur tetap

Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) dan menyiapkan meja kerja


LAF dengan memberi atas penyerap cairan dalam LAF

Menyiapkan kantong buang sampah dalam LAF untuk


bekas obat

Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan


alkohol 70%
Mengambil obat dan alat kesehatan dari pass
box

Melakukan pencampuran secara aseptis

Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah
berisi obat hasil pencampuran

Membungkus dengan alumunium foil atau kantong hitam untuk obat –


obat yang harus terlindung dari matahari

Memisahkan obat kedalam wadah sendiri-sendiri sesuai dengan nama


pasien dan meletakkan di pass box

Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam tempat sampah


infeksius

B. Sarana Dan Prasarana Yang Diperlukan Untuk Pencampuran Secara Aseptic


Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan steril
meliputi:
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan steril
meliputi:
a. Baju Pelindung
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable (tidak tembus
cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan panjang, bermanset dan
tertutup di bagian depan.

b. Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal sehingga
dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup panjang untuk
menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari latex dan tidak berbedak
(powder free). Khusus untuk penanganan sediaan sitostatika harus menggunakan
dua lapis.
c. Kacamata pelindung
Hanya digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika.
d. Masker disposibel

Gambar 1. Alat Pelindung Diri

2. Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang memiliki
efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai:
 Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara.
 Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan.
 Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.
Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan steril :
a. Aliran Udara Horizontal (Horizontal Air Flow).
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak terlindungi dari
partikel ataupun uap yang berasal dari ampul atau vial. Alat ini digunakan untuk
pencampuran obat steril non sitostatika.
b. Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow).
Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingga
memberikan lingkungan kerja yang lebih aman. Untuk penanganan sediaan
sitostatika menggunakan LAF vertical Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II
dengan syarat tekanan udara di dalam BSC harus lebih negatif dari pada tekanan
udara di ruangan.

Gambar 2. Laminar Air Flow

C. Desain Ruang
Tata ruang harus menciptakan alur kerja yang baik sedangkan luas ruangan
disesuaikan dengan macam dan volume kegiatan. Ruang aseptic dispensing harus
memenuhi spesifikasi:
a) Lantai
Permukaan datar dan halus, tanpa sambungan, keras, resisten terhadap zat kimia
dan fungi, serta tidak mudah rusak.
b) Dinding
(1) Permukaan rata dan halus, terbuat dari bahan yang keras, tanpa sambungan,
resisten terhadap zat kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak.
(2) Sudut-sudut pertemuan lantai dengan dinding dan langit-langit dengan
dinding dibuat melengkung dengan radius 20 – 30 mm.
(3) Colokan listrik datar dengan permukaan dan kedap air dan dapat dibersihkan.
c) Plafon
Penerangan, saluran dan kabel dibuat di atas plafon, dan lampu rata dengan langit-
langit/plafon dan diberi lapisan untuk mencegah kebocoran udara.
d) Pintu
Rangka terbuat dari stainles steel. Pintu membuka ke arah ruangan yang bertekanan
lebih tinggi.
e) Aliran udara
Aliran udara menuju ruang bersih, ruang penyiapan, ruang ganti pakaian dan ruang
antara harus melalui HEPA filter dan memenuhi persyaratan kelas 10.000. Pertukaran
udara minimal 120 kali per jam.
f) Tekanan udara
Tekanan udara di dalam ruang bersih adalah 15 Pascal lebih rendah dari ruang
lainnya sedangkan tekanan udara dalam ruang penyiapan, ganti pakaian dan antara
harus 45 Pascal lebih tinggi dari tekanan udara luar.
g) Temperatur
Suhu udara diruang bersih dan ruang steril, dipelihara pada suhu 18 – 22° C.
h) Kelembaban
1. Kelembaban relatif 45 – 55%.
2. Ruang bersih, ruang persiapan, ruang ganti pakaian hendaknya mempunyai perbedaan
tekanan udara 10-15 pascal. Tekanan udara dalam ruangan yang mengandung risiko
lebih tinggi terhadap produk hendaknya selalu lebih tinggi dibandingkan ruang
sekitarnya. Sedangkan ruang bersih penanganan sitostatika harus bertekanan lebih
rendah dibandingkan ruang sekitarnya.

Ruang aseptic dispensing harus memenuhi persyaratan:


a. Ruang bersih: kelas 10.000 (dalam Laminar Air Flow=kelas 100)
b. Ruang/tempat penyiapan: kelas 100.000
c. Ruang antara: kelas 100.000
d. Ruang/tempat penyimpanan
Gambar 2. Desain ruangan asep

Pencampuran sediaan steril memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Ruangan ini
terdiri dari :
a. Ruang persiapan
Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat kesehatan dan bahan
obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan volume cairan).
b. Ruang ganti pakaian
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja
dan memakai alat pelindung diri (APD).
c. Ruang antara (Ante room)
Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang antara
d. Ruang steril (Clean room)
Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel
2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
3) Suhu 18 – 22°C
4) Kelembaban 35 – 50%
5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter
6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di luar ruangan.
7) Dilengkapi Pass box
Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat sebelum
dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di antara ruang persiapan
dan ruang steril.

3. Hasil Observasi Pelaksanaan Aseptic Dispensing Di RS PKU Muhammadiyah


Gamping

Tabel 1. Persentase (%) dan Jumlah (n) Hasil Observasi Aseptic Dispensing
No. Persiapan % Sesuai (n) % Tidak Sesuai (n)

1 Memeriksa catatan pengobatan pasien dengan prinsip 5 66,67 (20) 33,33 (10)
BENAR (benar pasien, obat, rute atau cara pemberian,
dan waktu pemberian)

2 Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama 63.33 (19) 36,67 (11)
obat, kekuatan, jumlah, dan tanggal kadaluarsa)

3 Melakukan konfirmasi ulang kepada dokter atau farmasi 60 (18) 40 (12)


jika ada yang tidak jelas/ tidak lengkap baik obat
maupun instruksinya

4 Menghitung kesesuaian dosis 60 (18) 40 (12)


5 Memilih jenis pelarut yang sesuai 96,67 (29) 3,33 (1)

6 Menghitung volume pelarut yang digunakan 83,3 (25) 16,67 (5)

7 Membuat label obat yang disiapkan, meliputi: nama 93,3 (28) 6,67 (2)
pasien, tanggal lahir dan nomor rekam medis

8 Menyiapkan wadah untuk mengurangi kontaminasi dan 100 (30) 0 (0)


memisahkan wadah antara satu pasien dengan pasien
Lain

Jumlah aspek persiapan (187) (53)

Jumlah total (240)

Pencampuran

1 Mencuci tangan sesuai prosedur 6 langkah 43,33 (13) 56,67 (17)

2 Menggunakan alat pelindung diri (Master dan 10 (3) 90 (27)


Handscoen)

3 Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi peralatan dan 0 (0) 100 (30)


meja tempat penyiapan obat

4 Menyiapkan meja penyiapan dengan memberi alas yang 0 (0) 100 (30)
dapat menyerap cairan

5 Menyiapkan kantong buangan sampah untuk bekas obat 100 (30) 0 (0)

6 Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan yang akan 100 (30) 0 (0)
disiapkan

7 Melakukan pencampuran secara aseptic 46,67 (14) 53,33 (16)

8 Memberi label setiap spuit dan infus yang sudah berisi 100 (30) 0 (0)
obat hasil campuran

9 Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil 66,67 (20) 33,33 (10)
untuk obat-obat yang harus terlindung dari cahaya

10 Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah tersendiri 100 (30) 0 (0)
untuk mencegah kontaminasi dan tertukar dengan obat
pasien lain

11 Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam 100 (30) 0 (0)


tempat sampah infeksius

Jumlah aspek pencampuran (200) (130)

Jumlah total (330)


Persentase Observasi Aseptic Dispensing
Jumlah total sesuai
% sesuai aspek persiapan = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
187
= 240 𝑥 100 %

= 77,92 %
Jumlah total tidak sesuai
% tidak sesuai aspek persiapan = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
53
= 240 𝑥 100 %

= 22,08%
Jumlah total sesuai
% sesuai aspek pencampuran = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
200
= 330 𝑥 100 %

= 60,60 %
Jumlah total tidak sesuai
% tidak sesuai aspek pencampuran = 𝑥 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
130
= 330 𝑥 100 %

= 39,40 %

BAB V
ANALISA LAPORAN

Dispensing sediaan steril merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian yang
dilaksanakan di rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial,
kontaminasi sediaan, paparan terhadap petugas dan lingkungan, untuk mencegah kesalahan
dalam pemberian obat, serta untuk menjamin kualitas mutu sediaan. Oleh karena itu dalam
pelaksanaannya diperlukan tenaga kefarmasian yang terlatih, fasilitas dan peralatan serta
prosedur penanganan khusus.
Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi
semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang
dilakukan secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan (ASHP, 1985).
Aseptis berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur
kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan
terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat
kesehatan, sediaan obat, atau petugas jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama
proses pengerjaan produk aseptis.
Hasil observasi diperoleh 30 titik, yang diperoleh dari bangsal Az-zahra, Al-Kautsar,
dan Firdaus. Persentase kesesuaian aseptic dispensing tertinggi pada tahap persiapan (77,92%)
dan kesesuaian terendah pada tahap pencampuran yaitu sebanyak (60,60%). Berdasarkan
Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatistika dari Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2009, tahapan yang harus dilakukan dalam pencampuran
obat secara steril adalah dengan memeriksa catatan pengobatan pasien dengan prinsip 5 benar
yaitu benar pasien, obat, rute, dosis dan waktu pemberian obat. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan terhadap kondisi-kondisi obat yang diterima oleh perawat untuk dilakukan
dispensing. Pemeriksaan berupa pemeriksaan nama obat, kekuatan, jumlah dan tanggal
kadaluwarsa. Pada prakteknya, dari ketiga bangsal yang dilakukan pengamatan aseptic
dispensing sudah melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum dalam pedoman. Tahapan
selanjutnya adalah menghitung dosis dan melakukan pemilihan pelarut yang sesuai dengan
obat yang perlu dilarutkan serta melakukan perhitunagan terhadap volume pelarut yang
digunakan. Perawat di PKU Muhammadiyah Gamping telah melakukan tahapan tersebut
100%.
Kemudian dilakukan pelabelan obat yang disiapkan dengan label nama pasien, tanggal
pasien dan nomer rekam medik, ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan,
tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa pencampuran. Pada pelaksanaannya beberapa sudah
tertuliskan dalam etiket masing-masing pasien. Namun yang tertulis hanya nama pasien, nomer
rekam medik, dan tanggal lahir pasien. Tidak dicantumkan ruang perawatan, dosis, cara
pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluwarsa. Hal ini terjadi
karena dispensing obat dilakukan kurang lebih 30 menit sebelum disuntikkan kepasien
sehingga pelabelan ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan dan tanggal kadaluwarsa dianggap bukan merupakan titik krusial. Dalam hal ini
petugas sudah melakukan penulisan label meliputi nama pasien, tanggal lahir dan nomer rekam
medik dengan benar berdasarkan SPO pencampuran obat steril di RS PKU Muhammadiyah
Gamping.
Obat yang telah disiapkan seharusnya diletakkan pada wadah tersendiri untuk masing-
masing pasien agar tidak tercampur antar pasien satu dengan yang lain dan untuk mengurangi
kontaminasi. Namun pada pelaksanaannya tidak demikian. Satu nampan dapat diisi lebih dari
1 pasien sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi antar pasien sangat besar. Setelah tahap
persiapan dilakukan, maka selanjutnya melakukan pencampuran. Berdasarkan pedoman
tersebut, pencampuran dilakukan di ruang yang steril dengan APD yang lengkap, namun dalam
prakteknya saat melakukan pencampuran, petugas tidak menggunakan APD seperti sarung
tangan dan masker sehingga hal tersebut bisa membahayakan petugas jika dilakukan secara
terus menerus.
Jika tidak ada fasilitas LAF, dalam pedoman dasar dispensing sediaan steril maka perlu
diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Ruangan
 Pilih ruang yang paling bersih, khusus untuk pengerjaan sediaan steril saja.
 Seluruh pintu dan jendela harus selalu tertutup.
 Tidak ada bak cuci.
 Tidak ada rak atau papan tulis yang permanen.
 Lantai didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan hypoclorite 100 ppm.
 Dinding mudah dibersihkan.
 Meja kerja harus jauh dari pintu Namun karena belum tersedianya ruang aseptic.
2. Cara Kerja
 Pakai Alat Pelindung Diri (APD)
 Bersihkan meja kerja dengan benar (dengan aquadest kemudian alkohol 70%)
 Tutup permukaan meja kerja dengan alas kemoterapi siapkan seluruh peralatan
 Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sebelum digunakan dengan alkohol 70%
 Lakukan pencampuran secara aseptis
 Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sesudah digunakan dengan alkohol 70%
 Buang seluruh bahan yang terkontaminasi kedalam kantong tertutup
 Bersihkan area kerja dengan mencuci dengan detergen dan bilas dengan aquadest,
ulangi 3 kali, terakhir bilas dengan alkohol
 Buang seluruh kassa ke dalam kantong tertutup tempatkan ada kantong buangan
 Tanggalkan pakaian pelindung
Pada prakteknya proses pencampuran sedian steril di RS PKU Muhammadiyah Gamping
dilakukan di ruang perawatan yang sangat jauh dari apa yang dikatakan pedoman dasar
dispensing sediaan steril. Sebelum dilakukan pencampuran tidak semua petugas melakukan
cuci tangan dengan 6 langkah, tidak menggunakan APD yang lengkap dan tidak sesuai dengan
SPO dari RS PKU Muhammadiyah Gamping yaitu menggunakan masker dan handscoon.
Hanya beberapa saja yang melakukannya. Petugas juga tidak mendesinfeksi peralatan dan meja
yang akan digunakan proses dispensing dan tidak memberi alas yang dapat menyerap cairan.
Sehingga proses pencampuran 100% tidak aseptic.
Setelah melakukan pencampuran, obat diberi label untuk membedakan antar pasien.
Kemudian petugas membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam tempat sampah
infeksius yang berwarna kuning.

BAB VI
REKOMENDASI

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di bangsal perawatan Az-zahra, Al-Kautsar


dan Firdaus berupa melihat langsung kegiatan penyiapan dan pencampuran obat, serta sarana
prasarana yang digunakan dan petugas yang melakukan tindakan pencampuran, kami menilai
bahwa aseptic dispensing yang dilakukan masih belum sesuai prosedur. Maka rekomendasi
yang dapat disarankan adalah:
1. Dispensing sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2. Seharusnya sebelum melakukan pencampuran terlebih dahulu diawali dengan mencuci
tangan dengan benar untuk mencegah kontaminasi terhadap produk yang disiapkan.
3. Petugas menggunakan alat pelindung diri handscoen dan masker seperti standar
operasional prosedur yang telah ditetapkan.
4. Sebelum melakukan pencampuran terlebih dahulu seharusnya dilakukan dekontaminasi
terhadap peralatan dan meja tempat penyiapan serta memberi alas yang dapat menyerap
cairan pada meja penyiapan.

Hal diatas adalah bertujuan untuk mencapai patient safety yaitu antara lain mencegah
terjadinya infeksi nosokomial, kontaminasi sediaan, paparan terhadap petugas dan lingkungan,
mencegah risiko kesalahan terkait penggunaan sediaan obat, dan untuk menjamin kualitas mutu
sediaan, untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan juga sarana dan prasarana yang
memadai pula sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

American Society of Health-System Pharmacist. 2008. ASHP Discussion Guide for Compounding
Steril Preparations. http://www.ashp.org/_s_ashp/docs/files_797guide.pdf. Diakses tanggal
16 Februari 2018 pukul 11.00 WIB.

Direktorat Jendral Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan
Steril. Jakarta: Depkes RI.
Maharani L., Achmad A., Utami, ED. 2013. Pengaruh Edukasi Apoteker Terhadap Sikap dan
Pengetahuan Perawat Tentang Pencampuran Sediaan Parenteral. Purwokerto: Jurnal
Keperawatan Soedirman ( The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2, Juli 2013.

Surahman E, Mandalas E, Kardinah, Endah I. 2008. Evaluasi Penggunaan Sediaan Farmasi


Intravena Untuk Penyakit Infeksi Pada Salah Satu Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung.
Bandung: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol V, No.1, April 2008, 21 – 39.

Taxis K dan Baber N. Incidence and Severity of Intravenous Drug Errors in A German Hospital.
Eur J Clin Pharmacol 2004; 59: 815-817.

Anda mungkin juga menyukai