Anda di halaman 1dari 26

DIABETES MELLITUS

Di Susun Oleh:
 Juwita Dwi Septiani (4102.0216.A1.001)
Kelas : Ekstensi A1
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat
Mata Kuliah : Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Dosen : Cucu Herawati, SKM, M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON


Jl. Brigjen Darsono By Pass No. 12B Cirebon
Telepon : (0231) 247852 Fax : (0231) 247852
Email : stikes_2005@yahoo.com Facebook : STIKes Cirebon
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular yang berjudul Diabetes Mellitus. Saya mengucapkan terima kasih pada semua
pihak terutama dosen mata kuliah yang bersangkutan, yang telah memotivasi saya untuk
menyusun makalah, sehingga saya dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pengorganisasian. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Semoga makalah ini
dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Saya menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Namun,
saya akan berusaha semaksimal mungkin agar dapat menyajikan yang terbaik bagi para
pembaca, untuk itu dengan kerendahan hati kami siap menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sekalian.

Cirebon, Januari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Diabetes Mellitus 3
2.2 Type-Type Diabetes Mellitus 4
2.3 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus 9

2.4 Epidemiologi Diabetes Mellitus 9


2.5 Faktor Resiko Diabetes Mellitus 13

2.6 Cara Pengobatan dan Penanganan Diabetes Mellitus 18

2.7 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Diabetes Mellitus 19


BAB III PENUTUP 22

3.1 Kesimpulan 22

3.2 Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita.
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit
jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik
absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti
jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat
dalam pancreas. Ada 2 macam type DM:
DM type I atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat
kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala
yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan
sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau
bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang.
Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari
penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui
DM setelah usia 30 tahun.
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational
diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has

1
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5"
diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan
dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasan patogenesisnya.[29] GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan
sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Diabetes Mellitus (DM)?
2. Apa saja type Diabetes Mellitus?
3. Apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana epidemiologi Diabetes Mellitus?
5. Apa saja faktor resiko Diabetes Mellitus?
6. Bagaimana cara pengobatan dan penangan Diabetes Mellitus?
7. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan Diabetes Mellitus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Mellitus
2. Untuk mengetahui apa saja type Diabetes Mellitus
3. Untuk mengetahui apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Mellitus
4. Untuk mengetahui epidemiologi Diabetes Mellitus
5. Untuk mengetahui apa saja faktor resiko Diabetes Mellitus
6. Untuk mengetahui cara pengobatan dan penangan Diabetes Mellitus
7. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan Diabetes Mellitus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau


pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan
istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak
faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, sebagai akibat dari:

 Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya


 Defisiensi transporter glukosa.
 Atau keduanya.

Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus, antara
lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan
mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner,
sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme,
dan lain-lain.

DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin
(hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum
adalah terjadinya hiperglikemia.

3
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart). Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi,
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang
normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum
cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.

2.2 Type – Type Diabetes Mellitus

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus


berdasarkan perawatan dan simtoma:

1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di
dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat
idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau
defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai
dengan sindrom resistansi insulin.
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, dan
menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
 Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
 Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin
endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak
disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
 Not insulin requiring diabetes.

Diabetes Mellitus Tipe 1


Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset
diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang
terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-
anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan
dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan

4
berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama
pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.
Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah
penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya
hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga
dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan
juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi
aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan
kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk
pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l.
Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang
bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka
di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil
yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l)
biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat
glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran.

Diabetes Mellitus Tipe 2


Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related
diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus
yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan
merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk
yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel

5
terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin
yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin
serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi
gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan
kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon
resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada
hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia
dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin
atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin
pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori
yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas
sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam
kaitan dengan pengeluaran dari adipokines (nya suatu kelompok hormon) itu merusak
toleransi glukosaObesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan
diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga,
walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak
remaja dan anak-anak.

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2
biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya
pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar
kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,,
sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito
abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan
[antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada
awalnya tak terhalang, lisan (sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan
untuk meningkatkan produksi hormon insulin (e.g., sulfonylureas) dan mengatur
pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan
hormon insulin sampai taraf tertentu (e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis
pembalasan hormon insulin (e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan
hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan

6
glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah
direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil
kebanyakan pengobatan.

Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini
diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat
penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi
perkembangan sel tumor maupun kanker.

Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah
defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon
tri-iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis
ATP sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks
IV, menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin
akan meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas
respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan insulin, ketiga
hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot
lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi
risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.

Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai
akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan
apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan
homeostasis glukosa.

Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin,
diketahui menyebabkan:

 Peningkatan mRNA glukokinase


 Peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
 Peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
 Peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin
 Penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
 Penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati

7
 Penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan
menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol
asiltransferase.
 Penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil,
antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan
fosfatidat fosfohidrolase.
 Meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan
glukoneogenesis.

Sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat


karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati.

Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis
jeruk, sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.

Diabetes Mellitus Tipe 3


Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant
type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected
insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau
diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.[29]GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita
GDM bertahan hidup.

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM
bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat
disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.

Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi
meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan
kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat
menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.
Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah,
kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi
plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan

8
dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda
bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan
makrosomia, seperti distosia bahu.

2.3 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis
yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita:

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria).


2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia).
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia).
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria).
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki.
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu.
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba.
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya.
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

2.4 Epidemiologi Diabetes Mellitus


Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor genetik,
lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada kecenderungan
penyakit ini timbul dalam keluarga. Disamping itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan
komplikasi diantara ras, negara dan kebudayaan.
Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes
pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau “maturity-onset diabetes”.
Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut DM tipe 1 dan yang kedua
disebut DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu diabetes mellitus gestasional yang timbul hanya
pada saat hamil, dan diabetes yang disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang

9
gizi disebut MRDM (Malnutrition Related DM) atau Diabetes mellitus Terkait Malnutrisi
(DMTM).
Kekerapan DM tipe 1 di negara Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan di negara tropik
jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan
puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin
sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan diabetes mencapai 3
sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu tinggi atau belum ada
komplikasi, biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit atau ke dokter. Ada juga yang
sudah di diagnosis sebagai diabetes tetapi karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak
berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah pasien yang tidak terdiagnosis lebih banyak
daripada yang terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan ini pada negara maju sudah lebih
dari 50% yang tidak terdiagnosis dan dapat dibayangkan berapa besar angka itu di negara
berkembang termasuk Indonesia (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi DM tipe 2 akan
meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional
menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologis adalah bertambahnya usia,
jumlah dan lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan
hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang
berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Soegondo, 1999).
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat disebabkan oleh
berbagai hal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat
infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah
seperti kegemukan, kurang gerak/ aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur
(Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
· Frekuensi
Tabel 1. Penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit di indonesia tahun 2002
No Jenis penyakit %
1 Stroke, tanpa perdarahan 5.9
2 Pneumonia 3.5
3 Demam tifoid 3.5
4 Tuberkulosis paru 3.3

10
5 Perdarahan intracranial 3.1
6 Diabetes mellitus 3.0
7 Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin, dan gangguan yang 3.0
berhubungan dengan kelainan prematur
8 Trauma (klasifikasi lainnya) 2.9
9 Penyakit jantung (klasifikasi lainnya) 2.9
10 Gagal ginjal (klasifikasi lainnya) 2.9

Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI

Table 1 diatas menunjukkan bahwa penyakit diabetes mellitus di urutan ke enam


dengan precalensi sebesar 3.0% dari 10 penyakit yang ada di rumah sakit yang mennjadi
penyebab utama kematian.

Table 2. distribusi penyakit diabetes mellitus dan penyakit metabolic lainnya


pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2005.
No Penyakit Jumalah kasus Jumlah mati CFR
%
1 Diabetes mellitus 42.000 3.316 7.9
2 Tiroktosikosis 913 67 7.3
3 Gangguan kelenjar tyroid lainnya 4.065 148 3.6
4 Penyakit endokrin dan metabolic lainnya 9.912 823 8.3
Sumber: Statistik RS. Indonesia Edisi Tahun 2005, Ditjen Yanmed Depkes RI

Table 2 diatas menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit di pasien rawat inap
rumah sakit tertinggi disebabkan oleh diabetes mellitus yaitu sebanyak 3.316 kematian
dengan CFR 7.9%. Jadi berdasarkan kedua table diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun
penyakit diabetes mellitus berada urutan ke 6 dari 10 penyakit yang dapat menyebabkan
kematian dirumah sakit Indonesia tetapi diabetes mellitus berada diurutan pertama penyebab
kematian di pasien rawat inap rumah sakit.

11
· Distribusi
a) Distribusi Menurut Orang
Berdasakan timbulnya penyakit diabetes mellitus dapat disimpulkan bahwa
orang yang berisiko mengalami diabetes mellitus adalah mereka yang memiliki
riwayyat diabetes dari keluarga. Pasien diabetes mellitus tipe 2 umumnya dewasa usia
40-an dan mengalami kegemukan (obesitas), dan tidak aktif. Sedangkan pada diabetes
mellitus tipe 1 biasanya terdapat pada anak-anak dan remaja, salah satu penyebabnya
adalah seringgnya mengkonsumsi fast food. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat
>4 kg juga berisiko mengalami diabetes mellitus.
b) Distribusi Menurut Tempat
Tabel 3 Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara
Tahun 2000 dan 2030
No Rangking negara tahun Orang Rangking negara Orang dengan
2000 dengan DM tahun 2030 DM (juta)
(juta)
1. India 31,7 India 79,4
2. Cina 20,8 Cina 42,3
3. Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4. Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5. Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6. Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7. Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8. Brazil 4,6 Jepang 8,9
9. Italia 4,3 Filipina 7,8
10. Banglades 3,2 Mesir 6,7
Sumber: Data Sekunder
Tabel 3 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat dengan
penderita terbesar di dunia yaitu 8,4 juta orang pada tahun 2000 dan diperkirakan
terus meningkat dari taun ke tahun yaitu sebanyak 21,3 juta orang penderita Diabetes
Mellitus.
c) Distribusi Menurut Waktu
Lamanya seseorang menderita penyakit dapat memberikan gambaran
mengenai tingkat patogenesitas penyakit tersebut. Peningkatan angka kesakitan

12
Diabetes Mellitus dari waktu ke waktu lebih benyak disebabkan oleh faktor herediter,
life style (kebiasaan hidup) dan faktor lingkungannya. Komplikasi Diabetes Mellitus
dengan penyakit lain terkait dengan lamanya seseorang menderita Diabetes Mellitus,
semakin lama seseorang menderita Diabetes Mellitus maka komplikasi penyakit
Diabetes Mellitus juga akan lebih mudah terjadi.

2.5 Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:

 Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. Konsumsi makan yang
berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai
dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan
menyebabkan diabetes melitus.
 Obesitas (Kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh
orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
 Faktor Genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes
mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya
sangat kecil.
 Bahan-Bahan Kimia dan Obat-Obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk
insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat
mengiritasi pankreas.
 Penyakit dan Infeksi Pada Pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga
tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.

13
Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema
diabetes mellitus.
 Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika
orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam
20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi,
Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik
motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit
Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit
aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin
bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
 Teh Manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula
darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira
mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa
rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita
sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk
pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan
diabetes.

 Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal
gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti
kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular
(PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor
risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid
yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan
trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya
proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai
makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.

14
 Suka Ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan
diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong
atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik
kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan
serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan
glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya
mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
 Kurang Tidur
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para
ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari
mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya,
risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam
darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur
terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
 Sering Stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat
stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol
supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita
memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula
darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja
dengan bunuh diri pelan-pelan.
 Kecanduan Rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen.
Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi
kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
 Menggunakan Pil Kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan
progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar
gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S. Sp. PD, dari Divisi Metabolik
Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin.
Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk

15
memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak
berfungsi dengan baik.
 Kerajinan Soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap
51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman
bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti
mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam
minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga
terdorong untuk minum lebih banyak.

2.5.1 Patofisiologi

Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti
hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang
sedang laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering disebut
terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.

Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada
resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia dan
hiperglisemia, yang berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.

GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan


menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam
lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap
insulin, terutama pada otot lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio
IGF-I tidak dapat menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.

Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak


orang, tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan memicu
komplikasi pada toleransi glukosa.

Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi


penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia
dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan
glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat
meningkatkan risiko kardiovaskular.

Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan
hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.

16
Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang
disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada pasien bedah pankreas,
feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.

Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1.
Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal
apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat
mekanisme Fas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan perforin;
selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.

2.5.2 Komplikasi

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan


kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan,
serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko
amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

Komplikasi Jangka Panjang dari Diabetes

Organ/Jaringan
Yang terjadi Komplikasi
yang terkena

Plak aterosklerotik terbentuk dan


menyumbat arteri berukuran besar
atau sedang di jantung, otak, Sirkulasi yang jelek menyebabkan
tungkai dan penis. penyembuhan luka yang jelek dan
Pembuluh darah Dinding pembuluh darah kecil bisa menyebabkan penyakit
mengalami kerusakan sehingga jantung, stroke, gangren kaki dan
pembuluh tidak dapat mentransfer tangan, impoten dan infeksi
oksigen secara normal dan
mengalami kebocoran

Terjadi kerusakan pada pembuluh Gangguan penglihatan dan pada


Mata
darah kecil retina akhirnya bisa terjadi kebutaan

 Penebalan pembuluh darah ginjal


Fungsi ginjal yg buruk
Ginjal  Protein bocor ke dalam air kemih
Gagal ginjal
 Darah tidak disaring secara

17
normal

 Kelemahan tungkai yg terjadi


Kerusakan saraf karena glukosa secara tiba-tiba atau secara perlahan
Saraf tidak dimetabolisir secara normal  Berkurangnya rasa, kesemutan
dan karena aliran darah berkurang dan nyeri di tangan dan kaki
 Kerusakan saraf menahun

 Tekanan darah yang naik-


Kerusakan pada saraf yang turun
Sistem saraf
mengendalikan tekanan darah dan  Kesulitan menelan dan perubahan
otonom
saluran pencernaan fungsi pencernaan disertai serangan
diare

Berkurangnya aliran darah ke kulit  Luka, infeksi dalam (ulkus


Kulit dan hilangnya rasa yang diabetikum)
menyebabkan cedera berulang  Penyembuhan luka yang jelek

Mudah terkena infeksi, terutama


Darah Gangguan fungsi sel darah putih
infeksi saluran kemih dan kulit

Gluka tidak dimetabolisir secara


 Sindroma terowongan karpal
Jaringan ikat normal sehingga jaringan menebal
Kontraktur Dupuytren
atau berkontraksi

2.6 Cara Pengobatan dan Penanganan Diabetes Mellitus

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin


(Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah
dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan
difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah
adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan
berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet
akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak
mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

18
2.6.1. Perawatan Preventif
1. Identifikasi
Penderita membawa keterangan tentang: Jenis DM, Komplikasi, Regimen
Pengobatan.
2. Vaksinasi
Merupakan tindakan yang baik terutama terhadap pnemokokus dan influenza.
3. Tidak merokok
4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia
5. Perawatan kaki

2.7 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Diabetes Mellitus


Diabetes dapat dicegah dengan berbagai tindakan kearah pola hidup yang lebih sehat,
ketika sudah menderita diabetes juga dapat dilakukan kegiatan yang dapat membantu
mengurangi beban yang dialami. Berikut beberapa tindakan pencegahan penyakit diabetes.
 Pencegahan Primer:

1. Mengenali faktor resiko penyakit diabetes


2. Mengecek kadar gula darah
3. Olahraga secara teratur
4. Pola makan sehari – hari harus seimbang tidak boleh berlebihan
5. Tidur yang cukup
6. Hindari stress
7. Usahakan berat badan dalam batas normal

19
 Pencegahan Sekunder:

1. Deteksi dini bagi kelompok yang memiliki resiko tinggi


2. Mengurangi konsumsi karbohidrat, namun tetap sesuai kecukupan gizi
3. Mengganti gula khusus penderita diabetes
4. Pantau gula darah harian secara teratur
5. Konsumsi obat diabetes
6. Hindari benturan yang dapat mengakibatkan cedera
7. Diet sehat
8. Olahraga teratur sesuai kemampuan dan usia
9. Suntik insulin

 Pencegahan Tersier:

1. Mencegah terjadinya kebutaan

20
2. Mencegah gagal ginal kronik
3. Mencegah terjadinya stroke
4. Mencegah teradinya gangrene bila terjadi luka

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit Diabetes
Mellitus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor resiko yang
menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Mellitus. Seperti contohnya, Obesitas
(berat badan berlebih), faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga),
kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.

3.2 Saran

Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Selalu berhati – hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan
istirahat yang cukup.
2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau
minuman yang terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak
tinggi.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://eptmfkmunsri.blogspot.co.id/2013/03/diabetes.html

http://alfiazkiya.blogspot.co.id/2013/06/semua-tentang-dm-diabetes-millitus.html

“DM”. Id.scribd.com. diakses pada 12 april 2013.

“penderita diabetes dominasi RSUD Pirngadi Medan”. www.bisnis-sumatra.com

“prevalensi diabetes mellitus di Indonesia”. www.depkes.go.id.

23

Anda mungkin juga menyukai