Anda di halaman 1dari 2

“AKU SUKA YANG MANIS-MANIS!


Anda sendiri, apakah juga penggemar makanan dan minuman manis?

GOODIE BAG
Selera rasa manis umumnya dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, pengalaman dan
pembiasaan memberi kontribusi amat besar dalam hal ini. Saat beranjak dewasa, selera
seseorang akan ditentukan oleh apa yang mereka pelajari lewat pengalaman makan dan
kebiasaan makan yang mereka lakoni.
Umumnya anak-anak tak pernah menolak karbohidrat sebagai salah satu sumber zat
gizi yang memberikan rasa manis. Terutama karbohidrat sederhana, semisal gula, madu,
maupun gula dalam buah. Coba saja perhatikan, anak-anak begitu mudah terbangkitkan
selera makannya hanya dengan menambahkan 1-2 sendok teh gula pasir ke dalam susunya
atau makanan lain. Sebaliknya, anak-anak tak menyukai rasa pahit. Bisa dimaklumi kalau
mereka biasanya juga tidak menyukai sayuran karena dalam sayuran terselip rasa pahit.
Selain melalui menu keluarga, pengenalan anak prasekolah secara intensif pada rasa
manis umumnya tak bisa dilepaskan dari sosialisasinya. Bukankah mereka kerap
mendapatkan undangan ulang tahun dari teman sebaya yang dimeriahkan pula oleh buah
tangan berupa goodie bag (tas bekal) berisi aneka coklat, penganan manis, dan permen.
Penyumbang lain dari tingginya selera anak terhadap makanan manis-manis apalagi kalau
bukan aneka jajanan yang dijual di toko.

Bagaimana dengan minuman manis?


Bukan cuma permen dan batang coklat sebagai sumber gula yang harus dibatasi.
Makanan dan minuman lain yang mengandung rasa manis pun sebaiknya tidak dikonsumsi
secara berlebihan. Misalnya kue-kue dan biskuit yang mengandung tepung dan gula, madu,
butir coklat, coklat oles, sari buah, susu kental manis dan sebagainya. Begitu juga minuman
yang termasuk jenis sirup dan softdrink.
Meski anak tergila-gila pada jenis-jenis makanan tadi, tidak pada tempatnya bila
orangtua memanjakan mereka dengan memberikan makanan yang justru berefek buruk
tersebut. Kalaupun tak kuasa menolak, cukup sesekali saja. Soalnya, kendati sebagai sumber
kalori, gula dan karbohidrat yang dikonsumsi berlebihan hanya akan menyebabkan gangguan
kesehatan di kemudian hari.

PEMANIS BUATAN
Sebetulnya gula yang merupakan sumber karbohidrat adalah makanan yang
menguntungkan bagi anak sebagai sumber kalori. Kalori ini diperlukan bagi bocah usia
prasekolah yang sedang tumbuh dan memerlukan kecukupan gizi. Tentu saja harus tetap
dikonsumsi dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Ini perlu dicermati karena bila sejak kecil
hanya menggemari makanan yang manis-manis, kebiasaan kurang baik ini akan terbawa
sampai dewasa. Akibatnya, yang bersangkutan akan semakin berpeluang terkena
obesitas/kegemukan. Padahal kegemukan diusia relatif muda akan meningkatkan risiko
terserang diabetes, darah tinggi, dan jantung.
Untuk itu, perilaku jajan mesti dibatasi. Ironisnya, industri kecil maupun besar seolah
berlomba melempar produk mereka berupa penganan manis. Bahkan, sebagian produk
makanan anak di pasaran menggunakan pemanis buatan untuk menekan ongkos produksi dan
harga jual. Jika tidak diseleksi sejak awal, kebiasaan anak mengkonsumsi sembarang jajanan
akan berlangsung dalam hitungan tahun selama anak bersekolah di tempat tersebut.
Strategi lain, sediakan dan bekali anak dengan makanan sehat yang dibuat di rumah.
Selain lebih bersih, anak-anak juga membutuhkan energi yang berasal dari gula alami.
Contohnya, es mambo buatan ibu,selain menggunakan air matang yang bersih, pastilah gula
pasir murni dan bukan pemanis atau gula buatan.

Bekal gurih
Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang lengkap dan diperlukan bagi pertumbuhan
tubuhnya, anak usia prasekolah memerlukan aneka macam makanan. Di usia 4 tahunan, anak
mulai mengembangkan kebiasaan makannya sebagai konsumen aktif. Ia mulai bisa memilih
sendiri makanan yang ingin dimakannya dan tidak lagi sebagai komsumen pasif yang
sepenuhnya bergantung pada orang dewasa di sekitarnya. Di kurun waktu inilah orang tua
mempunyai peran penting untuk mengarahkan anaknya pada pola makan keluarga yang
teratur dan bergizi seimbang. Jangan lupa, orang tua merupakan model utama bagi anak. Bila
orang tua memiliki pola makan yang sehat, anak pasti akan mengikutinya. Guna membantu
anak agar mampu menjadi konsumen aktif yang bisa memilih makanan yang sehat, sediakan
selalu menu utama atau camilan yang memenuhi syarat makanan bergizi. Bergizi di sini
tentunya berimbang baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineralnya. Sedangkan
bervariasi, disamping dikemas sebagai bentuk sajian yang menarik, makanan pun perlu
disajikan dalam aneka rasa, seperti gurih, asam, dan manis agar tak membosankan.
Anak usia prasekolah biasanya sudah membawa bekal makanan untuk dibawa ke
kelompok bermainnya. Untuk mengurangi “ketergantungan” pada makanan yang manis,
sebaiknya jangan bekali anak dengan setangkap roti manis, brownies, atau camilan apa pun
yang memiliki kandungan gula cukup tinggi.
Sebagai gantinya, lebih baik bekali anak dengan makanan sehat dan bergizi, siapkan
bekal makanan berkalsium seperti selembar keju dalam roti, kue sus isi ragut sayuran, atau
nougat dari susu kacang. Jangan lupa selipkan pula atu jenis makanan yang kaya akan zat
besi seperti sosis ayam, telur rebus, atau daging sapi gepuk. Bila jam “sekolah”nya cukup
panjang, boleh-boleh saja tambahkan pilihan bekalnya dengan jenis serealia seperti spageti.
Jangan lupa untuk menyelipkan buah-buahan segar dalam tas bekalnya, terutama jeruk atau
pisang.
Semua bekal makanan ini sebaiknya dibuat sendiri di rumah hingga kebersihannya
lebih terjamin dibanding bila membelinya di luaran. Kalaupun tidak sempat hingga terpaksa
membeli, sebaiknya pilih tempat jualan yang bersih. Untuk jenis penganannya, sebaiknya
pilih yang lengkap gizinya.

Narasumber:
Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS.SpGK, dokter spesialis Gizi Klinik dari RS Mitra
Kemayoran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai