Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NURHAYATI

NIM : E1C015048

KELAS : V B REGULER PAGI

TUGAS : JURNALSTIK

Narasumber 1 : Ardini Juni Astuti

Nyongkolan adalah suatu upacara adat Sasak. Sebelum ucapara nyongkol ini
dilaksanakan, keluarga dari pihak laki-laki mengadakan acara rowah/begawe atau zikiran di
rumahnya, tujuannya untuk memberitahukan kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal
pengantin laki-laki bahwa ia sudah menikah.

Setelah dilaksanakannya rowah/begawe. Dilanjutkan dengan upacara nyongkolan.


Upacara ini dilaksanakan kapan saja setelah acara akad nikah dan rowah dilakukan. Nyongkolan ini
pun dilaksanakan tergantung dari keputusan keluarga atau hasil diskusi dari pihak keluarga laki-laki
dan perempuan mengenai kapan acara nyongkol tersebut akan dilaksanakan. Sehingga kedua belah
pihak bisa mempersiapkan segala sesuatu atau kebutuhan mereka saat diadakannya nyongkolan
tersebut.

Persiapan yang dilakukan oleh pihak perempuan yang akan menerima keluarga atau arak-
arakan yang akan datang ke rumahnya seperti tempat penyambutan, makanan, orang-orang yang
akan menyambut, dan semua keperluan yang dibutuhkan. Sedangkan kebutuhan yang perlu
dipersiapkan oleh keluarga dari pihak laki-laki yang akan datang menuju rumah keluarga pengantin
perempuan, antara lain masyarakat yang akan mengiringi dan mejaga arak-arakan, para pengiring
pengantin, dan gendang belek. Nyongkolan ini dilakukan untuk memberi informasi kepada
masyarakat terutama masyarakat tempat tinggal pengantin perempuan bahwa ia sudah menikah,
bisa dikatakan upacara ini digunakan sebagai alat informasi dan alat untuk menjalin silaturrahmi
antara keluarga dari pihak perempuan dan keluarga dari pihak laki-laki.

Saat upacara nyongkolan, keluarga dari pengantin laki-laki datang bersama arak-arakan,
arak-arakan ini terdiri dari keluarga dari pengantin laki-laki sendiri, masyarakat yang mengiringi
pengantin laki-laki dan perempuan mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua. Mereka datang
dengan diiringi oleh gamelan atau gendang belek yang biasa digunakan uintuk mengiringi upacara
nyongkolan tersebut. Selain membawa gendang belek sebagai musik pengiring arak-arakan.
Keluarga dari pihak laki-laki juga membawa sejumlah makanan untuk dibawa kepada keluarga
pengantin perempuan.

Sebelum berangkat menuju rumah pengantin perempuan, pengantin laki-laki dan


pengantin perempuan didandani/dipayas terlebih dahulu dan menggunakan pakaian pengantin
adat Sasak. Tidak hanya pengantin saja, pengiring arak-arakan juga ikut diriyas/dipayas. Untuk arak-
arak-arakan, biasanya yang didandani hanya pengiring perempuan saja dan menggunakan baju
pengiring pengantin yang disebut kebaya, sedangkan pengiring laki-laki hanya menggunakan
pakaian pengiring atau yang disebut dengan dodot atau pakaian khas pengiring laki-laki. Begitu pula
dengan masyarakat yang menyambut arak-arakan yang akan datang ke rumah pengantin
perempuan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang didandani dan menggunakan pakaian
pengiring pengantin.

Sebelumnya, para penyambut pengantin dari keluarga perempuan menunggu rombongan


arak-arakan jauh dari rumah pengantin perempuan. Setelah rombongan arak-arakan itu datang
mereka akan ikut mengiringi pengantin laki-laki dan perempuan bersama pengiring pengantin yang
lain menuju ke rumah pengantin perempuan. Barisan dalam upcara nyongkolan itu pun diatur
sedemikian rupa. Seperti keluarga dari pengantin laki-laki berada di barisan paling depan atau
barisan pertama. Salah satu fungsinya adalah untuk menjaga pengantin yang ada di barisan
belakang jika terjadi sesuatu. Barisan kedua adalah barisan pengantin perempuan yang diiringi oleh
pengiring perempuan. Barisan ketiga adalah barisan pengantin laki-laki yang diiringi oleh pengiring
laki-laki juga. Barisan keempat adalah musik yang mengiringi arak-arakan pengantin seperti gendang
belek atau kecimol yang sering digunakan sebagai musik pengiring acara nyongkolan tersebut.

Setelah sampai di depan rumah pengantin perempuan, keluarga dari pengantin laki-laki dan
perempuan berbicara terlebih dahulu setelah itu pengantin laki-laki dan perempuan bersama
rombongan pengiringnya dipersiahkan masuk.
Narasumber 2 : Papuk Kerim

Menurut narasumber saya yang lahir pada tahun 1993 yang bernama papuk Kerim, dan
sekarang sudah berumur 84 tahun, upacara nyongkolan jarang ditemukan bahkan upacara
nyongkolan ini hampir tidak pernah ia lihat pada masa pemerintahan presiden Soekarno. Upacara
nyongkolan baru sering dilihat pada saat pemerintahan presiden Soeharto, upacara itu pun masih
jarang dilakukan. Dulu orang tidak pernah melakukan upacara nyongkolan, apabila sudah
dilaksanakan akad nikah dan diadakan roah atau zikiran, upacara nyongkolan tidak perlu dilakukan,
karena sudah cukup dengan acara roah atau zikiran tersebut. Tetapi menurutnya upacara
nyongkolan merupakan proses pemberitahuan kepada masyarakat bahwa sepasang laki-laki dan
perempuan sudah menikah dan sah menjadi suami istri sehingga mereka terhindar dari fitnah yang
mungkin muncul dari masyarakat. Selain itu, upacara nyongkolan merupakan upacara untuk
menjalin silaturrahmi antara keluarga pengantin laki-laki dengan keluarga pengantin perempuan.

Upacara nyongkolan dilaksanakan setelah ada kesepakatan antara pihak keluarga laki-laki
dengan pihak perempuan mengenai kapan dilaksanakan upacara nyongkolan tersebut. Sebelum
diadakan nyongkolan, pihak keluarga laki-laki menyiapkan keperluan seperti makanan, orang-orang
yang akan mengiringi dan menjaga upacara nyongkolan tersebut. Tidak hanya pihak keluarga laki-
laki. Keluarga dari pengantin perempuan pun menyiapkan semua keperluan untuk menyambut
pengantin dan iringan arak-arakan yang akan datang. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah tempat
penyambutan, makanan, orang-orang yang akan menyambut, dan sebagainya.

Sebelum pengantin laki-laki dan perempuan pergi ke rumah orang tua pengantian
perempuan. Keduanya dirias/dipayas terlebih dahulu serta memakai pakaian adat Sasak, begitu pula
dengan orang-orang yang akan mengiring mereka menuju rumah orang tua pengantin perempuan
ikut dirias dan menggunakan baju adat Sasak. Para penyambut pengantin dari keluarga perempuan
pun ikut dirias/dipayas.

Pengantin dari pihak laki-laki datang bersama keluarganya beserta arak-arakan dengan
membawa makanan untuk dibawa ke rumah orang tua pengantin perempuan, pengantin laki-laki
juga membawa para penjaga dalam upacara nyongkolan yaitu orang-orang yang menjaga keamanan
saat dilaksanakannya upacara nyongkolan, serta orang-orang yang ikut mengiringi pengantin laki-
laki dan perempuan. Penyambut pengantin dari keluarga perempuan menunggu arak-arakan dari
keluarga pengantin laki-laki, setelah itu mereka berjalan bersama mengiringi pengantin menuju
rumah orang tua pengantin perempuan. Pengiring perempuan mengiringi pengantin perempuan
dan pengiring laki-laki mengiringi pengantin laki-laki. Biasanya yang menjadi pengiring pengantin
laki-laki dan perempuan adalah para muda mudi.

Barisan pertama dalam arak-arakan adalah keluarga dari pengantin laki-laki dan tokoh
masyarakat. Ini ditujukan untuk menghormati keluarga dari pengantin perempuan. Selain untuk
menghormati, mereka juga berfungsi sebagai pelindung. Barisan kedua adalah barisan pengantin
perempuan yang diiringi oleh perngiring perempuan, barisan ketiga adalah barisan pengantin laki-
laki yang diiringi oleh pengiring laki-laki. Barisan terakhir adalah barisan pemain musik atau
kelompok pemain gendang belek atau kecimol yang digunakan untuk memeriahkan upacara
nyongkolan tersebut.

Setelah sampai di halaman rumah pengantin perempuan, keluarga dan tokoh masyarakat
akan berbicara dengan keluarga dari pengantin perempuan, setelah itu pengantin laki-laki dan
perempuan bersama arak-arakannya dipersilahkan masuk.

Anda mungkin juga menyukai