yang lalu. Lemah dirasakan terus menerus dirasakan. Untuk mengatasi keluhan tersebut pasien berobat
ke puskesmas dan diberikan antasida 3 x 1 tablet, ranitidine 2 x 1 tablet, caviplex 1 x1 tablet tetapi
keluhan tidak berkurang. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual muntah +, kembung +, nafsu
Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Encik Mariyam dengan diagnosis terakhir
5. Riwayat keluarga :
1
Riwayat di keluarga yang mengalami penyakit seperti ini disangkal, riwayat hepatitis disangkal,
riwayat HT disangkal, riwayat DM disangkal, riwayat penyakit jantung disangkal, riwayat terkena
tumor disangkal.
6. Riwayat Kebiasaan :
Riwayat minum alkohol disangkal, riwayat sering telat makan, riwayat merokok disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK :
KU : Sakit berat
Kesadaran : Somnolen
Vital signs :
Tekanan darah : 70/60 mmHg, lengan sebelah kanan, manset dewasa
Nadi : 110 x/menit, ireguler, tidak kuat angkat
Frekuensi napas : 26 x/menit, tidak teratur, thorakoabdominal, cuping hidung (+)
Suhu : 36 °C per aksilla
Mata : konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
Hidung : napas cuping hidung +/+
Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut : tidak ada sianosis di bibir
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thoraks :
Inspeksi : P/ bentuk simetris, retraksi (-)
C/ ictus cordis tidak tampak
Palpasi : P/ fremitus taktil tidak dilakukan, pergerakan dinding dada simetris
C/ ictus cordis teraba pada ICS 5 garis midklavikula
Perkusi : P/ sonor hampir di seluruh lapang paru
C/ batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : P/ vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
C/ S1-2 murni di 4 katup, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal x
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (+), pekak beralih (-).
Palpasi : nyeri tekan (+)
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Ekstremitas
Edema - - , akral dingin + +
- - + +
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
2
Jumlah sel darah:
Hb : 3,4 g%(↓)
Kimia Darah:
DIAGNOSA KLINIS :
Kelas II
DIAGNOSIS
3
DD: Syok Hemoragik
TERAPI
Awal di IGD
a. Infus Ringer Laktat 2 liter secepatnya
c. Pemasangan NGT
Ranitidine STOP
-Direncanakan untuk
transfusi WB 1000
cc/ hari
11.25 Semakin lemah Kesadaran: Koma Cardiac Arrest -Perawatan jenazah
T: -
4
R: -
S: 36
N: -
Mata : anemis +/+
Akral dingin +/+
EKG : Flat
Daftar Pustaka :
1. Wijaya IP, Syok Hipovolemik. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th Ed, 32th Chapter.
Sudoyo AW, Setihadi W, Alwi I, Simadibrata M, Setiyati S Editors. Jakarta : 2009.
p242-4.
2. Maier RV. Approach to the patient with shock. In : Harrison’s principles of internal
medicine 16th . Kasper DL, et al, ed. New York: McGraw-Hill; 2005.
SUBJEKTIF :
5
Pasien datang dirujuk dari puskesmas sei pinang dengan keluhan lemah sudah sejak kurang lebih 4 hari
yang lalu. Lemah dirasakan terus menerus dirasakan. Untuk mengatasi keluhan tersebut pasien berobat
ke puskesmas dan diberikan antasida 3 x 1 tablet, ranitidine 2 x 1 tablet, caviplex 1 x1 tablet tetapi
keluhan tidak berkurang. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual muntah +, kembung +, nafsu
OBJEKTIF:
Hasil pemeriksaan fisik mendukung diagnosis syok hipovolemik. Pada kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan:
- Gejala Klinis: Lemah.
- Pemeriksaan fisik: TD 70/60 mmHg, Nadi 110 x/m, RR 26 x/m, Suhu 36 oC, Konjungtiva
anemis +/+, Akral dingin
ASSESSMENT :
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien pada
kasus ini didiagnosis dengan syok hipovolemik.
Pada anamnesis, pasien ini dengan syok hipovolemik dibawa dengan lemah. Pasien
mengeluhkan mual muntah +, kembung +, nafsu makan berkurang, nyeri ulu hati +.
Pemeriksaan fisik terkait dengan syok hipovolemik yaitu tekanan darah, nadi, kecepatan
bernapas, akral.
Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, baik dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
semuanya mendukung untuk menegakkan diagnosis syok hipovolemik pada pasien dalam kasus
ini.
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi
berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
A. ETIOLOGI
Tabel penyebab syok hipovolemik
Perdarahan
- Hematom subkapsular hati
- Aneurisma aorta pecah
- Perdarahan gastrointestinal
- Perlukaan berganda
Kehilangan plasma
- Luka bakar luas
6
- Pankreatitis
- Deskuamasi kulit
- Sindrom Dumping
Kehilangan cairan ekstraselular
- Muntah
- Dehidrasi
- Diare
- Terapi diuretik yang sangat agresif
- Diabetes insipidus
- Insufisiensi adrenal
B. PATOFISIOLOGI
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balimk kejantung. Hal ini yang menimbulkan penurunan curah
jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa
kejadian pada beberapa organ.
Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vascular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan
otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus gastrointestinal.
Kebutuhan energy untuk pelaksanaan metabolism di jantung dan otak sangat tinggi tetapi
kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energy. Sehingga keduanya sangat
bergantung akan ketersedian oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia
yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika
tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga ≤ 60 mmHg, maka
aliran ke organ akan turun drastic dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.
Neuroendokrin
Kardiovaskular
Tiga variable seperti: pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel
7
dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah
jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan adalah hasil kali volume sekuncup dan
frekuensi jantung Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada
akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu penigkatan frekuensi jantung sangat
bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
curah jantung.
Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi penigkatan
absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negative yang mati didalam usus.
Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta penigkatan metabolism dan bukan
memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung.
Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi
terjadinya sangat jarang karna cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi
kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat
yang nefrotoksik seperti ammoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi,
ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat aliran darah
diginjal berkurang, tahanan arteriol aferen menigkat untuk mengurangi laju filtrasi
glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan vasopressin bertanggung jawab
terhadap menurunnya produksi urin.
8
hipovolemia sedang ( 20-40% dari volume darah) pasien menjadi lebih cemas dan
takikardia lebih jelas, meski tekanan darah bisa ditemuka normal pada posisi ortostatik dan
takikardia pada hipovolemia berat maka gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah
menurun drastis dan tak stabil walau posisi berbaring, pasien menderita takikardia hebat,
oliguria, agitasi atau bingung.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidakstabilan
hemodinamik dan ditemukan adanya sumber perdarahan. Diagnosis akan sulit bila
perdarahan tidak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus gastrointestinal atau
hanya terjadi penurunan jumlah plasma dalam darah. Setelah perdarahan maka biasanya
hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun sampai terjadi gangguan kompensasi atau
terjadi penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit di awal tidak menjadi pegangan
sebagai adanya pedarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi,
kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. Temuan terhadap hal ini semakin
meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia.
9
dibedakan.
Diagnosis
Syok Hipovolemik
PLAN:
Prinsip penatalaksanaan Syok Hipovolemik:
Ketika syok hipovolemik diketahui maka tindakan yang dilakukan adalah menempatkan
pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur pernafasan dan diberikan resusitasi cairan
dengan cepat lewat akses intravena atau cara lain yang memungkinkan seperti kateter CVP
( ceniral venaus pressure ) atau jalur intraarterial.
Cairan yang diberikan adalah garam isotonis yang ditetes dengan cepat (hati-hati
terhadap asidosis hiperkloremia) atau dengan cairan garam seimbang seperti Ringer’s laktat
(RL) dengan jarum infus yang terbesar.Tak ada bukti medis tentang kelebihan pemberian koloid
pada syok hipovolemik. Pemberian 2-4 dalam 20 – 30 menit diharapkan dapat mengembalikan
keadaan hemodinamik.
Pada keadaan yang berat atau hipovolemia yang berkepanjangan, dukungan inotropik dengan
dopamin, vasopressin, atau dobutamin, mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup setelah
volume darah dicukupi dahulu. Pemberian norepinefrin infus tidak banyak memberikan manfaat
pada hipovolemik. Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg dalam 3 – 5 menit dilanjutkan 60
mcg/kg dalam 1 jam dalam dekstros 5% dapat membantu meningkatkan MAP.
Selain resusitasi cairan saluran pernapasan harus dijaga. Kebutuhan oksigen pasien harus
terpenuhi dan bila dibutuhkan intubasi dapat dikerjakan. Kerusakan organ akhir jarang terjadi
dibandingkan dengan syok septik atau traumatik. Kerusakan organ dapat terjadi pada susunan
saraf pusat, hati dan ginjal dan ingat gagal ginjal merupakan komplikasi yang penting pada syok
ini.
10
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Saat pasien datang keluhan keluhan lemah sudah sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Keluhan lain
yang dirasakan pasien adalah mual muntah +, kembung +, nafsu makan berkurang, nyeri ulu hati +.
sistem homeostatik baik apakah itu syok hipovolemik ataupun syok hemoragik.
Pasien memiliki tekanan darah 70/60 mmHg, nadi 110 x/m, RR 26 x/m, suhu 36 oC, akral dingin.
Berdasarkan American College of Surgeon Committee on Trauma kondisi tersebut termasuk kepada
Selama perawatan di bangsal pasien dilakukan pemeriksaan DPL, Ur Cr untuk mengetahui keadaan
ginjal pasien.
B. SARAN
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya memeriksaan diri ke
faskes tingkat satu agar dapat diupayakan upaya preventif dan early diagnosis.
agara dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien karena tanpa fasilitas kesehatan
yang memadai akan mengurangi tingkat ketepatan diagnosis dan terapi yang diberikan oleh
11