Anda di halaman 1dari 11

Nama Peserta : dr.

Nurcahyo Tri Utomo


Nama Wahana : RSUD Encik Mariyam
Topik : Syok Hipovolemik
Tanggal (kasus) : 11 Januari 2018 Presenter : dr. Nurcahyo Tri Utomo
Nama Pasien : Tn. J No. RM : 00 82 10
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Afriady Effendy
Tempat Presentasi : RSUD Encik Mariyam
Obyektif Presentasi :
o Keilmuan  o Ketrampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka

o Diagnostik  o Manajemen  o Masalah  o Istimewa

o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia  o Bumil


o Deskripsi : dewasa, laki-laki, 81 tahun, lemah
o Tujuan :
menegakkan diagnosis dan menangani pasien syok hipovolemik
Bahan bahasan o Tinjauan Pustaka o Riset o Kasus  o Audit
Cara membahas o Diskusi o Presentasi o E-mail o Pos
dan diskusi 
Data pasien : Nama : Tn. J No CM : 00 82
10
Nama RS : RSUD Encik Mariyam Telp : 081372771583
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis:
Syok Hipovolemik
Gambaran klinis:
Lemah
2. Riwayat Pengobatan :
Disangkal
3. Riwayat kesehatan/penyakit :
Pasien datang dirujuk dari puskesmas sei pinang dengan keluhan lemah sudah sejak kurang lebih 4 hari

yang lalu. Lemah dirasakan terus menerus dirasakan. Untuk mengatasi keluhan tersebut pasien berobat

ke puskesmas dan diberikan antasida 3 x 1 tablet, ranitidine 2 x 1 tablet, caviplex 1 x1 tablet tetapi

keluhan tidak berkurang. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual muntah +, kembung +, nafsu

makan berkurang, nyeri ulu hati +.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Encik Mariyam dengan diagnosis terakhir

hematemesis suspek tukak peptik.

5. Riwayat keluarga :

1
Riwayat di keluarga yang mengalami penyakit seperti ini disangkal, riwayat hepatitis disangkal,

riwayat HT disangkal, riwayat DM disangkal, riwayat penyakit jantung disangkal, riwayat terkena

tumor disangkal.

6. Riwayat Kebiasaan :
Riwayat minum alkohol disangkal, riwayat sering telat makan, riwayat merokok disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK :
 KU : Sakit berat
 Kesadaran : Somnolen
 Vital signs :
Tekanan darah : 70/60 mmHg, lengan sebelah kanan, manset dewasa
Nadi : 110 x/menit, ireguler, tidak kuat angkat
Frekuensi napas : 26 x/menit, tidak teratur, thorakoabdominal, cuping hidung (+)
Suhu : 36 °C per aksilla
 Mata : konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
 Hidung : napas cuping hidung +/+
 Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
 Mulut : tidak ada sianosis di bibir
 Leher : kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak meningkat
 Thoraks :
Inspeksi : P/ bentuk simetris, retraksi (-)
C/ ictus cordis tidak tampak
Palpasi : P/ fremitus taktil tidak dilakukan, pergerakan dinding dada simetris
C/ ictus cordis teraba pada ICS 5 garis midklavikula
Perkusi : P/ sonor hampir di seluruh lapang paru
C/ batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : P/ vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
C/ S1-2 murni di 4 katup, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : dinding perut tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal x
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (+), pekak beralih (-).
Palpasi : nyeri tekan (+)
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar

Ekstremitas
Edema - - , akral dingin + +
- - + +

Capillary refill > 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

2
Jumlah sel darah:
Hb : 3,4 g%(↓)

Leukosit : 8,2 mm3(N)

Kimia Darah:

GDS : 224 mg/dl(↑)

Kolesterol Total : 148 mg/dl(↓)

Asam Urat : 9,5 mg/dl(↑)

DIAGNOSA KLINIS :

Berdasarkan American College of Surgeon Committee on Trauma, 2008 : Syok Hipovolemik

Kelas II

DIAGNOSIS

Syok Hipovolemik kelas II ec suspek perdarahan saluran pencernaan bagian atas

3
DD: Syok Hemoragik

TERAPI
Awal di IGD
a. Infus Ringer Laktat 2 liter secepatnya

b. Pemasangan Kateter Urin

c. Pemasangan NGT

d. Ranitidin bolus (iv) 2 x 50 mg

e. Omeprazole bolus (iv) 1 x 40 mg

f. Asam Traneksamat bolus (iv) 3 x 500 mg

g. Vitamin K bolus (iv) 3 x 1 ampul

Follow Up Bangsal 12/01/2018

Jam Subjective Objective Assessment Plan


02.00 Lemah + Kesadaran: Syok -IVFD : NaCl 2 line
Meracau + Somnolen Hipovolemik 20 tpm
T: 71/49 dd/ Syok -Diet puasa
R: 31 hemoragik
-MM/
S: 36 Anemia Gravis
Omeprazole bolus 1x40
N: 88 Berat
mg
Mata : anemis +/+
Akral dingin +/+
Vitamin K bolus 3x1
ampul

Transamin tablet 3x500


mg

Sucralfat tablet 3x1


tablet

Ranitidine STOP
-Direncanakan untuk
transfusi WB 1000
cc/ hari
11.25 Semakin lemah Kesadaran: Koma Cardiac Arrest -Perawatan jenazah
T: -

4
R: -
S: 36
N: -
Mata : anemis +/+
Akral dingin +/+
EKG : Flat
Daftar Pustaka :
1. Wijaya IP, Syok Hipovolemik. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th Ed, 32th Chapter.
Sudoyo AW, Setihadi W, Alwi I, Simadibrata M, Setiyati S Editors. Jakarta : 2009.
p242-4.

2. Maier RV. Approach to the patient with shock. In : Harrison’s principles of internal
medicine 16th . Kasper DL, et al, ed. New York: McGraw-Hill; 2005.

3. George Y, Harijanto E, Wahyuprajitno B. Syok: Definisi, Klasifikasi dan Patofisiologi.


In: Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif. Editor : Harijanto E.
4. Guyton A, Hall J. Circulatory Shock and Physiology of Its Treatment In : Textbook of
Medical Physiology. 12th ed, Chapter 24. Philadelphia, Pensylvania: Saunders; 2010. p.
273-84.
5. Kolecki P, Menckhoff CR, Dire DJ, Talavera F, Kazzi AA, Halamka JD, et al.
Hypovolemic Shock Treatment & Management 2013 : Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/760145-treatment.
6. Soenarto RF. Fisiologi Kardiovaskuler. In: Buku Ajar Anestesiologi. Soenarto RF,
Chandra S, editors. Jakarta: FKUI; 2012. p. 75-89.
7. Guyton A, Hall J. Circulation (Unit IV, Chapter 14-24). Textbook of Medical
Physiology. 12th ed. Philadelphia, Pensylvania: Saunders; 2010. p. 45-300.
8. Hardisman, Tinjauan Pustaka Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok
Hipovolemik : Update dan Penyegar. In : Jurnal Kesehatan Andalas. 2013
Hasil pembelajaran :
1. Definisi Syok Hipovolemik
2. Etiologi Syok Hipovolemik
3. Patofisiologi Syok Hipovolemik
4. Gejala dan Tanda Syok Hipovolemik
5. Pemeriksaan Penunjang Syok Hipovolemik
6. Penatalaksanaan Syok Hipovolemik

SUBJEKTIF :

5
Pasien datang dirujuk dari puskesmas sei pinang dengan keluhan lemah sudah sejak kurang lebih 4 hari

yang lalu. Lemah dirasakan terus menerus dirasakan. Untuk mengatasi keluhan tersebut pasien berobat

ke puskesmas dan diberikan antasida 3 x 1 tablet, ranitidine 2 x 1 tablet, caviplex 1 x1 tablet tetapi

keluhan tidak berkurang. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah mual muntah +, kembung +, nafsu

makan berkurang, nyeri ulu hati +.

OBJEKTIF:
Hasil pemeriksaan fisik mendukung diagnosis syok hipovolemik. Pada kasus ini
diagnosis ditegakkan berdasarkan:
- Gejala Klinis: Lemah.
- Pemeriksaan fisik: TD 70/60 mmHg, Nadi 110 x/m, RR 26 x/m, Suhu 36 oC, Konjungtiva
anemis +/+, Akral dingin

ASSESSMENT :
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien pada
kasus ini didiagnosis dengan syok hipovolemik.
Pada anamnesis, pasien ini dengan syok hipovolemik dibawa dengan lemah. Pasien
mengeluhkan mual muntah +, kembung +, nafsu makan berkurang, nyeri ulu hati +.
Pemeriksaan fisik terkait dengan syok hipovolemik yaitu tekanan darah, nadi, kecepatan
bernapas, akral.
Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, baik dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
semuanya mendukung untuk menegakkan diagnosis syok hipovolemik pada pasien dalam kasus
ini.
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di
intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang
menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi
berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.

A. ETIOLOGI
Tabel penyebab syok hipovolemik
Perdarahan
- Hematom subkapsular hati
- Aneurisma aorta pecah
- Perdarahan gastrointestinal
- Perlukaan berganda
Kehilangan plasma
- Luka bakar luas

6
- Pankreatitis
- Deskuamasi kulit
- Sindrom Dumping
Kehilangan cairan ekstraselular
- Muntah
- Dehidrasi
- Diare
- Terapi diuretik yang sangat agresif
- Diabetes insipidus
- Insufisiensi adrenal

B. PATOFISIOLOGI
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata dan
menurunkan aliran darah balimk kejantung. Hal ini yang menimbulkan penurunan curah
jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa
kejadian pada beberapa organ.

Mikrosirkulasi

Ketika curah jantung turun, tahanan vascular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan
otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus gastrointestinal.
Kebutuhan energy untuk pelaksanaan metabolism di jantung dan otak sangat tinggi tetapi
kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan energy. Sehingga keduanya sangat
bergantung akan ketersedian oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia
yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika
tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga ≤ 60 mmHg, maka
aliran ke organ akan turun drastic dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.

Neuroendokrin

Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat di deteksi oleh baroreseptor dan


kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respon autonom tubuh yang
mengatur perfusi serta substrak lain.

Kardiovaskular

Tiga variable seperti: pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel

7
dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah
jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan adalah hasil kali volume sekuncup dan
frekuensi jantung Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada
akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu penigkatan frekuensi jantung sangat
bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
curah jantung.

Gastrointestinal

Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi penigkatan
absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negative yang mati didalam usus.
Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta penigkatan metabolism dan bukan
memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung.

Ginjal

Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi
terjadinya sangat jarang karna cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi
kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat
yang nefrotoksik seperti ammoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi,
ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat aliran darah
diginjal berkurang, tahanan arteriol aferen menigkat untuk mengurangi laju filtrasi
glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan vasopressin bertanggung jawab
terhadap menurunnya produksi urin.

C. GEJALA DAN TANDA KLINIS


Gejala dan tanda di sebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-perdarahan serta
perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok.
Respon visiologi yang normal adalah mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung
sambil memperbaiki volume darah dalam sirkulasi dengan efektif. Disini akan terjadi
peningkatan kinerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps,, pelepasan
hormone stress serta ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan
menggunakan cairan intersisial, intraselular dan menurunkan produksi urine.

Hipovolemia ringan (≤ 20% volume darah) menimbulkan takikardia ringan dengan


sedikit gejala yang tampak, terutama pada penderita muda yang sedang berbaring Pada

8
hipovolemia sedang ( 20-40% dari volume darah) pasien menjadi lebih cemas dan
takikardia lebih jelas, meski tekanan darah bisa ditemuka normal pada posisi ortostatik dan
takikardia pada hipovolemia berat maka gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah
menurun drastis dan tak stabil walau posisi berbaring, pasien menderita takikardia hebat,
oliguria, agitasi atau bingung.

Tabel Gejala Klinis Syok Hipovolemik


Ringan (<20% volume darah) Sedang (20-40% volume Berat (>40% volume darah)
darah)

Ektremitas dingin Sama, ditambah takikardia Sama, ditambah


hemodinamik tak stabil
Waktu pengisian kapiler Takipneu
meningkat Takikardia bergejala
Oliguria
Diaporesis Hipotensi
Hipotensi ortostatik
Vena kolaps Perubahan kesadaran
Cemas

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidakstabilan
hemodinamik dan ditemukan adanya sumber perdarahan. Diagnosis akan sulit bila
perdarahan tidak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus gastrointestinal atau
hanya terjadi penurunan jumlah plasma dalam darah. Setelah perdarahan maka biasanya
hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun sampai terjadi gangguan kompensasi atau
terjadi penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit di awal tidak menjadi pegangan
sebagai adanya pedarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi,
kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. Temuan terhadap hal ini semakin
meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia.

Harus dibedakan syok akibat hipovolemik dan akibat kardiogenik karena


penatalaksanaan yang berbeda. Kedua memang memiliki penurunan curah jantung dan
mekanisme kompensasi simpatis. Tetapi dengan menemukan adanya tanda syok
kardiogenik seperti distensi vena jugularis, ronki dan gallop S3 maka semua dapat

9
dibedakan.

Diagnosis
Syok Hipovolemik

PLAN:
Prinsip penatalaksanaan Syok Hipovolemik:
Ketika syok hipovolemik diketahui maka tindakan yang dilakukan adalah menempatkan
pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur pernafasan dan diberikan resusitasi cairan
dengan cepat lewat akses intravena atau cara lain yang memungkinkan seperti kateter CVP
( ceniral venaus pressure ) atau jalur intraarterial.

Cairan yang diberikan adalah garam isotonis yang ditetes dengan cepat (hati-hati
terhadap asidosis hiperkloremia) atau dengan cairan garam seimbang seperti Ringer’s laktat
(RL) dengan jarum infus yang terbesar.Tak ada bukti medis tentang kelebihan pemberian koloid
pada syok hipovolemik. Pemberian 2-4 dalam 20 – 30 menit diharapkan dapat mengembalikan
keadaan hemodinamik.

Guna mengetahui cairan sudah memenuhi kebutuhan untuk menigkatkan tekanan


pengsian ventrikel dapat dilakukan pemeriksaan tekanan baji paru dengan menggunakan
kateter Swan-Ganz. Bila hemodinamik tetap tak stabil, berarti pendarahan atau kehilangan
cairan belum teratasi. Kehilangan darah yang berlanjut dengan kadar hemoglobin < 10 g/dL
perlu penggantian darah dengan transfusi. Jenis darah transfusi tergantung kebutuhan.
Disarankan agar darah yang digunakan telah menjalani tes cross-match (uji-silang), bila sangat
darurat maka dapat digunakan Packed red celst tipe darah yang sesuai atau O negative.

Pada keadaan yang berat atau hipovolemia yang berkepanjangan, dukungan inotropik dengan
dopamin, vasopressin, atau dobutamin, mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup setelah
volume darah dicukupi dahulu. Pemberian norepinefrin infus tidak banyak memberikan manfaat
pada hipovolemik. Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg dalam 3 – 5 menit dilanjutkan 60
mcg/kg dalam 1 jam dalam dekstros 5% dapat membantu meningkatkan MAP.

Selain resusitasi cairan saluran pernapasan harus dijaga. Kebutuhan oksigen pasien harus
terpenuhi dan bila dibutuhkan intubasi dapat dikerjakan. Kerusakan organ akhir jarang terjadi
dibandingkan dengan syok septik atau traumatik. Kerusakan organ dapat terjadi pada susunan
saraf pusat, hati dan ginjal dan ingat gagal ginjal merupakan komplikasi yang penting pada syok
ini.

10
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Saat pasien datang keluhan keluhan lemah sudah sejak kurang lebih 4 hari yang lalu. Keluhan lain

yang dirasakan pasien adalah mual muntah +, kembung +, nafsu makan berkurang, nyeri ulu hati +.

sistem homeostatik baik apakah itu syok hipovolemik ataupun syok hemoragik.

Pasien memiliki tekanan darah 70/60 mmHg, nadi 110 x/m, RR 26 x/m, suhu 36 oC, akral dingin.

Berdasarkan American College of Surgeon Committee on Trauma kondisi tersebut termasuk kepada

Syok hipovolemik kelas II.

Selama perawatan di bangsal pasien dilakukan pemeriksaan DPL, Ur Cr untuk mengetahui keadaan

ginjal pasien.

Setelah dirawat satu hari pasien akhirnya meninggal.

B. SARAN
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya memeriksaan diri ke

faskes tingkat satu agar dapat diupayakan upaya preventif dan early diagnosis.

2. Untuk Pihak Rumah Sakit


Diharapkan bagi pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan fasilitas kesehatan yang dimiliki

agara dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien karena tanpa fasilitas kesehatan

yang memadai akan mengurangi tingkat ketepatan diagnosis dan terapi yang diberikan oleh

petugas kesehatan rumah sakit.

11

Anda mungkin juga menyukai