DI SUSUN OLEH :
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
PRODI PERTAMBANGAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .....................................................................................................................4
LATAR BELAKANG ............................................................................................................4
BAB II ........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................5
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
FRAGMENTASI....................................................................................................................7
PENGARUH JENIS BATUAN ...........................................................................................15
ANALISA PRODUKTIFITAS PELEDAKAN ........................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ....................................................................................................................................19
PENUTUP ................................................................................................................................19
KESIMPULAN .................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah :
- Mengetahui proses Fragmentasi batuan dengan ledakan
- Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat fragmentasi
- Analisa Produktifitas Peledakan Untuk Mencapai Target Produksi Peledakan
- Pengaruh jenis batuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fragmentasi Peledakan
istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap bongkah batuan
hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya.
Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau boulder
diperlukan, misalnya disusun sebagai penghalang (barrier) di tepi jalan
tambang.
Namun kebanyakan diinginkan ukuran fragmentasi yang kecil
karena penanganan selanjutnya akan lebih mudah. Ukuran fragmentasi
terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi mangkok alat gali (excavator atau
shovel) yang akan memuatnya ke dalam truck dan oleh ukuran gap bukaan
crusher.
Sumber : miningforce.blogspot.com
Gambar 2.1
Skema hasil sebaran batuan
5
3. Batuan dengan intensitas tinggi dan jumlah bahan peledak
sedikitdikombinasikan dengan jarak spasi pendek akan menghasilkan
fragmentasi kecil.
Ada dua prinsip yang harus digunakan untuk mengontrol ukuran
fragmentasi yaitu cukupnya jumlah energi yang dihasilkan bahan peledak
terpakai di dalam massa batuan dan saat pelepasan energi juga tepat agar
terjadi interaksi yang tepat. Lebih jauh, distribusi energi di dalam massa
batuan terpecah ke dalam dua tahap yang berbeda. Pertama harus ada
energi yang cukup untuk menghancurkan massa batuan dengan
menggunakan jumlah bahan peledak yang tepat. Bahan peledak juga harus
ditempatkan dalam suatu konfigurasi geometri sehingga energi optimum
untuk fragmentasi. Konfigurasi geometri ini biasanya disebut dengan pola
peledakan. Pelepasan energi pada waktu yang salah dapat mengubah hasil
akhir, bahkan meskipun sejumlah energi yang tepat ditempatkan dengan
strategis diseluruh massabatuan dalam pola yang tepat. Jika waktu inisiasi
tidak tepat, maka dapat terjadi perbedaan pada pecahan batuan, getaran,
airblast, flyrock dan backbreak. Biasanya dalam pengaplikasian secara
nyata dari fragmentasi batuan hasil peledakan dapat diketahui dan diukur
dengan sebuah software berupa software split desktop. Program Split
Desktop merupakan program yang berfungsi untuk menganalisa ukuran
fragmen batuan yang dikembangkan oleh Universitas Arizona, Amerika
Serikat. Pada Penelitian ini program Split Desktop digunakan untuk
membantu menganalisis gambar fragmen material hasil peledakan,
hasilnya berupa grafik persentase-persentase lolos material dan ukuran
fragmen rata-rata yang dihasilkan dalam suatu peledakan. Split Desktop
merupakan program pemrosesan gambar (image analysis) untuk
menentukan distribusi ukuran-ukuran dari fragmen batuan pada proses
penghancuran batuan yang terjadi pada proses penambangan. Program
Split Desktop dijalankan oleh engineer tambang atau teknisi di lokasi
tambang dengan mengambil input data berupa foto digital fragmentasi.
6
B. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
FRAGMENTASI
7
b. Kekuatan Batuan
Kuat tekan dan kuat tarik merupakan parameter awal untuk
menentukan suatu proses peledakan. Semakin tinggi harga dari kuat tekan
dan kuat tarik dari batuan, maka batuan tersebut akan semakin susah untuk
dihancurkan. Mudstone yang terdapat di daerah penelitian mempunyai
kuat tekan ratarata 18,17 MPa dan kuat tarik rata-rata 1,92 MPa lebih
mudah dihancurkan daripada sandstone dengan kuat tekan rata-rata 20,4
MPa dan kuat tarik rata-rata 2,13 MPa. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa harga kuat tarik lebih rendah dari kuat tekan, oleh karena itu
retakan-retakan yang terjadi pada massa batuan akibat proses peledakan
yang sedang berlangsung lebih banyak disebabkan oleh tegangan tarik
yang dihasilkan dari proses peledakan yang bersangkutan.
c. Stuktur geologi Batuan
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan
suatu operasi peledakan adalah struktur geologi. Adanya
ketidakmenerusan dalam sifat batuan akan mempengaruhi perambatan
gelombang energi dalam batuan. Jika perambatan energi melalui bidang
perlapisan, maka sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian lagi
akan dibiaskan dan diteruskan, karena adanya sebagian gelombang yang
dipantulkan maka kekuatan energi peledakan akan berkurang. Kekar atau
joint merupakan suatu rekahan pada batuan yang tidak mengalami
pergeseran pada bidang rekahannya didalam massa batuan yang memiliki
sifat ketidakmenerusan (discontinuities) yang juga merupakan bidang
lemah. Jika batuan yang diledakkan terdapat banyak kekar, maka hasil
peledakannya akan membentuk blok-blok dengan mengikuti arah kekar-
kekar yang ada maka dapat dipastikan fragmentasi batuan yang dihasilkan
menjadi tidak seragam. Untuk mengatasi hal tersebut maka arah peledakan
harus disesuaikan dengan arah dan kemiringan umum dari kekar tersebut.
Disamping itu bidang bebas yang terbentuk juga cenderung mengikuti
arah kekar tersebut, oleh sebab itu arah bidang bebas dari jenjang perlu
disesuaikan dengan arah kekar yang ada.
8
Berdasarkan hasil analisis kekar dengan menggunakan program
Dips versi 5.0 diperoleh arah dan kemiringan umum kekar yaitu kekar
mayor N 272°E/64° dan kekar minor N 150°E/76°. Menurut R.L. Ash
(1967) untuk menyesuaikan arah peledakan dengan arah kekar yang ada,
bidang bebas diambil sejajar dengan perpotongan kedua kekar dan
menentukan arah peledakan kearah sudut tumpul dari perpotongan kedua
kekar tersebut, sehingga didapatkan arah peledakan untuk optimalisasi
fragmentasi yaitu N 31°E dan N 211°E.
d. Air Tanah
Kondisi air tanah sangat mempengaruhi proses peledakan, adanya
air menyebabkan bahan peledak harus mengubah air disekitarnya menjadi
uap air selama proses detonasi. Jika kandungan air tanah pada suatu daerah
blok peledakan sangat tinggi, bahan peledak (ANFO) kemungkinan tidak
akanmeledak atau rusak dan akan terjadi misfire. Untuk mengatasi hal ini
bahan peledak perlu dibungkus dengan bahan yang tahan air sebelum
dimasukkan ke lubang ledak atau jika lubang ledak sudah terisi air maka
air dikeluarkan dengan udara bertekanan tinggi dari kompresor.
Selain dengan membungkus bahan peledak ANFO dengan kantong
plastik, masalah air dalam lubang ledak juga dapat diatasi dengan
mengganti bahan peledak ANFO dengan HANFO (heavy ANFO) yaitu
campuran antara ANFO dengan emulsi dengan perbandingan tertentu.
e. Kemiringan lubang ledak
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang
ledak tegak dan lubang ledak miring. Rancangan peledakan yang
menerapkan lubang ledak tegak, maka gelombang tekan yang dipantulkan
oleh bidang bebas lebih sempit, sehingga kehilangan gelombang tekan
akan cukup besar pada lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat
menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan pada
peledakan dengan lubang ledak miring akan membentuk bidang bebas
yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan dan
9
kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang menjadi lebih kecil
(Gambar1.1).
Gambar 1.1
Pemboran dengan lubang ledak tegak dan lubang ledak miring
f. Pola pemboran
Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran
dengan menempatkan lubang-lubang bor secara sistematis. Berdasarkan
letak lubang bor maka pola pemboran pada umumnya dibedakan menjadi
dua macam, yaitu pola pemboran sejajar (paralel pattern) dan pola
pemboran selang-seling (staggered pattern). Pola pemboran sejajar adalah
pola dengan penempatan lubang bor yang saling sejajar pada setiap
kolomnya, sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola dengan
penempatan lubang bor secara selang-seling pada setiap kolomnya.
Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah
diterapkan dilapangan, tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang
seragam, sedangkan pola pemboran selang-seling lebih sulit
penanganannya di lapangan namun fragmentasi batuannya lebih baik dan
seragam, hal ini disebabkan karena distribusi energi peledakan yang
dihasilkan lebih optimal bekerja dalam batuan.
g. Geometri peledakan
Geometri peledakan merupakan suatu rancangan yang diterapkan
pada suatu peledakan yang meliputi burden, spasi, stemming, subdrilling,
10
powder charge, tinggi jenjang dan kedalaman lubang ledak. Perhitungan
geometri peledakan berdasarkan rumusan C. J. Konya yang didasarkan
atas perbedaan berat jenis batuan (SG) yaitu berat jenis rata-rata, berat
jenis minimum dan berat jenis maksimum sehingga akan didapat tiga
rancangan geometri yang dapat diterapakan sesuai dengan kondisi
lapangan.
Gambar 1.4
Geometri peledakan yang didasari aturan C.J. Konya
11
2) Stemming
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak,
yang letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Stemming akan
menambah fragmentasi dan perpindahan batuan dengan mengurangi
keluarnya gas ledakan bertekanan tinggi ke udara bebas. Fungsi stemming
adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung gas-gas hasil
ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang maksimal.
Disamping itu stemming juga berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi
batuan terbang (flyrock) dan ledakan tekanan udara (airblast) saat
peledakan.
a. Jenis stemming
Material berbutir, kering merupakan stemming terbaik karena
mereka mempunyai resistensi inersial dan resistensi friksi tinggi untuk
menahan. Panjang stemming dapat dikurangi jika digunakan stemming
yang efektif akan menghasilkan distribusi bahan peledak dan memperbaiki
fragmentasi. Ukuran butir stemming 10- 15% dari diameter lubang ledak
merupakan material stemming yang paling efektif . Material stemming
yang saling mengunci akan memberikan drajat pengurungan gas hasil
ledakan yang lebih baik daripada material dengan ukuran halus.
b. Panjang stemming
Stemming yang tidak memadai menambah hancurnya batuan di
bagian atas, tetapi mengurangi fragmentasi secara keseluruhan dan
perpindahan karena gas keluar ke udara bebas lebih cepat dan mudah.
Disamping itu juga menimbulkan batu terbang (fly rock), overbreak pada
permukaan dan ledakan udara (air blast). Besarnya ratio stemming (Kt) =
0,5 - 1
h. Priming (penyalaan awal)
Hal yang penting mengenai penyalaan awal adalah letak primer
dalam kolom bahan peledak. Umumnya primer pada atau dekat level
(bootom priming). Bootom priming mempunyai keuntungan :
· Memperbaiki fragmentasi
12
· Mengurangi masalah toe, lantai lebih baik, muka yang lebih bersih
· Mengurangi suara, ledakan udara, batu terbang dan overbreak pada
permukaan
· Lebih sedikit terjadi cut off dan gagal ledak.
i. Pola penyalaan
Urutan dimana lubang ledak dinyalakan dan interval waktu antar
detonasi berikutnya mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja
peledakan secara keseluruhan (lihat Gambar 1.5). Kinerja peledakan
produksi hanya dapat dioptimalkan bila isian diledakkan dalam suatu
urutan yang terkendali pada selang yang sesuai. Alokasi waktu tunda yang
optimum untuk suatu peledakan bergantung pada beberapa faktor
dianyaranya :
· Sifat massa batuan (rock mass properties)
· Geometri peledakan
· Diameter, kemiringan dan panjang lubang ledak
· Karakteristik bahan peledak
· Sistem inisiasi
· Jenis dan lokasi primer
· Batasan lingkungan
· Hasil yang diinginkan
Gambar 3.11
Pengaruh waktu tunda
13
Rancangan peledakan yang akan diterapkan adalah metode non
elektrik (NONEL) sedangkan pola peledakan yang akan diterapkan adalah
pola peledakan beruntun perlubang dengan menggunakan NONEL surface
delay dan inhole delay. Untuk surface delay bervariasi antara 17 ms, 25
ms, 42 ms dan 65 ms sedangkan inhole delay menggunakan 500 ms tiap
lubang ledak. Penggunaan NONEL down hole delay 500 ms dimaksudkan
untuk meningkatkan faktor keamanan terhadap terjadinya cut-off yaitu
kondisi adanya sejumlah bagian kolom bahan peledak yang gagal meledak
karena terjadinya ketidakmenerusan kolom bahan peledak.
Ketidakmenerusan tersebut dapat disebabkan karena terjadinya rongga saat
pengisian atau karena adanya material lain yang masuk ke kolom bahan
peledak. NONEL Surface delay terdiri dari waktu tunda pada control row
dan echelon row. Waktu tunda pada echelon row adalah waktu tunda
peledakan antar lubang dalam satu baris sedangkan pada control row
adalah waktu tunda peledakan antar baris. Waktu tunda 17 atau 25 ms
digunakan untuk penundaan antar lubang ledak dalam satu baris
sedangkan waktu tunda 42 ms atau 65 ms digunakan untuk penundaan
antar baris. Pemakaian waktu tunda antar baris yang besar dimaksudkan
untuk memberikan waktu yang cukup untuk proses peledakan pada baris
sebelumnya sehingga akan terbentuk bidang bebas bagi peledakan baris
berikutnya.
j. Penggunaan bahan peledak (Powder factor)
Besarnya powder factor berkaitan dengan diameter lubang ledak
yang diguanakan. Berdasarkan hasil perhitungan, untuk rancangan
geometri peledakan yang dihitung dengan rumusan Konya didapatkan nilai
powder factor berkisar antara 0,23 kg/m3 sampai 0,38 kg/m3, secara teori
akan menghasilkan prosentase bongkah kurang dari 15%. semakin tinggi
powder factor yang digunakan maka bongkah yang dihasilkan semakin
rendah.
14
k. Bidang bebas
Perpindahan kedepan material yang diledakkan dapat terjadi
dengan mudah jika mempunyai bidang bebas yang cukup. Pergerakan
massa batuan adalah perlu untuk memungkinkan terjadinya propagasi
retakan. Dengan bertambahnya pergerakan ini akan membantu propagasi
retakan dan memperbaiki fragmentasi. Dalam rangka mengetahui kisaran
nilai powder factor yang sesuai maka dilakukan analisis pengaruh jumlah
bahan peledak yang digunakan terhadap prosentase bongkah yang
dihasilkan pada rancangan geometri peledakan ini. Analis ini dilakukan
dengan menggunakan model Kuzram berdasarkan perubahan isian bahan
peledak (powder charge) hingga mendapatkan kisaran powder factor yang
sesuai.
C. PENGARUH JENIS BATUAN
Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri
yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga
atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan
induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses
produksi berikutnya. dalam suatu operasi peledakan pada pertambangan
didahului oleh pemboran yang bertujuan untuk membuat lubang tembak.
Lubang tembak sendiri akan diisi oleh bahan peledak yang terlebih dahulu
di isi oleh material atau pasir yang disebut Sub-drilling bertujuan agar
hasil peledakan tidak terjadi toes atau tonjolan-tonojolan pada lantai
tambang yang mengakibatkan alat berat sulit bergerak saat pemuatan dan
pengangkutan hasil peledakan. setelah disi oleh rangkaian bahan peledak
seperti TNT atau ANFO yang dilengkapi dengan nonel, maka selanjutnya
diisi material penutup yangdisebut stemming berfungsi menahan tekanan
keatas agar energi yang dihasilkan oleh bahan peledak tersebar kesegala
arah dan menghancurkan batuan disampingnya.
15
sesuai dengan tujuan yang akan capai. Hasil peledakan ini sangat
mempengaruhi produktivitas dan biaya operasi berikutnya. Fragmentasi
batuan dapat dikontrol dengan merubah pola pemboran atau mengatur
powder faktor atau menggunakan kombinasi kedua faktor tersebut. Hal
yang perlu diperhatikan dalam peledakan yaitu Sifat-sifat batuan yang
penting:
16
padat peledakan dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan dalam batuan
yang banyak celahnya sebagian energi dari bahan peledak hilang ke dalam
rekahan dan peledakan susah untuk dikontrol.
Sebelum sampai pada rancang bangun peledakan, banyak hal yang
harus diketahui terlebih dahulu, yaitu yang berkaitan dengan
:
a. Parameter batuan.
b. Parameter bahan peledak.
c. Parameter pengisian.
d. Sasaran produksi.
e. Fragmentasi yang dikehendaki.
f. Kondisi lapangan (curah hujan, bangunan sekitar, kebisingan, dll).
17
kegiatan peledakan yang harus diperhatikan. Salah satu penilaian terhadap
keberhasilan suatu operasi peledakan pada areal tambang adalah
tercapainya suatu tingkat fragmentasi batuan sesuai dengan yang
direncanakan. Pada perusahaan tambang fragmentasi batuan hasil
peledakan yang dibutuhkan harus sesuai dengan kapasitas alat muat dan
alat angkut yang akan digunakan setelah proses peledakan tersebut
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Pola Pemboran
- Arah Pemboran
- Pola Peledakan
19
DAFTAR PUSTAKA
20