Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU UKUR TAMBANG

SHAFT PLUMBING

DI SUSUN OLEH :

RIMA ARDYANTI ( D1101151019 )

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FAKULTAS TEKNIK

PRODI PERTAMBANGAN

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tugas
makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan
saudara saudari yang ingin lebih memahami tentang “Shaft Plumbing pada Ilmu
Ukur Tambang”. Ada pun isi dari rangkuman makalah ini mengenai pengetahuan
tentang Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang, apa saja peralatan-peralatan
pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang dan metode apa saja yang
digunakan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang serta contoh
pengukurannya.
Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyusun
makalah ini. Namun, dengan berkat rahmat dan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa rangkuman ini
masih banyak kekurangan, untuk itu saya menerima kritik dan saran dari
pembaca. Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi pembaca, terima kasih.

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Makalah......................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 Shaft Plumbing .......................................................................................................... 3
2.2 Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing ............................................................... 3
1. Reels (glondong/gulungan) ..................................................................................... 3
2. Wire centering device (peralatan kawat centering) ............................................... 3
3. Screw shifter ........................................................................................................... 3
4. Plum bobs................................................................................................................ 4
5. Wire (kawat)............................................................................................................ 4
6. Chain link (rangkain mata rantai) ............................................................................ 4
7. Type transit ............................................................................................................. 4
2.3 Metode-metode pada Shaft Plumbing serta contoh pengukurannya. ..................... 4
I. One Shaft Methode .................................................................................................. 4
II. Two Shaft Methode ................................................................................................ 4
BAB III ................................................................................................................................ 16
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam penambangan dibawah tanah (deep mining). Pekerjaan penggalian
dilakukan melalui sebuah shaft. Untuk itu memindahkan suatu azimut melalui
sebuah bukaan (opening) adalah merupakan tugas yang penting bagi seorang
pengukur (engineer). Teknik atau cara pengukuran akan disesuaikan dengan
masing masing kasus atau keadaan, tetapi ketelitiannya perlu diperhatikan. Tujuan
dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar
opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan
posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi
atau altitude.
Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah opening
adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat beberapa
titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening ini diikat pada
base station tersebut.

1.2 Tujuan Makalah


Cabang dari ilmu pertambangan dan rekayasa geologi permukaan daerah
tambang yang berhubungan dengan masalah pengukuran, pemecahan masalah dari
data input dengan menggunakan suatu algoritma, dan rancangan desain tambang.
Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat
agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau
menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya
beda tinggi atau altitude.

1.3 Rumusan Masalah


Dalam ruang lingkup pembahasan Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang ini,
maka akan dipertanyakan suatu masalah, yaitu :
1. Apa Shaft Plumbing itu pada Ilmu Ukur Tambang ?
2. Apa saja peralatan-peralatan Shaft Plumbing serta bagaimana cara kerjanya ?

1
3. Metode apa saja yang digunakan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang serta
contoh pengukurannya ?

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Shaft Plumbing
Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di
permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari shaft
plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang
digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada
opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah opening
adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat beberapa
titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-openingini diikat pada
base station tersebut.

2.2 Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing


Alat-alat yang diperlukan untuk sharf plumbing diantaranya adalah :

1. Reels (glondong/gulungan)
Glondongan atau gulungan ini sangat penting untuk mengangkat dan
menurunkan kawat. Tanpa gulungan ini sangat sukar untuk mengangkat
beban yang berat.

2. Wire centering device (peralatan kawat centering)


Alat ini digunakan untuk menjepit kawat dalam suatu posisi setelah pusat
dari ayunan ditentukan. Beberapa teknik (enginer) memilih untuk menentukan
pusat ayunan di slamp pada posisi yang tetap sebelum pembidikan.

3. Screw shifter
Digunakan untuk mengeser satu kawat kebidang transit dan kawat lainnya
pada station permulaan atau kedua-duanya digeser kemuka dan ke belakang.
Dapat juga digunakan untuk menggerakkan kawat guna menentukan arah terlebih
dahulu untuk memastikan apakah kawat tersebut tergantung pada suatu sekatan di
dalam sharf.

3
4. Plum bobs
Bobs yang terbuat dari baja dapat terpengaruh oleh daerah tambang yang
mengandung magnetik maupun oleh aliran listrik, pipa dari bobs dibubut sehingga
mempunyai ukuran yang uniform dan permukaan halus, sedang bagian tepi dari
pipa berbentuk seperti pisau pemotong. Ukuran dan berat dari bobs yang
dibutuhkan tergantung dari kecepatanudara dan jumlah air yang jatuh pada shaft,
biasanya bobs seberat 50 lb sudah dianggap cukup.

5. Wire (kawat)
Yang biasa digunakan adalah kawat baja dengan ukuran kawat piano
nomor 12 dengan diameter 0,03 Inchi, kawat ini dapat menahan bobs seberat 60
lb.

6. Chain link (rangkain mata rantai)


Biasanya diletakkan pada kawat kira-kira level dengan transit agar
memungkinkan pengukur melihat kedua kawat tanpa harus menggerakkan yang
lebih dekat. Mereka diperlukan selama kawat yang lebih dekat dapat dengan tanpa
stelan yang tepat difokuskan membawa kawat yang lebih jauh ke dalam relief
yang kurang terang.

7. Type transit
Tidak ada type khusus dari pada transit untuk pengukuran karena ada yang
mempunyai pembacaan 30 secon, tetapi ada juga yang satu menit. Dan biasanya
mempunyai sekrup penggerak halus atau micrometer di atas sekrup penyetel
horizontal atau untuk menggerakkan transit ke dalam bidang dari kawat plumb
bobs dan diafragma benang silang untuk membidik kawat.

2.3 Metode-metode pada Shaft Plumbing serta contoh pengukurannya.


Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah :

I. One Shaft Methode


a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
b. Triangulation
c. Gabungan antara a dan b (special cases and b)

II. Two Shaft Methode

4
I. One Shaft Methode
Prosedur untuk menggantung kawat dan menetapkannya adalah seragam
untuk semuanya,yang berarti juga diterapkan pada two shaft methode.
Penggunaan kedua cara (coplaining dan triangulation) tersebut kira-kira sama
pembagiannya, tetapi banyak engineer yang menyatakan bahwa coplaining dapat
diterapkan pada kondisi dimana triangulation tidak dapat digunakan. Perbedaan
atara coplaining dan triangulation kurang jelas, boleh dikatakan hampir sama.
Untuk ketelitian dengan menggunakan transit 1 menit. Kesalahan tidak
boleh melebihi dari 1 x 100% :10000 =0,01%. Agar supaya mendapat
ketepatan,jarak plumb bobs 200 -300 feet (dibawah pengecualian yaitu dalam
kondisi yang mengijinkan dapat dikembangkan dalam beberapa feet). Jarak antara
kedua kawat diukur dipermukaan dan di check lagi dengan dibawah,sebaiknya
harus mempunyai jarak yang sama. Bila jarak antara kawat kurang dari 4 feet
terdapat kesalahan dalam peratusan feet akan menyebabkan terlalu besar
kesalahan dalam azimuth.
Sebagai contoh jarak antara kawat-kawat 4 feet, satu kawat berada 0,02 ft
diluar dari pada bidang,maka perpindahan angularnya: tangen-1 atau sin -1 =
0,02/400 = 17’ approx.hanya 20’ bisa diperkenankan bila 1:10000 harus
ditetapkan atau dihitung. Ini menyatakan pentingnya mengetahui alasan suatu
perbedaan antara kedua pengukuran dan pengoreksian kesalahan. Jarak diantara
kawat-kawat biasanya diukur mendekati per seribuan feet.
a. COPLAINING
Ini juga dikenal dengan wiggling.atau jiggling. Tujuannya: ialah
menempatkan alat transit/theodolith tepat satu bidang dengan dua unting-unting
yang digantungkan pada shaft.
Caranya:
1. Membuat satu bidang (coplaining)adalah dengan menggerakkan atau
memindahkan transit sehingga benang silang vertikal dari transit sebidang dengan
unting-unting yang digantungkan pada shaft.
2. Pasang blok timah hitam dengan ukuran 4 x 4 x 3 inchi bawah untingunting
yang dipasang pada transit atau theodolith, beri tanda pada blok

5
tersebut,kemudian ukur beberapa kali sudut busur antara dua unting-unting
dengan titik D (Titik station permanen pertama).
3. Teropong dibalikkandan arahkan kembali kedua unting-unting, usahakan
dengan menggeser teropong sehingga garis vertikal teropong (benang silang
vertikal) sebidang dengan dua untingunting tersebut.
4. Bila sudut horizontal yang benar adalah rata-ratanya, dan titik station yang
benar adalah juga rata-ratanya (dibagi dua atau arah titik pada station).

b. Triangul Aston
Untuk menempatkan azimuth dari bidang yang dibuat oleh unting-unting
disebut weisbach method dengan persyaratan yang buat harus antara secon dan
lebih kecil dari 10. Bila sudutnya menjadi sangat besar atau biasanya 600
maksimum method weisbach tidak dapat digunakan. Dalam bagian ini aplikasinya
hanya pada sudut yangsangat datar (weisbach) akan dibahas kemudian
penggunaan dari sudut yang besar akan diselidiki, penggantungan dan penetapan
kawat adalah sama dengan prosedure pada coplaning.
Gambar 2.1 berikut ini menunjukkan kondisi yang dijumpai, perhatian
dicurahkan terhadap jarak BC yang hanya bersenrangan dengan jarak fokus dari
transit. Pada shaft yang besar atau dalam keadaan tertentu dimana AB jauh lebih
besar dari 3,5 sampai 4,5 feet, perbandingan BC dan AB = 1. Bila sudut W pada C
hanya beberapa menit, maka AB + BC = AC. Jarak diukur dalam perseribu (tiga
angka di belakang koma dengan satuan feet, dengan maksud lebih teliti dari
perseratusan.

6
Metode Triangulasi
Sebetulnya kesalahan beberapa per ratusan dalam pengukuran hanya,
menyebabkan perbedaan beberapa secon pada hasilnya ini akan betul bila sudut
Weisbach kecil dan BC = AB nilainya. Sebagai contoh AB dianggap S 3,214 ft,
BC = 5, 122 ft, AC = 0,332 ft dan pengukuran sudut = 00 15’ 10”. Carilah sudut x
pada A.
X = 910” x 5,125 / 3,124 = 00 24’ 10”
Jika kesalahan dibuat dalam pengukuran AB (3,19) dan BC adalah (5,10) maka x
= 00 24’ 15 “; dan jika AB = 3,21 dan BC 5,10 maka x = 00 24’ 06”; dan jika AB
= 3,23 dan BC = 5,10 x = 00 23’ 57”. Prosedur yang paling aman untuk memutar
sudut weisbach sebagai berikut :
1. Plat disetel pada 0,85 (Back Sight) pada kawat yang benar dan putar sudut kecil
ke kanan, dengan 1 menit. 6 x repetisi, 3 secara langsung dan 3 dibalik.
2. Balikkan telescop gunakan kawat FS sebagai BS putar sudut luar yang lebih
besar ke kanan sejumlah putaran yang pertama. Jumlah dari sudut-sudut yang
harus = 3600 ± 10’ (jika digunakan 6 x repetisi) jika tidak, dan kawat cukup stabil
maka pengukuran harus diulang. Pada pengecekan dalam batas yang
diperkenankan kedua sudut di atur dengan membagi perbedaan sama, dengan
demikian jumlah akan menjadi 3600.
II. Two Shaft Method
Cara menggantungkan kabel pada setiap shaft dari dua shaft atau raise dan
terus menyusuri antara dua shaft atau raise tersebut, memberikan hasil yang paling
dapat dipercaya dan akan digunakan pada setiap kesempatan yang baik.

7
Cara pengukuran :
Pengukuran dengan dua shaft memberikan hasil yang lebih teliti
darainpada cara satu shaft. Biasanya pada satu level mempunyai dua opening yang
vertikal, maka pengukurannya dilakukan dengan cara dua shaft.
1. Prosedur yang digunakan dengan cara dua shaft adalah, mula-mula dari
permukaan tanah diikat titik x dan y yang digantungkan uting-unting dengan cara
polygon (traverse) mulai dari titik x sampai dengan y : titiksatu diikat dengan base
station cara pengukuran tertutup (lihat titik 1 yang diikat). Setelah dikoreksi dari
pengukuran, kemudian dihitung :
a. Jarak x – y ) untuk pengecekan hasil pengukuran
b. Bearing x – y ) bawah tanah
2. Pada bawah tanah, dibuat polygon dari titik x, atau sampai dengan y dengan
bearing x – a sebagi titik tolak pengukuran, kemudian diasumsikan (dilakukan
dengan kompas) besarnya bearing x –a. pengukuran dilakukan dengan cara
tertutup lagi. Hasil pengukuran dari bawah tanah tersebut dapat dihitung :
a. Jarak x – y

8
b. Bearing x – y
- Koordinat x untuk bawah tanah, diambil dari hasil pengukuran dari permukaan
tanah.
- Jarak x – y bawah tanah harus sama atau beda sedikit dari jarak permukaan,
perbedaan harus didistribusikan pada sisi-sisi (jarak-jarak dari titik polygon).
- Beraing x – y dari hasil pengukuran dipermukaan merupakan standart
pengukuran dari beraing x – y pada pengukuran bawah tanah.
- Perbedaan bearing harus dikoreksi, besarnya joreksi ditambahkan atau
dikurangkan pada bearing x – a yang diasumsikan, kemudian setelah x
- a dikoreksi bearingnya, perhitungan polygon dilakukan lagi mulai dari x – a
sampai y.

Dua persolalan yang penting dalam Ukur Tambang ialah : mulai dari arah
pengeboran dan penemuan jarak tertentu sehingga pekerjaan penambangan dapat
terlaksana dengan hasil yang objektif. Cara permulaan utuk membuat suatu
berskala dalam arah yang tertentu dan harus mengetahui berapa jarak lubang

9
tersebut hareus digali (dibuat). Persoalan ini akan kita temui dalam bidang
(daerah) horizontal dan vertikal. Pemecahan soal ini dapat dilakukan dengan
sistem koordinat, dengan membuat suatu skala, kalau keterangan kasar persoalan
ini dapat dilakukan dengan suatu protektor atau skla. Bila skala dari suatu peta
tersebut 1 : 600 hasilnya akan kasar sekali.
Apabila didapat titik yang bertempat disegi panjang tersebut, jarak utara
selatan diantaranya diperoleh koordinat yang besar dikurangi yang kecil. Bila
hubungan underground termasuk elevasi juga arah dan jarak maka perbedaan
dalam elevasi antara dua titik tersebut harus diketahui.
Setelah data-datatersebut dihitung dan sudut-sudut sudah ditentukan,
kemudian diaplotkan pada penggambaran dengan skala sehingga dapat diketahui
salah atau tidak.
A. Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain
Gambar berikut menunjukkan problem yang sering terjadi pada ilmu ukur
tanah.

Menghubungkan titik konsesi K ke titik triagulasi M. latar belakang Z.


Titik adalah salah satu titik konsesi atau patok dalam survey konsesi, setiap set
dari koordinat di ikat ketitik X perbedaan antara koordinat-koordinat Utara pada
titik K dan M adalah latitude (ΔY). perbedaan antara koordinat Timur membentuk
garis departure (ΔX).
Jarak titik 2 ke M adalah :

10
HD = Akar ∆ Y² + ∆ X²
Bearing dari titik 2 ke M adalah :
Bearing = arc. Tan = ∆X / ∆Y
Contoh :
Gambar 2.3 diatas menunjukkan koodinat Utara titik 2 adalah N 1000 dan
koordinat M adalah N 406,72, E 2458,57 setelah pengamatan rintisan 1,2,3 dan
seterusnya. Berapakah HD K – M dan bearing K – M ?
Perbedaan latitude = 1.000,00 – 406,72 = 593,28 feet
Perbedaan departure = 2458,57 – 1.000,00 = 1.658,57 feet
Jarak K – M = Akar ( 593,28² ) + ( 1.458,57² )
Bearing K – M = arc. Tan. = 1.458,57 / 593,28 = 680 08’ E
Titik M adalah sebelah timur dari titik K (koordinat Timurnya lebih besar)
dan sebelah selatan dari titik (koordinat Utaranya lebih kecil). Karena itu
bearingnya dalah : 5 680 08’ E.
B. Menghubungkan Dua Drift

Jika hubungan itu pendek dan digunakan untuk ventilasi, maka koordinat
cukup diperoleh dari sistem pengukuran undergraund yang teratur. Tapi bila
panjang dari drift tersebut digunakan untuk pengangkutan atau tamming, maka

11
perlu diuji patok-patok 427 dan 420 dengan pengukuran yang bebas. Problem Ini
lazim dalam ukur lubang akan dibicarakan lebih lanjut.
Langkah-langkah yang harus dikerjakan :
1. diketahui koordinat 427 dan 428
2. cari bearing 427 dan 428
3. cari sudut lurus 425, 427, dan 428
4. hitung beda tinggi titik 250 – 261
Grade = VD / HD x 100 %
5. hitung jarak sebenarnya ---- slope distance/true distance
6. perlu diingat kembali :
azimut awal + sudut lurus – 1800 = azimuth akhir
Contoh :
Gambar berikut ini menunjukkan dua buah drift yang saling berhubungan hitung
jarak, bearing, sudut dan gradenya.

Penyelesaian :
Perbedaan latitude = 7960,00 – 6870,00 feet
Perbedaan departure = 10.670,00 – 8.430,00 = 2.240,00 feet
HD = Akar ( 1.090,00² + 2.240,00² = 2.491,1 feet

12
Bearing 261 – 250 adalah N 640 63’ E sebab dilihat dari koordinatnya maka titik
250 jauh lebih ke Utara dan Timur dari pada titik 261. bearing 250-261 adalah S
640 03’ w Sudut lurus :
Di titik 261, BS 260 : 640 03’ + 1800 – 820 15’ = 1610 48’
Di titik 260, BS 249 : (640 03’ + 1800) + 1800 – (75045 + 1800) = 1680 18’
Grade :
Perbedaan elevasi = 5.834,00 – 5.822,00 = 12,00 feet
Grade = 12,00 / 249,1 x 100 % = 0,48 %

C. Menghubungkan Dua Shaft


Prosedur ini diuraikan pada gambar 2.6 berikut :

Bila pengukuran undergraund kurang tepat. Maka rintisan dilakukan dari 1


sampai 9 (triagulasi). Setelah 1 dan 9 itu ditentukan, kawat digantungkan.
Tentukan bearing dan koordinat, kemudian kawat dikelurkan dari pengukuran
undergraund. Elevasi two shaft terbentuk, dan ditrasperkan undergraund nya.
Bila patok shaft belum terbuka, maka bearing kompas perlu dikerjakan. Setelah
runna kosong itu cukup, mulai pengukuran yang tepat.
D. Menghubungkan Dua Level Dengan Raise
Gambar 2.7 berikut termasuk penggunaan koordinat dan elevasi.

13
Hal ini sering terjadi. Raise digunakan untuk ventilasi, orepass, waste
pass, man way atau simply prospecting. Dalam pemecahan ini jarak horizontal
(hipotenusa dari koordinat triagle) telah didapat. Adanya perbedaan elevasi akan
menimbulkan garis singgung pada sudut vertikal. Jarak yang benar diperoleh
dengan rumus-rumus trigonometri atau dengan rumus : Akar H² + D² .
Contoh :
Lihat gambar 2.8 berikut. Hitung bearing A – 216, bearing – A, sudut vertikal α,
slope distance, sudut lurus 215 – 216 – A dan sudut lurus 111 – A – 216

14
Penyelesaian :
Perbedaan latitude = 4,310,51 – 4,156,22 = 154,29 ft
Perbedaan departure = 6,451,46 – 6,306,24 = 145,22 ft
HD A – 216 = Akar 145,22² + 154,29²
= 211,88 feet
Bearing = tan-¹ = 145,22 / 154,29 = 43º16’

Bearing A – 216 = S 43 º 16’ E


Bearing 216 – A = N 43 º 16’ W
tan-1 = 109,48 / 206,88 = 27 º 53’
SD = 206,88 : Cos 27 º 53’ = 234,1 feet
Sudut lurus :
215 – 216 –A = (360 º - 430 16’) + 180 º - 470 30’ = 89º 14’
111 – A - 216 = (180 º - 430 16’) + 180 º - 500 00’ = 256º 44’

15
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di
permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari shaft
plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang
digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada
opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Shaft Plumbing adalah :
Reels (glondong/gulungan), Wire centering device (peralatan kawat centering),
Screw shifter, Plum bobs, Wire (kawat), Chain link (rangkain mata rantai), dan
Type transit.
Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah :
1. One Shaft Methode
a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
b. Triangulation
c. Gabungan antara a dan b (special cases and b)
2. Two Shaft Methode

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2012. Kuliah Ilmu Ukur Tambang.


http://rafiedbungsu.blogspot.com/2012/06/materi-kuliah-ilmu-ukur-tambang.html
Anonim., 2013. Ilmu Ukur Tambang.
http://www.michanarchy.com/2013/04/ilmuukurtambang.
html
Anonim., http://kiradminner.blogspot.com/
Muchlis, Ermanto., 2013. Ilmu Ukur Tambang.
http://ermantomuchlis.blogspot.com/2013/05/ilmu-ukur-tambang.html

17

Anda mungkin juga menyukai