Anda di halaman 1dari 2

Risiko terbesar yang dihadapi pelaku bisnis pertambangan, tak terkecuali ANTAM, adalah

potensi ancaman kerusakan lingkungan yang bisa mengganggu ekosistem di sekitar lokasi
penambangan. Kenyataan ini sangat disadari Perusahaan sehingga berupaya agar operasional
penambangan di seluruh unit bisnis ANTAM dijalankan sesuai praktik penambangan yang baik
dan sejalan peraturan yang berlaku, baik sejak perencanaan maupun setelah selesai
(pascatambang).

Kebijakan lingkungan ANTAM mencakup:

1. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen lingkungan yang mengacu pada


peraturan Perseroan dan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Mengupayakan penggunaan sistem, teknologi, metode, peralatan, dan bahan-bahan yang
memiliki dampak negatif minimal bagi lingkungan dalam setiap kegiatan pertambangan.
3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pengelolaan lingkungan.
4. Meminimasi lahan terganggu dan merehabilitasi sesuai dengan peruntukannya termasuk
melindungi flora dan fauna di dalamnya.
5. Menggunakan sumber daya alam secara optimal dalam rangka konservasi dan minimasi
limbah.
6. Melakukan upaya pencegahan pencemaran lingkunga dan pengendalian dampaknya.
7. Mendukung program penurunan emisi gas rumah kaca dengan upaya-upaya produktif dan
inovatif dalam kegiatan pertambangan.
8. Mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan serta mempertimbangkan
kebutuhan masyarakat sekitar operasi pertambangan.
9. Melakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja lingkungan secara berkelanjutan.

Setiap langkah operasional di lapangan senantiasa dilaksanakan dengan memperhatikan


peraturan dan ketentuan yang berlaku seperti Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Perihal
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan-peratutran lainnya yang berlaku.
Di samping itu, ANTAM juga menjalankan best practices sesuai dengan praktik-praktik
pertambangan yang terbaik (good mining practices) mulai dari tahap perencanaan, eksplorasi,
operasi penambangan, rehabilitasi kawasan tambang, hingga pascatambang.

Aktivitas pascatambang direncanakan dan dijalani untuk menangani dampak sosial dan
lingkungan yang diakibatkan oleh berakhirnya kegiatan operasional. Aktivitas pascatambang
tentunya disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing wilayah. Selain itu,
proses rehabilitasi lahan juga dilaksanakan untuk mengembalikan keanekaragaman hayati pada
area pascatambang.

Sesuai dengan ketentuan Pemerintah, pada tahun 2015 ANTAM telah menganggarkan dana
penutupan wilayah operasional (Jaminan pascatambang) sebesar Rp5,8 miliar. Nilai dari JPT ini
masih dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang ada. Dana ini akan dialokasikan ke Bank
Pemerintah yang telah ditunjuk menjadi pengelola dana JPT. Kegiatan Pascatambang yang sudah
berjalan yaitu di willayah pertambangan kami di Cilacap, Wawo, Pulau Gebe, Kijang, Cikotok,
dan Kutoarjo. Di samping itu, wilayah yang telah memiliki Rencana Penutupan Tambang (RPT),
yaitu: UBPN Sultra, UBP Emas, UBPN Malut, UBP Bauksit, Proyek Tambang Karangan,
Proyek Tambang Sadaniang dan Proyek Tambang Landak.
Penilaian PROPER ANTAM pada tahun 2015 menunjukan peningkatan yang ditunjukan dengan
diperolehnya dua peringkat “Hijau”. Sebelumnya, pada tahun 2014 peringkat “Hijau” hanya
diperoleh UBP Emas, kemudian pada tahun 2015 UBP Emas tetap mempertahankan peringkat
“Hijau” ditambah dengan UBPP LM.

Untuk penilaian PROPER ANTAM pada tahun 2015 dapat dilihat disini

Untuk mengetahui lebih jauh Kinerja Pengelolaan Lingkungan kami, silahkan lihat bagian
tersebut di Laporan Keberlanjutan kami.

Anda mungkin juga menyukai