potensi ancaman kerusakan lingkungan yang bisa mengganggu ekosistem di sekitar lokasi
penambangan. Kenyataan ini sangat disadari Perusahaan sehingga berupaya agar operasional
penambangan di seluruh unit bisnis ANTAM dijalankan sesuai praktik penambangan yang baik
dan sejalan peraturan yang berlaku, baik sejak perencanaan maupun setelah selesai
(pascatambang).
Aktivitas pascatambang direncanakan dan dijalani untuk menangani dampak sosial dan
lingkungan yang diakibatkan oleh berakhirnya kegiatan operasional. Aktivitas pascatambang
tentunya disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing wilayah. Selain itu,
proses rehabilitasi lahan juga dilaksanakan untuk mengembalikan keanekaragaman hayati pada
area pascatambang.
Sesuai dengan ketentuan Pemerintah, pada tahun 2015 ANTAM telah menganggarkan dana
penutupan wilayah operasional (Jaminan pascatambang) sebesar Rp5,8 miliar. Nilai dari JPT ini
masih dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang ada. Dana ini akan dialokasikan ke Bank
Pemerintah yang telah ditunjuk menjadi pengelola dana JPT. Kegiatan Pascatambang yang sudah
berjalan yaitu di willayah pertambangan kami di Cilacap, Wawo, Pulau Gebe, Kijang, Cikotok,
dan Kutoarjo. Di samping itu, wilayah yang telah memiliki Rencana Penutupan Tambang (RPT),
yaitu: UBPN Sultra, UBP Emas, UBPN Malut, UBP Bauksit, Proyek Tambang Karangan,
Proyek Tambang Sadaniang dan Proyek Tambang Landak.
Penilaian PROPER ANTAM pada tahun 2015 menunjukan peningkatan yang ditunjukan dengan
diperolehnya dua peringkat “Hijau”. Sebelumnya, pada tahun 2014 peringkat “Hijau” hanya
diperoleh UBP Emas, kemudian pada tahun 2015 UBP Emas tetap mempertahankan peringkat
“Hijau” ditambah dengan UBPP LM.
Untuk penilaian PROPER ANTAM pada tahun 2015 dapat dilihat disini
Untuk mengetahui lebih jauh Kinerja Pengelolaan Lingkungan kami, silahkan lihat bagian
tersebut di Laporan Keberlanjutan kami.