Anda di halaman 1dari 7

Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)

Innovative Journal of Curriculum


and Educational Technology
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN


PENDEKATAN BIOENTERPRENEURSHIP
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES ILMIAH
DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA

Mustamir Anwar, Supardi, DYP. Sugiharto

Prodi Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana


Universitas Negeri Semarang, Indonesi

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen bioenterpre-
Diterima Januari 2012
Disetujui Februari 2012
neurship belajar untuk meningkatkan proses ilmiah siswa keterampilan dan minat
Dipublikasikan Juni 2012 kewirausahaan. Metode penelitian adalah Research and Development (R & D), um-
umnya dikenal sebagai 4-D Model. Ini terdiri dari istilah mendefinisikan, mengem-
Keywords: bangkan dan menyebarluaskan. Instrumen pembelajaran yang dikembangkan ter-
Development bukti efektif terhadap keterampilan proses ilmiah siswa. Hal ini dibuktikan dengan
Learning Instrument pengujian skor rata-rata keterampilan proses ilmiah baik kelas diuji adalah 92,53%
Entrepreneurship dan kelas eksperimen adalah 94,16% pada persentase kelulusan minimum adalah
sama atau lebih dari 75%. Instrumen pembelajaran ini dibuktikan efektif terhadap
minat berwirausaha siswa. Dalilnya adalah skor rata-rata yang diperoleh dari bunga
kewirausahaan siswa dengan skor 90,78% pada persentase kelulusan minimum ada-
lah sama atau lebih dari 75%. Selain itu, minat kewirausahaan kelas eksperimen
lebih baik daripada membandingkan dengan kelas kontrol. Mengembangkan proses
pembelajaran jigsaw dapat increate minat siswa. Selanjutnya produk tersebut telah
ditetapkan dan dirancang secara independen melalui pengamatan langsung ke bi-
dang bisnis.

Abstract
The purpose of this study is to develop bioenterpreneurship learning instrument to improve
the students’ scientific process skill and entrepreneurship interest. The research method is Re-
search and Development (R&D), generally known as Four-D Model. It consists of the term
define, develop and disseminate. The developed learning instrument is proved effective toward
the students’ scientific process skill. This is proved by the average testing score of scientific
process skill both tested class is 92.53% and experimental class is 94.16% at the minimum
passing percentage is equal or more than 75%. This learning instrument is proved effective
toward the students’ entrepreneurship interest. The evidence is the acquired average score of
students’ entrepreneurship interest with the score 90.78% at the minimum passing percentage
is equal or more than 75%. Moreover, the entrepreneurship interest of experimental class is
better than comparing with the control class. Developing jigsaw learning process can increate
the students’ interest. Furthermore the product is decided and designed independently trough
the direct observation to the area of business.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-7125
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
Email: pps@unnes.ac.id
Mustamir Anwar, dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)

Pendahuluan dari daur ulang limbah (limbah rumah tangga,


pertanian, maupun peternakan). Materi-materi
Dalam undang-undang Sistem Pendidikan yang semacam itu dapat disampaikan dengan
Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan praktikum, karena hanya dengan demikian pe-
bahwa pendidikan nasional bertujuan agar peser- serta didik akan terlibat langsung dalam proses
ta didik menjadi manusia yang beriman dan ber- pemanfaatan Effective Microorganism untuk mem-
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq percepat pengomposan.
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan Problem-problem semacam itu ketika
menjadi warga negara yang demokratis dan ber- diangkat dalam pembelajaran Biologi terutama
tanggung jawab. Atas dasar ini, seorang pendidik ketika masuk pada materi ekosistem sampai pada
mempunyai peranan penting dalam mengem- daur ulang limbah, peserta didik diharapkan me-
bangkan potensi peserta didiknya. rasa terpanggil untuk mencari solusi dari prob-
Upaya implementasi Kurikulum Tingkat lem tersebut. Untuk meminimalisir penumpukan
Satuan Pendidikan (KTSP), diperlukan pengem- sampah pertanian yang berakhir pada pembaka-
bangan kurikulum dengan pendekatan lokal ma- ran, maka peserta didik akan mengolahnya untuk
syarakat, maupun lingkungan, di mana hakikat didaur ulang menjadi pupuk kompos. Dengan
tujuan pendidikan nasional akan tercapai secara pembuatan pupuk secara mandiri, maka masalah
holistik (kecakapan, keterampilan, dan kemandi- kelangkaan dan mahalnya pupuk dengan sendi-
rian peserta didik) termasuk di dalamnya sebagai rinya akan teratasi. Peserta didik dapat berpikir
bekal peserta didik untuk kehidupan setelah lulus semacam itu, ketika mereka sudah mendapat-
kelak. Dalam hal ini, perlu ditumbuh-kembang- kan bekal tentang pengolahan limbah pertanian
kan sikap entrepreneurship peserta didik dengan menjadi pupuk. Dalam hal ini, pembelajaran
mengkolaborasikan kurikulum sesuai dengan po- praktikum daur ulang limbah mempunyai peran
tensi lokal. signifikan, di mana pengetahuan dan keterampi-
Di samping itu, upaya kemandirian seko- lan peserta didik diasah. Akan tetapi tidak hanya
lah/madrasah sebagai konsekuensi dari penera- sampai di situ saja, sekolah/madrasah juga diha-
pan KTSP, tidak akan mungkin terwujud kalau rapkan memberikan fasilitas yang memadai dan
tidak diimbangi dengan program-program pem- dukungan yang intensif terhadap pelaksanaan
belajaran, yang mana merupakan wujud dari praktikum daur ulang limbah.
pengembangan kurikulum yang sedang berjalan. Pembelajaran praktikum diharapkan juga
Dalam hal ini, pendidik diharapkan lebih kreatif dapat mengembangkan keterampilan proses ilmi-
mengembangkan program pembelajaran yang ti- ah siswa, hal ini karena keterampilan proses ilmi-
dak hanya berpengaruh pada segi kognitif saja, ah kurang begitu diperhatikan. Padahal keteram-
akan tetapi juga membangun kreatifitas dan ke- pilan proses ilmiah menjadi salah satu kompetensi
mandirian peserta didik di mana pembelajaran yang harus dimiliki siswa setelah dinyatakan lu-
tersebut disesuaikan dengan potensi lokal, lebih- lus kelompok mata pelajaran sains. Dimana sela-
lebih dapat menghasilkan ekonomi produktif. ma ini pembelajaran praktikum hanya menjalani
Pembelajaran Biologi harus lebih dekat mekanisme praktikum yang sudah ada, tanpa ada
dengan permasalahan masyarakat, untuk lebih pengamatan yang mendalam tentang masing-
mengkontekskan pengetahuan siswa yang mem- masing indikator yang harus diperhatikan dalam
bawa konsep pengetahuan dari masyarakat. Den- keterampilan proses ilmiah. Artinya hanya me-
gan demikian diharapkan siswa mudah untuk laksanakan petunjuk praktikum, mencatat hasil,
memahami, mengingat, dan menemukan pembe- kemudian membuat laporan saja. Jadi setiap in-
lajaran yang bermakna. dikator tentang keterampilan proses ilmiah masih
Pembelajaran Biologi mempunyai sum- belum tersentuh satu per satu.
bangsih yang amat nyata untuk merealisasikan Ada beberapa faktor kenapa fenomena ter-
konsep program yang semacam itu. Karena dari sebut terjadi, dari hasil penelitian, mahasiswa/
segi keilmuan, Biologi sarat akan produktivitas. pelajar sulit untuk mau dan memulai wirausaha
Mulai dari bioteknologi; pemanfaatan mikroor- (entrepreneurship) dengan alasan, bahwa mere-
ganisme dalam mempercepat proses produktivi- ka tidak diajar dan dirangsang untuk berusaha
tas, maupun pemanfaatan bahan-bahan herbal sendiri. Hal ini juga didukung oleh lingkungan
yang lebih ramah terhadap kesehatan dan ling- budaya masyarakat dan keluarga yang dari dulu
kungan. Begitu juga pemanfaatan bioteknologi selalu ingin anaknya menjadi pegawai. Di sisi
(Effective Microorganism-EM) sebagai upaya dalam lain, kebanyakan orang tua tidak memiliki pen-
mempercepat proses pengomposan pupuk. Da- galaman dan pengetahuan untuk berusaha. Oleh
lam hal ini, pembuatan pupuk merupakan wujud karenanya, mereka lebih cenderung mendorong
39
Mustamir Anwar, dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)

anak-anaknya untuk mencari pekerjaan dan men- aspek proses. Pada aspek produk, peserta didik
jadi karyawan. Tidak ada atau sulitnya memiliki dituntut untuk menguasai materi pelajaran mi-
modal untuk berwirausaha menjadi faktor yang nimal 75% dari target kurikulum yang harus di-
tidak kalah penting. capai. Adapun aspek proses, pendidikan harus
Dewasa ini banyak sekolah/madrasah memberikan bekal pengalaman kepada peserta
swasta yang maju dan kualitasnya lebih baik didik untuk dapat menjalankan kehidupannya di
dibanding dengan sekolah/madrasah negeri, masyarakat pada masa mendatang.
karena tidak terikat oleh alokasi dana dari pe- Dengan melihat paparan di atas, dapat di-
merintah. Hal tersebut memberikan tantangan simpulkan bahwa secara pengembangan program
tersendiri���������������������������������
bagi sekolah/�������������������
madrasah�����������
negeri un- entrepreneurship di sekolah/madrasah bertujuan
tuk mampu mandiri seperti sekolah/madrasah agar peserta didik memiliki kemampuan seba-
swasta. Oleh karenanya, guru dan kepala seko- gai berikut: a. Memahami dunia usaha dalam
lah/madrasah dalam hal ini harus memahami kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di
prinsip kewirausahaan (entrepreneurship), setelah lingkungan masyarakat; b. Berwirausaha dalam
itu mengembangkan serta memasukannya da- bidangnya; c. Menerapkan perilaku kerja presta-
lam program sekolah/madrasah. Dalam im- tif dalam kehidupannya; d. Mengaktualisasikan
plementasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan sikap dan perilaku wirausaha.
Pendidikan), program kewirausahaan dapat di- Tujuan yang semacam itu, ketika entrepre-
kembangkan melalui pengembangan diri dan/ neurship dilaksanakan menjadi sebuah mata pe-
atau melalui muatan lokal (Mulyasa, 2008: 110). lajaran muatan lokal tersendiri. Karena ketika
Muatan lokal di sini bisa berupa pembelajaran menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri, peny-
praktikum di luar jam pelajaran. Pada awalnya ampaian materi dan pembentukan karakter akan
mungkin hal ini sulit untuk dilakukan, tetapi ha- lebih dapat dilaksanakan secara intensif. Akan
rus berani memulainya meskipun perlahan tapi tetapi ketika enterpereneurship disisipkan pada
pasti, tidak menutup kemungkinan lahirnya para suatu mata pelajaran biologi, entrepreneurship bu-
entrepreneur muda dari sekolah/madrasah yang kan menjadi tujuan utama, akan tetapi lebih pada
mempersiapkannya. pembentukan minat enterpereneurship.
Wirausaha (entrepreneurship) berbicara Dewasa ini sekolah/madrasah dituntut
mengenai ”perilaku” yang mencakup pengambi- agar lebih mandiri, kreatif, inovatif, dalam meng-
lan insiatif, mengorganisasi, dan mereorganisasi gali dan mengalokasikan berbagai sumberdaya
mekanisme sosial dan ekonomi terhadap sumber dan sumberdana pendidikan. Sekolah/madra-
dan situasi terhadap praktik, dan penerimaan sah diberi keleluasan dalam mengoptimalkan
resiko atau kegagalan. Menurut Mulyasa (2008: sumberdaya yang dimilikinya untuk membiayai
111) berwirausaha di sekolah/madrasah berarti pendidikan yang memang mahal. Dalam hal
memadukan kepribadian, peluang, keuangan, ini dapat dikembangkan model production based
dan sumber daya yang ada di lingkungan seko- education, di mana sekolah/madrasah dituntut
lah/madrasah guna mengambil keuntungan. Ke- mampu mencari pasar dan menghasilkan suatu
pribadian ini mencakup pengetahuan, keterampi- produk atau jasa untuk dijual kepada masyarakat
lan, sikap, dan perilaku. luas (Anwar, 2008: 19). Hasilnya kemudian di-
Sesuai dengan pembelajaran dengan pen- gunakan untuk membiayai produksi selanjutnya
dekatan sekolah/madrasah, di mana menjadikan maupun membantu dalam proses pembelajaran.
sekolah/madrasah sebagai tempat kerja, bukan Akan tetapi dalam hal ini, hasil bukan menjadi
perusahaan atau industri. Usaha yang dikelola prioritas, akan tetapi proses produksi yang dila-
dan dijalankan peserta didik di sekolah/madra- kukan peserta didik memberikan keterampilan,
sah bukanlah simulasi. Usaha tersebut nyata dan sikap kewirausahaan, maupun kemandirian.
secara ekonomis harus bertahan hidup. Sekolah/ Dengan demikian peserta didik siap untuk me-
marasah memberikan instruksi akademik dan nempuh hidup selanjutnya dan mampu bersaing
profesional-teknis di mana usaha tersebut dapat dalam derasnya arus ekonomi.
dijalankan (Johnson 2007: 132). Jadi sekolah/ Model pembelajaran semacam itu tidak
madrasah mempunyai tempat dan waktu luang hanya diperuntukkan terhadap sekolah/madra-
sebagai media belejar peserta didik berwirausaha, sah vokasi (SMK/MAK) saja, akan tetapi bisa
seperti halnya lingkungan perusahaan atau indu- juga diterapkan di sekolah/madrasah non vokasi
stri. (SMA/MA). Hal ini tergantung dari kreatifitas
Isjoni (2008: 10) menjelaskan bahwa pada guru dalam mengembangkan program pembela-
dasanya keberhasilan proses pendidikan dapat jaran dan kurikulum yang sudah terkontekskan
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produk dan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar juga
40
Mustamir Anwar, dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)

dukungan dari pihak sekolah/madrasah dan ma- diartikan sebagai orang yang berani memulai,
syarakat. menjalankan, dan mengembangkan usaha den-
Ada ungkapan yang menarik bahwa orang gan cara memanfaatkan segala kemampuan den-
pandai adalah orang yang dapat merebut pasar, gan hal membeli bahan baku dan sumber daya
sedangkan orang kreatif adalah orang yang dapat yang diperlukan, membuat produk dengan nilai
menciptakan pasar. Dalam hal ini, Kurikulum tambah yang sesuai dengan kebutuhan konsu-
Biologi berpotensi untuk meningkatkan kreatifi- men, dan menjual produk sehingga bisa membe-
tas peserta didik. Jika paham betul dengan Biolo- rikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para
gi, maka kerja tidak perlu dicari lagi, akan tetapi karyawan, dia sendiri, perusahaan, dan masyara-
akan lebih kreatif dalam membuka lapangan pe- kat sekitarnya.
kerjaan. Dengan demikian, diperlukan pengka- Bio merupakan makhluk hidup yang be-
jian ulang standar kompetensi dan kompetensi rupa tumbuhan, hewan, dan manusia. Jadi bio-
dasar SMA/MA mulai kelas X sampai XII, ten- entrepreneurship dapat diartikan pemanfaatan
tang sejauh mana ketika diaplikasikan langsung makhluk hidup yang dapat diolah menjadi pro-
dalam sekolah/madrasah akan menghasilkan duk usaha, dan dapat dipasarkan sehingga meng-
sebuah produk. Dengan produk tersebut ketika hasilkan ekonomi produktif.
dikembangkan di masyarakat akan membuka pe- Dalam bioentrepreneurship mempunyai
luang pekerjaan. tiga pilar yang menjadi keharusan adalah ilmi-
Setelah mengetahui jenis-jenis limbah, ah dan bakat manajerial, teknologi dan uang.
kemudian peserta didik diajak untuk mendaur Ketiga hal ini yang mendasari dan membentuk
ulang limbah yang mereka temukan dari masy- bioentrepreneur sukses, ilmiah untuk menemukan
arakat maupun kehidupan sehari-hari mereka. bahan-bahan organik yang mempunyai potensi
Dalam hal ini, peserta didik diajak untuk men- untuk dijadikan peluang usaha, teknologi untuk
cari solusi pendaurulangan limbah yang ditemu- mendukung kegiatan produktif, dan uang sebagai
kan sehingga menjadi sebuah barang yang dapat modal. (Meyers and Hurley 2008: 1). Hal yang
dimanfaatkan kembali dan tidak menjadi pen- sama juga diungkapkan oleh Hubert dan Faulk-
cemaran/kerusakan lingkungan. Ambil contoh ner (1999: 13), bahwa tiga pilar yang digunakan
sampah rumah tangga, pertanian, maupun pe- untuk melandasi bioenterpreneurship adalah mene-
ternakan. Sampah-sampah tersebut dapat didaur jemen, modal, dan teknologi. Pada dasarnya ahli
ulang menjadi pupuk kompos dan kandang yang biologi mempunyai potensi dan peluang-peluang
dapat dimanfaatkan untuk petani lagi. dalam penemuan dalam biologi selalu diadakan
Selanjutnya, setelah peserta didik dapat pengujian secara klinis tentang benda-benda hi-
mengidentifikasi macam-macam limbah dan dup yang dapat dikembangkan/diolah menjadi
mendaur ulang limbah, maka kompotensi dasar produk usaha.
selanjutnya adalah 4.4 membuat produk daur Pembelajaran berbasis bioenterpreneurship
ulang limbah. Dalam hal ini, tergantung dari po- lebih menguak pada pengembangan kurikulum
tensi daerah. Misalnya daerah pertanian, dengan biologi, terutama yang sudah ditetapkan oleh pe-
mendaur ulang sampah pertanian menjadi pupuk merintah soal standar kompetensi dan kompeten-
kompos (bisa juga mempercepat pengomposan si dasar dikaji lebih mendalam untuk dikembang-
dengan menggunakan bantuan Effective microorga- kan ke dalam materi-materi yang lebih spesifik.
nism [pupuk bokashi]). Materi-materi tersebut kemudian dikontekstuali-
Bioentrepreneurship berasal dari kata “bio” sasikan dengan potensi-potensi daerah, sehingga
dan “entrepreneurship”. Entrepreneurship meru- dengan adanya materi tersebut berdampak pada
pakan segala hal yang berkaitan dengan sikap, pengembangan potensi daerah. Materi yang su-
tindakan, dan proses yang dilakukan oleh para dah mengalami kontekstualisasi ini kemudian
entrepreneur dalam merintis, menjalankan, dan diaktualisasikan dengan pembelajaran praktikum
mengembangkan usaha mereka. Dalam hal ini untuk mengembangkan produk yang dihasilkan
tidak dimulai dengan menjual produk atau jasa, dari potensi daerah. Hasil pembelajaran inilah
akan tetapi dimulai dengan adanya kesempatan yang nantinya memberikan bekal kepada peserta
atau peluang yang berasal dari lingkungan (Ha- didik untuk memulai atau terjun ke dalam usaha
sution, 2007: 5). Sedangkan menurut Winardi mandiri. Dalam pembelajaran praktikum peserta
(2003: 16) lebih ke arah karakteristik dari entrepre- didik diberikan keterampilan proses pembuatan
neurship itu sendiri, dimana entrepreneurship meru- produk, kemudian hasil kontekstualisasi lebih
pakan prilaku dinamik, menerima resiko, kreatif, memberikan arahan tentang produk yang akan
serta yang berorientasi pada pertumbuhan. dibuat dari potensi yang dimiliki lingkungan hi-
Menurut Hasution (2007: 3) entrepreneur dupnya.
41
Mustamir Anwar, dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)

Akan tetapi pembelajaran berbasis bioent- tesis, eksperimen dan penyelidikan, serta berko-
repreneurship yang dimaksud tidak sampai pada munikasi.
mekanisme pasar, managerial, ataupun penge- Semua keterampilan-keterampilan fisik
lolaan uang. Pembelajaran berbasis bioentrepre- dan mental tersebut telah dimiliki peserta didik
neurship terbatas pada keterampilan yang dapat dalam wujud potensi atau kemampuan yang
dikembangkan untuk memulai usaha produktif. belum terbentuk secara jelas, kemampuan yang
Keterampilan tersebut diajarkan melalui pem- masih sangat sederhana, kemampuan yang ma-
belajaran praktikum, dalam biologi misalnya sih perlu dirangsang agar mampu menampilkan
pembuatan tempe, nata de coco (pada meteri diri. Untuk itu guru diharapkan mampu menum-
bioteknologi), pembuatan manisan (pada meteri buhkan potensi tersebut dari dalam diri anak dan
difusi-osmosis), sampai pada pembuatan pupuk mengembangkan keterampilan tersebut sesuai
kompos dari sampah organik (pada meteri daur dengan taraf perkembangan pemikiran peserta
ulang limbah). didik. Dengan demikian peserta didik akan mam-
Pembelajaran model ini memberi bekal pu menemukan dan mengembangkan sendiri
kepada siswa berbagai keterampilan yang dapat fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan
digunakan ketika lulus nanti, hal ini karena tidak sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan-kete-
semua lulusan akan melanjutkan ke perguruan rampilan itu akan menjadi roda penggerak pene-
tinggi. Keterampilan entrepreneurship yang dida- muan dan pengembangan fakta dan konsep serta
pat dari pembelajaran di sekolah dapat dikem- penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai
bangkan untuk terjun ke dunia usaha, tentu saja (menciptakan cara belajar peserta didik aktif).
sebagai penopang kehidupan setelah lulus seko- Beberapa keterampilan proses ilmiah
lah. tersebut dapat diamati melalui pembelajaran
Lebih jelasnya dari paparan di atas men- praktikum. Pengamatan bermula dari sebelum
genai keunggulan pembelajaran biologi berbasis praktikum dimulai sampai pada presentasi hasil
bioenterpreneurship ini adalah sebagai berikut: a. laporan. Sehingga masing-masing indikator da-
Pengembangan materi biologi dikontekskan den- pat dinilai di setiap keterampilan proses ilmiah
gan potensi-potensi daerah; b. Arah pengemban- yang ada.
gan pembelajaran praktikum juga disesuaikan Sedangkan minat merupakan kesadaran
dengan potensi daerah; c. Peserta didik diberi- seseorang yang dapat menimbulkan adanya kein-
kan bekal keterampilan dalam membuat produk ginan. Keinginan yang timbul dalam diri individu
atau membudidaya tanaman atau hewan melalui tersebut dinyatakan dengan suka atau tidak suka,
pembelajaran praktikum; d. Pembelajaran den- senang atau tidak senang terhadap suatu obyek
gan berbasis bioenterpreneurship menguatkan has- atau keinginan yang akan memuaskan kebutu-
rat dan keinginan peserta didik untuk terjun ke han (Guntoro 2007 :15). Minat seseorang dapat
dalam dunia usaha; e. Pembelajaran model ini diekspresikan melalui pernyataan yang menun-
memberikan sumbangsih nyata terhadap seko- jukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek
lah/madrasah yang menjadikan kewirausahaan lain. Dapat pula dimanifestasikan melalui parti-
sebagai visi utama yang diusung. sipasi dalam suatu aktivitas seseorang yang ber-
Memberikan inovasi baru dengan melihat minat terhadap sesuatu obyek tertentu cenderung
potensi-potensi yang dimiliki pelajaran biologi menaruh perhatian lebih besar.
untuk dikembangkan ke dalam dunia kewiraus- Dengan demikian minat berwirausaha
ahaan, jadi tidak hanya pengembangan kewirau- adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan
sahaan lewat pelajaran ekstrakurikuler atau intra- individu melalui ide-ide yang dimiliki untuk be-
kurikuler yang selama ini berjalan. kerja keras atau berkemauan keras untuk beru-
Keterampilan proses merupakan keteram- saha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa me-
pilan intelektual yang membekali siswa dengan rasa takut dengan resiko yang akan terjadi, dapat
suatu kemampuan berpikir logis, dan sistema- menerima tantangan, percaya diri, kreatif dan
tis dalam menghadapi suatu masalah di bidang inovatif serta mempunyai kemampuan dan kete-
manapun juga dan tingkat lapisan masyarakat rampilan untuk memenuhi kebutuhan.
apapun juga. Menurut Rustaman (2003) ada be- Dalam rangka menumbuhkan minat siswa
berapa keterampilan yang harus dikuasai dalam untuk berwirusaha diperlukan beberapa tahapan
melakukan proses ilmiah, diantaranya adalah ob- yang tidak dapat ditinggalkan adalah tatanan
servasi dan inferensi, pengukuran dan estimasi, pendidikan yang harus dimiliki siswa. Pengeta-
pengelompokan dan klarifikasi, organisasi dan huan dan keterampilan yang diperoleh siswa me-
presentasi data, identivikasi dan pengendalian rupakan modal dasar yang harus digunakan un-
variable, devinisi operasional, prediksi dan hipo- tuk berwirausaha, setelah lulus sekolah nantinya.
42
Mustamir Anwar, dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)

Kemauan dalam bekerja merupakan salah satu jalan seperti biasa (kelas konvensional).
faktor yang dapat membentuk minat siswa untuk Sebagai upaya pada tahap disseminate (pe-
berwirausaha. nyebaran), adalah pembuatan artikel yang meru-
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, pakan ringkasan hasil penelitian, untuk kemudi-
maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengem- an disebarkan melalui jurnal maupun seminar.
bangkan perangkat pembelajaran berbasis bioen-
terpreneurship untuk meningkatkan keterampilan Hasil dan Pembahasan
proses ilmiah dan minat wirausaha siswa.
Hasil keterampilan proses ilmiah kelas uji
Metode coba adalah skor 92,53% (≥75= mencapai target
penelitian). Adapun hasil keterampilan proses
Metode penelitian yang digunakan ada- ilmiah kelas ekperimen yang dapat dipaparkan
lah Research and Development (R&D) yang dikenal adalah didapatkan skor rata-rata 94,16% (≥75%
dengan sebutan Four-D Model (Model 4-D), yaitu = memenuhi target), karena lembar pengamatan
define (pendefinisian/penetapan), design (peran- tidak berlaku untuk kelas kontrol, sehingga hasil
cangan), develop (pengembangan), dan disseminate skor dari kelas ekperimen tidak bisa dibanding-
(penyebaran). kan dengan kelas kontrol. Jadi bentuk peningka-
Pada tahapan define, merupakan tahapan tan adalah ketercapaian target skor yaitu ≥75%.
pendahuluan dalam melakukan penelitian pen- Keterampilan proses ilmiah untuk kelas
gembangan. Pada tahapan ini peneliti mengkaji uji coba memudahkan peneliti untuk melakukan
model pembelajaran Biologi di MA Al Irsyad pengamatan, hal ini karena pembelajaran prak-
Gajah Demak, mencari permasalahan yang ada, tikum dilakukan di madrasah dan masuk pada
mengkontekskan dengan permasalahan-permasa- jam pelajaran, jadi kerja siswa dapat diamati
lahan yang dihadapi dimasyarakat, menganalisis secara langsung. Hal tersebut tidak terjadi pada
kurikulum yang diterapkan dan hubungannya kelas eksperimen, yang mana pembuatan produk
dengan visi madrasah, studi literatur yang ber- justru menjadi tugas proyek.
kaitan dengan permasalahan-permasalahn yang Untuk mendapatkan penilaian yang
ditemukan, kemudian merumuskan solusi yang konkrit, peneliti harus lebih cermat dalam apa
ditawarkan berdasarkan literatur. yang tampak dari performen siswa di kelas, misal-
Pada tahap design, peneliti membuat pe- nya bagaimana siswa mengemukakan pendapat
rangkat pembelajaran yang memuat kebutuhan- saat diskusi dan presentasi menjadi penilaian
kebutuhan pembelajaran di MA Al Irsyad Gajah dalam komunikasi, menyebutkan contoh-contoh
Demak. Perangkat pembelajaran tersebut berupa tentang sampah dan upaya penanggulangannya
silabus yang telah disesuaikan dengan visi sekolah sesuai pengalamannya sendiri menjadi penilaian
dan kebutuhan masyarakat, rencana pelaksanaan observasi dan inferensi, mengelompokkan sam-
pembelajaran yang menjabarkan silabus tersebut, pah menjadi penilaian pengelomokan dan kla-
bahan ajar pendukung, petunjuk praktikum yang rifikasi, mencatat dan mengemukakan data dari
digunakan sebagai panduan, serta instrument tes internet dan observasi ke pertokoan menjadi pe-
hasil belajar untuk melengkapi dalam mengetahui nilaian organisasi dan presentasi data, serta men-
ketercapaian indikator. jelaskan cara kerja pembuatan menjadi penilaian
Pada tahap develop, perangkat pembela- eksperimen dan penyelidikan.
jaran tersebut divalidasikan ke para ahli, untuk Selain hal tersebut, kenyataannya pembe-
kemudian direvisi berdasarkan rekomendasi ahli. lajaran model jigsaw mempunyai peran yang sig-
Perangkat pembelajaran yang sudah divalidasi nifikan untuk meningkatkan aktivitas siswa, hal
ahli ini kemudian diujicobakan pada kelas terba- ini terbukti dari beberapa penelitian yang telah
tas, dengan merandom 10 siswa dari kelas selain dilakukan, misalnya oleh Yusus (2003). Dengan
yang akan digunakan untuk menguji efektivitas aktivitas yang baik, pengamatan akan lebih mu-
produk perangkat pembelajaran biologi berbasis dah dilakukan dan penskoran akan menunjukkan
bioenterpreneurship. Selanjutnya peneliti mengu- kategori baik. Dalam jigsaw komunikasi, penga-
ji efektivitas dari perangkat pembelajaran yang di- matan, dan analisis siswa akan lebih terasah .
hasilkan pada kelas sesungguhnya. Pada tahapan Pada minat berwirausaha siswa kelas uji
ini peneliti memilih dua kelas untuk dijadikan coba, dimana hanya mencapai skor 70,45% (ti-
sebagai kelas eksperimen dan control. Kelas eks- dak memenuhi target= ≤75%). Hal ini membuat
perimen diterapkan pembelajaran dengan perang- penulis mengevaluasi ulang mengenai perangkat
kat pembelajaran berbasis bioenterpreneurship, pembelajaran yang peneliti kembangkan, dan
sedangkan untuk kelas kontrol pembelajaran ber- ternyata ada pada produk yang harus dibuat sis-
43
Mustamir Anwar, dkk / Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 1 (1) (2012)

wa yaitu pupuk bokashi. Dalam kehidupan sis- melalui observasi langsung ke area usaha.
wa masih tabu untuk menjadikan pupuk sebagai Saran
usaha ketika lulus nanti. Di samping itu peng- Mengingat skor minat berwirausaha dari
gunaan pupuk kompos oleh petani jarang digu- kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol,
nakan untuk pertanian mereka, sehingga untuk maka pembelajaran biologi dengan pendekatan
perkembangan usaha ini kurang begitu baik dan Bioentrepreneurship sangat baik untuk meningkat-
tidak diminat. Hal ini dapat dibuktikan pada ha- kan keterampilan proses dan minat berwiraus-
sil penilaian angket minat wirausaha, pada indi- aha.
kator menghadapi resiko, dorongan dan keingi-
nan didapatkan nilai yang sangat rendah, yaitu Daftar Pustaka
masing-masing 57,5% dan 67,5%.
Untuk minat berwirausaha siswa kelas eks- Anwar, Mustamir, ”Pendidikan; Manifestasi Pasar
perimen dan kontrol, tidak dapat hanya menggu- Kerja”, Majalah Edukasi, Edisi XXXVII, Juli,
nakan ketercapaian skor kategori baik. Karena 2008
pada dasarnya MA Al Irsyad plus Keterampilan Hasution, Arman Hakim, dkk. Entrepreneurship Mem-
mengembangkan pembelajaran untuk memben- bangun Spirit Teknopreneurship. (Yogyakarta:
tuk jiwa berwirausaha siswa. Hasilnya, baik kelas CV. ANDI. 2007)
Meyers, Arlen D and Hurley, Patrick. From the Class-
eksperimen maupun kontrol sama-sama mem-
room Bioentrepreneurship education programmes in
punyai skor minat berwirausaha ≥75%, yaitu un- the United States. Journal of Commercial Bio-
tuk kelas eksperimen rerata minat berwirausaha technology (2008) Vol 14. No 1. 2–12 January
90,78 dan kelas kontrol rerata minat berwiraus- 2008. www.palgrave-journals.com/jcb
aha 83,89. Sehingga dibutuhkan uji yang lebih Guntoro, Haryo. “Hubungan Prestasi Praktik Kerja In-
spesifik membandingkan keduanya, yaitu dengan dustri terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas
uji banding. Hasilnya t_hitung = 5,346 > t_tabel II Teknik Otomotif SMK YAPIN Bekasi Tahun
= 2,00, artinya terdapat perbedaan yang signifi- Ajaran 2006/2007” Skripsi. Semarang: Fakultas
kan antara minat berwirausaha kelas ekperimen Teknik Universitas Negeri Semarang. 2007
dengan minat berwirausaha kelas kontrol, dalam Hubert J. P. Schoemaker and Anne Faulkner Schoe-
hal ini lebih baik minat berwirausaha kelas ekpe- maker. The three pillars of Bioentrepreneurship
rimen dengan rerata skor 90,78. Creating a biotechnology company that lasts depends
on the ability to balance management, capital, and
technology. Journal Nature Biotechnology Vol-
Kesimpulan
ume 16 Supplement 1998. http://biotech.na-
ture.com
Perangkat pembelajaran biologi yang di- Johnson, Elaine B. Contextual Teaching & Learning; Men-
kembangkan terbukti efektif terhadap keterampi- jadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan
lan proses ilmiah siswa termasuk kategori baik. dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Cen-
Hal ini dapat ���������������������������������
dibuktikan�����������������������
pada rerata skor kete-
����� ter. 2007. Cet. 5.
rampilan proses ilmiah kelas uji coba terbatas Isjoni. Memajukan Bangsa dengan Pendidikan. Yogya-
adalah 92,53% dana kelas eksperimen adalah karta: Pustaka Pelajar. 2008.
94,16% (keduanya ≥75% = memenuhi target). . Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Yogyakarta: Pustaka
Perangkat pembelajaran�����������������
�����������������������������
biologi yang di- Pelajar, 2007.
kembangkan terbukti efektif terhadap minat Mulyasa, E . Implementasi kurikulum 2004 Panduan
berwirausaha siswa termasuk kategori baik. Hal Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Ros-
da Karya. Cet. 6. 2004
in dapat dibuktikan dengan terpenuhinya target
. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Ke-
rerata skor minat berwirausaha kelas eksperimen
mandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: PT.
dengan skor 90,78
�����������������������������������
(≥75% = memenuhi target). Se- Bumi Aksara. 2008
lain itu jika dibandingkan dengan kelas kontrol, Rustaman, Nuryani. Keterampilan Proses Ilmiah dalam
minat berwirausaha kelas eksperimen tetap lebih Pembelajaran Sains. Bandung: Universitas Pen-
baik. Peningkatan minat dapat diperoleh dengan didikan Indonesia. 2003
mengembangkan proses pembelajaran jigsaw dan Winardi. Entrepreneur dan Entrepreneurship. (Jakarta:
produk ditentukan dan didesain secara mandiri Prenada Media. 2003)

44

Anda mungkin juga menyukai