Samudra Pasai
Samudera Pasai merupakan kelanjutan dari kerajaan perlak yang terletak di
Lhokseumawe, Aceh Utara. Didirikan pada tahun 1285 (abad 13 M) oleh Sultan
Malik al-Saleh. Malik Al-Saleh memperistri putri penguasa perlak sebagai
permaisuri, yaitu Putri Ganggang Sari (Putri Raihani).
Pada masa pemerintahan Malik Al-Saleh, datang seorang musafir dari Venesia
bernama Marco Polo yang menceritakan perkembangan Islam sewrta perdagangan
di Perlak dan Samudra Pasai. Selanjutnya tahun 1297, Sultan Malik Al-Saleh
meninggal dunia yang dibuktikan dengan batu nisan di Sungai Pasai berangka 675
H atau 1297 M. Kemudian pemerintahan Samudra Pasai dilanjutkan oleh putranya
bernama Sultan Muhammad Malik al Tahir (Sultan Malik al Tahir) yang
memerintah tahun 1297-1326. Pada masa ini Perlak dipersatukan dengan kerajaan
Samudra Pasai. Setelah Sultan Malik al Tahir wafat, ia digantikan oleh Sultan
Ahmad yang juga bergelar Malik al Tahur (Malik al Tahir II).
Pada masa pemerintahan Malik al Tahir II (1326-1348), Samudra Pasai
berkembang pesat. Hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun
Arab terus dikembangkan. Pada masa itu, sultan merupakan penguasa tertinggi
yang juga seorang ulama yang dibantu patih yang bernama amir. Pengganti Sultan
Malik al Tahir II adalah Sultan Zainal Abidin (Sultan Malik al Tahir III) yang
memerintah sekitar tahun 1350.
Peninggalan kerajaan Samudra Pasai diantaranya Cakra Donya, Naskah surat
Sultanh Zainal Abidin, makam Sultan Malik Al-Saleh, makam Zain al-Abidin
Malik az-Zahir, dan makam Ratu al-Aqla.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh terletak di Aceh Besar yang didirikan pada 1514 oleh Sultan
Ibrahim (Ali Magayat Syah). Ia memerintah selama 10 tahun menurut prasasti
peninggalan kerajaan Aceh. Pada tahun 1528, Sultan Ali Mugayat Syah
meninggal, ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sultan
Salahuddin (1528-1537) yang kemudian digantikan oleh adiknya yang
bernama Sultan Alauddin Ri’ayat Syah (1537-1568).
Pada pertengahan abad ke-16, kerajaan Aceh menduduki daerah-daerah di
Semenanjung Malaka. Karena Kegagahan dan keberhasilannya menguasai
wilayah-wilayah yang luas, Sultan Alauddin Ri’ayat Syah diberi gelar Al
Qahhar yang berarti gagah perkasa.
Tahun 1607, Sultan Alauddin Ri’ayat Syah digantikan Darmawangsa Tun
Pangkat yang bergelar Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-
1636.. Pada masa pemerintahannya kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan.
Peninggalan kerajaan Aceh yaitu Masjid Raya Baiturrahman, Benteng
indrapatra, Gunongan, makam Sultan Iskandar Muda, Meriam kerajaan Aceh,
dan uang emas kerajaan Aceh.
3. Kesultanan Demak
Kerajaan Demak terletak di pantai utara Jawa Tengah, didirikan oleh Raden
Patah pada tahun 1478. Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau
Jawa. Demak menjadi pusat kegiatan Wali Songo. Pada saat itu ulama
memegang peranan sangat penting dalam pemerintahan misalnya diangkatnya
Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa sebagai penasihat kerajaan. Pada tahun 1507
Raden Patah digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus.. Pada masa Pati Unus
masih banyak mengalami kegagalan. Namun, karena keberanian Pati Unus
untuk menyerang Portugis yang berada di Malaka, maka Pati Unus dijuluki
sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Pada tahun 1521 Pati Unus Wafat dan digantikan oleh adiknya bernama
Trenggana, dan mengalami masa kejayaan. Kerajaan Demak mengalami
kehancuran karena terjadi perang saudara untuk memperebutkan tahta di
Kerajaan Demak.
Contoh peninggalan bersejarah Kerajaan Demak adalah Masjid Agung
Demak, Pintu Bledek, Soko Tatal dan Soko Guru, Bedug, Kentongan, Situs
Kolam Wudhu, Makrusah, Dampar Kencana, dan Piring Campa.
4. Kerajaan Panjang
Kerajaan Panjang didirikan oleh Sultan Adiwijoyo atau Jaka Tingkir pada
tahun 1568. Sultan Adi Wijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang dan
memindahkan kerajaan Demak ke daerah panjang, dan inilah awal mula
berdirinya kerajaan Islam Panjang. Setelah Sultan Adi Wijaya wafat pada
tahun 1582 dan digantikan oleh putranya yaitu Pangeran Benowo. Tetapi
Pangeran Arya Pangiri dari Demak mencoba untuk merebut kekuasaan di
kerajaan Islam Panjang dari tangan Pangeran Benowo tapi mengalami
kegagalan. Lalu Pangeran Benowo menyerahkan tahta kepada saudara
angkatnya bernama Sutowijoyo. Namun Sutowijoyo memindahkan Kerajaan
Islam Panjang ke daerah Mataram dan menjadi awal kehancuran kerajaan
Islam Panjang.