Anda di halaman 1dari 2

Terapi Nutrisi pada Penderita Kanker

Penulis: WED

Sebelum dilakukan pengobatan pada penderita kanker, lebih dulu dilakukan terapi nutrisi.
Sebab, nutrisi mendukung kekuatan fisik.
Peranan nutrisi sangat penting untuk membangun sel-sel tubuh. Dengan nutrisi, fungsi sel-sel
tubuh juga dapat ditingkatkan. Selain itu, nutrisi bagi tubuh juga berperan sebagai upaya
meminimalisasi berkembangnya suatu penyakit menjadi parah. Lebih jauh, nutrisi sangat
mendukung upaya pengobatan dan penyembuhan seseorang dari suatu penyakit.
Untuk pendukung penyembuhan, nutrisi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan pasien. Pada penderita kanker, misalnya, sering kali mengalami gangguan pada
nafsu makan. Akibatnya, asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh juga terganggu. Itu
terjadi karena adanya perubahan sel yang melepas diri dari mekanisme pengaturan normal.
Sebagai informasi, kanker terjadi karena adanya pertumbuhan sel yang tak terkendali secara
normal, seperti multiplikasi dan menyebar.
''Penyakit kanker yang lokal maupun sistemik dapat mengakibatkan gejala gangguan
metabolisme dalam tubuh. Biasanya itu terjadi akibat dari kankernya sendiri maupun
komplikasi dari penggunaan obat antikanker,'' papar Dr Ririn Hariani MS, bagian Instalasi Gizi
dan Tata Boga RS Kanker Dharmais, beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Menurutnya, gangguan nutrisi yang sering terjadi pada penderita kanker antara lain kaheksia.
Istilah ini menandakan suatu sindroma yang diawali dengan gejala klinik seperti anoreksia,
perubahan ambang rasa kecap, penurunan berat badan, anemia, dan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. ''Anoreksia inilah faktor utama terjadinya kaheksia pada
kanker,'' lanjutnya.
Berkurangnya nafsu makan pada anoreksia ini disebabkan oleh zat metabolit yang dihasilkan
sel kanker. Zat ini membuat penderita merasa cepat kenyang dan menyebabkan perubahan
rasa kecap. Di samping itu, stres psikologis pada penderita kanker jadi penunjang munculnya
anoreksia.
Penderita kanker juga mengalami penurunan berat badan. Selain disebabkan oleh anoreksia
dan gangguan metabolisme lain, juga akibatkan dari hipermetabolisme.
Terapi nutrisi pada penderita kanker ditujukan untuk mempertahankan status nutrisi. Terapi ini
juga untuk mengurangi gejala sindroma kaheksia, mencegah komplikasi, dan memenuhi
kecukupan mikronutrien.
Faktor yang paling kuat dalam penurunan nafsu makan dan berat badan adalah pengobatan
penyakit kanker. Jenis pengobatan yang dilakukan umumnya adalah kemoterapi, radiasi, dan
pembedahan. ''Pengobatan seperti itu dapat mempengaruhi status nutrisi penderita. Namun,
status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari terapi antikanker, dan juga membuat
penderita merasa lebih baik,'' sambung Ririn.
Malnutrisi
Kemoterapi memberikan efek malnutrisi dengan berbagai sebab, seperti muntah, mual,
stomatitis atau sariawan, gangguan saluran pencernaan, dan penurunan nafsu makan. Di
samping mempengaruhi status nutrisi, itu juga mempengaruhi hasil pengobatan kemoterapi.
Malnutrisi juga terjadi pada pasien dengan pengobatan radioterapi. Beratnya malnutrisi ini
tergantung pada lokasi yang terkena radiasi, dosis, dan lama waktu radiasi. Biasanya rasa
mual, muntah, mukositis, sulit menelan, dan susah membuka mulut terjadi pada radiasi di
kepala, leher, troraks, dan abdomen.
Masalah nutrisi juga akan dipengaruhi oleh tumor yang becokol di saluran pencernaan.
Biasanya ini terjadi pada operasi pembedahan yang dilakukan pada saluran pencernaan.
Operasi gaster mengakibatkan penurunan absorpsi vitamin B12. Operasi pankreas dapat
menyebabkan gangguan metabolisme glukosa. Sedangkan, operasi kolon bisa menimbulkan
kehilangan air dan elektrolit.
Pada beberapa pengobatan, kata Ririn, sering kali menyebabkan perubahan pada rasa
kecap. Ini yang sering membuat para pasien penderita kanker malas untuk makan. ''Justru itu
diusahakan pasien tetap makan. Jangan khawatir, setelah pengobatan, sel-sel rasa kecap
akan tumbuh lagi dan pasien bisa merasakan makanan.''
Terapi nutrisi
Pemberian nutrisi dalam terapi kanker berubah-ubah dan sangat individual. ''Ini tergantung
pada perjalanan penyakit dan terapi pengobatan yang dijalani. Sebelum dilakukan
pengobatan, terapi nutrisi sudah dilakukan. Soalnya, nutrisi mendukung kekuatan fisik,'' ujar
Ririn lagi.
Belum ada ketentuan pasti berapa kebutuhan nutrisi, seperti energi dan protein, pada
penderita kanker. Namun, secara umum dianjurkan untuk memenuhi kalori sebanyak 25-35
kal/kg berat badan (BB) per hari. Sedangkan untuk protein sebanyak 1-1,5 gram/kg BB.
Untuk suplementasi vitamin, sesuai kebutuhan saja, terutama bagi yang tak dapat
mengonsumsi diet gizi seimbang.
Pemberiannya pun harus dievaluasi secara rutin disesuaikan perubahan status medis, status
nutrisi, dan pemeriksaan laboratorium. ''Perubahan nutrisi harus direncanakan sesuai dengan
evaluasi itu. Penyesuaiannya dapat berupa perubahan pilihan makanan, waktu pemberian
makanan, komposisi nutrien, dan cara pemberian makanannya,'' lanjut Ririn.
Cara pemberian makanan pada terapi nutrisi bagi penderita kanker beragam. Caranya lewat
mulut (oral), lewat pipa, (enteral), dan parenteral. Masing-masing cara punya kelebihan dan
kekurangannya.
Yang paling disukai adalah pemberian lewat oral. Hanya saja, pasien dengan anoreksia dan
perubahan rasa kecap, cara oral menjadi masalah dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Karena itu, penyajian makanan dengan cara ini perlu disiasati agar membangkitkan nafsu
makan dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Makanan diberikan sedikit tapi sering dengan kandungan tinggi kalori dan protein. Mereka
yang terganggu rasa kecapnya, makanan diberi bumbu lebih banyak dengan bentuk dan
aroma yang baik. Bagi penderita dengan gangguan menelan dan sariawan, makanan
diberikan dalam bentuk lembut.
Bila dengan cara oral tak dapat diterima, maka makanan diberikan cara lewat pipa. Saluran
pipa ini digunakan lewat hidung sebagai cara termudah. Pipa itu bermuara di lambung
maupun usus halus tergantung lokasi tumor.
Pemberian makanan lewat parenteral perlu pertimbangan lebih khusus, terutama pada
gangguan fungsi saluran cerna dan operasi pemotongan usus. Cara ini biasanya lewat
pembuluh darah balik, otot, dan kulit. Namun, cara suntikan itu lebih mahal dan memiliki efek
samping nutrisi yang cukup besar.
http://www.republika.co.id/asp/kirim_berita.asp?
id=157064&kat_id=105&edisi=Cetak

Anda mungkin juga menyukai