Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendekatan Keluarga

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan

sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya

dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan

di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah

kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat

karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:

2.1.1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan

orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota

keluarga.

2.1.2 Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan

meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

2.1.3 Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

6
2.1.4 Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

2.1.5 Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah

untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang

kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:

 Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya

 Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat

 Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

 Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarganya

 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

Pendekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan

pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan

Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut:

1. Kunjungan keluarga untuk penda- taan/pengumpulan data Profil Kesehatan

Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.

2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan

preventif.

3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung.

4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk

pengorganisasian/pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.

7
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan

data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (family folder). Dengan demikian,

pelaksanaan upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) harus diintengrasikan ke

dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya

mengandalkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada sebagaimana selama

ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan,

bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBM-

UKBM yang ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan

masih kurang efektif. Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, Puskesmas akan dapat

mengenali masalah-masalah kesehatan (dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat-PHBS) yang

dihadapi keluarga secara lebih menyeluruh (holistik). Individu anggota keluarga yang perlu

mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM

yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki

kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor risiko lain yang selama ini merugikan

kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas

profesional Puskesmas (gambar 1).

Gambar 1 : Konsep Pendekatan Keluarga

8
Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keluarga di wilayah Puskesmas memiliki

Tim Pembina Keluarga. Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh Puskesmas

yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat

(UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, didasarkan pada data dan infor-

masi dari Profil Kesehatan Keluarga (gambar 2).

Gambar 2 : Mekanisme Interaksi Puskesmas-Keluarga-UKBM

Tujuan dari pendekatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan komprehensif,

meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif

dasar.

2. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) Kabupaten/Kota dan

SPM Provinsi, melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan.

9
3. Mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta JKN.

4. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019.

2.2 Keluarga Sebagai Fokus Pemberdayaan

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari

masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga yang seperti ini disebut rumah

tangga atau keluarga inti (keluarga batih). Sedangkan keluarga yang anggotanya

mencakup juga kakek dan atau nenek atau individu lain yang memiliki hubungan

darah, bahkan juga tidak memiliki hubungan darah (misalnya pembantu rumah

tangga), disebut keluarga luas (extended family). Oleh karena merupakan unit terkecil

dari masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga menentukan

derajat kesehatan masyarakatnya. Sementara itu, derajat kesehatan keluarga sangat

ditentukan oleh PHBS dari keluarga tersebut. Dengan demikian, inti dari

pengembangan desa dan kelurahan adalah memberdayakan keluarga-keluarga agar

mampu mempraktikkan PHBS. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan

atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,

keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan

lingkungan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, menggunakan

air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di

dalam ruangan, dan lain-lain. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana harus dipraktikkan perilaku meminta pertolongan persalinan di fasilitas

10
kesehatan, menimbang balita dan memantau perkembangannya secara berkala,

memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayi, menjadi aseptor keluarga

berencana, dan lain-lain. Di bidang gizi dan farmasi harus dipraktikkan perilaku

makan dengan gizi seimbang, minum Tablet Tambah Darah (TTD) selama hamil,

memberi bayi Air Susu Ibu saja (ASI eksklusif), dan lain-lain. Sedangkan di bidang

pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta dalam jaminan

pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat (UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan sarana kesehatan

lain, dan lain-lain. PHBS harus dipraktikkan di semua bidang kesehatan masyarakat

karena pada hakikatnya setiap masalah kesehatan merupakan hasil perilaku, yaitu

interaksi manusia (host) dengan bibit penyakit atau pengganggu lainnya (agent) dan

lingkungan (environment). Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari fungsi upaya

kesehatan masyarakat (UKM) dari Puskesmas.

Karena keluarga merupakan lembaga terkecil dari masyarakat, maka

pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan

masyarakat yang selama ini dilaksanakan di bidang kesehatan dipandu dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1529/Menkes/SK/X/ 2010 tentang Pedoman

Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Dalam pedoman ini

disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan merupakan kelanjutan

dari pemberdayaan keluarga melalui pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) tatanan rumah tangga. Tujuan dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif itu tidak lain adalah terciptanya Desa Sehat dan Kelurahan Sehat. Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Kegiatan Puskesmas dalam

melaksanakan upaya kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama memang dapat

menghasilkan individu sehat, yang diukur dengan Indikator Individu Sehat (IIS).

11
Tetapi dengan cara ini saja, Kecamatan Sehat akan sulit dicapai. Melalui

pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan di wilayah kerjanya, Puskesmas akan

lebih cepat mencapai Kecamatan Sehat. Dengan mengembangkan dan membina desa

dan kelurahan, Puskesmas melaksanakan pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan

masyarakat. Pemberdayaan keluarga akan menghasilkan keluarga-keluarga sehat yang

diukur dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS). Sedangkan pemberdayaan masyarakat

desa dan kelurahan akan menghasilkan peran serta masyarakat berupa UKBM seperti

Posyandu, Posbindu, Polindes, Pos UKK, dan lain-lain.

Sementara itu, kegiatan Puskesmas dalam pelaksanaan pembangunan wilayah

berwawasan kesehatan akan menghasilkan tatanan-tatanan sehat, seperti sekolah

sehat, pasar sehat, kantor sehat, masjid dan mushola sehat, dan lain-lain yang diukur

dengan Indikator Tatanan Sehat (ITS), dan masyarakat sehat yang diukur dengan

Indikator Masyarakat Sehat (IMS). Kesemua upaya Puskesmas tersebut akhirnya akan

bermuara pada terciptanya Kecamatan Sehat, seperti pada skema gambar 3.

Gambar 3 : Upaya Puskesmas Untuk Mencapai Kecamatan Sehat

12
Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan dalam Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Dalam Renstra disebutkan

bahwa salah satu acuan bagi arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan

pendekatan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continuum

of care). Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh

tahapan siklus hidup manusia (life cycle), sejak masih dalam kandungan, sampai 26

lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa

muda (usia produktif), dan akhirnya menjadi dewasa tua atau usia lanjut (lihat gambar

4).

Gambar 4 : Pendekatan siklus hidup untuk mencapai keluarga sehat

13
Untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan terhadap

seluruh tahapan siklus hidup manusia, maka fokus pelayanan kesehatan harus pada keluarga.

Dalam pemberian pelayanan kesehatan, individu-individu harus dilihat dan diperlakukan

sebagai bagian dari keluarganya. Melalui pendekatan keluarga, yaitu mengunjungi setiap

keluarga di wilayah kerja, diharapkan Puskesmas dapat menangani masalah-masalah

kesehatan dengan pendekatan siklus hidup (life cycle). Dengan demikian, upaya mewujudkan

Keluarga Sehat menjadi titik awal terwujudnya masyarakat sehat seperti pada skema gambar

5.

Gambar 5 : Pelayanan Puskesmas terintegrasi dan mengikuti siklus hidup

Hal ini berarti pula bahwa keberhasilan upaya membina PHBS di keluarga merupakan

kunci bagi keberhasilan upaya menciptakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, Indikator

Keluarga Sehat sebaiknya dapat sekaligus digunakan sebagai Indikator PHBS.

14
2.3 Pelaksanaan Pendekatan Keluarga

Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan

anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga

terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut

dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga

sehat atau tidak digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka

pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama

untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

Adalah keluarga dengan pasangan suami istri usia subur yang

mengikuti program KB sebagai usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak

anak yang diinginkan. Adapun jenis-jenis KB, yaitu:

1.1 Kontrasepsi sederhana

1.2.1.1 Kontrasepsi sederhana tanpa alat terdiri dari Metode Amenore

Laktasi (MAL), Coitus interuptus, Metode Kalender, Metode

Suhu Basal Badan, dan Simptotermal.

1.2.1.2 Kontrasepsi sederhana dengan alat terdiri dari kondom,

diafragma, dan spermisida

1.2 Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal terdiri dari 2, yaitu kombinasi (mengandung hormone

progesterone dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesterone saja.

1.3 Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

15
Kontrasepsi dengan AKDR dibagi menjadi 2, yaitu AKDR yang

mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung

hormon.

1.4 Kontrasepsi mantap

Kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam, yaitu Metode Operatif Wanita

(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).

1.5 Kontrasepsi darurat

Kontrasepsi darurat terdiri dari 2 macam, yaitu pil dan AKDR.

2. Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan

Adalah persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Meningkatnya

proporsi ibu bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah

langkah awal yang terpenting untuk mengurangi kematian ibu dan kematian

neonatal dini. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan

perlatan yang aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi

dan bahaya kesehatan lainnya.

3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap

Adalah bayi dan balita usia 0-18 bulan yang sudah mendapat imunisasi

lengkap dan sesuai jadwal berdasarkan rekomendasi Ikadan Dokter Anak

Indonesia tahun 2017.

16
Gambar 6 : Jadwal Imunisasi seusai rekomendasi IDAI 2017

4. Bayi mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif

Adalah bayi pada usia 0 – 6 bulan hanya diberi ASI sejak lahir sampai

usia 6 bulan, tidak diberi makanan tambahan dan minuman lain kecuali

pemberian air putih untuk minum obat saat bayi sakit. ASI banyak

mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi dalam ASI sesuai

kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan.

ASI mengandung zat kekebalan sehingga mampu melindungi bayi dari alergi.

Keuntungan menyusui bagi bayi:

4.1 Ditinjau dari aspek gizi

Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh

kembang yang optimal. Mudah diserap dan dicerna.

4.2 Ditinjau dari aspek imunologi

Bayi tidak sering sakit. ASI mengandung kekebalan antara lain imunitas

seluler yaitu leukosit sekita 4000/ml, misal IgA-enzim pada ASI yang

mempunyai efek antibakteri misalnya lisozim, katalase, dan peroksidase.

17
4.3 Ditinjau dari aspek psikologis

Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengang. Pemberian ASI mendekatkan

hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting

untuk mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai orang

lain/ibu dan akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.

5. Pertumbuhan balita dipantau

Adalah menimbang bayi dan balita usia 2 – 59 bulan 29 hari setiap bulan dan

dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Penimbangan balita dimaksudkan untuk

memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada

kondisi gizi kurang atau gizi buruk. Setelah balita ditimbang di buku KIA atau KMS

maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak turun. Naik apabila garis

pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna diatasnya. Tidak naik bila garis

pertumbuhannya mendatar dan garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih

muda. Bila balita mengalami gizi kurang makan akan dijumpai tanda-tanda:

 Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus

 Mudah sakit

 Tampak lesu dan lemah

 Mudah mengisi dan rewel

6. Penderita tuberkulosis paru yang berobat sesuai standar

Adalah apabila anggota keluarga yang berusia >15 tahun menderita batuk selama

2 minggu berturut-turut belum sembuh atau didiagnosis sebagai penderita tuberculosis

(TB) paru, dan penderita tersebut berobat sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas

kesehatan lainnya.

18
7. Penderita hipertensi yang berobat teratur

Adalah apabila anggota keluarga yang berusia >15 tahun yang didiagnosis

sebagai penderita tekanan darah tinggi (hipertensi), dan berobat teratur sesuai dengan

petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.

8. Penderita gangguan jiwa berat diobati dan tidak ditelantarkan

Adalah apabila anggota keluarga mengalami gangguan jiwa berat tidak

diterlantarkan dan diupayakan kesembuhannya dengan rutin berobat dan kontrol ke

dokter jiwa.

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

Adalah anggota keluarga yang tidak merokok di dalam mapupun di luar

rumah. Tidak merokok di dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan anggota

keluarga lainnya sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatan. Sementara

tidak merokok di luar rumah dimaksudkan menghargai tetangga maupun lingkungan

lainnya yang sebagai perokok pasif. Karena dalam satu batang rokok yang dihisap

akan dikeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, salah satunya seperti nikotin.

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Adalah seluruh anggota keluarga yang sudah memiliki kartu JKN untuk

memudahkan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.

19
11. Keluarga memiliki akses atau menggunakan sarana air bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh

manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan

untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain

untuk minum, masak, mandi, dan mencuci (bermacam-macam cucian). Air yang kita

digunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan

lantai, mencuci pakaian, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, tidak terkena

penyakit atau terhindar dari penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui

indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba). Meski terlihat bersih,

air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100

°C (saat mendidih).

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban keluarga

Adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan jamban/WC dengan

tangki septik atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir. Misalnya

buang air besar di jamban dan membuang tinja bayi secara benar. Penggunaan jamban

akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban

mencegah pencemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban yang sehat juga

memiliki syarat seperti tidak mencemari sumber air, tidak berbau, mudah dibersihkan

dan penerangan dan ventilasi yang cukup.

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat

(IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator,

20
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan

pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.

2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.

3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family

folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga

dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen

rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban

sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik

individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi

individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis,

dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau

pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-

lain).

2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,

leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga

sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Forum komunikasi yang

digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum

berikut.

a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja

Puskesmas.

21
b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan

focus group discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.

c. Kesempatan konseling di UKBM- UKBM (Posyandu, Posbindu,

Pos UKK, dan lain-lain).

d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis

taklim, rembug desa, selapanan, dan lain-lain.

Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan

dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut:

a. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu,

kader Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.

b. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus

PKK, pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-

lain.

22

Anda mungkin juga menyukai