Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

UPTD PUSKESMAS ULEE KARENG


PERIODE 29 JANUARI–11 FEBUARI 2018

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Klinik


di SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

disusun oleh :
Nurul Aliyah
1507101030083

Pembimbing:
dr. Suraiya
dr. Ariefa Elvidha Rahim

SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018

1
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
UPTD PUSKESMAS ULEE KARENG
PERIODE 15 JANUARI S/D 28 JANUARI 2018

Disusun Oleh:

Nurul Aliyah
1507101030083

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian FamilyMedicine Fakultas Kedokteran Unsyiah
di UPTD PuskesmasUlee Kareng
Kota Banda Aceh

Disahkan Oleh :
Banda Aceh, 10 Februari 2018
Pembimbing I

dr. Ariefa Evildha Rahim


NIP. 19840906 201103 2 001

Mengetahui
Kepala Bagian FamilyMedicine
FK UNSYIAH
Kepala UPTD PuskesmasUlee Kareng

dr. Suraiya
dr.NIP.
Hendra Kurniawan,
19681021 200212 M.Sc
2 004
NIP. 19820305 200812 1 004

Kepala Bagian Family Medicine

KATA PENGANTAR

Rina KATA
SuryaniPENGANTAR
Oktari, S.Kep., M.Si
NIP. 19831012 201404 2 001

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas
Kedokteran Unsyiah di UPTD Puskesmas Ulee Kareng periode 15 januari – 28
januari 2018.
Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang ada, bimbingan dan
hasil pengamatan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Ulee Kareng selama
mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Kepala
UPTD Puskesmas Ulee Kareng yang sekaligus dokter pembimbing saya dr.
Suraiya dan dr. Ariefa Elvidha Rahim beserta seluruh staf yang telah banyak
membimbing saya mulai pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini, juga
kepada teman-teman dokter muda yang telah turut memberikan kontribusinya
berupa ide, semangat dan dukungan moral, tak lupa pula kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
Saya menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, 10 Febuari 2018

Penulis

3
4

LAMPIRAN I
PROMOSI KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN INDOOR
PENYAKIT DIARE

I. Latar belakang
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Semua kelompok
usia beresiko terkena penyakit diare, akan tetapi penyakit berat dengan kematian
yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak usia di bawah lima tahun (balita).1
Hasil Riskesdas 2014, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi
(31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua usia
merupakan penyebab keatian yang ke empat (13,2%).2
Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena
penyakit ini.1 Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di
negara berkembang. Sekitar ¾ dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO,
yaitu Afrika dan Asia Tenggara. Kematian balita lebih sering terjadi di daerah
pedesaan, kelompok ekonomi dan pendidikan rendah. Sebanyak ¾ kematian anak
umumnya disebabkan penyakit yang dapat dicegah, seperti kondisi neonatal,
pneumonia, diare, malaria, dan measles.1
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi.
Diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100 penduduk setiap tahunnya. Kematian
terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. 70-80%
penderita adalah mereka yang berusia balita. (Paramitha, Soprima, & Haryanto,
2010).
Secra nasional angka kematian Case Fatality Rate (CFR) pada Kejadian
Luar Biasa (KLB) diare pada tahun 2014 sebesar 1,14%, sedangkat target CFR
pada KLB diare diharapkan <1%. Dengan demikian secara nasional, CFR KLB
diare tidak mencapai target program.
Salah satu langkah dalam pencapaian target Sustainable Development
Goals (SDGs) (Goal ke 3) yakni target system kesehatan nasional, dengan upaya
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seuruh Negara
berusaha menurunkan angka kematian balita 25 per 1.000 KH. Berdasarkan

5
6

survey Kesehatan Rumah Tnagga (SKRT), studi mortalitas dan Riset Kesehatan
Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adaah tata
laksana yang tidak tepat baik dirumah maupun disarana kesehatan. Untuk
menurunkkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menjadikan Diare
sebagai tema promosi kesehatan agar dapat diketahuinya definisi, tanda, cara
pencegahan dan tatalaksana yang tepat dirumah untuk Diare.

II. Tujuan
1. Menjelaskan tentang penyakit Diare
2. Menjelaskan bagiamana gejala Diare
3. Menjelaskan bagaimana mengobati Diare
4. Mengedukasi bagaimana pencegahan Diare

III. Tempat, Waktu, dan Peserta


Tempat : Puskesmas Ulee Kareng
Tanggal : 1 Febuari 2018
Pukul : 08.00 WIB
Peserta : Ibu-ibu, Bapak bapak dan anak serta tenaga kesehatan di
puskesmas

IV. Metode Penyuluhan


Metode penyuluhan yang dilakukan adalah dengan cara komunikasi
langsung dengan pasien yang sedang menunggu untuk berbat di ruang tunggu
Puskesmas Lampulo dan membagikan brosur (leaflet) yang berisi materi terkait
penyakit Diare, kemudian menjelaskan materi tersebut kepada mereka. Setelah
penjelasan tentang materi selesai, pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan.Metode kegiatan penyuluhan
dibagi dalam 3 tahap yaitu:
a. Tahap pengenalan dan penggalian pengetahuan peserta
Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi
disampaikan, serta meminta kesediaan waktu dari peserta.
7

b. Penyampaian Materi
Materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu penyajian berupa
leaflet.
c. Penutup
Setelah penyampaian materi, penyaji memberikan kesempatan peserta untuk
bertanya terkait dengan materi yang telah disampaikan.

V. Materi Penyuluhan
A. Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak
yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada
anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta
dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus
(Enterokolitis) (Wong, 2008).

B. Penyebab
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll
8

C. Cara Penularan dan Faktor Risiko


Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau
tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan
Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit
diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK)
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita
yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi
/ malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi /
imunosupresi dan penderita campak

D. Gejala Klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya
bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik.
Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah.
Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
9

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung


sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit
ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan
hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena
dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma
dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau
dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

E. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi
usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
10

mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus
segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan
melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi


Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk diinfus. (Kemenkes RI, 2011)

Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila
terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).
2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
11

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat
anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri
ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes
RI, 2011).
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
12

ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan
bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari

F. Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006)
adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir.
Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Flora usus pada bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab diare (Depkes RI, 2006).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu
formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).
13

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI


Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut
merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian
makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes
RI, 2006).
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan
pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan
tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam
makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan
makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun,
memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali
sehari dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin.
b) Menambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur,
ikan, daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak
dengan sendok yang bersih.
c) Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar
sebelum diberikan kepada anak (Depkes RI, 2006)
3. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut,
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari
tangan, makanan yang disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air
tercemar (Depkes RI, 2006).
14

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar


bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes
RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah :
a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan,
membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber
yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas
sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan
gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.
(Depkes RI, 2006)
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan
anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare
(Depkes RI, 2006).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga.
15

b) Bersihkan jamban secara teratur.


c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air
besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan
tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari
buang air besar tanpa alas kaki.
(Depkes RI, 2006)
6. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya.
Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada
anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan
benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
a) Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun
atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
b) Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih
dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas
wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan
seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
c) Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya
(Depkes RI, 2006)
7. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak
segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9
bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari
penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga
harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah
penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan
tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio
(Depkes RI, 2006).
16

G. Penutupan
Penyuluhan telah dilakukan kepada pengunjung di Puskesmas Ulee
Kareng. Tanggapan para peserta penyuluhan sangat baik dalam menyimak materi
tersebut. Adapun harapan yang ingin dicapai oleh penulis dengan adanya
penyuluhan ini adalah agar peserta dapat mengetahui mengenai penyakit Diare
sehingga mereka dapat mencegah pemyakit tersebut dan dapat menerapkan pola
hidup yang baik dan benar.

H. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan


17

I. Daftar Pustaka
1. Depkes, R. I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen
Ppm Dan Pl; 2010
2. 10. Notoadmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta;
2010
3. WHO, 2015, Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut Petunjuk
Praktis, diterjemahkan oleh Petrus Andrianto, EGC, Jakarta.
4. Depkes RI. (2015). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas.
Depkes RI.
5. Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi Jilid I.
Jakarta: IDAI.
6. Mansjoer,Arif, dkk., (2005). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.
Jakarta: Medica Aesculpalus FKUI.
7. Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC
8. Soegijanto S. 2006. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan
Penatalaksanaan”. Surabaya: Airlangga University Press.
18

Lampiran
Leaflet Diare

Banda Aceh, Januari 2018

Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing II

dr. Roosmy SF dr. Maulana Mufti dr. Muhammad. MPH


NIP.196411162001122001 NIP. 800/SKP/44/2016 NIP.1972101820021121002

Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Lampulo

Hayatun Rahmi, S.KM


NIP. 19670703 199805 2 001
19

HOME VISITE
Berkas Pasien

Nama fasilitas pelayanan : Puskesmas Ulee Kareng


Nomor rekam medis :
Pasien ke : 1 dalam keluarga

DATA ADMINISTRASI
Tanggal : 06 Februari 2018
Nama : Nurul Aliyah
NIM :1507101030083

Pasien Keterangan
Nama Abdul Rasyid
Umur 67 tahun
Alamat Ulee Kareng
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan
danetnik(bilaperlu) SMA
Pekerjaan Swasta
Status Perkawinan Duda
Kedatangan yang ke-
Pengobatan Sudah ada
sebelumnya
Alergi obat -
Sistem pembayaran JKN

DATA PELAYANAN

ANAMNESIS

A. Alasan kedatangan/keluhan utama


Pasien mengeluhkan sering lemas.

20
21

B. Keluhan lain/tambahan
Pasien mengeluhkan sering buang air kecil serta mudah haus dan lapar.
Pasien juga mengeluhkan batuk dan pilek.
C. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan sering merasa lemas sudah sejak 3 tahun yang lalu.
Lemas dirasakan sepanjang hari, terutama setelah melakukan aktivitas berat.
Selain itu, pasien mengeluhkan sering buang air kecil, mudah haus, dan lapar.
Pasien sudah didiagnosis DM tipe II sejak 3 tahun yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan batuk pilek. Batuk pilek sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu.
Batuk pilek dirasakan terus menerus. Riwayat alergi disangkal.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat DM sejak 3 tahun yang lalu. Pasien juga pernah
mengalami batuk dan pilek sebelumnya.
E. Riwayat penyakit keluarga
Ayah kandung pasien menderita hipertensi. Ibu kandung pasien menderita
DM.
F. Riwayat penggunaan obat
Pasien mengkonsumsi obat-obatan DM, namun tidak teratur. Obat yang
dikonsumsi pasien adalah Metformin.
G. Riwayat kebiasaan sosial
Pasien merupakan seorang pekerja swasta dengan aktivitas sedang. Pasien
perokok berat dan suka makan makanan yang berlemak dan minum kopi.
Pasien juga mengaku jarang berolahraga.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum, tanda-tanda vital, dan status gizi
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Frekuensi Jantung : 90 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 18 x/menit
Temperatur : 36,80C (aksila)
IMT : 22,89 kg/m2 (Normal)
22

B. Status generalis
Mata : Pupil isokor
Konjungtiva : Hiperemis (-), anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
THT : Dbn
Paru : Dbn
Jantung : Dbn
Abdomen : Dbn
Punggung : Dbn
Ekstremitas : Dbn
Status neurologis : Dbn
C. Status lokalis
Telinga : CAE lapang, sekret (-/-), MT intak
Hidung : Tampak mukosa hidung berwarna kemerahan, sekret (+/+)
Lidah : Lidah kotor (-), papil atrofi (-)
Faring : Arkus faring simetris, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium darah
Kadar Gula Darah Sewaktu: 220 g/dL

PEMERIKSAAN HOLISTIK
Aspek personal :
Pasien mengeluhkan sering merasa lemas sudah sejak 3 tahun yang lalu. Lemas
dirasakan sepanjang hari, terutama setelah melakukan aktivitas berat. Selain itu,
pasien juga mengeluhkan sering buang air kecil, mudah haus, dan lapar. Pasien
sudah didiagnosis DM tipe II sejak 3 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
batuk pilek. Batuk pilek sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Batuk pilek
dirasakan terus menerus. Riwayat alergi disangkal.
23

Aspek klinik:
Diagnosa Klinis (biologis) : DM tipe II tanpa insulin + Common cold
Diagnosis Psikologis : Baik
Diagnosis Intelektual : Baik
Diagnosis Sosial : Baik
Diagnosis Nutrisi : Status nutrisi baik
Aspek risiko internal:
Pasien perokok berat dan suka makan makanan yang berlemak dan minum kopi.
Pasien juga mengaku jarang berolahraga.
Aspek risiko eksternal:
Pasien tinggal di lingkungan yang dekat dengan warung kopi.
Derajat fungsional:
Derajat fungsional dua (2) dimana pasen mulai mengalami kesulitan melakukan
aktivitas berat.

RENCANA PENATALAKSAAN PASIEN


1. Health promotion :
Mengedukasi pasien untuk:
- Memakan makanan bergizi
- Memperhatikan personal hygiene
- Olahraga teratur (minimal 30 menit sehari)
- Berhenti merokok
- Mengurangi konsumsi kopi dan makanan berlemak
- Kelola stres
- Kontrol kesehatan secara berkala
2. Specific protection:
- Mengatur pola hidup bersih dan sehat
- Meminum obat DM secara teratur
- Menganjurkan pasien untuk berhenti merokok
3. Early diagnosis and prompt treatment:
- Metformin 3x500 mg (setelah makan)
- Paracaetamol 3x500 mg
- GG 3x1
24

4. Disabillity limitation:
- Membatasi asupan tinggi garam, gula, dan kolestrol.
- Berhenti merokok
5. Rehabilitasi:
Untuk saat ini, pasien belum perlu dilakukan rehabilitasi.

FOLLOW UP
KUNJUNGAN KEDUA
A. Subjektif : Keluhan pasien sudah mulai berkurang.
B. Keadaan umum, tanda-tanda vital, dan status gizi
Keadaaan umum : Compos mentis
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
IMT : 22,89 kg/m2
Status gizi : Baik
C. Status generalis
Mata : Pupil isokor
Konjungtiva : Hiperemis (-), anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
THT : Dbn
Paru : Dbn
Jantung : Dbn
Abdomen : Dbn
Punggung : Dbn
Ekstremitas : Dbn
Status neurologis : Dbn
D. Status lokalis
Telinga : CAE lapang, sekret (-/-), MT intak
Hidung : Sekret (-/-)
Lidah : Lidah kotor (-), papil atrofi (-)
Faring : Arkus faring simetris, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1
25

Leher : Pembesaran KGB (-)

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGOBATAN


1. Faktor pendukung:
Pasien dan keluarganya termasuk kooperatif dalam hal hidup bersih dan
sehat.
2. Faktor penghambat:
Pasien masih sulit dalam pengaturan diet dan rutin berolahraga.
Berkas Pasien

Nama fasilitas pelayanan : Puskesmas Ulee Kareng


Nomor rekam medis :
Pasien ke : 2 dalam keluarga

DATA ADMINISTRASI
Tanggal : 06 Februari 2018
Nama : Nurul Aliyah
NIM :1507101030083

Pasien Keterangan
Nama Zakaria
Umur 27 Tahun
Alamat Ulee Kareng
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan
danetnik(bilaperlu) S1
Pekerjaan PNS
Status Perkawinan Belum Menikah
Kedatangan yang ke-
Pengobatan Sudah ada
sebelumnya
Alergi obat -
Sistem pembayaran JKN

DATA PELAYANAN

ANAMNESIS

A. Alasan kedatangan/keluhan utama


Pasien mengeluhkan batuk.

26
27

B. Keluhan lain/tambahan
Selain batuk, pasien mengeluhkan pilek. Terkadang demam dan bersin-
bersin.
C. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk. Batuk sudah dialami sejak 1 minggu
terakhir. Batuk dirasakan terus menerus, tidak dipengaruhi oleh cuaca
maupun debu. Batuk dirasakan berdahak dengan dahak berwarna putih dan
kental. Selain itu, pasien juga mengeluhkan pilek, demam, dan bersin. Pilek
dirasakan terus menerus dengan ingus berwarna putih kental. Demam
dirasakan hanya di 3 hari pertama dan menghilang dengan sendirinya.
Demam yang dirasakan cukup tinggi. Bersin dialami sesekali apabila pasien
merasa hidungnya gatal. Riwayat alergi disangkal.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit seperti saat ini sebelumnya. Riwayat DM
dan hipertensi disangkal.
E. Riwayat penyakit keluarga
Awalnya, hanya pasien yang mengalami penyakit ini. Lama kelamaan
menular anggota keluarga lainnya. Ayah kandung pasien menderita DM. Ibu
pasien menderita hipertensi.
F. Riwayat penggunaan obat
Pasien belum pernah berobat ke dokter untuk mengatasi keluhannya.
G. Riwayat kebiasaan sosial
Pasien merupakan seorang PNS dengan aktivitas sedang. Pasien memiliki
kebiasaan merokok 1 bungkus per hari. Pasien juga suka mengonsumsi
makanan tinggi kolestrol. Pasien mengaku jarang berolahraga dan akhir-akhir
ini sering stres di kantor karena pekerjaan.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum, tanda-tanda vital, dan status gizi
Keadaaan umum : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
28

Nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 22,03 kg/m2
Status gizi : Baik
B. Status generalis
Mata : Pupil isokor
Konjungtiva : Hiperemis (-), anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
THT : Dbn
Paru : Dbn
Jantung : Dbn
Abdomen : Dbn
Punggung : Dbn
Ekstremitas : Dbn
Status neurologis : Dbn
C. Status lokalis
Telinga : CAE lapang, sekret (-/-), MT intak
Hidung : Tampak mukosa hidung berwarna kemerahan, sekret (+/+)
Lidah : Lidah kotor (-), papil atrofi (-)
Faring : Arkus faring simetris, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN HOLISTIK
Aspek personal :
Pasien datang dengan keluhan batuk. Batuk sudah dialami sejak 1 minggu
terakhir. Batuk dirasakan terus menerus, tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun
debu. Batuk dirasakan berdahak dengan dahak berwarna putih dan kental. Selain
29

itu, pasien juga mengeluhkan pilek, demam, dan bersin. Pilek dirasakan terus
menerus dengan ingus berwarna putih kental. Demam dirasakan hanya di 3 hari
pertama dan menghilang dengan sendirinya. Demam yang dirasakan cukup tinggi.
Bersin dialami sesekali apabila pasien merasa hidungnya gatal. Riwayat alergi
disangkal.
Aspek klinik:
Diagnosa Klinis (biologis) : Common cold
Diagnosis Psikologis : Stress ringan
Diagnosis Intelektual : Baik
Diagnosis Sosial : Baik
Diagnosis Nutrisi : Baik
Aspek risiko internal:
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM di keluarganya. Pasien memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kolestrol dan merokok.
Aspek risiko eksternal:
Pasien tinggal di lingkungan yang dekat dengan warung kopi.
Derajat fungsional:
Derajat fungsional satu (1) dimana pasien tidak mengalami kesulitan melakukan
aktivitas sehari-hari.

RENCANA PENATALAKSAAN PASIEN


1. Health promotion :
Mengedukasi pasien untuk:
- Memakan makanan bergizi
- Memperhatikan personal hygiene
- Olahraga teratur (minimal 30 menit sehari)
- Berhenti merokok
- Mengurangi konsumsi makanan berlemak
- Kelola stres
- Kontrol kesehatan secara berkala
2. Specific protection:
- Mengatur pola hidup bersih dan sehat
30

- Mengelola stres dengan menciptakan pikiran yang lebih positif


- Menganjurkan pasien untuk berhenti merokok
3. Early diagnosis and prompt treatment:
- Paracaetamol 3x500 mg
- GG 3x1
- Vitamin C 1x1
4. Disabillity limitation:
- Membatasi asupan tinggi garam, gula, dan kolestrol
- Berhenti merokok
5. Rehabilitasi:
Pada pasien ini belum perlu untuk dilakukan rehabilitasi.

FOLLOW UP
KUNJUNGAN KEDUA
A. Subjektif : Keluhan pasien sudah mulai berkurang.
B. Keadaan umum, tanda-tanda vital, dan status gizi
Keadaaan umum : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
IMT : 22,03 kg/m2
Status gizi : Baik
C. Status generalis
Mata : Pupil isokor
Konjungtiva : Hiperemis (-), anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
THT : Dbn
Paru : Dbn
Jantung : Dbn
Abdomen : Dbn
Punggung : Dbn
Ekstremitas : Dbn
Status neurologis : Dbn
31

D. Status lokalis
Telinga : CAE lapang, sekret (-/-), MT intak
Hidung : Sekret (-/-)
Lidah : Lidah kotor (-), papil atrofi (-)
Faring : Arkus faring simetris, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGOBATAN


1. Faktor pendukung:
Pasien dan keluarganya termasuk kooperatif dalam hal hidup bersih dan
sehat.
2. Faktor penghambat:
Pasien masih sulit dalam pengaturan diet dan rutin berolahraga.
Berkas Pasien

Nama fasilitas pelayanan : Puskesmas Ulee Kareng


Nomor rekam medis :
Pasien ke : 3 dalam keluarga

DATA ADMINISTRASI
Tanggal : 06 Februari 2018
Nama : Nurul Aliyah
NIM :1507101030083

Pasien Keterangan
Nama Siti Maghfirah
Umur 25 Tahun
Alamat Ulee Kareng
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan
danetnik(bilaperlu) SMA
Pekerjaan Tidak bekerja
Status Perkawinan Belum menikah
Kedatangan yang ke-
Pengobatan Sudah ada
sebelumnya
Alergi obat -
Sistem pembayaran JKN

DATA PELAYANAN

ANAMNESIS

A. Alasan kedatangan/keluhan utama


Pasien mengeluhkan batuk.

32
33

B. Keluhan lain/tambahan
Selain batuk, pasien mengeluhkan pilek. Terkadang demam dan bersin-
bersin.
C. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk. Batuk sudah dialami sejak 5 hari
terakhir. Batuk dirasakan terus menerus, tidak dipengaruhi oleh cuaca
maupun debu. Batuk dirasakan berdahak dengan dahak berwarna putih dan
kental. Selain itu, pasien juga mengeluhkan pilek, demam, dan bersin. Pilek
dirasakan terus menerus dengan ingus berwarna putih kental. Demam
dirasakan hanya di 3 hari pertama dan menghilang dengan sendirinya.
Demam yang dirasakan cukup tinggi. Bersin dialami sesekali apabila pasien
merasa hidungnya gatal. Riwayat alergi disangkal.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit seperti saat ini sebelumnya. Riwayat DM
dan hipertensi disangkal.
E. Riwayat penyakit keluarga
Awalnya, abang pasien yang mengalami penyakit ini. Lama kelamaan
menular anggota keluarga lainnya. Ayah kandung pasien menderita DM. Ibu
pasien menderita hipertensi.
F. Riwayat penggunaan obat
Pasien belum pernah berobat ke dokter untuk mengatasi keluhannya.
G. Riwayat kebiasaan sosial
Pasien merupakan seorang wanita dengan aktivitas sedang. Pasien suka
mengonsumsi makanan tinggi kolestrol. Pasien mengaku jarang berolahraga.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum, tanda-tanda vital, dan status gizi
Keadaaan umum : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 150 cm
34

IMT : 26,6 kg/m2


Status gizi : Overweight
B. Status generalis
Mata : Pupil isokor
Konjungtiva : Hiperemis (-), anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
THT : Dbn
Paru : Dbn
Jantung : Dbn
Abdomen : Dbn
Punggung : Dbn
Ekstremitas : Dbn
Status neurologis : Dbn
C. Status lokalis
Telinga : CAE lapang, sekret (-/-), MT intak
Hidung : Tampak mukosa hidung berwarna kemerahan, sekret (+/+)
Lidah : Lidah kotor (-), papil atrofi (-)
Faring : Arkus faring simetris, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
D. Riwayat reproduksi
Pasien dengan riwayat reproduksi G0 P2 A0 . Anak pertama lahir cukup bulan
dengan BBL 3000 gram, lahir per vaginam di bidan desa. Anak kedua lahir
cukup bulan dengan BBL 2900 gram, lahir per vaginam di bidan desa.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN HOLISTIK
Aspek personal :
Pasien datang dengan keluhan batuk. Batuk sudah dialami sejak 5 hari terakhir.
Batuk dirasakan terus menerus, tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun debu.
Batuk dirasakan berdahak dengan dahak berwarna putih dan kental. Selain itu,
35

pasien juga mengeluhkan pilek, demam, dan bersin. Pilek dirasakan terus
menerus dengan ingus berwarna putih kental. Demam dirasakan hanya di 3 hari
pertama dan menghilang dengan sendirinya. Demam yang dirasakan cukup
tinggi. Bersin dialami sesekali apabila pasien merasa hidungnya gatal. Riwayat
alergi disangkal.
Aspek klinik:
Diagnosa Klinis (biologis) : Common cold
Diagnosis Psikologis : Baik
Diagnosis Intelektual : Baik
Diagnosis Sosial : Baik
Diagnosis Nutrisi : Overweight
Aspek risiko internal:
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan DM di keluarganya. Pasien memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kolestrol.
Aspek risiko eksternal:
Tidak ada fakor risiko eksternal yang perlu diperhatikan.
Derajat fungsional:
Derajat fungsional satu (1) dimana pasien tidak mengalami kesulitan melakukan
aktivitas sehari-hari.

RENCANA PENATALAKSAAN PASIEN


1. Health promotion :
Mengedukasi pasien untuk:
- Memakan makanan bergizi
- Memperhatikan personal hygiene
- Olahraga teratur (minimal 30 menit sehari)
- Menghindari asap rokok
- Mengurangi konsumsi makanan berlemak
- Kelola stres
- Kontrol kesehatan secara berkala
2. Specific protection:
- Mengatur pola hidup bersih dan sehat
36

- Mengelola stres dengan menciptakan pikiran yang lebih positif


- Menjauhi asap rokok apabila ayah dan abangnya sedang merokok

3. Early diagnosis and prompt treatment:


- Paracaetamol 3x500 mg
- GG 3x1
- Vitamin C 1x1
4. Disabillity limitation:
- Membatasi asupan tinggi garam, gula, dan kolestrol
- Menjauhi asap rokok
5. Rehabilitasi:
Pada pasien ini belum perlu untuk dilakukan rehabilitasi.

FOLLOW UP
KUNJUNGAN KEDUA
A. Subjektif : Keluhan pasien sudah mulai berkurang.
B. Keadaan umum, tanda-tanda vital, dan status gizi
Keadaaan umum : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 20x/menit
IMT : 26,6 kg/m2
Status gizi : Overweight
C. Status generalis
Mata : Pupil isokor
Konjungtiva : Hiperemis (-), anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
THT : Dbn
Paru : Dbn
Jantung : Dbn
Abdomen : Dbn
Punggung : Dbn
Ekstremitas : Dbn
37

Status neurologis : Dbn


D. Status lokalis
Telinga : CAE lapang, sekret (-/-), MT intak
Hidung : Sekret (-/-)
Lidah : Lidah kotor (-), papil atrofi (-)
Faring : Arkus faring simetris, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGOBATAN


1. Faktor pendukung:
Pasien dan keluarganya termasuk kooperatif dalam hal hidup bersih dan
sehat.
2. Faktor penghambat:
Pasien masih sulit dalam pengaturan diet dan rutin berolahraga.
38

GENOGRAM

Pasien

Keterangan:

: Laki-laki meninggal :Laki-laki hidup

: Perempuan meninggal : Perempuan hidup

: Hipertensi : Diabetes Melitus

: Common cold
39

DOKUMENTASI

Gambar 1. Tampak dalam rumah

Gambar 2. Saat sedang memeriksa pasien


40

Gambar 3. Kondisi dapur pasien

Gambar 4. Kondisi kamar mandi pasien


41

Mengetahui,
Banda Aceh, Februari 2018

Pembimbing:

dr. Ariefa Evildha Rahim


NIP. 19840906 201103 2 001

Disetujui Oleh
Kepala UPTD Puskesmas Ulee Kareng

dr. Suraiya
NIP. 19681021 200212 2 001
42

Anda mungkin juga menyukai