Ny. W 28 tahun datang ke RS Permata dengan keluhan sakit perut sebelah kiri
sampai ke pinggang kiri. Dari hasil pengkajian, nyeri ini muncul tiba-tiba. Dengan
skala 7-8. Pasien mengeluh mual dan muntah sejak 1 hari sebelum MRS, serta sakit
saat buang air kecil. Biasanya untuk menghilangkan sakit di rumah dengan istirahat
dan minum obat sakit. Sakit perut ini sudah dirasakan sejak 3 bulan terakhir namun
hilang timbul. Pasien menyatakan bahwa 2 tahun lalu pernah mengalami kencing
berpasir dan oleh dokter disarankan untuk banyak minum dan beraktivitas. Ny. W
bekerja sebagai guru dan ibu rumah tangga. Jarang berolahraga karena
kesibukannya mengurus anaknya.
1
A. KLARIFIKASI ISTILAH PENTING
1. Mual : sensasi ketidaknyamanan pada perut bagian atas atau belakang
tenggorokan, sering kali disertai dengan dorongan untuk muntah. Mual bisa
merupakan efek samping beberapa obat-obatan, atau suatu gejala penyakit
atau kelainan.
2. Muntah : makanan secara paksa dari perut melalui tenggorokan. Makanan
keluar dari mulut, atau kadang melalui hidung. Muntah dapat terjadi dengan
sengaja atau tidak, dan lebih dilihat sebagai gejala daripada sebuah kondisi
3. Nyeri : digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila
kita mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa
sakit, panas, gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam
B. KATA/PROBLEM KUNCI
1. Ny. W umur 28 tahun
2. Sakit perut sampai ke pinggang kiri
3. Nyeri muncul tiba-tiba
4. Skala nyeri 7-8
5. Mual
6. Muntah
7. Nyeri saat buang air kecil
8. Sakit perut dirasakan sejak 3 bulan terakhir namun hilang timbul
9. Klien pernah mengalami kencing berpasir 2 tahun yang lalu
10. Ny. W bekerja sebagai guru dan ibu rumah tangga.
2
SAKIT PERUT
C. MIND MAP SAMPAI KE
PINGGANG KIRI
3
LEMBAR CEK
D. PERTANYAAN PENTING
1. Apa yang menyebabkan klien menderita sakit perut hingga terasa sampai ke
pinggang kiri?
2. Apa yang menyebabkan klien mengeluh mual muntah?
3. Apa yang menyebabkan klien merasakan nyeri saat buang air kecil?
4. Apa yang menyebabkan klien pernah menderita kencing berpasir?
4
berlebihan zat tersebut berupa endapan urea dan limbah lainnya dalam darah.
Akumulasi zat urea dalam jumlah yang banyak ini mengakibatkan
hidronefrosis atau penggelembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap
ginjal karena aliran kemih terhenti. Karena ada tekanan balik terhadap ginjal
ini maka akan mengakibatkan adanya distensi pada saluran kemih bahkan
terasa sampai daerah abdomen, sehingga pasien pada kasus diatas merasakan
mual dan muntah.
3. Disebabkan karena adanya endapan yang dihiasilkan oleh proses kristalisasi
zat-zat berbahaya dalam urin yang tidak terbuang yang menyebabkan
terbentuknya calculi atau benda-benda padat seperti batu, yang kemudian
akan bertumpuk di dalam saluran kemih sehingga menghambat aliran urine
yang keluar. Terhalangnya saluran urine tersebut bisa menyebabkan pasien
pada kasus di atas merasakan nyeri saat berkemih.
4. Seperti yang telah dijelaskan tadi pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya
dimana penyebab adanya endapan berupa calculi atau benda-benda padat
menyerupai pasir di dalam saluran kemih di awali dari proses sedimentasi
dan kristalisasi zat-zat sisa yang tidak dapat dikeluarkan bersama urin. Zat-
zat sisa ini kemudian akan mengendap dan jika lama kelamaan akan terjadi
akumulasi dalam jumlah yang banyak menyebabkan timbulnya benda-benda
padat yang bentuknya seperti pasir yang kemudian akan ikut keluar bersama
urin.
5
di atas, yaitu kurangnya intake cairan dalam hal ini pasien kurang minum air
putih. Dimana kita semua tahu bahwa air putih ini sangat berperan dalam
membantu mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme tubuh dalam hal ini berbentuk
urin. Karena kurangnya intake cairan pada klien menyebabkan terjadinya
endapan-endapan zat-zat sisa metabolisme tersebut yang selanjutnya akan
membentuk kristal-kristal ataupun benda-benda kecil yang jika terakumulasi di
dalam saluran kemih akan menyebabkan terhambatnya aliran urine yang dalam
hal ini berbentuk batu pada saluran kemih.
G. INFORMASI TAMBAHAN
Judul Jurnal : EXTRACORPOREAL SHOCKWAVE LITHOTRIPSY
(ESWL) PADA BATU GINJAL
Peneliti Jurnal : Anak Agung Sri Satyawati
Tahun : 2013
Abstrak :
Latar Belakang. Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL) merupakan
pilihan terapi yang paling cost effective pada kasus kasus batu ginjal, namun
sayangnya modalitas terapi ini belum banyak dipilih karena dianggap mahal dan
kurangnya informasi mengenai keuntungan penggunaannya.
Kasus. Perempuan usia 65 tahun mengeluh nyeri pinggang yang dirasakan
mendadak dan semakin memberat sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit,
disertai mual dan penurunan nafsu makan. Berdasarkan pemeriksaan foto polos
abdomen dan USG Urologi didapatkan kesan adanya batu renal dekstra ukuran
16mm x 18mm, dengan hidronefrosis derajat I renal dekstra. Kemudian
dilakukan tindakan ESWL.
Hasil. Setelah dilakukan tindakan ESWL berupa penghantaran gelombang kejut
pada permukaan ginjal kanan selama 20-30 menit, keluar pecahan pecahan kecil
batu kalsium. Berdasarkan pemeriksaan radiografi post ESWL tidak ditemukan
gambaran radioopak pada kaliks ginjal, ureter maupun kandung kemih.
Kesimpulan. Batu kalsium dengan ukuran 16mm x 18mm pada renal dekstra
berhasil dikeluarkan total tanpa adanya komplikasi.
6
H. KLARIFIKASI INFORMASI
Batu ginjal atau nephrolithiasis dialami oleh sekitar 1,7 sampai 14,8%
populasi umum dan baik prevalensi ataupun insidennya meningkat secara global
tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan ras yang menyebabkan
peningkatan morbiditas. Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-
akan penyakit batu saluran kemih mempunyai hubungan dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Batu saluran kencing yang tersering adalah batu
kalsium oksalat yang terjadi hampir sepertiga dari seluruh jenis batu. Faktor
risiko batu kalsium oksalat meliputi diet tinggi kalsium dan hiperparatiroidism.
Batu asam urat berhubungan dengan diet tinggi purin, riwayat gout sebelumnya,
dan hiperurikosuria. Batu sistin biasanya terdapat pada keluarga dengan
riwayat sistinuria. Batu struvit, atau “batu infeksi” biasa terdapat pada pasien
dengan obstruksi dan infeksi saluran kencing. Batu struvit adalah jenis batu yang
paling banyak berkembang menjadi batu staghorn. 1 Pada kasus-kasus batu
ginjal yang berasal dari penyakit herediter yang langka atau batu staghorn yang
biasanya disebabkan infeksi saluran kencing dengan bakteri yang mengandung
urease, batu ginjal tersebut menyebabkan kerusakan ginjal kronis dan bahkan
beberapa sampai kepada End Stage Renal Disease (ESRD). The United States
Renal Data System 2010 Annual Data Report menunjukkan bahwa hanya 2,4
dari seluruh ESRD disebabkan oleh jenis batu ginjal ini. 1,3 Terdapat beberapa
pilihan penanganan untuk batu ginjal. Penangananannya sendiri bergantung
pada ukuran, lokasi, dan komposisi dari batu. Salah satu penanganan yang
sering dilakukan adalah dengan metode ESWL. ESWL pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1980 yang membawa suatu revolusi baru dalam
penanganan urolithiasis dan menyediakan suatu prosedur minimal invasif yang
hampir ideal. Suatu gelombang kejut (shock wave) diciptakan dari suatu sumber
eksternal yang diarahkan ke pasien dan difokuskan pada suatu batu ginjal.
Gelombang ini akan menyebabkan fragmentasi batu secara langsung dengan
memproduksi stress mekanik atau tidak langsung melalui penghancuran
gelembung-gelembung kavitas yang dibentuk oleh tekanan negatif.
7
Hasil dari ESWL cukup menjanjikan, dengan 90% angka kesuksesan
tercapai. Walaupun pengembangan ESWL selanjutnya kurang memuaskan,
tetapi ESWL merupakan prosedur yang paling umum dikerjakan pada penyakit
batu saluran kemih. Walaupun ESWL merupakan metode yang paling aman
dan minimal invasif, metode ini juga memiliki beberapa efek samping dan
komplikasi yang justru merugikan pasien.
J. LAPORAN DISKUSI
Laporan diskusi terlampir.
8
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Batu saluran kemih adalah benda padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih dan dapat ditemukan disetiap
bagian ginjal sampai dengan kandung kemih dan ukurannnya bervariasi dari
deposit granuler yang kecil disebut pasir atau kerikil sampai dengan batu sebesar
kandung kemih yang berwarna orange(Pierce A Grace, 2006)
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006)
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa
ditemukan di dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan
nephrolithiasis, urolithiasis,ataurenal calculi. Batu ini bisa terbentuk didalam
ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandungkemih),
Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis((Muslim, 2007)
Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat pada
saluran kencing yang berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan senyawa
tertentu. Batu tersebut biasa terbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium
oksalat (60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin (1%). (Prabowo. E dan
Pranata, 2014)
B. KLASIFIKASI
1. Menurut tempat terbentuknya
a) Batu ginjal
b) Batu kandung kemih
2. Menurut lokasi keberadaannya
a) Batu urine bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b) Batu urine bagian bawah (mulai kandung kemih sampai uretra)
3. Menurut keadaan klinik
a) Batu urine metabolic aktiv : bila timbul dalam satu tahun terakhir,
batu bertambah besar, atau kencing batu
9
b) Batu urine metabolic inaktiv : bila tidak ada gejala seperti yang aktiv
c) Batu urine yang aktivitasnya diketahui (asimtomatik)
d) Batu urine yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila
menyebabkan obstruksi, infeksi, kolik, hematuria
4. Menurut susunan kimiawi
a) Batu kalsium oksalat
b) Batu struvit
c) Batu asam urat
d) Batu sistin
e) Batu Xantin
C. ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga karena ada hubungannya
gangguan cairan urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih dehidrasi
dan keadaan lain yang masih belum terungkap (idopatik). Secara epidemiologis
terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
pada seseorang yaitu :
1. Faktor intrinsik
a) Herediter
b) Umur : paling sering di dapatkan pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan
2. Faktor ekstrinsik
a) Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk
amonium akan mengubah Ph uriun menjadi alkali dan akan
mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan
mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
b) Obstruksi – statis urine
Obstruksi dan statis urine memudahkan terjadinya infeksi yang
meningkatkan resiko terbentuknya batu saluran kemih
10
c) Ras
Lebih banyak ditemukan di Negara Afrika & asia, Amerika dan Eropa
Jarang
d) Pekerjaan
Pekerja yang lebih banyak duduk lebih beresiko terkena batu dibanding
dengan pekerja yang banyak bergerak
e) Makanan
Masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbilitas
batu saluran kemih kurang, sedangkan orang yang kurang makan putih
telur lebih beresiko terkena batu saluran kemihàmasyarakat ekonomi
lemah lebih banyak terkena batu saluran kemih
f) Suhu
Daerah tropis atau kamar mesin yang menyebabkan keringat berlebihan
beresiko terkena batu saluiran kemih.(Stoller 2010)
D. PATOFISIOLOGI
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine),
yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adnya kelainan bawaan pada
pelvikalises, divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia
prostat berigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-
keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic
yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap larut) kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik
bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun
ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel pada epitel
saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
11
Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di
dalam urine, kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran
kemih, atau adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium
oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu
magnesium ammonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis
lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama,
tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis
batu itu tidak sama. Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana
asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa. (Dinda, 2011)
12
ISK Intake yang Kerusakan Immobilisasi
kurang nefron yang lama
Bakteri
pemecah Pengendapan Statis urin
urea urin
Sedimentasi
dan
kristalisasi
Proses
kristalisasi
Terbentuknya
Batu Saluran Kemih
calculi
Resiko
Saraf fleksus Hidronefrosis Infeksi
renalis tertekan
Mual
Pelepasan Distensi
mediator kimia saluran kemih
Mual, muntah
(bradikinin) dan abdomen
F. PENATALAKSAAN
1. Non-Medik
a) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih
kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu
dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan
keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan
utama pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif mencegah
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah
ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
b) Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan
mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid
seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti
inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan
tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk
mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi
saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk
14
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
2. Medik
a) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada
tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan
melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu
yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit
b) Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan
endourologi tersebut adalah:
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha
mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan
cara memasukan alat endoskopi ke system kalies melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan
alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu,
batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
15
4) Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melaluialat keranjang Dormia
c) Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi.
Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama
dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu
berada, yaitu :
1) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu
yang berada di dalam ginjal.
2) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu
yang berada di ureter.
3) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu
yang berada di vesica urinearia.
4) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu
yang berada di uretra. (Sandy Wahap,2012)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph
asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam
:kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan
urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidariasi berat atau
polisitemia.
16
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang urewter.
5. IVP : memberukan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri,abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan
batu atau efek obstruksi.
7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu
H. PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah agar penyakit
tidak terjadi, dengan mengendalikan faktor penyebab suatu penyakit.
Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan
kesehatan dan perlindungan kesehatan. Pencegahan primer penyakit BSK
seperti minum air putih yang banyak. Konsumsi air putih minimal 2 liter
per hari akan meningkatkan produksi urin. Konsumsi air putih juga akan
mencegah pembentukan kristal urin yang dapat menyebabkan terjadinya
batu. Selain itu, dilakukan pengaturan pola makan yang dapat
meningkatkan risiko pembentukan BSK seperti, membatasi konsumsi
daging, garam dan makanan tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau,
kacang, coklat), dan sebagainya. Aktivitas fisik seperti olahraga juga
sangat dianjurkan, terutama bagi yang pekerjaannya lebih banyak duduk.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi keparahan
penyakit dengan melakukan diagnosis dan pengobatan dini. Untuk jenis
penyakit yang sulit diketahui kapan penyakit timbul, diperlukan
pemeriksaan teratur yang dikenal dengan pemeriksaan “Check-up”.
17
Pemeriksaan urin dan darah dilakukan secara berkala, bagi yang pernah
menderita BSK sebaiknya dilakukan setiap tiga bulan atau minimal
setahun sekali. Tindakan ini juga untuk mendeteksi secara dini apabila
terjadi pembentukan BSK yang baru. Untuk pengobatan, pemberian obat-
obatan oral dapat diberikan tergantung dari jenis gangguan metabolik dan
jenis batu. Pengobatan lain yang dilakukan yaitu melakukan kemoterapi
dan tindakan bedah (operasi).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera
atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.
Kegiatan yang dilakukan meliputi rehabilitasi (seperti konseling
kesehatan) agar orang tersebut lebih berdaya guna, produktif dan
memberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya. (M.Wilkison, 2013)
I. KOMPLIKASI
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
18
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a) Nama : Ny. W
b) Umur : 28 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Agama : (tidak terkaji)
e) Status : (tidak terkaji)
f) Pendidikan : (tidak terkaji)
g) Pekerjaan : Guru dan Ibu Rumah Tangga
h) Suku bangsa : (tidak terkaji)
i) Alamat : (tidak terkaji)
j) Tanggal masuk : (tidak terkaji)
k) Tanggal pengkajian : (tidak terkaji)
l) No. Register : (tidak terkaji)
m) Diagnosa medis : Batu Saluran Kemih
2. Riwayat penyakit sekarang :
a) Alasan Masuk Poliklinik Rumah Sakit :
Keluhan sakit perut sebelah kiri sampai ke pinggang kiri. Dari hasil
pengkajian, nyeri ini muncul tiba-tiba. Dengan skala 7-8. Pasien
mengeluh mual dan muntah sejak 1 hari sebelum MRS, serta sakit saat
buang air kecil. Biasanya untuk menghilangkan sakit di rumah dengan
istirahat dan minum obat sakit. Sakit perut ini sudah dirasakan sejak 3
bulan terakhir namun hilang timbul. Pasien menyatakan bahwa 2 tahun
lalu pernah mengalami kencing berpasir
b) Keluhan Utama :
Keluhan utama klien adalah sakit perut sampai ke pinggang
3. Riwayat penyakit dahulu : klien pernah menderita kencing berpasir 2 tahun
yang lalu
4. Riwayat penyakit keluarga : (tidak terkaji)
19
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : (tidak terkaji)
b. Kesadaran : (tidak terkaji).
c. Tanda-tanda vital : (tidak terkaji)
d. Pemeriksaan fisik
Sistem Neurologi : (tidak terkaji)
Sistem Penginderaan : (tidak terkaji)
Sistem Integumen : (tidak terkaji)
Sistem Kardiovaskuler : (tidak terkaji)
Sistem Pernafasan : (tidak terkaji)
Sistem Pencernaan : Terdapat nyeri perut yang bahkan terasa
sampai ke pinggang sebelah kiri. Klien juga sering merasakan mual
muntah
Sistem Perkemihan : saat berkemih biasanya disertai dengan
nyeri
Sistem Muskuloskletal : (tidak terkaji)
e. Nyeri
P : (tidak terkaji)
Q : nyeri hilang timbul
R : nyeri dirasakan di perut bahkan menjalar sampai ke pinggang kiri
S : 7-8
T : nyeri dirasakan saat sedang berkemih
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di
rumah sakit. Tidak dapat dipisahkan dari rangkaian pengobatan dan
perawatan. Validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan
oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan
serta pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung
jawab perawat. Oleh karena itu pemahaman perawat terhadap berbagai
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien sangatlah menentukan
20
keberhasilannya. Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita
gangguan sistem neurobehavior, pemahaman perawat yang lebih baik
tentang berbagai prosedur diagnostik yang lazim sangatlah diharapkan.
B. DATA FOKUS
C. ANALISA DATA
21
DO : Proses kristalisasi
Obstruksi saluran
kemih
Menekan
kostovertebral
Saraf fleksus
renalis tertekan
Pelepasan mediator
kimia
Nyeri Akut
2 DS : Intake yang kurang Mual
-
DO : Pengendapan urin
- Klien mengeluh
mual dan muntah
Batu Saluran
Kemih
22
sejak satu hari
sebelum MRS
Obstruksi saluran
kemih
Pada kandung
kemih
Refleks ke ginjal
Hidronefrosis
Distensi saluran
kemih dan
abdomen
Refleks
renointestinal
Stimulasi saraf
vagus
23
Peningkatan sekresi
asam lambung
Mual, muntah
Mual
-
Proses kristalisasi
Terbentuknya
calculi
Batu Saluran
Kemih
Obstruksi saluran
kemih
24
Mengiritasi endotel
dan pembuluh
darah pada ureter
Resiko Infeksi
mengatasinya
dengan meminum
Pasien hanya
obat dan
minum obat dan
beristirahat
beristirahat untuk
menghilangkan
nyeri
Ketidakefektifan
Pemeliharaan
Kesehatan
25
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut (00132)
Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
2. Mual (00134)
Domain 12 : Kenyamanan Fisik
Kelas 1 Kenyamanan Fisik
3. Resiko Infeksi (00004)
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 1 : Infeksi
4. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan (00099)
Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Manajemen Kesehatan
26
E. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut (00132) NOC NIC
Domain 12 :(Kenyamanan) Pain level Observasi : Observasi
Kelas 1: (Kenyamanan Fisik) Pain control 1. Kaji tingkat nyeri, beratnya 1. Berguna dala mpengawasan
Comfort level (skala 0 – 10) keefektifan obat, kemajuan pe
Definisi : 2. Observasi TTV nyembuhan
Pengalaman sensori dan Kriteria Hasil : 3. Kaji pengalaman nyeri masa 2. Sebagai indicator untuk
emosional yang tidak 1. Nyeri pada perut sampai ke lampau melanjutkan intervensi
menyenangkan yang muncul pinggang kiri teratasi 4. Observasi nonverbal dari berikutnya
akibat kerusakan jaringan yang 2. Nyeri saat berkemih teratasi ketidaknyamanan 3. Untuk mengetahui berapa
actual atau potensial atau lama klien mengalami nyeri
digambarkan dalam hal Mandiri : tersebut
kerusakan sedemikian rupa 5. Berikan istirahat dengan 4. Agar klien merasa nyaman
(International Association For posisi semifowler
The Study of Pain); awitan yang 6. Ajarkan tentang tehnik Mandiri :
tiba-tiba atau lambat dari nonfamakologi 5. Dengan posisi semi fowler
intensitas ringan hingga berat dpat menghilangkan
dengan akhir yang dapat di tegangnan abdomen yang
antisipasi atau di prediksi dan Kolaborasi : bertambah
berlangsung <6 bulan. 7. Berikan analgesik untuk 6. Agar klien dapat melakukan
mengurangi rasa nyeri cara untuk mengurangi rasa
Batasan Karakteristik : 8. Kolaborasi dengan pemberian nyeri
Subjektif : analgesik
- Klien mengeluh sakit perut Kolaborasi :
sebelah kiri sampai ke HE : 7. Agar dapat mengurangi rasa
pinggang kiri 9. Bantu pasien dan keluarga nyeri pada klien
- Nyeri saat berkemih untuk mencari bantuan dan 8. Menghilangkan rasa nyeri dan
27
menemukan dukungan mempermudah kerja sama dgn
Objektif : 10. Bantu keluarga untuk intervensi lain
- Nyeri pada klien muncul memberikan analgesic tepat
secara tiba-tiba waktu terutama saat nyeri HE :
- Skala nyeri 7-8 hebat 9. Agar nyeri yg di rasakan
pasien bisa berkurangn karena
mendapatkan dukungan
10. Agar klien tidak akan dapat
merasakan nyeri
28
7. Pantau tingkat energy, malaise, energy klien
keletihan dan kelemahan 8. Untuk mengetahui intake klien
8. Pantau asupan kalori dan 9. Untuk memberikan energy
makanan pada klien
9. Pertahankan keakuratan 10. Untuk mengantisipasi adanya
pencatatan asupan dan haluaran faktor lain pencetus dari mual
cairan 11. Untuk mengetahui status
10. Pantau tanda vital, bila hidrasi
diperlukan
11. Pantau status hidrasi (misalnya Mandiri :
membrane mukosa lembab, 1. Untuk mencegah aspirasi
keadekuatan nadi, dan tekanan (untuk klien dengan penurunan
darah ,jika diperlukan) mobilitas)
2. Untuk menjaga kenyaman
Mandiri : klien
1. Tinggikan bagian kepala 3. Untuk mencegah terjadinya
tempat tidur atau ubah posisi mual
pasien lateral 4. Untuk memberikan rasa
2. Pertahankan kebersihan klien nyaman klien
dan tempat tidur saat terjadi 5. Untuk menghilangkan rasa
muntah mual klien
Rasional :
3. Pindahkan segera benda- HE :
benda yang menimbulkan bau 1. Menambah wawasan klien
(misalnya, pispot, makanan) 2. Untuk mencegah terjadinya
jangan menjadwalkan mual kembali
tindakan yang menyebabkan 3. Untuk mencegah mual
29
nyeri atau mual sebelum atau Kolaborasi :
sesudah makan. 1. Untuk mengatasi mual
4. Berikan perawatan mulut 2. Untuk penyembuhan mual
setelah terjadi muntah
5. Berikan kain basah yang
dingin di pergelangan tangan,
leher dan dahi pasien
6. Tawarkan makanan dingin dan
makanan lainnya dengan
aroma minimal
Health Education :
1. Jelaskan penyebab mual
2. Apabila memungkinkan, beri
tahu pasien seberapa lama
kemungkinan mual akan
terjadi
3. Instruksikan kepada klien
untuk menghindari bau dari
makanan yang disiapkan di
rumah (misalnya, biarkan
orang lain yang menyiapkan
makanan, menjauh dari dapur,
dan pergi berjalan-jalan ke
luar selama makanan di
siapkan
30
Kolaborasi :
1. Berikan obat antiemetic
sesuai anjuran
2. Konsultasikan dengan dokter
untuk memberikan obat
pengendali nyeri yang
adekuat dan tidak
menyebabkan mual pada
pasien
3 Resiko Infeksi (00004) NOC : NIC :
Domain 11 : Keamanan atau Imunne Status Observasi : Observasi :
Perlindungan Knowlwdge : infection control 1. Monitor tanda dan gejala 1. Agar dapat diketahui gejala-
Kelas 1 : Infeksi Risk control infeksi sitemik dan local gejala lain yang tmbul
Kriteria Hasil : 2. Monitor kerentanan terhadap 2. Agar dapat diketahui apakah
Definisi : Mengalami Klien bebas dari tanda dan infeksi klien tersebut rentan terkena
peningkatan resiko terserang gejala infeksi infeksi
organisme patogenik Mendeskripsikan proses Mandiri :
penularan penyakit,factor 3. Intruksikan pada pengunjung Mandiri :
Batasan Karakteristik : yang mempengaruhi untuk mencuci tangan saat 3. Untuk mencegah penularan
Subjektif : penularan serta berkunjung dan setelah infeksi pada pengunjung yang
Klien menyatakan bahwa 2 tahun penatalaksanaanya bekunjung meninggalkan mempuyai penyakit menular
lalu dia pernah mengalami Menunjukan kemampuan pasien
kencing berpasir untuk mencegah timbulnya 4. Bersihkan lingkungan setelah 4. Untuk mencegah penularan
infeksi dipakai oleh pasien lain infeksi dan kebersihan
Jumlah leukosit dalam batas 5. Cuci tangan setiap sebelum dan 5. Agar terhindar dari kuman-
normal sesudah tindakan keperawatan kuman
Menunjukan perilaku hidup 6. Gunakan baju , sarung 6. Untuk melindungi klien
sehat tangan sebagai alat pelindung dari tertularnya penyakit
31
Kolaborsi : infeksi
7. Kolaborasikan dengan dokter
tentang penggunaan kateter Kolaborasi :
intermiten untuk menurunkan 7. Agar membantu klien untuk
infeksi kandung kemih melakukan BAK
HE :
8. Ajarkan klien tau keluarga HE :
tanda dan gejala infeksi 8. Agar klien dan
9. Ajarakan klien dan keluarga keluarga mengetahui tanda-
cara menghindari infeksi tanda inflamasi
9. agar klien dpat mengetahui
dan dapat menghindri infeksi
4 Ketidakefektifan Pemeliharaan Tujuan : NIC
Kesehatan (00099) Setelah melakukan tindakan Observasi : Observasi
(Domain 1 : Promosi Kesehatan keperawatan selama .....x24/jam 1. Identifikasi defisit 1. Untuk mengetahui penyebab
Kelas 2 Manajemen Kesehatan) diharapkan ketidakefektifan pengetahuan yang atau faktor yang
pemeliharaan kesehatan dapat mempengaruhi pemeliharaan mempengaruhi pemeliharaan
Definisi : Ketidakmampuan teratasi kesehatan kesehatan pasien
mengidentifikasi, mengelola,
dan/atau mencari bantuan untuk Mandiri : Mandiri :
mempertahankan kesehatan 2. Bantu pasien dalam 2. Untuk membantu pasien dalam
. mengidentifikasi tujuan mengidentifkasi sebuah
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : spesifik untuk perubahan perubahan dalam kesehatan.
Subjektif : 1. Klien dapat meningkatkan 3. Bantu pasien mengevaluasi 3. untuk memberikan informasi
- pemahaman yang ditunjukkan kemajuan dngan kepada pasien tentang
mengenai informasi yng di membandingkan riwayat bagaimana cara psien
Objektif : perlukan untuk mencapai dan membandingkan kemajuan
32
- Jika nyeri timbul, klien memelihara kesehatan yang perilaku sebelumnya dengan perilaku pasien dalam
hanya mengatasinya optimal perilaku saat ini meningkatkan kesehatan
dengan meminum obat dan 2. Klien dapat meningkatkan
beristirahat tindakan yang diambil untuk Health Education : HE :
mengidentifikasi ancaman 4. Jelaskan tentang sistem 4. Menjelaskan kepada pasien
terhadap kesehatan individu perawatan kesehatan, dan keluarga tentang kestana
3. Dapat meningkatkan bagaimana cara kerjanya, dan itu bagaimana agar pasien dan
pemahaman yang ditunjukkan apa yang dapat diharapkan keluarga dapat membantu
tentang promosi dan pasien dan keluarga proses kesehatan pasien
perlindungan kesehatan
Kolaborasi : Kolaborasi :
5. Konsultasikan kepada layanan 5. Agar pasien dapat menerima
sosial untuk merencanakan layanan kesehatan yang
kebutuhan pemeliharaan optimal
kesehatan pada saat 6. Untuk memberikan analgetik
pemulangan kepada pasien untuk mencegah
6. Kolaborasikan tentang komplikasi yang akan timbul.
pemberian analgetik kepada
pasien
33
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc jilid 1. Jogjakarta: MediAction.
Judith M. Wilkinsom PhD, Nancy R. Ahren PhD. ( 2011). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan . Jakarta: EGC.
36