Anda di halaman 1dari 12

GAMBARAN PELAKSANAAN TUGAS PERAWATAN KESEHATAN

KELUARGA PADA PENDERITA GOUTH ARTHRITIS


DI DESA LUWOO KECAMATAN TALAGA JAYA

NOVITA ZAKARIA

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo


Jl. Jendral Sudirman
Email: Vhitazakaria@gmail.com

ABSTRAK

Gouth Arthtritis merupakan penyakit komplikasi dari hiperurisemia


apabila hal ini tidak segera diobati maka akan berakibat terjadinya infeksi
Keluarga adalah salah satu aspek penting dalam keperawatan. Keluarga juga
berperan atau berfungsi untuk melaksanakan perawatan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang
sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Pelaksanaan Tugas
Perawatan Kesehatan Keluarga Pada Penderita Gout Arthritis di Desa Luwoo
Kecamatan Talaga Jaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai
anggota keluarga yang menderita gouth arthtritis dengan jumlah 87 keluarga.
Tekhnik pengumpulan sampel adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel
46 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tugas perawatan keluarga
dalam mengenal masalah kesehatan sebagian besar 91,3%, dalam mengambil
keputusan tindakan yang tepat 95,7%, melakukan perawatan sederhana 52,2%,
memodifikasi lingkungan 84,8%, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
sebsar 100%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Tugas Perawatan Kesehatan
Keluarga pada Penderita Gouth Arthritis dalam kategori baik sebanyak 45
responden (97,8%) kemudian pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga
dalam kategori kurang baik sebanyak 1 responden (2,2%). Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai Tugas Perawatan Kesehatan
Keluarga pada Penderita Gouth Arthritis.
Kata kunci : Tugas Perawatan Keluarga, Gout Arthritis
LATAR BELAKANG

Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah
mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh.
Penyakit akibat perubahan metabolisme tubuh biasanya disebut sindrom
metabolik. Sindrom metabolik berkaitan erat dengan penyakit Arthritis. Arthtritis
terbagi menjadi 3 yaitu Rheumatoid Arthtritis, Osteo Arthtritis dan Gouth
Arthtirits. (Ilkafah, 2017).

Gouth arthritis atau biasa disebut dengan asam urat adalah salah satu dari
100 jenis penyakit reumatik yang telah di kenal dan di sebabkan oleh metabolisme
abnormal dari purin yang di tandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam
darah. Gout arthritis merupakan hasil dari sisa pengahancuran purin, dimana
sumber utama purin dalam tubuh berasal dari makanan dan dari hasil metabolisme
DNA tubuh. Purin berasal dari makanan merupakan hasil dari pemecahan
nukleoprotein makanan yang dilakukan oleh dinding saluran cerna. peningkatan
kadar asam urat darah diakibatkan oleh seseorang mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi purin (Sukri, 2012).

Kadar asam urat laki-laki di dalam darah secara alami lebih tinggi
dibandingkan kadar asam urat pada wanita. karena wanita mempunyai hormon
esterogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. Kadar asam
urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Pada
wanita, peningkatan itu dimulai sejak masa monopouse. Kadar normal asam urat
pada wanita adalah 2,4-6,0 mg/dl dan pria 3,0-7,0 mg/dl. Jika melebihi nilai ini,
maka seseorang dikategorikan mengalami hiperurisemia. Hiperurisemia adalah
terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal.
Angka kejadian penyakit asam urat meningkat pada keadaan asam urat tinggi
lebih dari 9,0 mg/dl (Noviyanti, 2015). Sebagai dampak dari gaya hidup yang
modern yang di tandai dengan hal yang negatif seperti gaya hidup yang konsumtif
dan serba instan akan lebih meningkatkan kadar asam urat dan menambah jumlah
penderita gouth arthtritis.
Di Gorontalo, Prevalensi penyakit Gouth berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Gorontalo Gouth menduduki urutan kedelapan. Pada tahun
2016 terdapat 1105 jiwa yang menderita gouth arthritis dan meningkat pada tahun
2017 sebanyak 502 jiwa. Dan data dari Desa Luwo’o jumlah penderita gout pada
tahun 2017 terdapat 87 jiwa. Prevalensi gout baik di dunia, di Indonesia, maupun
di gorontalo mengalami peningkatan.

Berdasarkan survey awal yang di lakukan pada tanggal 29 januari 2018 di


Desa Luwoo Kecamatan Talaga Jaya dari 10 keluarga didapatkan 8 keluarga yang
mempunyai anggota kelurganya dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
persendian, tindakan untuk mengatasi nyeri hanya dengan pijat tradisional dengan
minum obat warung dan keluarga tidak melakukan pemeriksaan di layanana
kesehatan. Hanya 2 keluarga yang mengetahui bahwa keluahan nyeri dan bengkak
merah pada persendian itu adalah gejala dari gouth.

METODE

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif, karena


penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan tugas perawatan
kesehatan keluarga pada penderita gout arthtritis di Desa Luwoo Kecamatan
Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai


anggota keluarga yang mengidap penyakit gout di Desa Luwoo Kecamatan Talaga
Jaya Kabupaten Gorontalo. Jumlah penderita gout di tahun 2017 87 jiwa.
Tekhnik pengumpulan sampel adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel
46 responden.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa


kuisioner. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
univariat, Analisa univariat adalah analisa untuk memperoleh gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan variabel dalam penelitian yaitu dengan melihat
distribusi frekuensinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Distribusi responden berdasarkan umur
Distribusi responden berdasarkan umur di Desa Luwo’o Kecamatan Talaga
Jaya menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 46-55 tahun
responden (26,1%).

Distribusi berdasarkan Pendidikan Responden


Distribusi responden berdasarkan Pendidikan di Desa Luwo’o Kecamatan
Talaga Jaya sebagian besar SMA/Sederajat sebesar 16 respoden (34,8% ).

Distribusi Pekerjaan Responden


Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan di Desa Luwo’o Kecamatan
Talaga Jaya sebagian besar bekerja sebagai URT sebanyak 14 responden (30,4%).

Distribusi usia keluarga yang menderita Gouth


Distribusi berdasarkan usia keluarga yang menderita Gouth di Desa Luwo’o
Kecamatan Talaga Jaya sebagian besar berusia 36-45 tahun sebanyak 13
responden (28,3%).

Distribusi Pendidikan Keluarga yang menderita Gouth


Distribusi berdasarkan pendidikan Keluarga yang menderita Gouth sebagian
besar SD/sederajat sebanyak 21 responden (45,7%).

Distribusi pekerjaan keluarga yang menderita


Karakterisitik berdasarkan pekerjaan keluarga yang menderita gouth di desa
luwo’o kecamatan talaga jaya, sebagian besar bekerja sebagai URT sebanyak 18
responden (39,1%).

Tugas perawatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan


Tugas perawatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dengan
kategori baik 42 responden (91,3%) dan kategori kurang 4 responden (8,7%).
Tugas perawatan keluarga dalam mengambil keputusan
Tugas perawatan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melalukan
tindakan yang tepat kategori baik 44 responden (95,7%) dan kategori kurang 2
responden (4,3%).

Tugas perawatan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita Gout


Arthritis
Tugas perawatan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita Gout
Arthritis di Desa Luwo’o Kecamatan Talaga Jaya sebanyak 24 responden (52,2%)
yang berada pada kategori yang baik. Serta sebanyak 22 responden (47,8%) yang
berada pada kategori yang kurang baik.

Tugas keluarga dalam memodifikasi lingkungan


Tugas keluarga dalam memodifikasi lingkungan di Desa Luwo’o
Kecamatan Talaga Jaya di atas sebanyak 39 responden (84,8%) yang berada pada
kategori yang baik. Serta sebanyak 7 responden (15,2%) yang berada pada
kategori yang cukup baik.

Tugas keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan


Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan bahwa semua
responden atau 46 responden (100,00%) yang berada dalam kategori yang baik.

Pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga pada Penderita Gouth


Arthritis
Pelaksanaan tugas Perawatan Kesehatan Keluarga pada Penderita Gouth
Arthritis dalam kategori baik sebanyak 45 responden (97,8%) kemudian
pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga dalam kategori kurang baik
sebanyak 1 responden (2,2%).

PEMBAHASAN

Karakteristik responden
Dari hasil penelitian tentang karakteristik responden ditemukan bahwa
karateristik berdasarkan umur anggota keluarga sebagian besar berumur 46-55
tahun (26,1%). Karateristik responden berdasarkan status pendidikan yang
terbanyak adalah tingkat pendidikan SMA yang berjumlah 16 responden (34,8%)
dan karateristik responden berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah URT
yang berjumlah 14 responden (30,4%).
Menurut Friedman (2010) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Jumlah anggota keluarga akan sangat mempengaruhi terhadap perhatian
dan fokus pelayanan pada anggota keluarga. Keluarga yang memiliki jumlah
anggota keluarga yang lebih banyak akan menyebabkan menurunnya perhatian
kepada anggota keluarga yang mengalami masalah-masalah didalam keluarga.
Unsur karakteristik yang berperan penting dalam pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga salah satunya adalah pendidikan, merupakan faktor yang
mempengaruhi pola pikir seseorang. Menurut Perry & Potter (2009) latar
belakang pendidikan akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk
membentuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatan.

Tugas perawatan keluarga dalam mengenal masalah


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tugas perawatan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan pada penderita gouth arthtritis di Desa Luwoo
Kecamatan Talaga Jaya dengan kategori baik 42 responden (91,3%) dan kategori
kurang 4 responden (8,7%). Hal ini disebabkan sebagian besar pendidikan
responden SMA dan PT (63.1%) sehingga pengetahuan responden baik yang
didukung oleh 76% responden sudah mengetahui tanda dan gejala penyakit gouth
arthtritis dan 78% responden sudah mengetahui bahwa penyebab penyakit gouth
arthtritis adalah mengonsumsi makanan yang mengadung tinngi purin seperti
kangkung dan terong serta kacang−kacangan. 4 responden (8,7%) dalam kategori
kurang baik disebabkan karena 3 responden (6.7%) memiliki pendidikan yang
tinggi tetapi mereka tidak mengetahui tanda dan gejala serta penyebab dari gouth
arthtritis, dan 1 responden (2.1%) memiliki pendidikan yang rendah sehingga
sama sekali tidak mengetahui apa itu gouth arthtritis.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Firman Ardiatma 2017
tentang hubungan pengetahuan tentang gouth arthtritis terhadap perilaku
pencegahan gouth arthtritis pada lansia, dimana pada penelitian ini terdapat 50%
responden yang memiliki perilaku baik terhadap pencegahan gouth arthtritis.
Dalam teori baylon dan maglaya di dalam Wahyudi (2014) menerangkan
bahwa kesehatan merupakan sesuatu yang penting. Oleh karena itu, keluarga tidak
boleh mengabaikan masalah kesehatan anggota keluarganya dan keluarga atau
orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan˗ perubahan yang
dialami oleh anggota keluarganya.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perawatan


kesehatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan keluarganya dalam
kategori baik sebesar 91,3%. ini menunjukkan bahwa keluarga penderita gouth
arthtritis di Desa Luwoo Kecamatan Talaga Jaya memiliki kemampuan dalam
mengenal masalah kesehatan keluarganya.

Tugas perawatan keluarga dalam mengambil keputusan


Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tugas perawatan keluarga dalam
mengambil keputusan dalam melalukan tindakan yang tepat bagi penderita gouth
arthtritis di Desa Luwoo Kecamatan Talaga Jaya kategori baik 44 responden
(95,7%) dan kategori kurang 2 responden (4,3%). Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan juga bahwa 44 responden ( 95,6%) sudah mengetahui keluhan yang
dirasakan oleh keluarga yang menderita gouth arthtritis dan terdapat 43
responden(93,4%) setuju dan sangat setuju jika ada anggota keluarga yang
menderita gouth arthtritis (asam urat) maka akan segera merawatnya. 2 responden
(4,3%) dalam kategori kurang disebabkan karena tidak mampu mengambil
keputusan dalam pernyataan jika ada anggota keluarga yang menderita gouth
arthtritis (asam urat) saya segera merawatnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lola Illona 2015 dengan judul
Tugas Kesehatan Keluarga pada anggota keluarga yang menderita tb paru, dimana
pada penelitian ini terdapat 18 orang (60%) membuat keputusan kesehatan yang
tepat dengan cukup baik.

Hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden mampu


membuat keputusan yang tepat terkait masalah gouth arthtritis sebanyak 44
responden (95,7%). Fungsi ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan kesehatan keluarga. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah perkembangan balita dapat
teratasi (Suprajitno, 2010).

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perawatan


kesehatan keluarga dalam mengambil keputusan untuk anggota keluarganya
dalam kategori baik sebesar 95,7%. Ini menunjukan bahwa keluarga penderita
gouth arthtritis di Desa Luwoo Kecamatan Talaga Jaya sudah mampu mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarganya.

Tugas perawatan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita Gout


Arthritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tugas perawatan keluarga
merawat anggota keluarga yang menderita Gout Arthritis di Desa Luwo’o
Kecamatan Talaga Jaya sebanyak 24 responden (52,2%) yang berada pada
kategori yang baik dan 22 responden (47,8%) yang berada pada kategori yang
kurang baik. Hal ini disebabkan 23 responden 50,0% keluarga sudah mampu
merawat dengan memberikan kompers hangat jika ada pembengkakan pada
anggota keluarga yang menderita gout arthritis dan terdapat 24 responden (52,1%)
yang sudah bisa memberikan rasa nyaman istrahat pada anggota keluarga yang
menderita gouth. 22 responden (47,8%) yang berada pada kategori yang kurang
baik disebabkan 20 responden (43,4%) tidak mampu memberikan kompres hangat
pada anggota keluarga yang menderita gouth arthtritis, 15 responden (32,6%)
mereka tidak mampu memberikan rasa nyaman istrahat pada anggota keluarga
yang sementara menderita gouth arthtritis karena mereka menganggap itu adalah
hal yang biasa, dan 1 reponden (2,1%) tidak mampu membatasi makanan yang
mengandung kacang-kacangan pada anggota keluarga yang menderita.
Keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi anggota
keluarganya atau bagi individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau
mengubah gaya hidup anggotanya menjadi berorientasi pada kesehatan
(Setyowati, 2008).
Hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden mampu
melaksanakan perawatan dengan baik sebanyak 24 responden (52,2%), hal ini
dikarenakan responden tau bagaimana cara merawat penderita gouth dengan cara
sederhana.

Berdasarkan data di atas daapat disimpulkan bahwa tugas perawatan


kesehatan keluarga dalam merawat anggota keluarganya`dalam kategori baik
sebesar 52,2%. Ini menunjukkan bahwa keluarga mampu merawat anggota
keluarganya yang menderita gouth arthtritis.

Tugas perawatan keluarga dalam memodifikasi lingkungan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas keluarga dalam memodifikasi
lingkungan di Desa Luwo’o Kecamatan Talaga Jaya di atas sebanyak 39
responden (84,8%) yang berada pada kategori yang baik. Serta sebanyak 7
responden (15,2%) yang berada pada kategori yang kurang baik. Hal ini
disebabkan oleh karena didapatkan bahwa 60,8% responden sering
memperhatikan kebersihan diri pada anggota keluarga yang menderita gouth
arthtritis, selain itu terdapat 58,6% selalu mencegah anggota keluarga yang
menderita gouth untuk mandi malam. 7 responden (15,2%) yang berada pada
kategori yang kurang baik disebabkan karena 7 responden (15,2) tidak mampu
menyiapkan tempat tidur bagi anggota keluarga yang tidak lembab/dingin karena
mereka menganggap bahwa itu sakit yang biasa, 4 responden (8.7%) tidak mampu
mencegah anggota keluarganya mencuci pakaian berlama-lama, 1 responden
(2,1%) tidak mampu memperhatikan kebersihan diri anggota keluarga yang
menderita gouth arthtritis alasannya karena banyak pekerjaan.
Keluarga mempunyai peran penting dan membantu anggota keluarganya
untuk hidup dalam kehidupan yang lebih sehat (Setyowati, 2008). Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden selalu mampu menyediakan
keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga (seperti perlengkapan mandi dan
makan, ataupun perlengkapan untuk merawat diri).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh mukhtaruddin 2014
tentang gambaran pelaksanaan tugas kesehatan keluarga yang memiliki lansia
yang hipertensi. Dimana pada penelitian ini terdapat 57,1% rsponden sudah
mampu memodifikasi lingkungan kesehatan sekitar keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga bahwa responden sebesar 60,9
% menjawab setuju pada pernyataan bahwa saya memperhatikan kebersihan diri
pada anggota keluarga yang menderita gouth arthtritis (asam urat). Ini
menunjukkan bahwa keluarga mampu menata lingkungan dengan baik.

Tugas perawatan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan


kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan bahwa semua responden atau 46 responden (100,00%) yang
berada dalam kategori yang baik. Hal ini disebabkan oleh karena kesadaran
keluarga ingin mengetahui perkembangan penyakit anggota keluarganya di mana
terdapat 100% responden memberikan dukungan kepada anggota
keluarganyauntuk melakukan pemeriksaan rutin pada fasilitas kesehatan.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gouth merupakan
kemampuan keluarga dalam mengetahui apakah keberadaan fasilitas kesehatan,
tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan
tersebut terjangkau oleh keluarga. dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan,
dimana biasa mengunjungi pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi dan
cenderung yang paling dekat misalnya posyandu, puskesmas, maupun rumah
sakit.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden sebesar 67,4%
menjawab setuju pada pernyataan bahwa saya mengetahui pelayanan kesehatan
terdekat. Ini menunjukkan bahwa keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan.

Pelaksanaan tugas perawatan kesehatan keluarga pada anggota penderita


gouth arthtritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas perawatan
kesehatan keluarga pada penderita gouth arthtritis di Desa Luwoo Kecamatan
Talaga Jaya dalam kategori baik sebanyak 45 responden (97,8%) dan pelaksanaan
tugas perawatan kesehatan dalam kategori kurang baik sebanyak 1 responden
(2,2%). Hal ini disebabkan karena 18 responden (39,1%) mampu mengetahui ke
lima tugas perawatan kesehatan keluarga tersebut, dari 46 responden diantaranya
42 responden (91,3%) sudah mampu mengenal masalah kesehatan, terdapat 1
responden (2,1%) yang sudah mengenal masalah kesehatan tetapi tidak mampu
mengambil keputusan dan terdapat 20 responden (43,5%) sudah mampu
mengenal masalah kesehatan dan mengambil keputusan tetapi tidak mampu
merawat secara sederhan kepada anggota keluarga yang menderita gouth arthtritis,
alasannya karena itu sudah hal yang biasa dan punya kesibukkan yang banyak.
Dan terdapat 2 responden mampu mengenal, mengambil keputusan serta, merawat
sederhana, tetapi tidak mampu memodifikasi lingkungan seperti memberikan rasa
nayaman terhadap anggota keluarga yang menderita. 1 responden (2,1%) sama
sekali tidak mampu dalam 4 tugas pelaksanaan perawatan keluarga, tetapi mampu
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, alasannya karena pelayanan kesehatan
mudah dijangkau.

KESIMPULAN
Tugas perawatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada penderita

gouth arthtritis di Desa Luwoo Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

sebagian besar 42 responden (91,3) dengan kategori baik dan 4 responden (8,7%)

dan kategori kurang, tugas perawatan keluarga dalam mengambil keputusan


tindakan kesehatan yang tepat terdapat 44 responden (95,7%) kategori baik, dan 4

responden (4,3%) kategori kurang, Tugas perawatan keluarga dalam melakukan

perawatan sederhana terdapat 24 responden (52,2%) yang berada pada kategori

yang baik. Serta sebanyak 22 responden (47,8%) yang berada pada kategori yang

kurang baik, tugas perawatan keluarga dalam memodifikasi lingkungan untuk

menjamin kesehatan terdapat 39 responden (84,8%) yang berada pada kategori

yang baik. Serta sebanyak 7 responden (15,2%) yang berada pada kategori yang

cukup baik, dan tugas perawatan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan dalam kategori yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Firman Ardhiatma, Ani Rosita, Rista Eko Muji Lestariningsih. 2017. Hubungan
Antara Pengetahuan Tentang Gout Arthritis Terhadap Perilaku
Pencegahan Gout Arthritis Pada Lansia. Skripsi. STIKes Buana
Husada Ponorogo.
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &
Praktik, Edisi 5. Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC
Ilkafah, 2017. Efektivitas Daun Sirsak Dalam Menurunkan Nilai Asam Urat Dan
Keluhan Nyeri Pada Penderita Gout Di Kelurahan Tamalanrea
Makassa. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanudin.
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta : Notebook.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Setyowati, S., & Arita M. 2008.Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan
Aplikasi Kasus.Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.
ahyudi, Upoyo AS, Kuswati A. 2014. Penilaian lima tugas keluarga pada keluarga
dengan anggota keluarga menderita TB paru di wilayah kerja BP-
4 Magelang. Jurnal Keperawatan Soedirman; 3(3): 144-8.

Anda mungkin juga menyukai