PENDAHULUAN
Akne vulagris merupakan penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada
unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Akne sering menjadi tanda
pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menerkhe/haid pertama. Onset
akne vulgaris pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas
Akne vulgaris memiliki gambaran klinis yang beragam seperti komedo, papul,
pustule, nodus dan jaringan parut sehingga disebut juga dermatosis polimorfik.
Tempat predileksi adalah di muka, bahu, dada bagian atas dan punggung
vulgaris bisa berlanjut seumur hidup, dengan pembentukan jaringan parut hipertropis
Penyakit ini dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras,
dan jenis kelamin. Umumnya insiden terjadi pada usia 14-17 tahun pada wanita, dan
16-19 tahun pada pria dengan lesi tersering adalah komedo dan papul. Pada wanita,
akne dapat menetap lebih lama sampai pada usia tiga puluh tahun atau lebih bila
dibandingkan dengan pria. Namun derajat akne yang lebih berat justru didapati pada
pria (Wasitaatmadja, 2008). Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki
prevelensi tertinggi, yaitu 37% dan 32 %, sedangkan ras Asia sebesar 30%, diikuti ras
Kaukasia 24% dan ras India 23%. Pada ras Asia lesi inflamasi lebih sering
dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal.
Sebaliknya pada ras Kaukasia, 14% adalah lesi komedonal dan 10% lesi inflamasi
(Perkins et al, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Primadani di Pesantren
International K.H Mas Mansyur Surakarta pada bulan Januari 2015, dari 70 sampel
ditemukan akne vulgaris paling banyak pada usia 18-20 tahun sebanyak 23 orang
dengan presentase 32,8%, diikuti usia 21-22 tahun sebanyak 12 orang dengan
presentase 17,2%, pada usia 23-24 tahun sebanyak 3 orang dengan presentase 4,2%.
Data epidemilogi penderita akne vulgaris sulit didapat. Jumlah penderita akne
vulgaris diperkirakan cukup banyak namun sulit untuk diketahui jumlah pastinya.
Data tersebut sulit didapat disebabkan karena banyak dari penderita yang tidak datang
berobat ke pusat pelayanan kesehatan dan memilih melakukan perawatan sendiri atau
membiarkannya saja.
Etiologi akne vulgaris belum diketahui secara pasti dan patogenesis terjadinya
yang salah juga merupakan faktor yang memicu terjadinya akne. Faktor keturunan
(Fransisca, 2012). Selain polimorfik akne vulgaris juga memiliki sifat poligenetik.
Pola penurunannya tidak mengikuti hukum Mendel, tetapi bila kedua orangtua pernah
menderita akne berat pada masa remajanya, anak-anak akan memiliki kecenderungan
serupa pada masa pubertas (Movita, 2013). Bila kedua orang tua menderita akne maka
3 dari 4 anak akan menderita akne juga (Fulton, 2009). Pasien dengan genotip XXY
androgen berfungsi dalam meregulasi kelenjer sebasea dan produksi sebum, serta
lebih tinggi dibanding orang normal, meskipun kadar androgen serumnya masih
akne. Trigliserida digunakan sebagai sumber nutrisi oleh P. acnes (Tjekyan, 2008).
Trigliserida akan diubah menjadi asam lemak bebas oleh P. acnes, flora normal unit
pilosebasea. Asam lemak bebas ini akan mempromosikan penggumpalan bakteri lebih
lanjut dan kolonisasi P.acnes, inflamasi, dan mungkin komedogenik (Cordain, 2002;
Acnes) diduga menjadi faktor utama timbulnya akne, tetapi terdapat tiga faktor lain
epidermis folikular, produksi sebum yang berlebihan dan inflamasi (Movita ,2013).
Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam
seseorang pada keadaan semula, sehingga tubuh yang tadinya mengalami kelelahan
akan menjadi segar kembali (Ulimudiin, 2011). Kebutuhan tidur yang cukup,
ditentukan oleh jumlah jam tidur/kuantitas tidur dan kedalaman tidur/kualitas tidur
(Wicaksono, 2012). Menurut WHO tahun 2004, tidur yang tidak adekuat
dari 24 jam) memiliki beberapa pengaruh yang cukup nyata, yaitu: peningkatan
sitokin proinflamasi IL-6 dan/atau TNFα, dan penuruan konsentrasi kortisol pada pagi
hari dan meningkat pada malam hari (Vgontzas, 2004). Glukortikoid kortisol sering
mengatur kadar sel darah merah dalam plasma dan mendistribusi eosinofil, basofil,
meningkatkan kadar Hb, eritrosit, trombosit dan leukosit, memiliki efek anti inflamasi
dan mempengaruhi sistem mekanisme umpan balik. Sehingga bila kadar kortisol
rendah pada pagi hari, maka kemampuan menangani stress akan berkurang, energi
terjadi akibat tingginya eosinofil, basofil, monosit, limfosit dalam plasma (Guyton,
adalah testosteron yang akan dirubah menjadi bentuk aktif yaitu 5α-
Dihidrotestosterone (DHT) oleh enzim type I-5α reductase (Latifah & Kurniawaty,
2015). Produksi sebum yang berlebihan akan menyebabkan kulit menjadi sangat
berminyak, kulit yang berminyak cenderung lebih mudah memicu terjadinya akne
orang diperoleh hasil dari 54 orang yang memiliki kebiasaan tidur < pukul 22.00 WIB
14,50% mengalami akne vulgaris dan 24,64% tidak mengalami akne vulgaris.
Sedangkan yang memiliki kebiasaan tidur tidur ≥ pukul 22.00 WIB 34,78%
mengalami akne vulgaris dan 26,08% tidak mengalami akne vulgaris. Pada penelitian
di Medan yang dilakukan oleh Goklas pada tahun 2010 diperoleh hasil dari 50 orang
responden dengan kualitas tidur tidak baik, 66% menderita akne vulgaris dan 34%
tidak menderita akne vulgaris. Penelitian lainnya dari 70 orang responden didapatkan
hasil dari 35 orang yang tidur larut malam 40% menderita akne vulgaris dan 10%
tidak menderita akne vulgaris. Dari 35 orang yang tidak tidur larut malam didapatkan
hasil 14,3% menderita akne dan 35,7% tidak menderita akne (Primadani,2015).
Walupun akne vulgaris merupakan penyakit yang umum dijumpai dan dapat
sembuh sendiri. Namun etiologi pastinya sampai saat ini belum diketahui. Sampai
saat ini penelitian yang ada hanya sebatas membahas faktor yang berperan dalam
merupakan suatu penyakit yang multifaktorial maka peneliti tertarik untuk membahas
salah satu faktor yang dianggap bisa mencetuskan atau memperparah akne vulgaris.
penelitian tentang hubungan kuantitas dan kualitas tidur dengan kejadian akne
3) Apakah terdapat hubungan kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris pada
2016.
5) Apakah terdapat hubungan kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris pada
2016.
Mengetahui hubungan kuantitas dan kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris pada
mahasiswa/i fakultas kedokteran Universitas Andalas angkatan 2014 pada tahun 2016.
2016.
4) Mengetahui kualitas tidur pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas
2016.
akne vulgaris serta dapat juga digunakan sebagai salah satu sumber informasi
memahami penyebab terjadinya akne vulgaris dan pengaruh kualitas tidur terhadap
kejadian akne vulgaris. Sehingga dapat memberikan edukasi bagi masyarakat untuk
Bisa digunakan sebagai sumber informasi pasien tentang faktor yang berperan untuk
mengendalikan faktor tersebut agar akne vulgarisnya juga bisa dikendalikan dan