Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Apa Arti Dari “Kepentingan Umum”?

Memeriksa Ideologi Orang Amerika


Profesi Akuntan Publik
C.Richard Baker
Sekolah Bisnis, Universitas Adelphi, Garden City, New York, A

Tujuan Penelitian
Untuk memeriksa klaim retoris yang diajukan oleh beberapa organisasi terkemuka dalam profesi
akuntan publik Amerika yang mengklaim bertindak untuk kepentingan umum, dan untuk mencoba
mengidentifikasi posisi ideologis atau posisi yang mendasar klaim dan mereka.
Desain / Metodologi / Pendekatan
Menguji klaim retoris tertentu yang diajukan oleh American Institute Of Certified Public
Accountants (AICPA), Finanial Accounting Standard Board (FASB), dan Price Waterhouse Coopers
(PWC). Mendiskusikan tentang konsep ideologi Paul Ricoeur, tentang ideologi dapat digunakan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang ideologi profesi akuntan publik di Amerika
Temuan - awalnya tampak bahwa klaim retoris dar organisasi profesi – profesi terkemuka di
Amerika mengungkapkan idelogi neo-liberal yang mendasari pekerjaannya. Namun setelah dilakukan
pemeriksaan lebih dekat, diketahui adanya tingkat ambiguitas tertentu sehubungan ideologi neo-
liberalis dengan penekanan lebih pada pengaturan pasar modal melalui audit dan standar akuntansi
keuangan. Ambiguitas ini juga menunjukan bahwa ada kepentingan ekonomi yang terlibat dan bahwa
kepentingan ekonomi ini merupakan ideologi akuntansi publik, yang mengubah nilai dan aktivitas
profesi akuntan publik dengan melayani kepentingan publik. Ideologi akuntansi publik ini dimaknai
sebagai penyediaan fungsi integratif sosial untuk profesi akuntan publik dan juga memiliki fungsi
pembenaran dalam mempertahankan keabsahan otoritas CPA sehubungan denan standar auditing dan
standar akuntansi keuangan. Aspek ideologis yang distortif juga telihat jelas, karena tampaknya ada
ketidakmampuan untuk menentukan secara tepat apa arti kepentingan publik dan semua masih masih
bersifat kemungkinan.

1. Pembahasan
Ungkapan “public interest” telah banyak digunakan dalam literatur akuntansi profesional dan
akademis. Keragaman retorika dalam literatur akuntansi yan dimaksudkan untuk “public interest”
menimbulkan pertanyaan “Apa itu Public Interest?”. Sangat banyak jawaban untuk pertanyaan dan
semuanya bergantung pada perspektif ideologis responden. Misalnya mungkin mereka yang
mengadopsi ideologi neo-liberal akan sangat tidak masuk akal / tidak dapat dipercayai bahwa
kebijakan yang mereka bentuk akan menguntungkan kepentingan publik. Begitupun orang – orang
yang menentang ideologi neo-liberal pastinya akan percaya bahwa kebijakan mereka untuk
menguntungkan kepentingan publik. Akibatnya penyebaran retorika seputar istilah “public interest”
semakin berkembang. Tujuan makalah ini adalah untuk memeriksa klaim retoris beberapa organisasi
terkemuka yang beroperasi dalam profesi akuntan publik Amerika yang mengklaim bertindak untuk
kepentingan umum dan untuk mengidentifikasi posisi ideologis atau posisi yang mendasari klaim
tersebut.

2. Konsep Ideologi Dalam Penelitian Akuntansi


Arrington dan Puxty (1991) mengklaim bahwa gagasan akuntansi hanya sementara dinilai
sebagai umpan balik yang tidak tertarik (atau netral) mempertahankan mata uang untuk sebagian
besar abad (20), dan melalui penelitian kontemporer dapat menunjukan kekhawatiran terhadap
hubungan kontroversial akuntansi dengan kepentingan tertentu. Hopwood (1998) mengidentifikasikan
:
“akuntansi akan dianggap sebagai jenis usaha yang menarik. Alih – alih hanya berada dalam
ranah teknis berperan sebagai fasilitator netral pengambilan keputusan yang efektif akuntansi perlahan
mulai terkait dengan penyelesaian kepentingan ekonomi, sosial, dan politik yang cukup spesifik.
Akuntansi mulai secara dan menunjukan pengaruh dengan ikut terlibat dalam konstruksi dan
propagarasi pengertian kontrol organisasi dan sosial.”
Arrington dan Puxty juga menentukan bahwa telah ada sejumlah penelitian yang telah meneliti
bagaimana akuntansi terkait dengan kepentingan dan ideologi tertentu, diantaranya adalah penelitian
Zeff (1978), Neimark (1986), Williams (1987), Lehman (1992), Tinker, dkk (1982, dan 1988) dan
Arrington (1989).

3. Definisi Ideologi
Dalam ideologi jerman, Marx dan Engels (1932) menekankan dua hal penting tentang idelogi.
Poin pertama, ideologi menyajikan pandangan dunia dari sudut pandang kelas penguasa. Poin kedua,
adalah bahwa pandangan dunia ini terdistorsi karena kepentingan kelas penguasa bersifat parsial dan
tidak mewakili kepentingan publik (Jary, 1991). Marx dan Engels (1932) dalam teori sosialnya
memahami ideologi secara bertahap sebagai seperangkat gagasan atau perspektif yang mencerminkan
kepentingan kelas atau kelompok sosial tertentu dan bem tentu milik kelas penguasa atau kelompok
dominan. Sehingga jika diartikan maka anggapan dari Arrington dan Pxty (1991) ada benarnya bahwa
seseorang bisa saja berideologi neo-liberal, ideologi maskulin, dan sebagainya.
Tantangan terhadap pandangan tradisional ideologi ditawarkan oleh mannheim (1936), yang
berpendapat bahwa adalah suatu kesalahan untuk mempertimbangkan pandangan kelas tertentu
terdistorsi dan kelas lain tidak terdistorsi. Manheim percaya bahwa semua sistem kepercayaan harus
mewakili kepentingan kelompok tertentu. Sementara di sisi lain Mannheim menyetujui persepsi Marx
bahwa masyarakat sering terkena dampak negatif oleh ideologi, dan bahwa ideologi membantu
mengabadikan hubungan kekuasaan yang tidak adil dan ketidakadilan di masyarakat. Mannheim
menunjukan sebuah paradoks dalam konsep ideologi tradisional dan diperkuat dengan komentar
Ricouer (1986) yang mendasarkan pemahaman yang bias dengan pengembangan teori ideologi yang
menunjukan hubungan kontradiktif.
Dengan demikian ada ketegangan dalam konsep ideologi. Williams (1995) memandang ideologi
sebagai operasi pada dua tingkatan yang berbeda yakni keyakinan formal dan pandangan yang khas.
Tingkat pertama ideologi tidak perlu didekonstruksi agar bisa dipahami, dan tingkat dua ideologi
biasanya perlu diperiksa sepenuhnya dan didekonstruksi sebelum dapat dipahami. Menurut Thompson
(1984) tingkat ideologi kedua ini dapat dibagi lagi menjadi dua aspek yang berbeda yakni konsepsi
netral (sistem pemikiran atau sistem kepercayaan dari praktik simbolis yang berkaitan dengan aksi
sosial atau proyek politik) dan konsepsi kritis (bersumber dari literatur).
Pada bagian berikutnya akan diperiksa klaim retoris tertentu yang diajukan olh AICPA, FASB,
dan PWC. Namun sebelum itu perlu diketahui beberap asumsi yang beredar dalam lingkup profesi
akuntan di Amerika. Profesi akuntan di amerika sering dipersepsikan secara sempit yakni berisi oran –
orang yang bersertifikat akuntan publik (CPA) atau yang dipekerjakan pada staf profesional firma
akuntan publik. Orang lain yang melakukan pekerjaan akuntansi tanpa berada dalam asosiasi ini
biasanya bukan dianggap seorang akuntan. kedua, BPA diberikan oleh masing – masing negara
bagian AS, dan dengan demikian merupakan masalah hukum negara, CPA tidak diharuskan menjadi
anggota institut profesional. Ketiga, AICPA adalah organisasi keanggotaan sukarela. Keempat, kode
perilaku profesional AICPA berlaku untuk semua anggotanya tanpa memandang apakah mereka
mempraktekkan akuntansi publik atau tidak.
4. Menguji klaim retoris tertentu tentang melayani kepentingan publik dalam profesi
akuntan publik Amerika.
4.1. Kode Etik AICPA
Kode Etik AICPA yang mengarah pada kepentingan publik ada pada kode etik AICPA
bagian 53 pasal II. Dimana dalam pasal tersebut kode AICPA menempatkan kepentingan publik
sebagai metafora utama dalam ekspresi retorik tentang AICPA itu sendiri. AICPA
mendefenisikan kepentingan umum sebagai kesejahteraan kolektif masyarakat orang dan institusi
wajb untuk memenuhi pelayanan tersebut. Yang tidak diketahui dalam asumsi ini bahwa tidak
menjelaskan secara terperinci kesejahteraan kolektif dan berdasarkan alasan tersebut mka akan
dicari makna sesungguhnya dari “public interest”.
Jika kita berasumsi AICPA beroperasi dalam ideologi neo-liberal, maka tentunya akan
mengandalkan objektivitas dan integritas akuntan publik bersetifikat untuk mempertahankan
tertibnya fungsi perdagangan akan dijadikan sebagai dasar. Dari pandangan ideologi yang
berbeda seperti perspektif demokratis sosial liberal, dalam perspektif ideologi ini kode tersebut
akan juga dipandang konsisten, karena penekanan integritas dalam menyelesaikan konflik sosial
akan dipandang sepemahaman dengan aspek pragmatis perspektif demokrasi sosial (Rorty, 1982,
Merino 1993) terlebih lagi pasar modal yang berfungsi dengan baik dapat dilihat sebagai upaya
mengarahkan tujuan kesejahteraan sosial yang penting dalam perspektif demokratis sosial liberal.
Sebaliknya jika merekonsiliasi klaim retoris dari kode AICPA dengan perspektif demokratis
sosial demokratis dengan membandingkan klaim pemberi hibah kredit, pengusaha, investor,
komunitas bisnis dan keuangan, dengan fungsi tertib perdagangan, mungkin akan sulit untuk
diterima bahkan dengan fungsi konruen “kepentingan publik” jika kepentinan publik itu sendiri
didefenisikan untuk mencakup kelas buruh, orang miskin, dan orang – orang yang kehilangan
haknya (misalnya Tinker : 1980, 1985, 1988, 1991 dan Mitchell et, al : 1998). Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa perspektif ideologis dalam debat ekonomi masih kemungkinan terjadi
terhadap apa yang dimaksud dengan kepentingan publik.
Dalam makalah ini dilakukan penelitian lanjutan untuk menemukan makna kepentingan
publik seperti yang diungkapkan lewat klaim retoris profesi akuntan publik Amerika. Dilakukan
analisis terhadap klaim untuk melayani kepentingan umum dalam The CPA journal (sebuah
publikasi dari new york state society of CPA) yang dimana Robert Colson (Salah seorang editor
di Chief) mengomentari klaim tersebut. Colson mengemukakan bahwa kode tersebut
bertentangan dengan poin tertentu dengan pernyataan dalam misi SEC yang secara eksplisit
mengklaim sebagai advokat investor. Inti dari pernyataan colson adalah untuk merekonsutruksi
ulang pandangan tertentu tentang kepentingan publik, yang menyiratkan penekanan pada investor
dan kreditur di pasar modal, yang menyiratkan ideologi neo – liberal yang menjadi dasar dari
klaim tersebut dengan mengalihkan penekanan tradisional profesi akuntan publik amerika pada
nilai – nilai independensi, objektivitas dan integritas, dan lebih berfokus pada penekanan
melidungi kepentingan investor dan kreditor. Meskipun demikian, retorika Colson dapat
dipandang sangat sesuai dengan ideologi neo-liberal, dapat diihat tingkat ambiguitas tertentu
sehubungan dengan posisi ideologis ini karena perspektif noe-liberal yang ketat akan mungkin
mempertahankannya, tidak ada kebutuhan yang signifikan untuk audit eksternal yang
diamanatkan negara karena perusahaan memiliki kepentingan ekonomi dalam memberikan
informasi yang akurat kepada investor dan kreditur dan juga investor dan kreditur adalah
pengambil keputusan rasional yang mempu menentukan sendiri investasi mana yang sesuai untuk
dipilih (Benston, 1982).
Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa ada ambiguitas sehubungan dengan ideologi neo-liberal
jika dilihat dari posisi ideologis dalam klaim retoris profesi akuntan publik amerika dan
perbedaan pandang Colson yang kontras. Dapat dikatakan jika ada anggapan pasar modal itu
penting, maka perlu ada pengaturan dan pengendalian terhadap pasar tersebut lewat audit dan
tindakan lainnya. Pendapat yang mendukung praktik audit (sebagaiaman dalam kode etik profesi
akuntan) dalam melihat penyajian audit hanya sampai pada hal – hal tertentu tersebut dipandang
sebagai tindakan audit untuk memonopoli penyediaan layanan audit itu sendiri. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa ada kepentingan ekonomi yang jelas mendukung keberadaan
praktik audit yang independen dari nilai yan diamanatkan oleh auditor ke pasar modal. Klaim
retoris oleh profesi akuntan publik tentang melayani kepentingan umum dapat dikatakan
menunjukan jenis ideologi yang mementingan diri sendiri, terutama berkaitan dengan
kepentingan ekonomi profesi akuntan publik itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa bukan lagi
kepentingan kelasa dominan atau penguasa yang mendasari ideologi seperti yang dimaksudkan
Marx melainkan yang mendasarinya adalah kepentingan kelompok tertentu yang menyamakan
kepentingannya dengan kepentingan umum, (seperti pendapat Mannheim dan Ricoeur)

4.2. Pernyataan Misi dan Pernyataan Konsep Keuangan FASB


Klaim retorika kedua yang diperiksa dalam makalah ini adalah dokumen yang berisi klaim
yang diterbitkan FASB. Dalam klaim retoris FASB menunjukan fokus yang jelas dan spesifik
pada kepentingan investor dan kreditur. FASB tidak terlalu mempertimbangkan penyediaan
informasi untuk kepentingan unsur – unsur yang lain. Kepentingan lain akan mencari informasi
keuangan di sumber yang lain karena kecenderungan FASB tidak akan menangani kepentingan
tersebut. Ideologi neo-liberal yang mendasari FASB yang menjadikan layanan hanya berfokus
pada kebutuhan investor dan kreditur sehingga kode etik yang diterapkan FASB berkontribusi
baik pada pasar modal dan juga menunjukan fungsi yang tepat dalam kaitannya dengan
“kepentingan publik”. Namun hal ini masih memiliki hubungan kontradiktif dengan penelitian –
penelitian empiris sehingga masih timbul pertanyaan apakah klaim retorika FASB didasarkan
prinsip neo – liberal.
Kenyataannya, klaim retorika FASB juga dapat dilihat sebanding dengan perspektif
demokratis sosial liberal karena FASB berfungsi semacam kuasi pemerintah dan badan pengatur.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada ambiguitas perspektif dalam klaim retorika FASB,
hal ini berkenaan dengan perspektif ideologis yang nampak kongruren yangmendasari klaim
tersebut dengan penekanan pada aspek regulasi dari proses penetapan standar akuntansi
keuangan. Ambiguitas ini mungkin diakibatkan oleh kurangnya perbedaan yang jelas antara
ideologi neo – liberal dan perspektif neo – liberal namun bisa juga ambiguitas ini digunakan
untuk mengutamakan kepentingan tertentu di pasar modal. Pengendalian proses penetapan
standar keuangan perlu dinilai dan diperdebatkan, seperti yang ditemukan dengan audit, mungkin
ada kepentingan ekonoi tertentu yang berusaha mempertahankan kompleksitas penetapan standar
audit.
Di luar FASB sendiri, kita dapat mempertimbangkan Firma Akuntan Publik yang besar,
yang juga menggunakan keahliannya untuk berkontribusi dalam membentuk standar dan juga
perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, yang dapat memanfaatkan kompleksitas standar
akuntansi kompleksita standar akuntansi memanipulasi dan memanfaatkan pendapatan
manajemen. Dengan demikian dalam klaim retoris FASB dapat dikatakan adanya ideologi yang
mendasari yang berfungi mempertahankan kepentingan ekonomi bagi orang – orang yang ahli
dalam penetapan standar. Sekali lagi dapat dikatakan bahwa ideologi yang mendasari bukan
berasal dari penguasa melainkan ideologi kelompok tertentu yang menyamakan kepentingan
ekonominya sendiri dengan kepentingan publik.
4.3. Mendidik kepercayaan publik
Klaim retoris ketiga berkaitan dengan kepentingan publik ditemukan dalam monograf yang
yang dikeluarkan oleh Price Water House yang berfokus pada pendidikan “public interest” dalam
pendidikan akuntansi. Klaim retoris dari monograf PWC difokuskan pada meyakinkan pembaca
(siswa akuntansi) jika berada dalam perusahaan harus melayani kepentingan publik. Kepercayaan
publik yang dipikirkan oleh PWC, dikaitkan dengan mengembalikan kepercayaan masyarakat
terhadap kelangsungan hidup pasar modal untuk menciptakan nilai meskipun perlu pembentukan
modal. Siswa akuntansi memang harus tertarik pada profesi akuntan publik dan siswa perlu
untuk mengharai pentingnya menciptakan nilai ekonomi melalui pembentukan modal.
Kurikulum yang kuat dan menantang perlu dibangun agar siswa dapat belajar secara serius
bagaimana menciptakan nilai melalui formasi modal. Sumber daya yang memadai harus
disiapkan untuk memastikan kelangsungan hidup suatu proses pendidikan yang berfokus pada
penciptaan nilai melalui pembentukan modal. Tampaknya klaim retorika seputar “kepercayaan
publik” yang diklaim oleh PWC didasarkan pada ideologi neo – liberal. Graves telah
berkomentar mengenai keterbatasan klaim retoris dari monografi PWC dengan membandingkan
realitas bahwa akuntansi berkaitan dan memainkan perannya dalam masyarakat luas dan
akuntansi saat ini berada di luar konvensinya jika dibandingkan pada pemahaman PWC yang
berfokus pada menciptkan sumberdaya yang berinteritas dan berkompentan.
Mengingat jumlah klien yang banyak yang dimiliki oleh PWC yang berusaha melayani
persepsi ini maka akan sangat wajar jika monograf ini didadari oleh ideologi neo-liberal. Namun
jika melihat bahwa ungkapan retorika dalam situs web PWC House maka akan ada sebuah
anomali karena nilai dasar PWC adalah keahlian, pengetahuan , kompetensi dan integritas. Nilai
– nilai seperti ini serupa dengan nilai – nilai yang dinyatakan dalam kode etik AICPA, namun
tidak seperti AICPA monograf ini menunjukan seara eksplisit yang berfokus pada kepentingan
publik. PWC tampaknya memfokuskan kepentingan publik melalu pembentukan sumber daya
yang memiliki keahlian, pengetahuan, kompetensi, dan integritas (misalnya Preston, et al. 1995).
Dengan demikian ungkapan nilai – nilai dapat dikatakan serupa dengan ideologi akuntan publik,
yang didefenisikan kegiatan akuntan publik itu sendiri, dan kemudian menyamakannya untuk
kepentingan publik. Namun harus diperhatikan bahwa ideologi ini tidak sepenuhnya sesuai
dengan ideologi neo- liberal, karena meskipun mendukung agasan pasar modal, namun dilain sisi
juga mendukung peraturan negara mengenai pasar modal. Tetapi tetap saja dapat dikategorikan
ideologi ini merupakan serangkaian kepentingan ekonomi tertentu yang disampaikan lewat
ideologi mendasar profesi akuntan publik

5. Konsep Ricoeur tentang ideologi dan profesi akuntan publik Amerika


5.1. Pemeriksaan Ricoeur terhadap konsep ideologi
Paul Ricouer berpendapat bahwa konsep ideologi seharusnya tidak dipandang sebagai
distorsi realitas oleh kelas yang dominan. Dalam beberapa karya Ricoeur, terhadap hasil
pemeriksaan terhadap aspek ideologi tertentu yang mencakup penjelasan fungsional dan aspek
lain yang mendominasi. Aspek pertama Ricoeur berkaitan dengan integrasi sosial. Dia
berpendapat terdapat jarak yang memisahkan antara "peristiwa pendiri" kelompok sosial
tertentu, dan memori sosial dari peristiwa tersebut, dimana kelompok perlu "mewakili" dirinya
sendiri, untuk melestarikan dan menyebarkan gagasan awal para pendiri grup. Dengan demikian
dapat dikatakan, ideologi berfungsi untuk mereproduksi nilai dan gagasan yang terkait dengan
peristiwa pendiri kelompok sosial dan berfungsi sebagai fungsi integratif untuk kelompok
tersebut (Ricoeur, 1978, 1984; Dy, 1989). Oleh karena itu, oleh karena itu kita dapat melihat
penekanan tradisional profesi akuntan publik Amerika mengenai nilai keahlian, pengetahuan,
kompetensi dan integritas, yang terdiri dari sebagian ideologi profesi akuntan publik. Ricoeur
melanjutkan dengan mengatakan bahwa ada aspek negatif terhadap fungsi integratif sosial ini.
Aspek kedua dari ideologi yang diperiksa oleh Ricoeur melibatkan dominasi, tapi tidak
dalam pengertian Marx. Aspek ideologi ini muncul ketika ada perbedaan antara badan
pemerintahan kelompok dan kelompok lainnya. Diferensiasi mengarah pada hal yang
diperdebatkan tentang klaim otoritas dan perbedaan mengenai legitimasi otoritas tersebut.
Misalnya ideologi berfungsi untuk membenarkan legitimasi otoritas. Dalam makalah ini, Ricoeur
mengemukakan bahwa ada aspek negatif mengenai aspek ideologi ini.Misalnya, anggota badan
pemerintahan dapat mengklaim tingkat kewenangan yang lebih tinggi daripada yang diberikan
anggota kelompok tersebut (Ricoeur, 1978, 1984).
Aspek ketiga dari ideologi yang diperiksa oleh Ricoeur adalah konsep Marxis, di mana
ideologi dipandang sebagai fungsi dominasi oleh kelas penguasa dalam situasi konflik. Dalam
karya awal Marx ada penekanan pada distorsi realitas. Distorsi ini berbentuk pembalikan, atau
citra kenyataan yang terbalik. Agama dipandang sebagai paradigma proses pembalikan ini karena
penekanannya pada cita-cita dan universal daripada eksistensi material. Ideologi dalam
pengertian ini mengambil konotasi negatif karena ini menggambarkan sebuah proses yang
didalamnya terdapat fakta keberadaan material yang dikaburkan dan digantikan oleh apa yang
dibayangkan dan dipahami oleh manusia. Dengan demikian, ideologi dipandang sebagai
pengganti citra yang salah untuk realita. Karena Marx percaya bahwa ideologi dalam pengertian
ini dihasilkan oleh kepentingan kelas, hanya sebuah perubahan dalam hubungan kelas yang dapat
mengakhiri ilusi yang dipupuk oleh ideologi. Aspek ketiga ideologi ini menggantikan penjelasan
fungsional mengenai ideologi sebagai pengintegrasian dan pembenaran, dan menggantikannya
dengan gagasan distorsi dan dominasi. Namun, pada saat yan bersamaan pemeriksaan ideologi
di atas menggambarkan tesis dasar Ricoeur, yaitu, "ideologi itu adalah fenomena eksistensi sosial
yang tak terhindarkan; Karena realitas sosial selalu terbentuk secara sistematis, hubungan sosial
mereka sendiri mengalami penafsiran mereka melalui representasi "(Ricoeur, 1986; Dy, 1989).
5.2. Menerapkan konsep ideologi Ricoeur kepada profesi akuntan publik
Berdasarkan ungkapan retorika dari tiga organisasi perwakilan profesi akuntan publik
Amerika yang telah dibahas sebelumnya dalam makalah ini yang menunjukan bahwa ada ideologi
neo-liberal yang mendasari profesi akuntan publik, pada saat bersamaan ada tingkat tertentu dari
ambiguitas dalam ungkapan tersebut. Oleh karena itu, sulit untuk mengidentifikasi dengan jelas
posisi ideologis dari ketiga organisasi yang diulas dalam makalah ini. Kode Etik AICPA
mennunjukan adanya indikasi bahwa pasar modal itu penting, namun ada juga penekanan pada
peraturan negara dan pengendalian pasar modal melalui audit dan tindakan lainnya. Namun
berdasarkan perspektif penjelasan Ricoeur tentang ideologi, maka ideologi akuntansi publik dapat
dilihat sebagai integratif sosial, karena nilai-nilai pendirian tertentu direproduksi melalui klaim
retoris dari profesi tersebut, dan membenarkan, bahwa legitimasi tersebut diklaim sebagai
kewenangan CPA berkaitan dengan praktik audit.
Seperti halnya dengan kode etik AICPA, diindikasikan adanya kepentingan ekonomi yang
bekerja di bidang pengaturan standar akuntansi keuangan yang berusaha untuk menjaga
kompleksitas proses penetapan standar oleh FASB. Anggota FASB, firma akuntan besar, dan
perusahaan besar, memiliki kepentingan ekonomi dalam menjaga kompleksitas proses penetapan
standar. Sehubungan dengan konsep ideologi Ricoeur, dapat dilihat bahwa aspek pembenaran
terbukti, karena klaim retoris berusaha mempertahankan otoritas sah FASB.
Dan yang terakhir penekanan retoris dari situs web PWC Global mengenai nilai-nilai seperti
keahlian, pengetahuan, kompetensi dan integritas yang dapat dilihat sebagai bagian dari ideologi
akuntansi publik, yang menghitung nilai akuntan publik, dan kemudian menyesuaikan nilai-nilai
ini dengan melayani kepentingan umum Dengan demikian, sekali lagi nampaknya ada satu set
kepentingan ekonomi yang menyampaikan ideologi profesi akuntan publik. Dari perspektif
konsep ideologi Ricoeur, aspek integratif dan pembenaran terbukti.
6. Kesimpulan
Pemeriksaan terhadap beberapa ungkapan retorika yang dilihat pada tiga organisasi terkemuka
dalam profesi akuntan publik Amerika yang mengklaim dapat melayani kepentingan umum seperti
penjelasana dalam makalah ini memiliki tujuan yakni untuk mengidentifikasi posisi ideologis atau
posisi yang mendasari klaim retorisdari organisasi – organisasi.
Pada contoh pertama, tampak bahwa klaim retoris menunjukan ideologi neo-liberal yang
mendasarinya. Dalam pemeriksaan menunjukkan tingkat ambiguitas tertentu yang berkaitan dengan
ideologi neo-liberal, dengan penekanan pada pentingnya pengaturan pasar modal melalui pengaturan
standar auditing dan keuangan. Ambiguitas ini juga mengungkapkan bahwa ada kepentingan ekonomi
tertentu yang terlibat dan bahwa kepentingan ekonomi ini merupakan ideologi akuntansi publik, yang
menyesuaikan nilai dan aktivitas profesi akuntan publik dengan melayani kepentingan umum.
Ideologi akuntansi publik ini dapat dipahami sebagai penyediaan fungsi integratif sosial untuk profesi
akuntan publik dan juga fungsi pembenaran sehubungan dengan mempertahankan otoritas CPA yang
sah sehubungan dengan standar auditing dan standar akuntansi keuangan.

Anda mungkin juga menyukai