Paper Richard E Baker (Terjemahan)
Paper Richard E Baker (Terjemahan)
Tujuan Penelitian
Untuk memeriksa klaim retoris yang diajukan oleh beberapa organisasi terkemuka dalam profesi
akuntan publik Amerika yang mengklaim bertindak untuk kepentingan umum, dan untuk mencoba
mengidentifikasi posisi ideologis atau posisi yang mendasar klaim dan mereka.
Desain / Metodologi / Pendekatan
Menguji klaim retoris tertentu yang diajukan oleh American Institute Of Certified Public
Accountants (AICPA), Finanial Accounting Standard Board (FASB), dan Price Waterhouse Coopers
(PWC). Mendiskusikan tentang konsep ideologi Paul Ricoeur, tentang ideologi dapat digunakan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang ideologi profesi akuntan publik di Amerika
Temuan - awalnya tampak bahwa klaim retoris dar organisasi profesi – profesi terkemuka di
Amerika mengungkapkan idelogi neo-liberal yang mendasari pekerjaannya. Namun setelah dilakukan
pemeriksaan lebih dekat, diketahui adanya tingkat ambiguitas tertentu sehubungan ideologi neo-
liberalis dengan penekanan lebih pada pengaturan pasar modal melalui audit dan standar akuntansi
keuangan. Ambiguitas ini juga menunjukan bahwa ada kepentingan ekonomi yang terlibat dan bahwa
kepentingan ekonomi ini merupakan ideologi akuntansi publik, yang mengubah nilai dan aktivitas
profesi akuntan publik dengan melayani kepentingan publik. Ideologi akuntansi publik ini dimaknai
sebagai penyediaan fungsi integratif sosial untuk profesi akuntan publik dan juga memiliki fungsi
pembenaran dalam mempertahankan keabsahan otoritas CPA sehubungan denan standar auditing dan
standar akuntansi keuangan. Aspek ideologis yang distortif juga telihat jelas, karena tampaknya ada
ketidakmampuan untuk menentukan secara tepat apa arti kepentingan publik dan semua masih masih
bersifat kemungkinan.
1. Pembahasan
Ungkapan “public interest” telah banyak digunakan dalam literatur akuntansi profesional dan
akademis. Keragaman retorika dalam literatur akuntansi yan dimaksudkan untuk “public interest”
menimbulkan pertanyaan “Apa itu Public Interest?”. Sangat banyak jawaban untuk pertanyaan dan
semuanya bergantung pada perspektif ideologis responden. Misalnya mungkin mereka yang
mengadopsi ideologi neo-liberal akan sangat tidak masuk akal / tidak dapat dipercayai bahwa
kebijakan yang mereka bentuk akan menguntungkan kepentingan publik. Begitupun orang – orang
yang menentang ideologi neo-liberal pastinya akan percaya bahwa kebijakan mereka untuk
menguntungkan kepentingan publik. Akibatnya penyebaran retorika seputar istilah “public interest”
semakin berkembang. Tujuan makalah ini adalah untuk memeriksa klaim retoris beberapa organisasi
terkemuka yang beroperasi dalam profesi akuntan publik Amerika yang mengklaim bertindak untuk
kepentingan umum dan untuk mengidentifikasi posisi ideologis atau posisi yang mendasari klaim
tersebut.
3. Definisi Ideologi
Dalam ideologi jerman, Marx dan Engels (1932) menekankan dua hal penting tentang idelogi.
Poin pertama, ideologi menyajikan pandangan dunia dari sudut pandang kelas penguasa. Poin kedua,
adalah bahwa pandangan dunia ini terdistorsi karena kepentingan kelas penguasa bersifat parsial dan
tidak mewakili kepentingan publik (Jary, 1991). Marx dan Engels (1932) dalam teori sosialnya
memahami ideologi secara bertahap sebagai seperangkat gagasan atau perspektif yang mencerminkan
kepentingan kelas atau kelompok sosial tertentu dan bem tentu milik kelas penguasa atau kelompok
dominan. Sehingga jika diartikan maka anggapan dari Arrington dan Pxty (1991) ada benarnya bahwa
seseorang bisa saja berideologi neo-liberal, ideologi maskulin, dan sebagainya.
Tantangan terhadap pandangan tradisional ideologi ditawarkan oleh mannheim (1936), yang
berpendapat bahwa adalah suatu kesalahan untuk mempertimbangkan pandangan kelas tertentu
terdistorsi dan kelas lain tidak terdistorsi. Manheim percaya bahwa semua sistem kepercayaan harus
mewakili kepentingan kelompok tertentu. Sementara di sisi lain Mannheim menyetujui persepsi Marx
bahwa masyarakat sering terkena dampak negatif oleh ideologi, dan bahwa ideologi membantu
mengabadikan hubungan kekuasaan yang tidak adil dan ketidakadilan di masyarakat. Mannheim
menunjukan sebuah paradoks dalam konsep ideologi tradisional dan diperkuat dengan komentar
Ricouer (1986) yang mendasarkan pemahaman yang bias dengan pengembangan teori ideologi yang
menunjukan hubungan kontradiktif.
Dengan demikian ada ketegangan dalam konsep ideologi. Williams (1995) memandang ideologi
sebagai operasi pada dua tingkatan yang berbeda yakni keyakinan formal dan pandangan yang khas.
Tingkat pertama ideologi tidak perlu didekonstruksi agar bisa dipahami, dan tingkat dua ideologi
biasanya perlu diperiksa sepenuhnya dan didekonstruksi sebelum dapat dipahami. Menurut Thompson
(1984) tingkat ideologi kedua ini dapat dibagi lagi menjadi dua aspek yang berbeda yakni konsepsi
netral (sistem pemikiran atau sistem kepercayaan dari praktik simbolis yang berkaitan dengan aksi
sosial atau proyek politik) dan konsepsi kritis (bersumber dari literatur).
Pada bagian berikutnya akan diperiksa klaim retoris tertentu yang diajukan olh AICPA, FASB,
dan PWC. Namun sebelum itu perlu diketahui beberap asumsi yang beredar dalam lingkup profesi
akuntan di Amerika. Profesi akuntan di amerika sering dipersepsikan secara sempit yakni berisi oran –
orang yang bersertifikat akuntan publik (CPA) atau yang dipekerjakan pada staf profesional firma
akuntan publik. Orang lain yang melakukan pekerjaan akuntansi tanpa berada dalam asosiasi ini
biasanya bukan dianggap seorang akuntan. kedua, BPA diberikan oleh masing – masing negara
bagian AS, dan dengan demikian merupakan masalah hukum negara, CPA tidak diharuskan menjadi
anggota institut profesional. Ketiga, AICPA adalah organisasi keanggotaan sukarela. Keempat, kode
perilaku profesional AICPA berlaku untuk semua anggotanya tanpa memandang apakah mereka
mempraktekkan akuntansi publik atau tidak.
4. Menguji klaim retoris tertentu tentang melayani kepentingan publik dalam profesi
akuntan publik Amerika.
4.1. Kode Etik AICPA
Kode Etik AICPA yang mengarah pada kepentingan publik ada pada kode etik AICPA
bagian 53 pasal II. Dimana dalam pasal tersebut kode AICPA menempatkan kepentingan publik
sebagai metafora utama dalam ekspresi retorik tentang AICPA itu sendiri. AICPA
mendefenisikan kepentingan umum sebagai kesejahteraan kolektif masyarakat orang dan institusi
wajb untuk memenuhi pelayanan tersebut. Yang tidak diketahui dalam asumsi ini bahwa tidak
menjelaskan secara terperinci kesejahteraan kolektif dan berdasarkan alasan tersebut mka akan
dicari makna sesungguhnya dari “public interest”.
Jika kita berasumsi AICPA beroperasi dalam ideologi neo-liberal, maka tentunya akan
mengandalkan objektivitas dan integritas akuntan publik bersetifikat untuk mempertahankan
tertibnya fungsi perdagangan akan dijadikan sebagai dasar. Dari pandangan ideologi yang
berbeda seperti perspektif demokratis sosial liberal, dalam perspektif ideologi ini kode tersebut
akan juga dipandang konsisten, karena penekanan integritas dalam menyelesaikan konflik sosial
akan dipandang sepemahaman dengan aspek pragmatis perspektif demokrasi sosial (Rorty, 1982,
Merino 1993) terlebih lagi pasar modal yang berfungsi dengan baik dapat dilihat sebagai upaya
mengarahkan tujuan kesejahteraan sosial yang penting dalam perspektif demokratis sosial liberal.
Sebaliknya jika merekonsiliasi klaim retoris dari kode AICPA dengan perspektif demokratis
sosial demokratis dengan membandingkan klaim pemberi hibah kredit, pengusaha, investor,
komunitas bisnis dan keuangan, dengan fungsi tertib perdagangan, mungkin akan sulit untuk
diterima bahkan dengan fungsi konruen “kepentingan publik” jika kepentinan publik itu sendiri
didefenisikan untuk mencakup kelas buruh, orang miskin, dan orang – orang yang kehilangan
haknya (misalnya Tinker : 1980, 1985, 1988, 1991 dan Mitchell et, al : 1998). Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa perspektif ideologis dalam debat ekonomi masih kemungkinan terjadi
terhadap apa yang dimaksud dengan kepentingan publik.
Dalam makalah ini dilakukan penelitian lanjutan untuk menemukan makna kepentingan
publik seperti yang diungkapkan lewat klaim retoris profesi akuntan publik Amerika. Dilakukan
analisis terhadap klaim untuk melayani kepentingan umum dalam The CPA journal (sebuah
publikasi dari new york state society of CPA) yang dimana Robert Colson (Salah seorang editor
di Chief) mengomentari klaim tersebut. Colson mengemukakan bahwa kode tersebut
bertentangan dengan poin tertentu dengan pernyataan dalam misi SEC yang secara eksplisit
mengklaim sebagai advokat investor. Inti dari pernyataan colson adalah untuk merekonsutruksi
ulang pandangan tertentu tentang kepentingan publik, yang menyiratkan penekanan pada investor
dan kreditur di pasar modal, yang menyiratkan ideologi neo – liberal yang menjadi dasar dari
klaim tersebut dengan mengalihkan penekanan tradisional profesi akuntan publik amerika pada
nilai – nilai independensi, objektivitas dan integritas, dan lebih berfokus pada penekanan
melidungi kepentingan investor dan kreditor. Meskipun demikian, retorika Colson dapat
dipandang sangat sesuai dengan ideologi neo-liberal, dapat diihat tingkat ambiguitas tertentu
sehubungan dengan posisi ideologis ini karena perspektif noe-liberal yang ketat akan mungkin
mempertahankannya, tidak ada kebutuhan yang signifikan untuk audit eksternal yang
diamanatkan negara karena perusahaan memiliki kepentingan ekonomi dalam memberikan
informasi yang akurat kepada investor dan kreditur dan juga investor dan kreditur adalah
pengambil keputusan rasional yang mempu menentukan sendiri investasi mana yang sesuai untuk
dipilih (Benston, 1982).
Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa ada ambiguitas sehubungan dengan ideologi neo-liberal
jika dilihat dari posisi ideologis dalam klaim retoris profesi akuntan publik amerika dan
perbedaan pandang Colson yang kontras. Dapat dikatakan jika ada anggapan pasar modal itu
penting, maka perlu ada pengaturan dan pengendalian terhadap pasar tersebut lewat audit dan
tindakan lainnya. Pendapat yang mendukung praktik audit (sebagaiaman dalam kode etik profesi
akuntan) dalam melihat penyajian audit hanya sampai pada hal – hal tertentu tersebut dipandang
sebagai tindakan audit untuk memonopoli penyediaan layanan audit itu sendiri. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa ada kepentingan ekonomi yang jelas mendukung keberadaan
praktik audit yang independen dari nilai yan diamanatkan oleh auditor ke pasar modal. Klaim
retoris oleh profesi akuntan publik tentang melayani kepentingan umum dapat dikatakan
menunjukan jenis ideologi yang mementingan diri sendiri, terutama berkaitan dengan
kepentingan ekonomi profesi akuntan publik itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa bukan lagi
kepentingan kelasa dominan atau penguasa yang mendasari ideologi seperti yang dimaksudkan
Marx melainkan yang mendasarinya adalah kepentingan kelompok tertentu yang menyamakan
kepentingannya dengan kepentingan umum, (seperti pendapat Mannheim dan Ricoeur)