Anda di halaman 1dari 14

Pemeriksaan Forensik pada Korban dengan Dugaan

Kekerasan Tumpul
Yuan Alessandro Suros

102013009 / F4

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

Alamat Korespendensi:

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: yuan.2013fk009@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan
nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum di tingkat
lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di
bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan Antara tindakan yang satu
dengan yang lain dalam rangkaian perisiwa tersebut. Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan
korban, dokter diharapkan dapat menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban, bilamana
kelainan tersebut timbul, apa pnyebabnya serta apa akibat yang timbul terhadap kesehatan korban.
Dalam hal korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang
bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya kematian tersebut, serta membantu dalam perkiraan
saat kematian dan perkiraan cara kematian.

Untuk kesemuanya itu, dalam bidang ilmu kedokteran forensik dipelajari tata laksana
medikolegal, tanatologi, traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang
terkait, agar semua dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dapat benar-benar
memanfaatkam segala pengetahuan kedokterannya untuk kepentingan peradilan serta kepentingan
lain yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Pembahasan

Skenario
Sesosok mayat pria dikirimkan ke Bagian Kedokteran Forensik FKUI/RSCM oleh sebuah Polsek di
Jakarta. Ia adalah tersangka pelaku pemerkosaan terhadap seorang remaja putri yang kebetulan anak
dari seorang pejabat kepolisian. Berita yang dituliskan di dalam surat permintaan Visum et Repertum
adalah bahwa laki-laki ini mati karena gantung diri di dalam sel tahanan Polsek.

Pemeriksaan yang dilakukan keesokan harinya menemukan bahwa pada wajah mayat terdapat
pembengkakan dan memar, pada punggungnya terdapat beberapa memar berbentuk dua garis sejajar
(railway hematom) dan di daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar
berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter. Di ujung penisnya terdapat luka
bakar yang sesuai dengan jejas listrik. Sementara itu terdapat pula jejas jerat yang melingkari leher
dengan simpul di daerah kiri belakang yang membentuk sudut ke atas. Pemeriksaan bedah jenazah
menemukan resapan darah yang luas di kulit kepala, perdarahan yang tipis di bawah selaput keras
otak, sembab otak besar, tidak terdapat resapan darah di kulit leher tetapi sedikit resapan darah di
otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri, sedikit busa halus di dalam saluran napas,
dan sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung. Tidak terdapat patah
tulang. Dokter mengambil beberapa contoh jaringan untuk pemeriksaan laboratorium.

Keluarga korban datang ke dokter dan menanyakan tentang sebab-sebab kematiak korban karena
mereka mencurigai adanya tindakan kekerasan selama di tahanan Polsek. Mereka melihat sendiri
adanya memar-memar di tubuh korban.

Aspek Hukum
Prosedur medikolegal diatur dalam KUHAP pada pasal-pasal berikut:

I. Pasal 133 KUHAP1


(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat

Page 2 of 14
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat

II. Pasal 179 KUHAP1


(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-
benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya

Pasal yang mengatur mengenai kejahatan terhadap tubuh & jiwa manusia antara lain:

I. Pasal 89 KUHP1
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan

II. Pasal 90 KUHP1


Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
(2) Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian
(3) Kehilangan salah satu pancaindra
(4) Mendapat cacat berat
(5) Menderita sakit lumpuh
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan

III. Pasal 338 KUHP1


Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

IV. Pasal 339 KUHP1


Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal

Page 3 of 14
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama 20 (dua puluh) tahun

V. Pasal 340 KUHP1


Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 25 (dua puluh lima)
tahun

VI. Pasal 351 KUHP1


(1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 (tujuh)
tahun
(4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana

VII. Pasal 353 KUHP1


(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9
(sembilan) tahun

VIII. Pasal 354 KUHP1


(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun

IX. Pasal 355 KUHP1


(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun

Page 4 of 14
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun

Anamnesis
Pada kasus forensik, dilakukan autoanamnesis ketika korban masih kooperatif atau
alloanamnesis kepada keluarga atau orang yang menghantar korban saat korban sudah tidak
kooperatif atau bahkan telah meninggal dunia. Pertanyaan yang diajukan meliputi umur
korban, urutan kejadian, jenis penderaan yang dialami korban, jikalau ada kecurigaan
kekerasan dapat ditanyakan oleh siapa, kapan, dimana, dengan apa dan bagaimana cara
pemukulannya, beberapa kali, apakah ada orang disekitar saat kejadian. Perlu juga ditanyakan
berapa lama jedah waktu antara kejadian dan penghantaran ke rumah sakit. Tanyakan juga
kondisi kesehatan pasien sebelumnya, trauma serupa diwaktu lamoau, pertumbuhan psikis
dan fisik, dan siapa yang mengawasi sehari-hari. Jikalau kasus menyangkut kekerasan
seksual dapat ditanyakan riwayat HPHT, apakah pernah melakukan persetubuhan sebelum
kejadian, apakah korban atau pelaku memakai kondom atau obat kontrasepsi lainnya, apakah
korban atau pelaku didalam pengaruh minuman keras atau obat-obatan.

Pemeriksaan Medis – Traumatologi


Adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya,
kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik, fisik, dan kimia. Di dalam
skenario terdapat beberapa luka, yaitu:2

(a) Luka akibat kekerasan benda tumpul2


Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.
Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya.
Letak, bentuk, dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis
kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya:
Pada saat timbul, memar berwarna merah

Page 5 of 14
Kemudian menjadi ungu dan hitam
Setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau
Dalam 7-10 hari akan berubah menjadi kuning
Dan akhirnya akan menghilang dalam 14 sampai 15 hari
Hematom ante mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya
akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga
dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit.
Pada lebam mayat, darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat
sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada
hematom penampang sayatan tetap berwarna merah kehitaman.

(b) Luka akibat suhu2


Suhu tinggi dapat menyebabkan heat exhaustion primer.
Temperatur kulit yang tinggi dan rendahnya penglepasan panas dapat
menimbulkan kolaps pada seseorang karena ketidakseimbangan antara darah dan
sirkulasi dengan lumen pembuluh darah.
Hal ini sering terjadi pada pemaparan terhadap panas, kerja jasmani berlebihan
dan pakaian yang terlalu tebal.
Dapat pula terjadi heat exhaustion sekunder akibat kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan (dehidrasi).
Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi.
Kerusakan kulit yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak.
Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada
kedalaman 1 mm dapat mencapai 66 derajat celcius.
Luka bakar sudah dapat terjadi pada suhu 43-44 °C bila kontak cukup lama.
Luka bakar dapat dikategorikan ke dalam 4 derajat luka bakar, eritema, vesikel
dan bullae, nekrosis koagulatif, karbonisasi.

(c) Luka akibat trauma listrik2


Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan
tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat
daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi.
Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya.
Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, gambaran serupa jejas listrik secara
makroskopis juga bisa timbul akibat persentuhan kulit dengan benda/logam panas.

Page 6 of 14
Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan dan
kelumpuhan pusat pernapasan.

Pemeriksaan Medis – Thanatologi


Merupakan ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Kematian
dibedakan menjadi:2

(1) Mati somatis atau mati klinis terjadi akhibat terhentinya ketiga sistem penunjang
kehidupan yaitu sistem saraf pusat, respirasi, dan kardiovaskuler
(2) Mati suri atau suspended animation disebabkan karena terhentinya ketiga sistem
kehidupan jika dilakukan pemeriksaan dengan alat kedokteran sederhana.
(3) Mati seluler atau mati molekuler adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis.
(4) Mati serebral merupakan kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali
batang otak dan serebelum sedangkan sistem respirasi dan kardiovaskuler masih
berfungsi dengan bantuan alat
(5) Mati otak disebabkan karena terjadinya kerusakan seluruh isi neural intrakranial yang
ireversibel termasuk batang otak dan serebelum.

Waktu kematian dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap tanda-tanda kematian.


Tanda-tanda kematian dibedakan menjadi tanda pasti dan tanda tidak pasti. Tanda-tanda tidak
pasti kematian terdiri dari:2
1. Pernafasan berhenti lebih dari 10 menit
2. Terhentinya sirkulasi
3. Kulit pucat
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi
5. Pengeringan kornea
6. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kematian dan bergerak ke tepi lalu menetap

Tanda-tanda pasti dari kematian, antara lain:2


1. Lebam mayat Livor mortis
Dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi

Page 7 of 14
Setelah mati, eritrosit akan menempati tempat terbawah (mengisi vena), dan
kemudian membentuk livide (bercak merah-ungu)
Pada bagian yang tertekan oleh alas keras tidak akan timbul lebam mayat
Letak dari lebam mayat tergantung pada posisi ketika meninggal
Umumnya mulai tampak 20-30 menit setelah kematian dan akan menetap
setelah 8-12 jam
Pada kasus keracunan CO atau CN, lebam akan terlihat merah muda
Pada kasus keracunan nitrit, lebam akan terlihat coklat

2. Kaku mayat Rigor mortis


Disebabkan habisnya ATP, menyebabkan aktin dan miosin menjadi kaku
Dapat dibuktikan dengan memeriksa persendian
Mulai tampak 2 jam setelah kematian, dan dimulai dari bagian luar tubuh
(otot-otot kecil) ke dalam
Dibedakan menjadi tiga macam:

a) Cadaveric spasm
Bentuk kekakuan otot yang terjadi saat kematian dan menetap
Timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului relaksasi primer
Disebabkan habisnya cadangan glikogen dan ATP setempat karena
kelelahan sebelum meninggal
b) Heat stiffening
Koagulasi protein otot oleh panas sehingga otot berwarna merah muda,
kaku, dan rapuh
Sering dijumpai pada korban yang mati terbakar
c) Cold stiffening
Kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin
Terjadi pembekuan cairan tubuh

3. Penurunan suhu tubuh Algor mortis


Terjadi akibat proses pemindahan suhu dengan cara radiasi, konduksi,
evaporasi, dan konveksi
Terjadi lebih cepat pada
Lingkungan yang suhunya lebih rendah
Lingkungan berangin dengan kelembaban rendah
Tubuh yang kurus
Posisi terlentang
Page 8 of 14
Tidak berpakaian atau pakaian tipis

4. Pembusukan Decomposition
Proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri
Akan terlihat ±24 jam pasca kematian,dimulai berupa kehijauan (terbentuk
sulf-met-hemoglobin) pada daerah caecum, dan mulai berbau busuk
Pembuluh darah dibawah kulit nampak melebar dan berwarna hijau-kehitaman
Pembentukan gas dimulai dari dalam lambung dan usus, menyebabkan
tegangnya perut dan keluarnya cairan dari mulut dan hidung
Gas yang terdapat dalam jaringan tubuh akan mengakibatkan teraba krepitasi
dan pembengkakan menyeluruh
Bila ditemukan larva, sudah terjadi pembusukan nyata (meninggal >36 jam)

5. Lilin mayat Adiposera


Terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak, berminyak, dan berbau tengik
dalam jaringan lunak tubuh
Terdiri atas asam lemak tak jenuh, terbentuk dari hidrolisis lemak dan
mengalami hidrogenisasi
Yang pertama kali terkena adalah lemak di bagian superficial
Adiposera menyebabkan gambaran luar tubuh dapat bertahan bertahun-tahun
dan menghambat pembusukan karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan

6. Mumifikasi
Dehidrasi jaringan yang cukup cepat, sehingga terjadi pengeringan jaringan,
yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, dan berkeriput
Jaringan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada
lingkungan kering
Terjadi jika suhu lingkungan dalam keadaan hangat, kelembaban rendah,
aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama

Selain tanda-tanda pasti dan tidak pasti dari kematian, untuk menentukan lamanya
waktu kematian dapat dilakukan melalui identifikasi beberapa perubahan, seperti:2
1. Perubahan pada mata
2. Perubahan pada lambung
3. Perubahan rambut
4. Pertumbuhan kuku

Page 9 of 14
5. Perubahan dalam cairan serebrospinal
6. Kadar kalium
7. Komponen darah
8. Reaksi supravital

Autopsi
Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat
mengungkapkan beberapa hal, yaitu:2,3

(1) Penyebab luka2,3


Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditentukan
Gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang
mengenai tubuh

(2) Arah kekerasan2,3


Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan

(3) Cara terjadinya luka2,3


Cara terjadinya luka yaitu apakah luka yang ditemukan terjadi sebagai akibat
kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri
Luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka
Bagian tubuh yang terlindungi (daerah lipatan) jarang mendapat luka pada kecelakaan
Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh
Pada korban yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis
yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan
Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat percobaan (tentative
wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang sejajar

(4) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati2,3


Harus dapat dibuktikan bahwa kematian disebabkan oleh kekerasan yang
menyebabkan luka semasa korban masih hidup (luka intravital)
Tanda intravitalitas luka dapat bervariasi, dari resapan darah, proses penyembuhan
luka, serbukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar
histamine bebas dan serotonin jaringan.

Visum et Repertum

Page 10 of 14
Surat keterangan dokter yang dikeluarkan untuk polisi dan pengadilan dan berfungsi
sebagai alat bukti yang sah dalam perkara pidana. Visum et Repertum berisi laporan tertulis
tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada tubuh korban. Pembuatan Visum et Repertum
harus objektif, tanpa adanya pengaruh dari orang-orang yang berkepentingan dalam perkara
dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.2,4

Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu:2,4

(a) Visum et Repertum perlukaan atau keracunan2,4


Untuk mengetahui penyebab luka atau sakit dan derajat parahnya luka atau
sakitnya tersebut

(b) Visum et Repertum kejahatan susila2


Korban yang dimintakan Visum et Repertumnya kepada dokter adalah kasus
dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP

(c) Visum et Repertum psikiatrik2


Dibuat oleh dokter spesialis psikiatri di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum
Bukan hanya untuk orang yang menderita penyakit jiwa, tetapi juga orang yang
retardasi mental
Diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan bagi
korban sebagaimana Visum et Repertum lainnya
Menguraikan tentang segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia

(d) Visum et Repertum jenazah2


Korban mati akibat tindak pidana atau dugaan tindak pidana
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau
kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian
Dalam Visum et Repertum jenazah, jenazah yang diminta Visum et Repertumnya
harus diberi label yang memuat identitas mayat, diberikan cap jabatan yang diikat
pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya
Dalam surat permintaan visumnya harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang
diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah atau pemeriksaan autopsi
Autopsi hanya dilakukan dengan keizinan keluarga korban dan penyidik wajib
memberitahu keluarga korban dan terangkan maksud dan tujuan pemeriksaan
Apabila seluruh pemeriksaan yang diminta penyidik selesai dilakukan, jenazah
boleh dibawa keluar dari institut kesehatan dengan surat keterangan kematian.

Page 11 of 14
Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam
pasal 184 KUHP. Visum et Repertum dapat turut berperan dalam proses pembuktian suatu
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana ia menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et Repertum juga memuat keterangan
atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam
bagian kesimpulan. Dengan demikian, Visum et Repertum secara utuh menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum. Dengan membaca Visum et Repertum, dapat diketahui
dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan praktisi hukum dapat menerapkan
norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.2,4

Apabila Visum et Repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang


pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti
yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau
penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa
atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180
KUHAP. Bagi penyidik Visum et Repertum berguna untuk mengungkapkan perkara.2,4

Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang
akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan
pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu
Standar Operasional Prosedur (SOP) pada suatu rumah sakit tentang tata laksana pengadaan
Visum et Repertum.2,4

Visum et Repertum terdiri atas 5 bagian, yaitu:2,4

(a) Pro Justitia


Diletakkan pada sebelah atas kertas yang berarti untuk kepentingan penyidikan
(b) Pendahuluan
Berisikan identitas dokter pemeriksa, instansi pemeriksa, tempat dan waktu
pemeriksaan, instansi peminta visum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta
identitas korban yang diperiksa
(c) Pemberitaan
Hasil pemeriksaan dimana memuat semua barang bukyi yang dituliksan secara
sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain.
(d) Kesimpulan

Page 12 of 14
Kesimpulan hasil pemeriksaan berdasarkan keilmuan atau keahliannya. Juga
disebutkan jenis perlukaan atau cedera, penyebab serta derajat luka
(e) Penutup
Merupakan kalimat yang menyatakan bahwa visum dibuat dengan sebenarnya,
berdasarkan keilmuan serta mengingat sumpah dan sesuai dengan KUHAP

Interpretasi Temuan

1. Resapan darah yang luas di daerah kepala mengindikasikan terjadinya cedera kepala
akibat trauma tumpul
2. Pada wajah, terdapat bengkak dan memar (hematom)
Suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan vena, yang
disebabkan oleh kekerasan tumpul
Luka memar kadang memberi petunjuk tentang benda penyebabnya dan umur luka
3. Jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di kiri belakang dengan sudut keatas
Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, dan sebagainya yang dapat melingkari
leher yang bias menyebabkjan kematian akibat asfiksia atau reflex vagal.
4. Patah ujung rawan gondok
Dapat dikarenakan penjeratan atau karena simpul.
5. Punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar
Menggambarkan benda yang dipakai untuk memukul seperti kayu, gagang rotan, dan
gagang sapu.
6. Daerah paha disekitar kemaluan terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar
berukuran diameter 1cm
7. Diujung penis terdapat luka bakar yang sesuai jejas listrik
Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk
kulit sebagai luka bakar
Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebab
8. Busa halus didalam saluran pernapasan dan bintik perdarahan di kedua paru dan jantung
Merupakan tanda terjadinya asfiksia
Busa halus timbul akibat peningkatan aktivitas pernapasan pada fase dispnea yang
disertai sekresi selaput lendir daluran napas bagian atas
Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang
kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler

Page 13 of 14
Kesimpulan

Pada korban laki-laki ini ditemukan resapan darah pada leher bagian kiri, selaput keras otak
dan terdapat sembab otak sesuai dengan gambaran kekerasan tumpul pada kepala dan leher. Sebab
mati adalah kekerasan tumpul pada kepala, yang menyebabkan perdarahan di bawah selaput keras
otak dan sembab otak. Korban diperkirakan sudah mati kurang lebih dua puluh empat jam sebelum
dilakukan pemeriksaan jenazah, karena ditemukannya tanda-tanda lebam mayat dan pada saat
penekanan, lebam hilang dan mudah berpindah serta suhu tubuh korban 24,6oC.

Daftar Pustaka
1. Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran. Jakarta
Pusat: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014.
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, dkk. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta Pusat: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997.
3. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Teknik autopsi forensik. Jakarta Pusat: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
4. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta Pusat: Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.

Page 14 of 14

Anda mungkin juga menyukai