Anda di halaman 1dari 22

Gangguan Psikotik Akut dan Penatalaksanaannya

JEAN V C TAHAPARY (102014244)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

Email : jeanvionatahapary@gmail.com

Anamnesis

Anamnesis diperlukan untuk dapat membantu mendiagnosa, pada tahap ini merupakan
tahapan awal dari berbagai macam tahapan. Selain anamnesis terdapat juga pemeriksaan fisik
yang dimana menjadi point penting. Dalam anamnesis keluhan utama merupakan bagian penting
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.1
Anamnesis ini biasanya memberikan informasi ter- penting untuk mencapai diagnosis
banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien
paling penting. Anamnesis ini sebaiknya mencakup sebagian besar waktu konsultasi. Anamnesis
yang didapat harus dicatat dan disajikan dengan kata-kata pasien sendiri, dan tidak boleh
disamarkan dengan istilah medis. Jika tidak bisa didapatkan anamnesis yang jelas dari pasien,
maka anamnesis harus ditanyakan pada kerabat, teman, atau saksi lain. Dalam hal ini yang
ditanyakan adalah mengenai riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat kehamilan, riwayat
kelahiran dan riwayat keluarga.1
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai. Penanganan dari pasien ini harus dimulai dengan riwayat secara menyeluruh
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk melakukan diagnosis. Dalam kasus ini anamnesis
dilakukan dengan wawancara psikiatrik atau riwayat psikiatrik. Yang terdiri atas keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat psikiatrik lampau, riwayat medis lampau,riwayat keluarga,
serta riwayat perkembangan psikologis dan sosial.1

Pemeriksaan Psikiatrik
1. Data pribadi pasien1
 Nama
 Umur
 Jenis kelamin
 Status perkawinan
 Pekerjaan
 Agama/suku bangsa
2. Riwayat keluhan saat ini1
 Kapan keluhan dimulai?
 Apakah kemudian keluhan berubah? Jika ya, bagaimana perubahannya?
 Apakah ada kejadian sebelumnya yang memicu timbulnya keluhan, seperti
kematian, per-ceraian?
 Apakah terdapat gejala psikologis lainnya, seperti rasa cemas, bersalah, keinginan
bunuh diri? Apakah terdapat gejala fisik, seperti gangguan tidur atau nafsu
makan, variasi mooddiurnal?
 Apakah terdapat pengobatan psikologis atau obat-obatan yang digunakan untuk
keluhan saat ini? Jika ya, apakah pengobatan tersebut membantu?
 Lakukan penapisan keluhan lainnya. Semua pasien harus ditanyakan tentang
adanya keinginan bunuh diri, depresi, perilaku obsesif dan psikosis.
 Apakah terdapat gejala gangguan biologis, seperti tidur (insomnia pada awal
tidur, insomnia pada pertengahan tidur, terbangun pagi lebih awal), nafsu makan
(meningkat atau menurun), variasi diurnal dalam mood, energi, libido,
konsentrasi, kesedihan?
3. Riwayat Psikiatri terdahulu1
 Apakah terdapat masalah psikiatri yang serupa atau yang lain sebelumnya?
 Catat kunjungan ke dokter umum, penggunaan layanan psikiatri atau rawat inap.
 Catat kapan keluhan terjadi, berapa lama berlangsungnya dan penatalak-sanaan
yang diberikan.
4. Latar belakang pribadi1
 Bagian yang panjang dari riwayat psikiatri yang dibagi dalam subbagian-
subbagian.
 Lakukan pendekatan pada bagian ini dengan menerangkan kepada pasien bahwa
anda ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka agar dapat memahami
masalah mereka dan membantu mereka secara lebih baik.
5. Riwayat keluarga1
 Kumpulkan informasi tentang orang tua, saudara kandung serta kerabat lainnya
yang berhubungan.
 Tanyakan umur, pekerjaan, lingkungan sosial, gangguan psikiatri/masalah
kesehatan lainnya dan hubungan dengan pasien.
 Buatlah genogram dari informasi tadi.
6. Riwayat pribadi1
 Masa kanak-kanak : riwayat kelahiran, tahap perkembangan, khususnya
keterlambatan; deskripsi masa kanak-kanak awal; atrnosfer/suasana keluarga dan
rumah.
 Sekolah: umur lulus; suka membolos atau menolak untuk sekolah, suka
mengganggu; hubungan dengan teman-teman sebaya, guru-guru; ujian yang
dikerjakan dan kecakapan, pen-didikan lebih lanjut. Pekerjaan: datalah semua
pekerjaan dan lama bekerja, alasan berhenti,dan periode menganggur.
 Riwayat hubungan dan psikoseksual: hubungan saat ini bila ada, aktifitas seksual,
orientasi seksual, masalah seksual, pengalaman seksual pertama, pengalaman
seksual yang aneh/kekerasan seksual. Untuk wanita catat usia menarke/meno-
pause, hubungan masa lalu yang penting, alasan hubungan tersebut berakhir.
 Kebiasaan/ketergantungan: alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang; catat
jumlah, penggunaan saat ini dan sebelumnya,pola penggunaan; gejala/tanda keter
gantungan dan putus obat; masalah yang berkaitan, misalnya masaiah dalam
pekerjaan.
 Riwayat forensic : catat semua pelanggaran baik dihukum maupun tidak
 Situasi sosial saat ini: tipe rumah, siapa saja yang tinggal di rumah; keadaan
keuangan, dll.
7. Kepribadian sebelum sakit (premorbid)1
 Sulit untuk dinilai melalui wawancara yang singkat. Titik berat pada pola perilaku
yang konsisten selama hidup. Bagian ini harus mencantumkan masukan dari
orang lain, karena tidak ada individu yanq mampu menggambarkan
kepribadiannya sendiri secara objektif.
 Hal-hal yang mencakup: sikap kepada orang lain dalam hubungan; sikap pada diri
sendiri, misalnya menyukai diri sendiri, percaya diri; mood pre-dominan,
misalnya ceria, optimis-tik; menikmati aktivitas dan hal-hal yang diminati; reaksi
terhadap stres, mekanisme mengatasi masalah (coping mechanisms).

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan tanda vital dan fisik. Pemeriksaan fisik tersebut
digunakan untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda kelainan organik.2 Pemeriksaan yang dapat
kita lakukan dapat meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan mata, dan bicara. Pada
pemeriksaan neurologis, selama proses anamnesis pada kasus tersebut, tingkat kesadaran dan
atensi pasien terhadap detil pemeriksaan, pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur, dan
cara berjalan perlu diperhatikan. Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk dua tujuan.
Tujuan pertama dicapai melalui pemeriksaan neurologis rutin, yaitu terutama dirancang untuk
mengungkap asimetri fungsi motorik, persepsi, dan refleks pada kedua sisi tubuh yang
disebabkan oleh penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk
memperoleh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit lobus
frontal. Tanda ini meliputi refleks mengisap, mencucur, palmomental, dan refleks genggam serta
menetapnya respons terhadap ketukan di dahi. Sayangnya, kecuali refleks genggam, tanda seperti
itu tidak berkaitan erat dengan patologi otak yang mendasari.2

Untuk selanjut nya pada pemeriksaan mata, disamping gangguan pada pengejaran ocular
yang halus, pasien skizofrenik mempunyai kecepatan kejapan yang lebih tinggi. Peningkatan
kecepatan kejapan diperkirakan mencerminkan aktivitas hiperdopaminergik.2 Dan yang terakhir
walaupun gangguan bicara pada skizofrenik (sebagai contoh, kelonggaran asosiasi secara klasik
dianggap menyatakan suatu gangguan berpikir, Gangguan bicara juga dapat menyatakan suatu
forme frusta dari afasia, kemungkinan yang mengenai lobus parietalis dominan. Ketidak
mampuan pasien skizofrenik untuk merasakan prosodi bicara atau untuk mengubah bicaranya
sendiri dapat dipandang sebagai gejala neurologis dari gangguan di lobus parietalis non
dominan. Gejala mirip lobus parietalis lainnya pada skizofrenia adalah ketidakmampuan
melakukan tugas (yaitu apraksia), disorientasi kanan dan kiri,dan tidak adanya keprihatinan
tentang gangguannya.2

Pemeriksaan status mental

Hindari melaporkan gambaran-gambaran yang terdahulu pada status mental, laporan merupakan
suatu potret keadaan pasien saat itu juga. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemeriksaan status mental:
1. Penampilan dan perilaku
Pakaian, perawatan diri, misalnya pemakaian warna-warna dan riasan yang cerah dapat
terlihat pada pasien mania, pengabaian terlihat pada pasien depresi. Perilaku selama
wawancara: kegelisahan, kesedihan, kontak mata, mudah marah, kesesuaian, mudah
teralihkan. Psikomotor : kemiskinan, stereotipe, ritual, gerakan-gerakan abnormal
lainnya.2
2. Bicara
Kecepatan : lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapat diinterupsi. Irama: normal, intonasi
datar atau berlebihan. Volume: berbisik, tenang, keras. Isi: mempermainkan kata-kata yang
berlebihan, asosiasi bunyi (clang association), berbicara satu-satu suku kata (monosyllabic),
spontan atau hanya menjawab pertanyaan. Periksa juga adanya disfasia maupun disartria.2

3. Mood
Amati mood pasien selama wawancara dan tanyakan juga bagaimana perasaan mereka :
(1) secara objektif/afek: kesan Anda (sesuai/tidak sesuai)—depresi, elasi, eutimia, tumpul
atau datar, cemas. (2) Secara subjektif: bagaimana pasien melaporkan mood yang
dominan, depresi, elasi
NB: Di sini Anda dapat merekam gambaran-gambaran biologis dari depresi jika tidak
terdapat dalam riwayat penyakit. Cari juga apakah ada kemungkinan untuk bunuh diri.2
4. Isi Pikiran
a. Gangguan isi pikiran formal (bentuk pikiran abnormal)
Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan akibatnya
pembicaraan menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia.
 Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kala secara tiba-
tiba dari waktu kewaktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam
konteks ini (jalannya isi pikiran men- jadi keluar jalur).
 Circumstantiality (asosiasi ionggar): isi pikiran menjadi somar -samar dan
tampak campuraduk.
 Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.2
b. Tempo isi pikiran abnormal
Akselerasi (isi pikiran ditekan, Sight of ideas dapat timbul tanpa penekanan untuk
bicara)atau retordasi.
c. Kepemilikan isi pikiran abnormal
Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar penarikan isi
pikiran,insersi, penyiaran (merasa pikiran seseorang ditarik oleh orang lain).
d. Isi pikiran abnormal
Preokupasi/ide yang berlebihan (ide-ide ini sangat kuat dan dominan dan tidak
selalu tidaklogis atau tidak layak secara budaya). Obsesi, kompulsi, ruminasi.
Trias kognitif Beck, pandangan negatif terhadap diri, dunia dan masa depan.2

5. Waham-waham (delusi)
Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar sistem
kepercayaan sosial dan budaya normal seorang individu.3,5 Tipe-tipe waham :
 Grandiose (kebesaran): percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan
misi khusus.
 Poverty (kemiskinan): percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.
 Guilt (rasa bersalah): percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan
dan pantos di-hukum.
 Nihilistic (ketidakberadaan): percaya bahwa mereka tidak berarfi afau
tidak ada.
 Hypochondriacal: percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.
 Persecutory (penganiayaan): percaya bahwa semua orang berkonspirasi
melawan mereka.
 Reference (referensi): percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh
majalah/televisi.
 Jealousy (kecemburuan): percaya bahwa pasangan mereka tidak setia
meskipun tidak ada buktinya.
 Amorous (penuh cinta): percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta
dengan mereka.
 Infestation (serbuan): percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau
parasit.
 Passivity experiences: percaya bahwa mereka disuruh melakukan sesuatu,
atau merasakan emosi-emosi, atau dikendalikan dari luar; somatic
passivity merasa seolah-olah mereka dipindahkan dari luar.2

Waham kemungkinan sesuai dengan mood, misalnya waham kebesaran,


penganiayaan dalammoodelasi; waham hipokondrik, kemiskinan, bersalah,
dan nihilistic dalam mood depresi. Waham dapat diklasifikasikan
menjadi primer dan sekunder:

 Waham primer timbul 'entah dari mana' tanpa ada contoh yang dapat
diidentifikasi.
 Waham sekunder timbul dari mood yang mendasari, fenomena
psikosis atau kerusakan kog-nisi dan dapat dipahami dalam konteks
tersebut. Waham ini timbul ketika berusaha me-mahami kejadian
penyakit primernya.2

6. Persepsi2
 Gangguan sensorik: sensitivitas terhadap suara atau warna meningkat.
 Ilusi: salah menginterpretasikan stimuli yang normal.
 Halusinasi: persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu
berasal dariluar dirinya.
 Pendengaran : suara-suara orang kedua langsung diarahkan kepada pasien.
Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama atau kedua,
misalnya suara tersebut mungkin mengatakan "saya tidak berguna".
 Penglihatan
 Penciuman : biasanya bau yang tidak sedap
 Pengecapan: biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda dan ini
diinterpretasikan sebagai akibat peracunan.
 Sensasi somatik: misalnya, sensasi adanya serangga di bawah kulitatau gerakan
sendi-sendi.

Pemeriksaan Penunjang
Meskipun pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan penunjang, tetapi peranannya
penting dalam menjelaskan dan menkuantifikasi disfungsi neurofisiologis, memilih pengobatan,
dan memonitor respon klinis. Hasil pemeriksaan laboratorik harus dapat diintegrasikan dengan
data riwayat penyakit, wawancara dan pemeriksaan psikiatrik untuk memperoleh gambaran
komprehensif tentang diagnosis dan pengobatan yang diperlukan oleh pasien. Sampai saat ini
belum ada consensus mengenai tes apa saja yang digunakan sebagai penyaring, tetapi beberapa
tes berikut patut untuk dipertimbangkan: 2
1. Brain imaging
a. CT- scan -atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral
pada 10-50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim
otak. Mungkin ada korelasi antara CT abnormal dan adanya gejala negatif (misal,
afek datar, withdrawalsosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi), gangguan
neuropsikiatrik, naiknya frekuensi gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik,
dan riwayat premorbid lebih buruk.
b. Positron emission tomography (PET)-- pada sebagian penderita dapat ditemukan
turunnya metabolism lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior relatif
tinggi, dan lateralitas abnormal.
c. Aliran darah serebral (CBF = cerebral blood flow)- pada sebagian penderita,
dapat ditemukan kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik, dan
aliran darah otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan
CT-scan, disfungsi lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus frontal
mungkin sekunder terhadap patologi tempat lain di otak.
2. EEG ( Electroencephalography)
Umumnya pasien skizofren memiliki EEG normal tapi sebagian menunjukkan
turunnya aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta; gangguan paroksismal; dan
naiknya kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi tidur.
3. Laboratorium
Tidak ada hasil laboratorium karakteristik ditemukan dalam skizofrenia. Seperti pada
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan untuk menyingkirkan dugaan-
dugaan kelainan yang berhubungan dengan sistem tubuh pasien sendiri. Pemeriksaan rutin
berikut yang harus dilakukan pada semua pasien, pada awal penyakit dan secara berkala setelah
itu, pemeriksaan itu antara lain:

 Hitung darah lengkap


 Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal
 Elektrolit, glukosa, B12, folat, dan kalsium.
 Jika sejarah pasien memberikan alasan untuk mencurigai, memeriksa HIV; RPR,
cerulo- plasmin, ANA, urin untuk kultur dan sensitivitas dan / atau obat-obatan
dari penyiksaan;am kortisol, dan koleksi urin 24 jam untuk porfirin, tembaga, atau
logam berat.
 Jika pasien adalah wanita usia subur, tes kehamilan itu penting.
 Jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes treponemal tertentu dapat membantu.

Diagnosis Banding

Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu gangguan klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat,
berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi. Diagnosis
skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan perubahan. Ada beberaapa cara
menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakan diagnostic adalah DSM-IV (Diagnostic
andstatistical manual) dan PPDGJ-III/ICD-X. dalam DSM-IV teradapat kriteria objektif dan
spesifikuntuk mendefinisikan skizofrenia. Belum ada penemuan yang patognomonik untuk
skizofrenia. Diagnosis berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dana merupakan suatu sindrom.
Etiologi skizofrenia belum pasti. Berdasarkan penelitian biologik, genetik, fenomenologik
dinyatakan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan atau penyakit . Ada beberapa subtype
skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variabel klinik:3
 F 20.0 Skizofernia paranoid
 F 20.1 Skizofrenia disorganisasi (herbefrenik)
 F 20.2 Skizofrenia katatonik
 F 20.3 Skizofrenia tak terinci
 F 20.4 Depresi pasca skizofrenia
 F 20.5 Skizofrenia redisual
 F 20.6 Skizofrenia simpleks
 F 20.7 Skizofrenia lainnya
 F 20.8 Skizofrenia yang tak tergolongkan
Etiologi
Belum ditemukan etiologi yang pasti mengenai skizofrenia, ada beberapa hal dasar yang
dapat menyebabkan skizofrenia, seperti secara genetik, biologis, biokimiawi, dan factor
keluarga. Secara genetik ada beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat ini. Terdapat bukti
yang kuat adanya komponen genetik, dengan meningkatnya jumlah penderita skizofrenia dan
psikosis afektif pada keluarga penderita skizofrenia. Risiko berkembang menjadi penderita
skizofrenia diperkirakan sebesar 50% pada seseorang yang memiliki saudara kembar monozigot
yang menderita skizofrenia dan 15% pada kembar dizigot. Kajian adoptif menunjukkan bahwa
keturunan penderita skizofrenia yang diadopsi keluarga lain memiliki peluang yang meningkat
sekitar 12% menderita penyakit tersebut. Diperkirakan bahwa sejumlah gen yang
mempengaruhi perkembangan otak memperbesar kerentanan menderita skizofrenia.3
Secara biologis, tidak ada gangguna fungsional dan struktur yang patofnomonik ditemukan
pada penderita skizofrenia. Meskipun demikian beberapa gangguan organic dapat terlihat pada
subpopulasi pasien. Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan
lateral yang stabil yang kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit, atropi bilateral
lobus temporal medial, dan lebih spesifik yaitu girus parahipokampus, hipokampus dan
amigdala, disorientasi spasialsel piramid hipokampus, dan penurunan volume korteks prefrontal
dorsolateral. Beberapa penelitian melaporkan bahwa semua perubahan ini tampaknya statis dan
telah dibawa sejak lahir, dan pada beberapa kasus perjalanannya progresif.3
Secara biokimiawi skizofrenia belum diketahui. Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya
gangguan neurotransmiter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamin sentral. Selain
itu terdapat juga faktor keluarga. Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting
dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang pulang kerumah
sering relaps pada tahun berikutnya bila dibandingkan dengan pasien yang ditempatkan
di panti penitipan. Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal bersama keluarga yang hostil,
memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangant protektif terhadap pasien, terlalu ikut
campur, sangant pengeritik. Pasien skizofrenia sering tidak dibebaskan oleh keluarganya. Jadi
dalam kasus ini belum dapat ditemukan etiologi yang pasti mengenai skizofrenia.3

Epidemiologi
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari 1 sampai
1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis kelamin
prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit.
Onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah
lebih buruk pada laki laki dibandingkan wanita.4
Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita penyakit
fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum kematian diantara
penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur
hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala
depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.4

Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai 50%,
kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian menghubungkan halini
sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas
dan kepatuhan pengobatan. Hal yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi
nikotin, dikatakan 3 kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang
merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan
metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Skizofrenia terjadi pada 15-
20/100.000 inidividu per tahun, degan risiko morbiditas selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan
kejadian puncak pada akhir masa remaja atau awal dewasa. Beberapa laporan mengatakan
skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian tidak
dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi terhadap Skizofrenia.4

Manifestasi klinik
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada
dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase
residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode
residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan aneh. Gejala-gejala
penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain.4
Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak
mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan pembicaraan mereka sa
mar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat di mengerti. Mereka mungkin mempunyai
keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi. Misalnya, mereka meyakinin bahwa mereka
mmpunyai suatu kekuatan dan sensitivitas khusus dan mempunyai pengalaman mistik.
Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka
terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat mempertahankan intelegensia yang mendekati normal,
sebagian besar performa uji kognitifnya buruk.4
Pasien dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang,
pasien juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur -angsur.
Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan pikiran eksent
rik (fase prodromal).4
Kepribadian prepsikotik dapat ditemui pada beberapa pasien skizofrenia yang ditandai dengan
penarikan diri dan terlalu kaku secara social, sangat malu, dan sering mengalami kesulitan
sekolah meskipun I.Q-nya normal. Suatu pola yang sering ditemui yaitu keterlibatan dalam
aktivitas antisosial ringan dalam satu atau dua tahun sebelum episode psikotik.
Beberapa pasien, sebelum didiagnosis skizofrenia, mempunyai gangguan kepribadian schizoid,
ambang, antisosial, atau skizotipal. Skizofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran
gejala-gejala dibawah ini:4
1. Gangguan pikiran
a. Gangguan proses pikir
Pasien biasanya mengalami gangguan proses piker. Pikiran mereka sering tidak
dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah:
 Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak nyambung (terjadi
keseimbangan pen-yampaian dari satu ke ide yang lain). Ide tersebut
seolah dapat melompat dari satu topik ke topik lain yang tak
berhubungan sehingga membingungkan pendengar. Gangguan ini
sering terjadi misalnya di pertengahan kalimat sehingga pembicaraan
sering tidak koheren.
 Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien secara terus-menerus
mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang
tidak relevan.
 Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka
mungkin mengandung arti simbolik).
 Terhambat : pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan
kalimat) dan disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit)
kemudian, biasanya dengan topic yang lain. Ini dapat menunjukkan
bahwa ada interpsi. Biasanya pikiran-pikiran lain masuk ke dalam ide
pasien. Perhatian pasien sering sangat mudah teralih dan jangka waktu
atensinya singkat.
 Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan
bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan oleh seseorang.
 Ekolalia : pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru
saja diucapkan oleh seseorang.
 Kontritisasi : pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat
buruk kemampuan berpikir abstraknya.
 Alogia: pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh
resistensi yang disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara
dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang disampaikan
(miskin isi pembicaraan)
b. Gangguan isi pikir
Waham
Waham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan
fakta dan kepercayaan tersebut mungkin aneh (misalnya; mata saya adalah
computer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh (hanya sangat
tidak mungkin misalnya; FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahankan meskipun
telah diperlihatkan bukti- bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik
sering ditemukan pada skizofrenia semakin sering ditemui waham disorganisasi
atau waham tidak sistematis :
 Waham kejar
 Waham kebesaran
 WAham rujukan, yaitu pasien meyakini ada arti di balik peristiwa-
peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa atau perbuatan orang
lain tersebut seolah-seolah diarahkan kepada mereka.
 Waham penyiaran pikiran yaitu kepercayaan bahwa orang lain dapat
membaca pikiran mereka.
 Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran orang lain
dimasukan ke dalam benak pasien.4
Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien
tidak meyadari penyakit serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun
gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat orang lain.
2. Gangguan persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga
penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi penderangan (paling sering
suara, satu atau beberapa orang) dapat pula berupa komentar tentang pasien atau
peristiwa- peristiwa sekitar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat bebentukan
caman atau perintah-perintah yang langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi
komando). Suara-suara sering diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari
luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran
mereka sendiri berbicara keras (sering memalukannya atau suara yang
memalukan). Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada fase awal
skizofrenia.5
b. Ilusi dan depersonalisasi
Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya mis
interpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan
asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.
3. Gangguan emosi
Pasien skizofrenia dapat memperliahtkan berbagai emosi dan dapat berpindah dari
satu emosi ke emosi lain dalam jangka waktu singkat. Ada tiga afek dasar yang sering
(tetapi tidak patognomonik):
 Afek tumpul atau datar: ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika
afektersebut harusnya diekspresikan. Pasien tidak menunjukkan kehangatan.
 Afek tak serasi: afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak
sesuaidengan pikiran dan pembicaraan pasien.
 Afek labil: dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas5.

4. Gangguan perilaku
Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat telihat seperti gerakan tubuh yang aneh.
Wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, agresif, dan perilaku
seksual yang tidak pantas. Skizofrenia dapat berlangsung beberapa bulan atau bertahun-
tahun (lebih sering). Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan, dalam bentuk episode
aktif, secara periodic, dalam hidupannya, secara khas dengan jarak beberapa bulan atau
tahun. Selama masa pengobatan pasien biasanya memperlihatkan gejala residual (sering
dengan derajat keparahan yang meningkat setelah beberapa tahun). Walaupun demikian,
ada sebagian kecil yang mengalami remisi.
Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaaan remisi dapat
memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tanda-tanda awal tersebut meliputi
peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi ringan, dan
anhedonia, tidak bisa tidur, dan konsentrasi terganggu.5
Klasifikasi
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria DSM-IV atau
ICD X.1 berdasarkan DSM-IV
1. Berlangsung paling sedikit enam bulan
2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk khas selama periode tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor,
autisme, atau gangguan organik.
Semua pasien skizofrenia sebaliknya digolongkan ke dalam salah satu dari subtipe yang
telah disebutkan di atas. Subtipe ditegakkan berdasarkan atas manifestasi perilaku yang paling
menonjol. Subtipe skizofrenia terdiri dari:5
 Skizofrenia paranoid: merupakan subtipe yang paling umum, dimana waham dan
halusinasi auditorik terlihat jelas. Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtype
ini biasanya terjadi lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk bentuk skizofrenia
lain. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak
sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan
pembicaraan hampir tidak terpengaruh.
 Skizofrenia katatonik: lebih jarang ditemui, pasien mempunyai paling sedikit satu dari
(atau kombinasi) dari beberapa bentuk katatonia. Gangguan psikomotor terlihat
menonjol, sering kali muncul bergantian antara imobilitasi motorik (contohnya stupor)
dan aktivitas berlebihan (kegembiraan). Kekakuan, postur tubuh (waxy flexibility
memperlihatkan postur yang aneh), echolalioa (menirukan pembicaraan), dan echopraxia
(meniru gerakan (dapat terjadi).
 Skizofrenia hebefrenik (tak teroganisasi): onsetnya dini dan memiliki prognosis buruk.
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat ditebak; mood yang tidak sesuai,
dan afek yang tidak wajar, mungkin dengan tertawa cecikikan, mannerisme, dan kelakar
yang tidak pantas; pikiran yang tidak selaras dan waham dan halusinasi yang tidak
menonjol dapat muncul.
 Skizofrenia residual (kronis): adanya riwayat satu episode atau lebih yang memenuhi
kriteria skizofrenia yang disebutkan di atas, tetapi pada penyakit sekarang didominasi
gejala negatif dan seringkali kognitif. Dalam klasifikasi ini pasien memiliki halusinasi,
waham, dan gejala psikosis aktif yang menonjol (misalnya kebingungan, inkoheren), atau
memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan ke dalam tipe paranoid,
katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia.5
 Skizofrenia tak terinci (simpleks): tidak umum dijumpai; skizofrenia simpleks adalah
suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan karena bergantung pada
pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, gejala negatif berkembang tanpa di
dahului gejala psikotik yang jelas.
Sistem klasifikasi alternatif telah diusulkan sebagai berikut yang dimana tipe dibagi
menjadi dua tipe. Tipe I (onset akut, gejala positif [halusinasi, waham], ukuran ventrikular otak
normal, prognosis dan respons terhadap neuroleptik baik, gangguan dopamin), dan tipe II
(kronis, gejala negatif, ventrikel membesar, prognosis dan respons terhadap neuroleptik buruk,
kehilangan neuron).5

Diagnosis Kerja

Psikosis Akut

adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Psikotis akut adalah
sekelompok gangguan jiwa yang berlangsung kurang dari satu bulan dan tidak disertai gangguan
mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu suatu gangguan psikotik karena kondisi
medis umum.6

Etiologi

Di dalam DSM III-R faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif
singkat, tetapi kriteria tersebuat telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan DSM IV
menempatkan diagnosis gangguan psikotik akut di dalam kategori yang sama dengan diagnosis
psikiatrik lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk
kelompok gangguan yang heterogen. Pasien dengan gangguan psikotik akut yang pernah
memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis ke arah
perkembangan gejala psikotik. Teori psikodinamika menyatakan bahwa gejala psikotik adalah
suatu pertahanan terhadap fantasi yang dilarang, penurunan harapan yang tidak tercapai atau
suatu pelepasan dari situasi psikososial tertentu.

Epidemiologi

1. Frekuensi Internasional Berdasarkan studi epidemiologi internasional, bila dibandingkan


dengan skizofrenia, insidensi nonaffective acute remitting psychoses sepuluh kali lebih
tinggi terjadi di negara-negara berkembang daripada negara-negara industri. Beberapa
klinisi meyakini bahwa gangguan ini lebih sering terjadi pada pasien dengan kelas
sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian, dan imigran. Pada
negara-negara non industri, beberapa istilah lain sering digunakan untuk menjelaskan
bentuk psikosis yang dipicu oleh stress yang tinggi.
2. Mortality/Morbidity
Sebagaimana episode psikosis lainnya, risiko pasien menyakiti diri sendiri dan/atau orang
lain dapat meningkat
3. Jenis kelamin
Menurut studi epidemiologi internasional, insidensi dari gangguan ini dua kali lebih
tinggi terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, sebuah penelitian
mengindikasikan adanya insidensi yang lebih tinggi pada wanita.6

Gambaran klinis

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurangnya satu gejala psikotik, biasanya
dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yan
gditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi,
dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik
akut daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik akut
adalah perubahan emosional, pakaian, atau perilaku yang aneh, berteriak-teriakatau diam
membisu, dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala
tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan
pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif.6
Diagnosis

1. DSM IV
DSM IV memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik, didasarkan terutama
atas lama gejala. Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan
jiwa yang berlangsung kurang dari satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan tidak
disertai gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan
psikotik karena kondisi medis umum. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari
satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika
waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform (jika gejala
berlangsung kurang dari enam bulan) dan skizofrenia jika gejala telah berlangsung lebih
dari enam bulan. Gangguan psikotik singkat diklasifikasikan di dalam DSM IV sebagai
suatu gangguan pasikotik dengan durasi singkat. Kriteria diagnostic ditentukan dengan
sekurangnya ada satu gejala psikotik yang jelas yang berlansung selama satu hari sampai
satu bulan. Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akut:7
a. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut:
 Waham
 Halusinasi
 Bicara disorganisasi ( menyimpang atau inkoheren)
 Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik.
 lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari sampai kurang dari
satu bulan.

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan
yaitu:
a. Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan
kebersihan)
c. Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
2. Konseling pasien dan keluarga.
a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik
antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan
pasien
b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor
c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik
3. Penatalaksanaan Medis
a. Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :
Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200 mg, 1
sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi
efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih
tinggi.
b. Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari)
c. Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang.8

Prognosis
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu
bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat
menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak
diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya
menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada
umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian
di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah
psikiatrik berat lebih lanjut.9
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala
depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase
psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan
prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk
kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.9
Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat :
1. Penyesuaian premorbid yang baik
2. Sedikit trait schizoid pramorbid
3. Stressor pencetus yang berat
4. Onset gejala mendadak
5. Gejala afektif
6. Konfusi selama psikosis
7. Sedikit penumpulan afektif
8. Gejala singkat
9. Tidak ada saudara yang skizofrenik.

Kesimpulan

Psikotik akut merupakan suatu gangguan klinis yang terjadi dikarenakan adanya gangguan pada
otak, dimana penyebabnya sendiri belum diketahui. Gejala dari psikotik akut sendiri masih
sangat ringan sehingga terkadang keluarga tidak menyadari gejala yang ditimbukan pada pasien.
Pengobatan dini terhadap psikotik akut dapat mencegah untuk dapat menjadi skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku


ajar psikiatri.Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2010.h.170-94.
2. Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga;2007.h.11;58.
3. Hibber Aison, Godwin Alice, Dear Frances. Rujukan cepat psikiatri. Dalam: Husny Mut-
tagin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.3-9;94-101.
4. Sadock BJ, Sadock WA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2.
Jakarta:EGC, 2010.h.147-68.
5. Frankenburg FR, Dunayevich E. Schizophrenia, December 4th 2012. Medscape Refer-
ence. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com, 15 Desember 2013 .
6. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai Pen-
erbit Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia; 2010.h.152-3.
7. David AT. Buku saku paikiatri. 6thed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2004.h.24-42.
8. Longo DL, Fauci SA, Hasper DL, Hauser SL, Jameson SL, Joseph L, editors.
Harrison’smanual book of medicine. 18thed. USA: Mc Graw Hill; 2013.p.1319.
9. Cornelius K, Claudia C, Mary R. At a glance psikiatri. 4th ed. Jakarta: Penerbit
BukuKedokteran EGC; 2012.h.18-21.

Anda mungkin juga menyukai