Anda di halaman 1dari 9

350

KORELASI PERILAKU KORUPSI KEPALA DAERAH


DENGAN PILKADA LANGSUNG

Iza Rumesten RS
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
E-mail: rumesten_iza@yahoo.com

Abstract

The increase of regional chiefs who had been imprisoned for corruption makes Kemendagri (The
Ministry of Home Affairs) issue a discourse to restore local elections to Parliament. Nevertheless,
this discourse will not support the process of democracy in Indonesia. Instead, it pulls backwards
into the era of the new order and causes any corrupt practices to move to other parties, from
bribing people into Parliament. Hence what issued by the ministry is not the best solution. This
paper discusses about how the correlation between direct local election and corruption behavior of
regional chiefs. The solution to overcome this is done by changing the system ranging from political
parties to the intensive monitoring involving active community over all government policies in
regional level and the application of legal supremacy along with equality before the law firmly
against corruption by impoverishment.

Key words: politic of law, corruption, regional election

Abstrak

Maraknya kepala daerah yang tersandung kasus korupsi membuat kemendagri mengeluarkan wacana
untuk mengembalikan pemilihan kepala daerah kepada DPRD. Wacana ini hanya akan membuat
proses demokrasi di Indonesia bukan hanya berjalan ditempat bahkan mundur ke era orde baru dan
membuat praktek korupsi berpindah tangan saja, dari menyuap rakyat menjadi menyuap DPRD,
sehingga tawaran yang dikeluarkan Kemendagri bukanlah solusi yang terbaik. Tulisan ini membahasa
mengenai bagaimanakah korelasi antara pemilihan kepala daerah secara langsung dengan perilaku
korupsi yang dilakukan kepala daerah. Sehingga solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut adalah perubahan sistem yang dilakukan mulai dari internal partai politik sampai dengan
pengawasan secara intensif yang melibatkan masyarakat secara aktif terhadap semua kebijakan
pemerintahan di daerah dan penerapan supremasi hukum dan equality before the law dengan tegas
terhadap pelaku korupsi dengan pemiskinan.

Kata kunci: politik hukum, korupsi, pilkada

Pendahuluan lih oleh DPRD) menjadi dipilih secara langsung


Tuntutan reformasi salah satunya adalah oleh rakyat.
mengagendakan adanya reformasi hukum secara Perubahan sistem pemilihan kepala dae-
fundamental untuk menghasilkan hukum yang rah dari dipilih oleh anggota DPRD menjadi dipi-
responsif, yang tanggap terhadap kebutuhan lih oeh rakyat merupakan salah satu usaha pem-
masyarakat dan mengakomodir semua keragam- berdayakan masyarakat dalam bidang pemerin-
an yang ada dalam masyarakat. Langkah perta- tahan dan demokrasi, karena tuntutan untuk
ma yang dilakukan pemerintah terkait dengan a- melibatkan masyarakat dalam aspek pemerin-
genda reformasi adalah mengamandemen UUD tahan juga menjadi salah satu tuntutan dalam
1945, yang diikuti dengan beberapa perubahan agenda reformasi. Alasan lain pentingnya pemi-
peraturan perundang-undangan yang terkait ter- lihan kepala daerah secara langsung adalah ter-
masuk di dalamnya mengenai pemerintahan da- bukanya peluang untuk hadirnya pemimpin yang
erah dan sistem pemilihan kepala daerah dari sesuai dengan kehendak rakyat dan menjaga
yang semula dipilih secara tidak langsung (dipi- stabilitas pemerintahan. Maswadi Rauf menye-
Korelasi Perilaku Korupsi Kepala Daerah dengan Pilkada Langsung 351

butkan bahwa setidaknya ada empat alasan me- milihan kepala daerah secara langsung dengan
ngapa pemilukada langsung perlu digelar. Perta- perilaku korupsi yang dilakukan kepala daerah.
ma untuk membangun otonomi daerah; kedua
menumbuhkan kepemimpinan lokal; ketiga me- Pembahasan
ningkatkan akuntabilitas publik dan transparansi Proses pembangunan hukum di era refor-
pemerintah; dan keempat adalah proses legiti- masi diperlukan politik hukum, yaitu arah kebi-
masi rakyat yang kuat.1 jakan hukum yang dibuat secara resmi oleh ne-
Pemilihan kepala daerah secara langsung, gara. Sesuai dengan konfigurasi politik era re-
dalam pelaksanaannya, banyak terjadi penyim- formasi yang demokratis tentu pembangunan
pangan-penyimpangan yang melukai gagasan lu- hukum harus menghasilkan hukum yang respon-
hur kehidupan bernegara dan merusak tatanan sif.2 Hukum yang responsif merupakan hukum
budaya politik ketimuran, karena untuk menda- yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
patkan sebuah kemenangan segala cara ditem- sehingga masyarakat dapat merasakan bahwa
puh oleh setiap pasangan calon kepala daerah. negara menjamin hak-hak asasi mereka dalam
Maraknya kasus korupsi yang menimpa kepala semua bidang termasuk dalam bidang politik
daerah di daerah mendorong kemendagri mela- dan pemerintahan, karena negara yang demo-
kukan riset yang menyimpulkan bahwa faktor kratis harus bisa memberikan jaminan adanya
penyebab kepala daerah melakukan korupsi a- ruang bagi masyarakat untuk dapat berpartisi-
dalah tingginya biaya politik yang dikeluarkan pasi dan terlibat secara aktif dalam pemerinta-
ketika proses pemilihan langsung. Hasil riset han, salah satunya adalah memberikan kesem-
yang dilakukan oleh kementerian dalam negeri patan kepada masyarakat untuk ikut terlibat
adalah saat ini tercatat sudah 311 kepala dae- aktif dalam pesta demokrasi, walaupun sesung-
rah di seluruh tanah air yang tersangkut kasus guhnya jalan untuk melibatkan partisipasi mas-
korupsi, salah satu penyebabnya adalah biaya yarakat dalam pemerintahan dan demokrasi ti-
pemilihan yang dilakukan secara langsung. Jum- dak harus melalui pemilu. Huntington mengata-
lah tersebut diprediksi masih terus bertambah. kan bahwa sistem demokrasi tak cukup hanya
Kasus terakhir yang menyeret kepala daerah a- dengan pemilu. Pemilu yang bebas, jujur dan
dalah dugaan korupsi subsidi dana perumahan kompetitif hanya dimungkinkan bila terdapat
yang melibatkan Bupati Karanganyar, Jawa Te- kebebasan berpendapat, berkumpul dan pers,
ngah, Rina Iriani yang sekarang sudah berstatus serta jika kandidat dan partai oposisi dapat
tersangka dan juga Atut Chosiyah Gubernur Ban- memberikan kritik terhadap penguasa tanpa ke-
ten yang sekarang juga sudah menyandang sta- takutan akan terjadinya pembalasan.3
tus tersangka kasus korupsi di Banten. Perta- Menurut Jimly Assiddiqie, Isu sentral re-
nyaan yang sering muncul kemudian adalah apa- formasi dapat dibagi ke dalam tiga agenda besar
kah hanya biaya politik yang tinggi dalam pemi- yaitu; pertama dapat disebut dengan agenda re-
lihan secara langsung yang menyebabkan kepala formasi institusional (institutional reform) yang
daerah sering tersandung kasus korupsi atau terus menerus perlu dilanjutkan penataannya
adakah persoalan lain yang terkait penyimpang- sampai terbentuknya institusi yang kuat dan
an perilaku dengan lemahnya penegakan hukum fungsional dengan derajat pelembagaan yang
dan hubungan antara kepala daerah terpilih de- rasional dan impersonal. Agenda kedua reforma-
ngan perahu politiknya ketika pencalonan. si instrumental (instrumental reform) yang me-
Berdasarkan latar belakang tersebut, ma- nyangkut upaya-upaya pembaruan mulai dari
ka permasalahan yang akan dibahas dalam tulis-
an ini adalah bagaimanakah korelasi antara pe- 2
Mahfud MD, “Capaian Dalam Proyeksi Kondisi Hukum In-
donesia”, Jurnal hukum, Vol. 16, No. 3, Juli 2009, Yog-
yakarta: Fakultas Hukum UII, hlm. 292.
1 3
Janpatar Simamora, “Eksistensi Pemilukada Dalam Rang- Aidul fitriciada, “Reformasi Pemilu dan Agenda Konsili-
ka Mewujudkan Pemerintahan Daerah Yang Demokra- dasi Demokrasi Perspektif Ketatanegaraan”, Jurnal Ju-
tis”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 23 No. 1, Februari risprudence, Vol. 1 No. 2 September 2004, Surakarta:
2011, Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM, hlm. 229. Fakultas Hukum Muhammadiyah Surakarta, hlm. 180.
352 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

konstitusi sampai ke peraturan-peraturan pada Dilema dan Mahalnya Sistem Pemilu


tingkatan terendah seperti peraturan daerah ka- Open Society Justice Initiative dalam bu-
bupaten dan peraturan desa. Terakhir agenda kunya, Monitoring Election Campaign Finance
ketiga yang dinamakan reformasi budaya (cultu- menjelaskan bahwa yang disebut sebagai korup-
ral reform) yang menyangkut orientasi pemikir- si pemilu adalah praktek pendanaan kampanye,
an, pola-pola perilaku, dan tradisi yang berkem- baik penerimaan, maupun pengeluaran yang
bang dalam kehidupan masyarakat luas yang menciptakan hubungan koruptif antara penyum-
perlu dikembangkan dalam rangka mendukung bang dan partai politik atau kandidat yang didu-
proses pelembagaan sistem dan mekanisme ke- kungnya maupun pola perilaku koruptif yang
hidupan kenegaraan yang diidealkan di masa terjadi antara peserta pemilu dan voters. 8 Ko-
mendatang.4 Dalam pelaksanaannya, ketiga a- rupsi pemilu, dalam praktiknya, terdiri atas ti-
genda besar reformasi itu tergerus oleh sebuah ga bentuk. Pertama, penerimaan dana kampa-
penyakit yang bernama korupsi yang melanda nye yang berasal dari sumber-sumber yang di-
hampir setiap lembaga negera mulai dari legis- larang oleh peraturan perundang-un-dangan; ke-
latif, eksekutif dan yudikatif. Hal ini menyebab- dua, penyalahgunaan fasilitas negara dan jabat-
kan kewibawaan hukum dan pemerintah menja- an untuk keperluan atau tujuan kampanye (abu-
di sangat terpuruk sehingga kepercayaan masya- se of power); dan ketiga, pembelian suara pe-
rakat kepada pemerintah secara keseluruhan se- milih (money politics).
makin berkurang. Korupsi politik mencakup berbagai aspek
Kata korupsi diartikan oleh Poerwadar- yang berkaitan dengan kekuasaan, karena figur
minta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, sentral dari korupsi politik adalah subyek hukum
sebagai perbuatan yang buruk seperti pengge- yang memiliki kekuasaan politik, menerima
lapan uang, penerimaan uang sogok dan seba- amanat dari rakyat, memiliki mandat konstitu-
gainya.5 Korupsi adalah perilaku menyimpang sional dengan hukum untuk menegakkan demo-
para pegawai pamong praja untuk memperoleh krasi dan keadilan diberbagai aspek kehidupan
beberapa hal yang secara sosial dan atau menu- dan penghidupan rakyat. Korupsi politik mengin-
rut hukum yang dilarang.6 Masyarakat transpa- dikasikan adanya penyalahgunaan amanat, man-
ransi internasional dalam indeknya telah meng- dat, kewenangan yang dipercayakan oleh rakyat
golongkan negara Indonesia termasuk sepuluh selaku pemegang kekuasaan tertinggi di dalam
besar negara terkorup di dunia,7 Budaya korupsi negara demokrasi. Korupsi politik dilakukan o-
merusak mental anak bangsa, mengancam ling- leh pelaku dengan menyalahgunakan kewenang-
kungan hidup, merenggut hak asasi manusi, me- an, sarana dan prasarana yang melekat pada
rusak tatanan lembaga negara dan tatanan lem- kedudukan dan posisi sosial politik yang ada pa-
baga demokrasi, menghambat pembangunan danya. Penyalahgunaan posisi strategis pelaku
dan menyebabkan kemiskinan akut yang berke- korupsi politik berdampak pada berbagai bi-
panjangan. dang, yaitu pada bidang politik, ekonomi, hu-
kum dan pendidikan sosial yang negatif bagi
4 rakyat.9 Akutnya korupsi di Indonesia, sehingga
Jazim Hamidi, “Paradigma Baru Pembentukan dan Anali-
sis Peraturan Daerah (Studi Atas Perda Pelayanan Publik Azhar menyatakan bahwa korupsi merupakan
dan Perda Keterbukaan Informasi public)”, Jurnal Hu- penyakit sosial yang bersifat universal dan telah
kum, Vol. 18, No. 3, Juli 2011, Yogyakarta: Fakultas Hu-
kum UII, hlm. 337-338.
5
W.J.S Poerwadarminta, 1982, Kamus Umum Bahasa In-
donesia, Jakarta: Pusataka Utama, hlm. 524
6 8
Sri Suwitri, “Pemberantasan Korupsi di Indonesia; Sebu- Adnan Topan Husodo, tanpa tanggal, Mengantisipasi Ma-
ah Upaya Reformasi Birokrasi”,DIALOGUE Jurnal Ilmu raknya Korupsi Pemilu, tersedia pada web: http:// anti-
Administrasi dan Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 1, Januari korupsi.org/id/content/mengantisipasi-maraknya-korup-
2007, Semarang: Magister Administrasi Publik UNDIP, si-pemilu, diakses tanggal 30 September 2013.
9
hlm. 23 Artidjo Alkostar, “Korelasi Korupsi politik Dengan Hukum
7
Hendarman Supanji, “Kebijakan Strategis Dalam Pembe- dan Pemerintahan di Negara modern (telaah tentang
rantasan Tindak Pidana Korupsi”, Jurnal Sekretariat Ne- Praktik korupsi Politik dan Penanggulangannya)”, Jurnal
gara RI, No. 13, Agustus 2009, Jakarta: Sekretariat Ne- hukum, Vol. 16, Edisi Khusus, Oktober 2009, Yogyakar-
gara RI, hlm. 278. ta: Fakultas Hukum UII, hlm. 163.
Korelasi Perilaku Korupsi Kepala Daerah dengan Pilkada Langsung 353

terjadi semenjak awal perjalanan manusia. 10 U- syarakat, lebih mengutamakan aspek akseptabi-
mi Kalsum, bahkan berpendapat bahwa tindak litas saja atau figur publik (publik figure). Ter-
pidana korupsi di Indonesia merupakan perbuat- jadi konflik horizontal antar pendukung disebab-
an yang telah mengakar dalam berbagai sendi kan oleh kematangan politik rakyat di satu da-
kehidupan manusia, sehingga seolah-olah diang- erah belum cukup matang. Akibat produk masa
gap sebagai budaya.11 Korupsi, bahkan sudah lalu, rakyat sudah terbiasa dengan menang atau
menjadi semacam tradisi yang terjadi hampir kalah dalam berbagai pemilihan, seperti masa
disemua bidang pemerintahan. Hal ini tentu sa- orde baru pemilihan kepala daerah penuh de-
ja memberikan efek negatif yang sangat besar ngan rekayasa, sehingga sampai saat ini rakyat
bagi penyelenggaraan pemerintahan. Encep 12 masih belum percaya (distrust) pada sistem
mengatakan pada posisi ini pemerintah jelas yang ada, yang lainnya seperti kelompok minori-
menghadapai persoalan yang sangat serius. tas baik dari segi suku, agama, ras, maupun go-
Praktek korupsi yang dilakukan para pe- longan cenderung tersisih dalam percaturan po-
mangku kepentingan di Indonesia dilakukan da- litik dan hal ini diperparah dengan kampanye
lam semua bidang, namun yang paling sering faktor-faktor primordial itu yang lebih banyak
terjadi adalah korupsi dalam bidang politik dan ditonjolkan.14
pemerintahan. Artidjo yang mengutip pendapat Korupsi di Indonesia sudah hampir menja-
Daniel S. Lev mengatakan bahwa politik tidak di bahagian dari kehidupan masayrakat dan me-
berjalan sesuai dengan aturan hukum, tetapi nyusup dalam sistem penyelenggaraan pemerin-
berlangsung sesuai dengan pengaruh uang, kelu- tahan. Sebagain berhubungan dengan bidang e-
arga, status sosial dan kekuasaan militer. Pen- konomi, sebagian berada dalam bidang politik,
dapat lev ini mengisyaratkan adanya korelasi adat istiadat bahkan dapat menyusp dalam bi-
antara faktor tidak berfungsinya aturan hukum, dang agama,15 bahkan dalam setiap pesta demo-
permainan politik, tekanan kelompok dominan krasi pemilihan kepala daerah secara langsung,
dengan faktor korupsi.13 sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap pa-
Menurut penulis, apabila mencermati per- sangan calon kepala daerah pasti melakukan
kembangan selama ini, tampaknya ada bebera- money politics untuk mendapatkan perahu dan
pa ekses dari pilkada langsung ini seperti biaya mendapatkan suara dari masayrakat pemilih.
yang sangat besar harus disiapkan oleh calon, Kemendagri kemudian melontarkan wacana agar
karena calon kepala daerah di samping harus mekanisme pilkada kembali ke konsep tidak
kampanye langsung menghadapi rakyat pemilih, langsung, yaitu pengembalian pemilihan kepala
baik secara fisik (door to door) maupun melalui daerah kepada DPRD. Hal ini disebabkan pemi-
media massa. Hanya calon yang memiliki ca- lihan kepala daerah langsung memerlukan biaya
dangan dana besar atau didukung oleh sponsor yang tinggi sehingga mendorong praktik jual beli
atau bahkan seringkali broker saja yang mung- suara yang dilakukan antara pasangan calon de-
kin akan ikut maju ke pemilihan Kepala Daerah. ngan masyarakat pemilih. Tingginya biaya terse-
Pemilihan kurang memperhatikan kapabilitas but menyebabkan kepala daerah terpilih lebih
calon untuk memimpin organisasi maupun ma- berhasrat melakukan korupsi, guna mengemba-
likan modal politik mereka.
10
Azhar, “Peranan Biro Anti Korupsi dalam Mencegah Ter- Menurut penulis hal tersebut bukanlah so-
jadinya Korupsi di Brunei Darusalam”, Jurnal Litigasi,
Vol.10, Tahun 2009, Bandung: Fakultas Hukum Unpas, lusi, karena pemilihan kepala daerah yang dibe-
hlm.160.
11
Umi Kulsum, “Kewenangan Komisi Pemberantasan Ko-
14
rupsi (KPK) dalam Melakukan Pemberantasan Tindak Pi- Lukman Hakim, “Implikasi Pilkada Langsung Terhdap
dana Korupsi”, Jurnal Jure Humano, Vol. 1, No. 3, Ta- Pertanggungjawaban Kepala Daerah Dalam Penyususn
hun 2009, Banten: Fakultas Hukum Untirta, hlm. 81. Program Pembangunan Daerah”, Jurnal Konstitusi, Vol.
12
Encep Syarif Nurdin, “Pembangunan Tata Kelola Peme- 3, No. 1 Juni 2010, Malang: Fakulats Hukum Widya Ga-
rintahan Yang Baik (Good Governance) dan Pemberan- ma, hlm. 34.
15
tasan Korupsi”, Jurnal Sekretarian Negara RI, No. 18, Said Zainal Abidin, “Pemberantarsan Korupsi dan Stra-
November 2010, Jakarta: Sekretariat Negara RI, hlm. tegi Alternatif Pengelolaan BUMN”, Jurnal sekretarian
115. Negara RI, No.16 Mei 2010, Jakarta: Sekretariat Negara
13
Artidjo Alkostar, op.cit, hlm. 156-157. RI, hlm. 96
354 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

rikan kepada DPRD belum tentu menjamin kepa- dalah Rp.5 miliar, Itu hanya untuk pemungutan
la daerah tidak akan korupsi dan biaya yang di- suara di DPRD saja, berbeda lagi biaya yang ha-
keluarkan oleh kepala daerah untuk membayar rus dikeluarkan untuk menjadi calon dari partai
anggota DPRD juga akan sama dengan biaya politik, akan memerlukan biaya lebih besar lagi,
yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pe- karena parpol akan mencari keuntungan dan
milihan langsung. Solusi Kemendagri tersebut menetapkan harga yang tinggi, misalnya saja
hanya membuat praktik suap berpindah dari pa- untuk meraih dukungan satu parpol, pasangan
sangan calon “menyuap masyarakat” menjadi calon harus membayar Rp.1 miliar, maka untuk
menyuap “anggota DPRD”. Mengembalikan sis- mendapatkan 5 dukungan parpol pasangan calon
tem pemilihan kepala daerah dari sistem pe- tersebut harus mengeluarkan uang lima miliar
milihan langsung ke sistem pemilihan kepala da- lagi untuk mendapatkan dukungan parpol, jika
erah melalui DPRD hanya terletak pada siapa ditambahkan dengan 5 miliar untuk meraih sua-
yang mendapat “kue” dan seberapa besar “po- ra di DPRD total uang yang perlu dikeluarkan
tongan kue” yang didapat. Pemilihan kepala da- pasangan calon adalah 10 miliar minimal dan
erah melalui DPRD tetap akan menyebabkan ko- angka itu bisa saja bertambah besar lagi sesuai
rupsi bahkan hanya menguntungkan anggota dengan tinggi besar kecilnya partai koalisi. Pa-
DPRD saja, bahkan sangat merugikan rakyat, ke- sangan calon tersebut, setelah menjadi kepala
tika pilkada langsung rakyat bisa “panen” dan i- daerah, tentu tetap akan berusaha mengembali-
tu dinikmati secara merata oleh masyarakat, kan modal yang dikeluarkannya untuk menda-
ketika dikembalikan ke DPRD yang akan “pa- patkan jabatan kepala daerah, mengembalikan
nen” hanya anggota DPRD saja. dana talangan yang didapatkan dari sponsor,
Pilkada tidak langsung membawa implika- menambah pundi-pundi kekayaan dan mencari
si eksekutif tidak lagi bertangung jawab lang- modal untuk mencalonkan kembali pada periode
sung kepada rakyat, tetapi kepada DPRD sebagai kedua dan hal yang paling aman untuk melaku-
pihak yang memilih. Dengan demikian, mekanis- kan itu adalah negosiasi dalam penyusunan ang-
me checks and balances tidak dapat berjalan garan, posisi tawar DPRD dalam negosiasi ang-
dengan baik, karena kepala daerah cendrung a- garan juga tinggi, sehingga memberikan peluang
kan “takut” dengan DPRD. Dampak yang akan yang besar juga kepada DPRD untuk mengutak-
timbul dari perubahan sistem ini adalah ang- atik anggaran guna kepentingan pribadi dan ke-
gota DPRD akan bersikap lebih oportunis dalam lompok ataupun partai mereka, karena kekuasa-
merancang APBD. Anggaran daerah akan diarah- an DPRD bisa menghentikan kepala daerah, jika
kan untuk memenuhi kepentingan politik pribadi tidak mau mengikuti kemauan anggota dewan.
dan/atau kelompok anggota DPRD, serta peri- Hal ini disebabkan posisi tawar DPRD lebih ting-
laku ini akan lebih sulit dicegah oleh eksekutif. gi.
Sementara rakyat tidak tahu dengan kepala da- Sistem pemilihan kepala daerah secara
erahnya dan akan sulit mendapatkan dukungan langsung akan melibatkan masyarakat secara
untuk melaksanakan berbagai program kerja keseluruhan, hal ini merupakan peluang yang
yang akan dilakukan oleh kepala daerah. Hal ini positif bagi rakyat, karena rakyat benar-benar
juga akan lebih sarat korupsinya, karena kewe- menikmati pesta demokrasi yang sesungguhnya,
nangan DPRD digunakan untuk mencari keun- sekaligus sebagai pendidikan politik bagi masya-
tungan pribadi kepada calon-calon yang bermo- rakat. Pemilihan kepala daerah secara langsung
dal besar. mengakibatkan banyak masyarakat yang akan
Modal yang diperlukan dalam pemilihan mendapatkan berbagai bantuan, seperti baju,
kepala dearah melalui DPRD akan lebih besar, uang dan peralatan olah raga bagi karang taru-
misalnya, jika anggota DPRD suatu daerah ber- na, bantuan rebana bagi ibu-ibu majelis ta’lim,
jumlah 50 orang dan setiap orang meminta im- usaha sablon dan cetak mencetak untuk meme-
balan Rp.100 juta saja, maka biaya yang dibu- nuhi pesanan pasangan calaon sebagai media so-
tuhkan untuk membeli suara anggota DPRD a- sialisasi kepada masyarakat, media massa cetak
Korelasi Perilaku Korupsi Kepala Daerah dengan Pilkada Langsung 355

dan elektronik memperoleh iklan kampanye, u- sampai dengan Oktober 2013, di Indonesia saat
saha kecil mendapatkan tambahan modal. Ba- ini ada 533 Provinsi kabupaten dan kota, artinya
nyak orang sakit dijenguk dan mendapatkan selama kurun waktu lima tahun pemilukada
bantuan pengobatan dari calon kepala daerah yang akan diselenggarakan sebanyak 533 kali ju-
untuk meraih simpati masayrakat, masyarakat ga dan jumlah itu akan terus bertambah karena
bisa makan dan minum secara gratis ketika para pemerintah masih terus membuka kesempatan
calon kepala daerah berkampanye dan berkun- bagi daerah untuk melakukan pemekaran. Se-
jung ke kampung mereka, pedagang asongan pertinya hanya ada tiga pemilu, tetapi dalam
dan pedagang keliling mendapatkan berkah ke- kurun lima tahun bisa sampai tujuh kali pemilu,
tika kampanye akbar atau kempanye terbuka yaitu: pemilu legislatif, pemilu presiden putaran
karena adanya keramain dan itu dapat mening- pertama, pemilu presiden putaran kedua, pil-
katkan pendapatan mereka, contoh kecilnya sa- kada gubernur putaran pertama, pilkada guber-
ja insiden es tebu yang menimpa ARB ketika nur putaran kedua, pilkada bupati/walikota pu-
berada di Jambi, walaupun pembayaran es te- taran pertama, dan pilkada bupati/walikota pu-
bunya di tunda, tapi ketika ARB berkunjung ke taran kedua. Semakin banyak pemilu semakin
Jambi es tebunya laris manis. banyak biaya kampanye yang harus ditanggung
Sistem politik kita memang menciptakan partai politik dan calon.
biaya yang tinggi. Biaya ini yang harus ditang- Tidak adanya pembatasan dana kampa-
gung partai politik, anggota legislatif, dan peja- nye. Udang-undang pemilu, meskipun membuat
bat eksekutif, sehingga membuat seorang ang- banyak ketentuan tentang dana kampanye, na-
gota legislatif dan kepala daerah terpilih harus mun sesungguhnya tidak ada pembatasan dana
memberikan setoran kepada partai yang telah kampanye. Undang-undang pemilu menyebut a-
memilihnya. Biaya yang tinggi itu terjadi karena danya pembatasan sumbangan perseorangan
beberapa hal: penggunaan sistem pemilu pro- dan perusahaan, tetapi karena sumbangan calon
porsional daftar terbuka untuk memilih anggota dan partai politik tidak dibatasi, maka kenten-
DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. tuan itu jadi tak berarti. Tidak adanya pemba-
Sistem ini mengharuskan calon untuk membayar tasan belanja atribut kampanye (baik secara no-
biaya pencalonan, kampanye dan saksi. Besar- minal, metode, maupun peralatan), mendorong
nya biaya pencalonan berbeda untuk setiap par- partai politik dan calon melakukan kampanye
tai politik. Biaya kampanye menjadi berlipat, besar-besaran. Mereka beranggapan, bahwa jika
karena masing-masing calon mengerahkan selu- berkampanye secara intensif, maka mereka a-
ruh daya dan kemampuannya untuk kampanye, kan berhasil meraih hati dan suara masyarakat.
karena merasa mempunyai peluang untuk me- Memang ada korelasi antara tingginya bi-
nang. Biaya saksi harus dikeluarkan untuk men- aya politik dalam pilkada langsung dengan peri-
jaga agar perolehan suara tidak dicuri orang di laku korupsi yang menimpa kepala daerah di In-
tengah jalan. Dalam pemilihan pejabat ekseku- donesia, tapi hal itu bukan satu-satunya faktor
tif juga terdapat biaya pencalonan yang biasa penyebab seorang kepala daerah menjadi ko-
disebut dengan uang perahu. Sistem pemilihan rup, sehingga wacana kemendagri untuk meru-
langsung dengan putaran kedua juga menjadi- bah sistem pemilihan kepala daerah dikembali-
kan biaya kampanye berlipat, karena calon kan kepada DPR juga bukan solusi yang akan
harus berkampanye dua kali dan membayar bi- memberikan jaminan bahwa kepala daerah ti-
aya saksi juga dua kali. dak akan korupsi lagi. Solusi itu hanya akan me-
Penerapan jadwal pemilu dilakukan meli- mindah tangankan praktek korupsi dari menyu-
puti pemilu legislatif, tiga bulan kemudian disu- ap rakyat menjadi menyuap DPRD, kalau hanya
sul pemilu yang kedua yaitu pemilu presiden, la- memindah tangankan tentu masih akan lebih
lu pemilu yang ketiga, pilkada di berbagai dae- baik jika pemilihan kepala daerah tetap dilaku-
rah yang berlangsung selama lima tahun. Data kan secara langsung oleh rakyat, selain membe-
yang peneliti dapatkan dari web kemendagri rikan pendidikan politik bagi rakyat pemilihan
356 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

langsung juga memberikan pengalaman demo- gungjawabanya terhadap pemilih. Ini artinya,
krasi yang sesungguhnya bagi rakyat. demokrasi dalam konteks perwakilan mengha-
ruskan adanya pertanggungjawaban yang besar,
Supremasi Hukum Sebagai Solusi terutama secara moral, kepada para pemilihnya
Artidjo Alkostar, mengutip pendapat Ja- dan bukan pertanggungjawaban terhadap partai
mil, mengatakan keruntuhan bangsa besar ro- politik yang mengusungnya.18 Kita, dalam hal ini
mawi ditandai oleh ketidakmampuan mengenda- tentu, dapat melakukan perubahan besar dalam
likan hawa napsu. Para pejabat negara lebih menyusun sistem pemilihan kepala daerah seca-
mengutamakan interes dan kepentingan pribadi. ra langsung dengan mengatur sedemikian rupa
Hukum tidak lagi dihargai sebagaimana mes- pola pertanggungjawaban yang besar yang di-
tinya. Hal yang sama terjadi di dunia islam. Se- maksud oleh Hans Kelsen yang harus dilakukan
belum jatuhnya Kota Baghdad yang pernah men- oleh pasangan kepala daerah, terutama secara
jadi peradaban dunia ketangan bangsa tartar moral, kepada para pemilihnya, dan bukan per-
yang yang berarti berakhirnya Dinasti Abbasi- tanggungjawaban terhadap partai politik yang
yah, para petinggi Abbasiyah pada umumnya ha- mengusungnya.
nya mengutamakan kepentingan pribadi, keluar- Tahir Azhary menyatakan bahwa pemerin-
ga dan golongan dari pada kepentingan bangsa tahan yang baik (good governance) dapat diwu-
dan negara. Mereka suka bermewah-mewah me- judkan dalam sistem pemerintahan yang mere-
nurutkan hawa napsu.16 Hal yang sama juga a- fleksikan tatanan hukum yang responsif sesuai
kan terjadi dengan Indonesia. Karakter korupsi dengan kehendak masyarakat. Asumsi tersebut
yang dimiliki oleh para pemimpin di negara ini, merujuk pada konsep plato yang dikenal dengan
jika tidak segera diberantas, maka dapat dipas- nomoi yang menyatakan bahwa penyelenggara-
tikan bahwa negara Indonesia akan terus berada an negara yang baik didasarkan pada pengatur-
dalam keterpurukan, sehingga cita-cita dan tu- an hukum yang baik. Asumsi ini menunjukan
juan bernegara Indonesia seperti yang tertuang bahwa good governance hanya dapat diwujud-
dalam pembukaan UUD 1945 tidak akan pernah kan dalam negara hukum.19 Artinya pemrintah
dapat terwujud. harus bisa melahirkan peraturan perundang-un-
Muladi mengatakan bahwa timbulnya ko- dangan yang benar-benar dibutuhkan masyara-
rupsi dan kejahatan HAM tidak terlepas dari ke- kat dan mampu memberikan jaminan bahwa
kuasaan yang tidak terkontrol atau penyalahgu- hak-haknya tidak akan terenggut dengan adanya
naan kekuasaan. Menurut Muladi, mengingat se- peraturan perundangan itu, rakyat sudah sangat
ringnya dikatakan bahwa sumber atau kesem- marah dengan perilaku korupsi yang dilakukan
patan korupsi adalah pemberian monopoli keku- oleh pemangku jabatan di negeri ini, sehingga
asaan kepada seseorang atau lembaga disertai sudah selayaknya pemerintah melakukan kebi-
dengan kewenangan untuk melakukan diskresi jakan-kebijakan yang strategis untuk menumpas
secara luas (perpajakan, bea cukai, penegakan korupsi sampai keakar-akarnya dengan mene-
hukum, imigrasi) maka harus ada pengawasan gakan supremasi hukum dan memperbaiki sis-
dan pengendalian yang ketat terhadap kewena- tem yang rentan korup.
ngan monopolistik dan diskresioner tersebut. 17 Tingkat perkembangan korupsi yang demi-
Hans Kelsen, dalam demokrasi modern, kian luar biasa menurut Yudi Kristiana disebab-
berpendapat bahwa apa yang terjadi dewasa ini kan oleh penanganan korupsi belum sesuai de-
di negara-negara yang mengatasnamakan nega-
ra demokrasi, ternyata tidak sepenuhnya mema-
18
hamai proses keterwakilan ini. Prinsip keterwa- Thalhah, “Teori demokrasi Dalam Wacana Ketatanegara-
an Perspektif Pemikiran Hans Kelsen”, Jurnal Hukum,
kilan yang dipahami oleh Hans Kelsen ternyata Vol. 16 No. 3, Juli 2009, Yogyakarta: Fakultas Hukum
berorientasi pada ada tidaknya proses pertang- UII, hlm. 419.
19
Muhammad Syaraif Nur, “Hakikat Pertangggungjawaban
Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintah-
16
Artidjo Alkostar, op.cit, hlm. 166. an”, Jurnal Masalah-masalah Hukum, Jilid 41, No. 1 Ja-
17
Ibid, hlm. 175. nuari 2012, Semarang: Fakultas Hukum Undip, hlm. 52.
Korelasi Perilaku Korupsi Kepala Daerah dengan Pilkada Langsung 357

ngan harapan publik.20 Menurut penulis, selain harus memberikan pendidikan politik kepada
karena penangan korupsi belum maksimal juga masyarakat. Pendidikan politik bukan hanya di-
harus ada pembenahan sistem dalam pemilihan lakukan oleh KPU tapi juga, partai politik, dan
kepala daerah dengan tidak mengembalikan pe- para calon legislatif dan calon pasangan kepla
milihan kepala daerah kepada DPRD. Sistem daerah. Langkah selanjutnya yang dapat ditem-
yang dimaksudkan dimulai dari internal partai puh adalah menerapkan prinsip equality before
dalam mencalonkan kader harus berdasarkan in- the law dan supremasi hukum secara tegas bagi
tegritas, kredibilitas, dan track record yang ba- siapapun pelaku korupsi dengan kewajiban me-
ik, tidak hanya menitikberatkan pada kemampu- ngembalikan semua harta bergerak dan tidak
an logistik dan sumbangan material semata ke- bergerak yang didapatkan dari hasil korupsi (pe-
pada parpol. miskinan koruptor).
Pilkada langsung juga harus mampu me-
minimalisasi potensi munculnya problem terkait Penutup
budaya politik masyarakat, regulasi dan teknis Simpulan
penyelenggaraan. Undang-undang pilkada harus Pembahasan tersebut, dapat disimpul-kan
mampu membedakan antara politik uang dan bi- bahwa terdapat korelasi antara perilaku ko-
aya politik yang dikeluarkan untuk menyeleng- rupsi kepala daerah dengan pilkada langsung.
garakan pilkada langsung, menghilangkan unsur Korelasi itu terjadi, karena pemilihan kepala
kapitalisasi pilkada, menekan biaya operasional daerah secara langsung memerlukan biaya po-
yang penyelenggaraan dan pembiayaannya tidak litik yang besar sehingga setelah terpilih peja-
membebani pemerintah daerah. Pemerintah ju- bat yang bersangkutan berusaha untuk mengem-
ga harus menjamin dengan melakukan penga- balikan biaya politik yang telah dikeluarkan se-
wasan secara intensif dalam pelaksanaan pilka- lama proses pemilihan plus tambahan modal un-
da bahwa seluruh pelaku politik, masyarakat tuk mencalonkan kembali. Politik uang sekarang
dan penyelenggara bertindak berdasarkan pera- sudah menjadi hal yang biasa terjadi dalam se-
turan yang berlaku, dengan menerapkan sanksi tiap pesta demokrasi, hal itu biasa dilakukan o-
yang tegas bagi para pelanggarnya. Pelaksanaan leh calon kepala daerah agar mendapatkan su-
pemilihan kepala daerah juga harus mampu ara dan menang dalam pemilukada.
menjamin kepala daerah yang terpilih adalah
calon yang memiliki integritas dan kapasitas, Saran
punya rekam jejak tak tercela dalam kasus hu- Menyikapi hal ini, yang paling penting un-
kum dan moral, serta memahami dan memihak tuk dilakukan adalah memberikan pendidikan
pada kepentingan publik. Pilkada juga harus di- politik yang dilakukan secara intensif, bukan ha-
desain sejak awal untuk mencegah disharmoni nya menjelang pemilukada kepada masyarakat
kepala daerah dan wakilnya untuk menghindarai yang dilakukan secara bersama antara pemerin-
wakil kepala daerah mundur ditengah jalan ka- tah dan partai politik. Dalam bidang hukum hal
rena tidak bersesuaian lagi dengan kepala dae- yang dapat dilakukan adalah meregulasi secara
rah, penyelenggara pemilukada juga harus net- tepat pasal yang mengatur mengenai pembatas-
ral dan tidak memihak kepada incumbent atau- an dana kampanye dan penerpaan sanksi hukum
pun pihak tertentu. secara tegas bagi pelaku money politic dalam
Negara hukum demokratis juga member- pilkada. Solusi yang dapat dilakukan dalam in-
kan kewajiban kepada pemerintahnya untuk ternal partai adalah perubahan sistem yang di-
memberikan pendidikan politik kepada masyara- lakukan mulai dari perekrutan pada tingkatan
katnya. Penyelenggara pemilu, oleh karena itu internal partai politik pada saat pencalonan ke-
pala daerah sampai dengan pengawasan secara
20
Yudi Kristina, Pendekatan Kritis Terhadap Realitas Ki- intensif yang melibatkan masyarakat secara ak-
nerja Kejaksaan, Makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional tentang “Strategi Peningkatan Kinerja Kejak- tif terhadap semua kebijakan pemerintahan di
saan Republik Indonesia”, Semarang: FH UNDIP, tanggal daerah.
29 Nopember 2008, hlm. 1
358 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

Republik Indonesia”. Semarang: FH UN-


DIP. tanggal 29 Nopember 2008;
Daftar Pustaka
Kulsum, Umi. “Kewenangan Komisi Pemberanta-
Abidin, Said Zainal. “Pemberantarsan Korupsi
san Korupsi (KPK) dalam Melakukan Pem-
dan Strategi Alternatif Pengelolaan BU-
berantasan Tindak Pidana Korupsi”. Jur-
MN”. Jurnal sekretarian Negara RI. No. 16
nal Jure Humano. Vol. 1. No. 3. Tahun
Mei 2010. Jakarta: Sekretariat Negara RI;
2009. Banten: Fakultas Hukum Untirta;
Alkostar, Artidjo. “Korelasi Korupsi politik De-
MD, Mahfud. “Capaian Dalam Proyeksi Kondisi
ngan Hukum dan Pemerintahan di Negara
Hukum Indonesia”. Jurnal hukum. Vol. 16.
modern (Telaah tentang Praktik korupsi
No. 3. Juli 2009. Yogyakarta: Fakultas Hu-
Politik dan Penanggulangannya)”. Jurnal
kum UII;
Hukum. Vol. 16. Edisi Khusus. Oktober
2009. Yogyakarta: Fakultas Hukum UII; Nur, Muhammad Syaraif. “Hakikat Pertangg-
gungjawaban Pemerintah Daerah Dalam
Azhar. “Peranan Biro Anti Korupsi dalam Mence-
Penyelenggaraan Pemerintahan”. Jurnal
gah Terjadinya Korupsi di Brunei Darusa-
Masalah-masalah Hukum. Jilid 41. No. 1
lam”. Jurnal Litigasi. Vol.10. Tahun 2009.
Januari 2012. Semarang: Fakultas Hukum
Bandung: Fakultas Hukum Unpas;
Undip;
Fitriciada, Aidul. “Reformasi Pemilu dan Agenda
Nurdin, Encep Syarif. “Pembangunan Tata Kelo-
Konsilidasi Demokrasi Perspektif Ketata-
la Pemerintahan Yang Baik (Good Gover-
negaraan”. Jurnal Jurisprudence. Vol. 1
nance) dan Pemberantasan Korupsi”. Jur-
No. 2 September 2004. Surakarta: Fakul-
nal Sekretariat Negara RI. No. 18. No-
tas Hukum Muhammadiyah Surakarta;
vember 2010. Jakarta: Sekretariat Negara
Hakim, Lukman. “Implikasi Pilkada Langsung RI;
Terhadap Pertanggungjawaban Kepala Da-
Poerwadarminta, WJS. 1982. Kamus Umum Ba-
erah Dalam Penyusuan Program Pemba-
hasa Indonesia. Jakarta: Pusataka Utama;
ngunan Daerah”. Jurnal Konstitusi. Vol. 3.
No. 1 Juni 2010. Malang: Fakulats Hukum Simamora, Janpatar. “Eksistensi Pemilukada Da-
Widya Gama; lam Rangka Mewujudkan Pemerintahan
Daerah Yang Demokratis”. Jurnal Mimbar
Hamidi, Jazim. “Paradigma Baru Pembentukan
Hukum. Vol. 23 No. 1. Februari 2011. Yog-
dan Analisis Peraturan Daerah (Studi Atas
yakarta: Fakultas Hukum UGM;
Perda Pelayanan Publik dan Perda Keter-
bukaan Informasi Public)”. Jurnal Hukum. Supanji, Hendarman. “Kebijakan Strategis da-
Vol. 18. No. 3. Juli 2011. Yogyakarta: Fa- lam Pemberantasan Tindak Pidana Korup-
kultas Hukum UII; si”. Jurnal Sekretariat Negara RI. No. 13.
Agustus 2009. Jakarta: Sekretariat Negara
Husodo, Adnan Topan. tanpa tanggal. Mengan-
RI;
tisipasi Maraknya Korupsi Pemilu. Terse-
dia pada web: http://antikorupsi.org/id/ Suwitri, Sri. “Pemberantasan Korupsi di Indo-
content/mengantisipasi-maraknya-korup- nesia; Sebuah Upaya Reformasi Birokra-
si-pemilu. Diakses tanggal 30 Sep-tember si”. Dialogue Jurnal Ilmu Administrasi dan
2013; Kebijakan Publik. Vol. 4 No. 1. Januari
2007. Semarang: Magister Administrasi
Kristina, Yudi. Pendekatan Kritis Terhadap Rea-
Publik UNDIP;
litas Kinerja Kejaksaan. Makalah disam-
paikan dalam Seminar Nasional tentang Thalhah. “Teori demokrasi Dalam Wacana Keta-
“Strategi Peningkatan Kinerja Kejaksaan tanegaraan Perspektif Pemikiran Hans
Kelsen”. Jurnal Hukum. Vol. 16 No. 3. Ju-
li 2009. Yogyakarta: Fakultas Hukum UII.

Anda mungkin juga menyukai