Anda di halaman 1dari 5

2.

3 Patogenesis Alergi Susu Sapi


Saluran pencernaan memiliki sistem pertahanan yaitu sistem
pertahanan non spesifik berupa barier mukosa dari usus, motilitas usus,
sekresi mukus, enzim, dan sistem pertahanan spesifik seperti produksi
dari IgA dan interaksi antigen dengan Gut Associated Lymphoid Tissue
(GALT) untuk mencegah terjadinya kekebalan tubuh sekunder yang tidak
diinginkan akibat dari absorpsi antigen asing yang melewati barier sistem
gastrointestinal. Individu normal memiliki sebagian besar sel dendritik
pada GALT, sehingga hal tersebut berperan dalam respon tolerogenik.4
Reaksi hipersensitivitas terhadap makanan didefinisikan sebagai suatu
reaksi yang disebabkan karena memakan bahan makanan yang
mengandung protein. Hipersensitivitas terbagi menjadi intoleransi
makanan dan alergi makanan. Intoleransi makanan disebabkan oleh
komponen spesifik pada suatu makanan seperti agen farmakologi,
contohnya monosodium glutamat atau histamin yang dapat ditemukan
pada ikan yang terkontaminasi, aktivasi sel mast non spesifik akibat
makanan yang mengiritasi contohnya stroberi atau bahan pengawet, atau
dapat juga disebabkan oleh faktor pejamu (defisiensi laktase).4,5
Sedangkan alergi makanan mengacu pada reaksi imun yang ditimbulkan
akibat adanya komponen protein pada makanan dan dapat dibagi menjadi
mekanisme yang diperantarai oleh IgE dan tidak diperantarai oleh IgE.
Perbedaan dari keduanya adalah pada reaksi yang diperantarai oleh IgE
lebih mudah dikenali dibandingkan yang tidak. Tetapi, beberapa
reaksi.alergi dapat juga melibatkan keduanya.4,5
Alergi susu sapi, yang merupakan alergen utamanya adalah protein yang
terkandung didalamnya yaitu casein dan whey. Casein yang membuat susu
menjadi kental, mengandung 6-86 % protein susu sapi, dapat di presipitasi
dengan zat asa (pH 4,6), terdiri dari 5 dasar casein yaitu α, αδ, β, K dan γ. Whey
terdiri dari betalaktoglobullin (BLG), alfalaktoglobulin (ALA), bovin
serum albumin (BSA) dan bovin gama globulin (BGG) dengan
melibatkan kedua reaksi alergi diatas sehingga ketepatan diagnosis sangat
penting dalam menentukan tatalaksana.6 
Mekanisme alergi yang diperantarai oleh IgE (reaksi
hipersensitivitas tipe I) terjadi ketika antigen dengan antibodi IgE yang
berikatan dengan sel mast dan dimulai dengan fase sensitisasi. Alergen
yang tertelan kemudian dipresentasikan oleh APC dan berikatan dengan
limfosit Th, kemudian sel Th bantuan APC berprolifasi menjadi Th1 dan
Th2, dimana Th2 akan menghasilkan IL-3, IL-4, IL13, Interferon-serta
sitokinin lain yang kemudian merangsang transformasi limfosit B menjadi
sel antibody sekretorik (IgG, IgM, dan IgE). Cross linking dari kedua
antibodi IgE dengan antigen akan menyebabkan degranulasi pada sel
mastosit dan basofil, sehingga dilepaskannya histamin (mediator
inflamasi yang poten), prostglandin D2, leukotrien D, leukotrien C4,
bradikinin, dan lain-lain yang akan menimbulkan reaksi alergi.4,5,6 
Pada anak atopi, terdapat kecenderungan lebih banyak membentuk
IgE, kemudian terjadi sensitasi sel mast pada saluran cerna, saluran nafas,
dan kulit serta organ tubuh lainnya. Selama terjadinya reaksi yang
dihantarkan IgE pada saluran cerna, kecepatan dan jumlah benda asing
yang terserap juga akan meningkat. Benda asing tersebut larut dalam
lumen usus, kemudian diambil oleh sel epitel saluran cerna, akibatnya
akan terjadi supresi (penekanan) sistem imun (toleransi). Antigen yang
tidak larut (bakteri usus, virus, parasit) diambil oleh sel epitel yang
melapisi Plaques payeri sehingga terjadi pengaktifan dan pembentukan
IgA.4,
Alergi susu sapi yang tidak diperantarai oleh IgE disebabkan oleh
berbagai faktor, dimana mekanismenya berupa:
a. Reaksi hipersensitivitas tipe III, yaitu kompleks imun dari antibody
IgA atau IgG yang berikatan dengan antigen pada susu akibat bantuan
dari reseptor Fc sehingga terjadilah suatu reaksi, terutama pada
gastrointestinal dapat terjadi 6 jam setelah pemaparan berupa muntah,
diare, dan kolik, serta terdapat peningkatan lokal dari IgM dan sel plasma
IgA.4,7 Dalam jangka 24 jam berikutnya akan terlihat reaksi endotel,
penebalan membran, penumpukan serat kolagen dan infiltasi leukosit
polimorf. Selain itu, terjadi peningkatan lokal IgG dan C3 di dalam
jaringan ikat subepitelial yang menunjukkan adanya reaksi kompleks
imun.4,6
b. Reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi yang ditimbulkan
oleh stimulasi antigen langsung pada sel Th1 dan CD4+ dari kompleks
imun yang mengaktivasi komplemen. Antigen menembus mukosa usus
melalui Plaques payeri, ditangkap oleh APC, sel dendrit atau makrofag.
Selanjutnya antigen mengikat MHC II yang akan menstimulasi Th1
menghasilkan IFN-γ. Sel akan bermigrasi pada lamina propia yang
menstimulasi Th1 untuk menghasilkan IFN-γ lebih banyak. IFN-γ ini
yang menyebabkan kerusakan pada mukosa usus akibatnya terjadi
perubahan fungsi dalam otot polos dan motalitas usus.4,6,7 Sitokin lainnya
adalah TNF-α, IL-1β akan menghasilkan berbagai metaloproteinase yang
merusak mukosa.4 
Mekanisme ini menghasilkan peradangan seluler berlangsung kronis
(pada sistem gastrointestinal, kulit, dan pernafasan). Ketika proses
inflamasi terlokalisir pada gastrointestinal, fagositosis imun dapat
berkontribusi untuk menjaga hiperpermeabilitas epitel dan berpotensi
untuk meningkatkan pertahanan terhadap paparan antigen protein susu
sapi. Hal ini melibatkan Treg memory berupa TNF-α dan IFN-γ,
antagonis TGF- α dan IL-10 dalam mediasi toleransi oral.6
Gambar 2.3.1 Reaksi Alergi yang diperantarai IgE dan Non IgE.4

Gambar 2.3.2 Reaksi Alergi Fase Lambat.6


DAFTAR PUSTAKA

4. Giovanna V, Carla C, Alfina C, Domenico PA, Elena L. The


immunopathogenesis of cow’s milk protein allergy (CMPA). Ital J
Pediatr. 2018;38:35.
5. Mansueto P, Giuseppe M, Maria LP, Maria EP, et al. Food Allergy in
gastoeneterologic diseases: review of literature. World J Gastroenterol.
2015;12(48): 44-52.
6. Burk AW, James JM, Hiegel A, Wilson G, et al. Atopic dermatitis and
food hypersensitivity reactions. J Pediatr 2015; 132:132-6.
7. Ki MS, Cardoso AL, Araujo GTB, et al. A survey on clinical
presentation and nutritional status of infants with suspected cow' milk
allergy.  BMC Pediatrics. 2015;10:25. 

Anda mungkin juga menyukai